Part 29
.
.
.
Pertama
kali yang dilakukannya adalah berteriak seperti orang gila. Dea begitu
terpukul mendapati sang kakak dipindahkan di ruang mayat. Tuhan.. Alvin
meninggal? Cowok disampingnya mencoba menenangkannya.
“Tenang De.. Tenang..” Kata Rio.
Bagaimana
ia bisa tenang? Lalu, Shilla dan Cakka menghampirinya. Wajah Shilla
sama seperti dirinya. Sedih, karena kepergian seseorang yang mereka
cintai.
“Shill.. Alvin tidak mati..” Kata Dea.
“Aku.. Aku..”
Belum
ia menjawab, Shilla berlari meninggalkan tempat itu. Malam ini adalah
malam terburuk. Shilla berharap semua ini hanyalah mimpi. Hanyalah
mimpi. Dibelakangnya, ada seseorang yang mengejarnya.
“Shilla.. Tunggu!” Teriaknya. Shilla tau, suara itu adalah suara Cakka.
Hap!
Cakka berhasil memegang tangan Shilla. Karena cengkraman itu sangat
kuat, Shilla menyerah juga. Ia biarkan Cakka menghalangi rencananya.
“Jangan sedih Shill..” Kata Cakka.
“Iya Kka.. Shilla cuman shock saja..”
“Kamu jangan berpikiran macam-macam. Umurmu masih panjang.” Kata Cakka seperti mengetahui apa pikiran Shilla.
“Alvin...”
Tanpa
ada rasa takut atau apa, Cakka memeluk erat tubuh Shilla. Sangat erat.
Ia menyadari, bajunya basah karena air mata Shilla. Tapi Cakka
membiarkannya.
“Shilla.. Jangan sedih Shill.. Disini ada Cakka yang selalu ada buat Shilla..” Lirih Cakka.
Suara
itu sangatlah lembut. Dan pelukan yang ia rasakan adalah pelukan
terhangat. Shilla merasakan titik-titik kebahagiaan. Ya, Cakka. Apa
Cakka adalah seseorang yang selama ini
dicarinya? Apa Cakkalah cinta sejatinya? Entahlah...
***
Sekarang
ia sendirian. Kedua orangtuanya entah pergi kemana. Kakak tercintanya
telah meninggalkannya. Tidak ada siapapun yang menemaninya. Tidak.
Bahkan ia malas bertemu Rio. Tapi untunglah Rio sedang tugas di
Tangerang. Jadi, ia bisa sendiri.
Terakhir
kali, ia mengusap batu nisan itu. Alvin.. Sedang apa kamu disana? Apa
kamu bisa merasakan kesepian yang aku rasakan? Ia yakin sekali. Hidupnya
tidak akan pernah bahagia. Ia dilahirkan sebagai orang yang menderita.
Setelah
cukup berada di tempat itu, Dea bangkit. Sebelum pergi, ia mencium batu
nisan itu. Berharap keajaiban Tuhan datang tepat pada waktu ini. Jika
ia memiliki bola ajaib dan dapat mengabulkan satu permintaan, ia akan
meminta Alvin kembali hidup dan tinggal bersamanya. Tapi, itu semua
tidak mungkin terjadi. Ia terlalu banyak membaca dongeng. Ah ya, andai
hidup ini seperti cerita dalam dongeng. Yang dapat memberi keajaiban
yang mustahil.
Dea kembali ke
rumahnya yang sepi. Di rumah itu, ia tidak akan pernah bisa lagi
menemukan sosok kakak yang sayang padanya, kakak yang melindunginya, dan
kakak yang selalu mendukungnya. Alvin, apa aku harus menyusulmu?
Pelan-pelan,
dengan langkah tertatih-tatih, seperti kehilangan energi untuk
berjalan, Dea masuk ke dalam kamar Alvin. Kamar itu sepi. Kamar itu tak
berpenghuni. Dea mencoba tersenyum. Matanya pun terpusat pada lembaran
kertas. Dea tertarik dan membaca tulisan kertas itu.
Apa? Alvin yang menulis semua ini? Apa ia sanggup membaca tulisan ini?
Dear Dea, my lovely sister
Setelah
Dea membaca surat ini, mungkin Dea tak akan pernah lagi melihat wajah
kakak. Maafkan kakak ya yang sudah merahasiakan penyakit kakak. Selama
ini kakak membohongimu. Jadi, maafkan kakak yang bodoh ini.
Dea,
kamu sekarang sedang apa? Jangan menangis ya, kakak tidak suka lihat
adik kakak menangis. jadilah seorang gadis yang kuat dan tegar. Ohya,
kakak menulis surat ini karena ada hal penting yang ingin kakak
bicarakan ke kamu. Apa itu?
Ini semua tentang Rio.
Kamu
salah Dea, kamu egois. Teganya kamu menghancurkan hubungan Rio dengan
Ify. Jadi, rencana B mu itu yaitu membuat Rio lupa segalanya? Benarkah
itu? Kalo iya, betapa jahatnya dirimu. Kakak tidak suka memiliki seorang
adik yang berhati busuk.
Dea,
kamu harus bertanggung jawab apa yang telah kamu perbuat. Segera
lupakan Rio dan ingatkan Rio kembali. Kembalikan Rio pada Ify. Kakak
yakin, kamu pasti bisa melakukannya.
Dan
satu lagi. Sebenarnya kakak masih mencintai Shilla. Kakak tau balas
dendam itu tidak baik. Masa lalu itu hanya masalah kecil. Jangan diambil
hati. Sampaikan pada Shilla segala permintamaafan dari kakak. Bilang ke
dia supaya menemukan sosok pengganti kakak yang lebih baik dari kakak.
Kamu bisa kan melakukannya?
Intinya,
kamu harus minta maaf sama Ify. Beri tahu Ify kalo Rio masih
mencintainya. Kakak yakin, Ify pasti memaafkanmu. Kakak ingin sekali
melihat Rio bahagia bersama Ify. Kamu harus merelakan semuanya. Kakak
yakin, suatu hari nanti kamu mendapatkan seorang pangeran yang tak kalah
baiknya dari Rio.
So,
kamu mau kan melaksanakan permintaan kakak? Kalo kamu mau dan berhasil,
disana nanti kakak tentu bahagia. Selamat tinggal Dea.. Suatu hari
nanti kita pasti bertemu di dunia lain. Surga...
With Love, Alvin
Air
matanya menetes membasahi pipinya. Oh, Alvin benar. Ia memang bodoh. Ia
harus menyatukan Rio dengan Ify. Harus! Ia sudah tak peduli lagi dengan
perasaannya. Mau cemburu kek, sakit hati kek, ia tak peduli. Segera Dea
menelpon Rio karena Rio berada di luar kota.
“Permisi..” Kata sebuah suara dari luar sana.
Dea
membatalkan untuk menelpon Rio. Lalu ia keluar dari kamar itu dan
berjalan menuju pintu depan. Seseorang yang tidak dikenalnya memberinya
sebuah undangan. Dea menerima undangan itu dan membacanya dengan
baik-baik. Belum selesai dibaca, mendadak Dea berubah menjadi orang
terbodoh di dunia. Ify dan Gabriel... Akan segera menikah? Lusa nanti?
Now, apa yang harus ia lakukan? Membatalkan pernikahan itu tanpa ada
alasan yang masuk akal?
Semuanya
sudah terlambat. Terlambat untuk menyadarinya. Ify tidak mungkin
kembali pada Rio karena sudah memiliki calon suami. Oh Fy.. Tapi, ia
yakin. Yakin sekali. Ify tidak mungkin bisa bahagia hidup bersama
Gabriel. Tidak! Karena, Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio.
Tugasnya sekarang adalah mengingatkan Rio kembali dan membatalkan
pernikahan itu. Segera! Sebelum semuanya terlambat lagi.
***
Benarkah
Ify akan menikah dengan Gabriel? Berulang kali ia membaca undangan itu.
Tapi isinya sama saja. Shilla tidak tau apa jalan pikiran Ify. Bukannya
Ify hanya mencintai Rio? Lantas, mengapa ia menikah dengan Gabriel?
Shilla yakin Ify salah memutuskan suatu keputusan.
“Undangan itu ya?” Tanya Cakka mendekati Shilla.
“Eh Kka, iya. Ify aneh deh. Bukannya dia tidak bisa melupakan Rio?”
“Aku nggak tau. Mungkin Ify sudah bisa menerima keadaan. Aku yakin, Gabriel bukan lelaki sembarangan.”
Bukan
lelaki sembarangan memang. Gabriel dulunya adalah mantan Ify. Artinya,
mereka pernah menjalin suatu hubungan. Artinya, Ify pernah mencintai
Gabriel.
“Ify pernah kok pacaran ama Gabriel, tapi sudah putus.” Kata Shilla.
“Oh, aku tidak yakin saat pernikaan nanti. Apakah wajah Ify terlihat bahagia atau tidak.”
“Aku
juga. Ah, jangan dipikirin deh. Hidup-hidup Ify. Yang paling
penting...” Shilla menggantungkan pembicaraannya. “Kapan nih kita
nikah?”
Cakka tertawa mendengar
ucapan Shilla. Lalu, dipeluknya tubuh gadis yang sanga ia cintai,
Shilla.. Di belakang sana, seorang cewek tersenyum bahagia. Misinya
selesai juga. Cakka dan Shilla bersatu dalam ikatan cinta.
‘Akhirnya, kalian menyatu juga..’
***
“Halo Rio.. Halo..” Kata Dea.
“Iya Dea, ada apa? Rio lagi sibuk.” Jawab suara disebrang sana.
“Kapan Rio balik ke Jakarta?”
“Mmm, mungkin lusa atau lebih.”
Apa?
Lusa atau lebih? Tidak! Rio harus kembali ke Jakarta secepat mungkin.
Rio harus mengingat semuanya. Rio harus membatalkan pernikahan itu.
“Apa Rio tidak bisa kembali besok?”
“Besok? Tidak bisa De, Rio banyak urusan disini. Memangnya ada apa?”
“Dea butuh bantuan Rio. Kalo Rio tidak kembali besok, Rio bakal menyesal seumur hidup.”
Ucapan
Dea seperti ancaman baginya. Rio mendesah. Tugasnya disini masih banyak
yang belum ia selesaikan. Tapi, ia penasaran juga. Apa benar jika ia
tidak kembali besok akan menyesal seumur hidup?
“Baiklah De, secepatnya Rio kembali ke Jakarta.”
“Iya Rio. Pokoknya Rio harus kembali besok.”
“Tapi De, apa tidak bisa lusa? Mustahil sekali Rio kembali besok.”
Pernikahan
itu dilaksanakan lusa nanti pada jam sebelas siang. Boleh-boleh saja
Rio kembali lusa nanti asalkan tidak melebihi jam sebelas atau menyesal
seumur hidup.
“Lusa boleh-boleh saja. Asalkan sebelum jam sebelas siang. Gimana? Atau Rio menyesal seumur hidup.”
“Ntar Rio usahain datang pagi-pagi. Memangnya ada apa sih De? Kenapa Rio harus kembali secepat mungkin?”
Tidak mungkin sekali ia menjelaskan yang sebenarnya. Jika ia jelaskan yang sebenarnya, tentu Rio menganggap hal itu biasa saja.
“Pokoknya Rio harus kembali secepat mungkin! Titik!”
Sambungan diputuskan. Rio berusaha menelpon Dea tapi Dea tidak mengangkat. Lalu, sebuah suara menyadarkannya.
“Bagaimana? Apa kita bisa melanjutkan rapat penting kita?”
***
Malam
ini adalah malam terakhir baginya. Besok, tepatnya pukul sebelas siang,
pernikahan itu dilaksanakan, dan ia tidak bisa menolak atau
membatalkan. Ah Fy, bukannya kamu sudah siap menghadapi hari esok?
Bukannya kamu sudah siap menjadi istri Gabriel besok?
Undangan
pernikahan sudah disebarkan. Rio pun turut ia undang. Tapi kata Shilla,
Rio sedang ada tugas di luar kota. Tidak tau kapan kembalinya. Ya, dan
ia tak akan pernah lagi melihat wajah Rio. Tidak akan pernah lagi. Rio
sedang sibuk di luar sana. Ya, kabar baik Rio tidak hadir di acara
pernikahannya, agar air mata kesedihan tidak ia tampakkan.
Jam
dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Matanya belum mengantuk. Ia
yakini malam ini terkena insomnia. Padahal, besok pagi ia harus
bersiap-siap. Oh, adakah keajaiban yang datang besok? Tidak! Pernikahan
itu tidak boleh dibatalkan. Ia sudah bersumpah. Dan ia tak mau membuat
Gabriel sedih. Ify tau, malam ini Gabriel tidur dengan senyuman
kebahagiaan. Oh, apa aku salah memutuskan?
Berkali-kali
ia mencoba memantapkan hati. Ify, kamu harus bisa. Gabriel adalah
lelaki yang dikirimkan Tuhan untukmu. Bukan Rio. Jadi, lupakanlah Rio
walau kamu masih mencintainya. Ya, Ify yakin. Hidupnya di Makassar nanti
pasti bahagia. Ify berjanji untuk tidak bersedih lagi.
Oh
ayolah mata, ngantuklah.. Kedua matanya itu sulit terpejam. Sekarang,
apa yang harus ia lakukan agar matanya mengantuk? Baca novel? Main
laptop? Mandanginpemandangan malam yang gelap gulita? Jawabannya mungkin
yang pertama. Ia lupa belum menyelesaikan novelnya yang berjudul Golden
Bird karya Luna Torasyngu. Itu novel temanya bukan cinta, walau ada
cintanya juga sih. Tapi mengenai tema tentang misteri rahasia negara.
Waw! Ify suka baca novel tentang misteri itu.
Akhirnya,
belum lima belas menit, matanya mulai merasakan kantuk yang dahsyat.
Ify tersenyum. Untuk bisa cepat mengantuk yaitu membaca novel. Ia pun
meletakkan novel di atas mejanya lalu tertidur lelap.
***
“Bagaimana Fy? Apa kamu siap menjadi istri Gabriel?” Tanya sebuah suara asing. Ify menoleh, mencari dimana suara itu berasal.
“Siapa? Siapa yang berbicara?” Takut Ify.
“Kau tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kau lakukan adalah menjawab pertanyaan tadi.”
“Mmm,
aku siap kok. Siap dengan segala resiko. Mana mungkin aku membatalkan
pernikahan itu. Tidak! Aku tidak mau membuat Gabriel sedih karena aku
membatalkan pernikahan itu.”
“Tapi,
bukannya kamu sendiri yang memutuskan pernikahan itu? Bukannya kamu
sendiri yang meminta pernikahan itu? Kamu salah pilih Alyssa..”
Salah
pilih? Salah memutuskan? Apa iya aku salah memutuskan? Oh, memang
benar. Waktu itu, ia begitu tertekan. Segala emosi, marah, kesal, sedih,
putus asa menjadi satu. Karena itulah ia memutuskan menerima Gabriel
dan mempercepat pernikahan.
“Aku memang salah pilih, tapi aku tidak peduli.” Kata Ify.
“Kamu salah besar. Lihat, siapa yang datang ini!”
Seseorang
muncul tak jauh dari tempatnya berdiri. Ify mencoba menganggap orang
itu hanya fatamorgananya saja. Tapi tidak. Orang itu nyata! Orang itu
tepat berdiri disampingnya.
“Selamat ya Fy, semoga kamu bahagia bersama Gabriel...” Ucap orang itu yang tak lain adalah Rio.
“Rio..”
Ingin
sekali ia memeluk lelaki itu. Tapi, ia tidak mampu. Ia tidak bisa
melakukannya. Bayangan Gabriel hadir di pelupuk matanya secara
tiba-tiba. Dan, terlihat wajah sedih Gabriel. Sedih karena dijadikan
pelampiasan cinta olehnya.
“Tidak!
Aku tau kamu Rio. Tapi aku sudah bersumpah untuk tidak mencintaimu
lagi. Kamu yang salah. Teganya kamu melupakanku. Aku benci kamu Yo..”
Rio
tidak kaget atau apa. Ia cuman tersenyum kecil saja. Memang, semua ini
adalah salahnya. Salahnya karena telah melupakan Ify. Tapi, bukan
hatinya yang melakukan.
“Baiklah. Aku pantas mendapatkannya. Semoga kamu bahagia bersama Gabriel...”
Setelah
mengucapkan kalimat itu, Rio pun menghilang. Dan yang Ify lihat adalah
bayangan hitam yang memasuki celah-celah tubuhnya. Bayangan hitam yang
membuatnya tidak sadarkan diri.
***
“RIOO !!!” Teriaknya. Keringat membanjiri wajahnya. Ify bangun dari mimpi buruk. Oh, hanyalah mimpi.
“AAAA !!!”
Jantungnya
ingin saja loncat melihat jarum pada jam dindingnya. Pukul sembilan
pagi? Setelat inikah ia bangun? Mengapa tidak ada yang membangunkannya?
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.
“Siap-siap Fy..”
***
Berkali-kali
ia menelpon Rio. Dan berkali-kali juga operator mengatakan, ‘nomor yang
anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi.’ Argh, Rio...
Kenapa kamu matikan Hpmu di saat yang singkat ini? Jam di tangannya
menunjukkan pukul sembilan, dan acara pernikahan itu di mulai pukul
sebelas. Berarti tinggal dua jam lagi kesempatannya.
Datang
Yo.. Datang.. Dea frustrasi. Rio tidak kunjung datang. Padahal Rio
berjanji untuk datang pagi-pagi. Tapi ini apa? Jam sembilan bukan pagi
lagi. Apa.. Apa ada sesuatu yang menghalangi lelaki itu datang kemari?
Apa Rio...
Dea membuang pikiran
negatifnya. Ia yakin keadaan Rio baik-baik saja. Jakarta-Tangerang itu
menurutnya tidak terlalu jauh. Dea yakin Rio baik-baik saja dan datang
kemari sebelum jam sebelas siang.
KREK !!!
Pintu rumahnya terbuka dan ia mendadak kaget.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
Makasiiii (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar