expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Agustus 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 29 )

Part 29

.

.

.

Pertama kali yang dilakukannya adalah berteriak seperti orang gila. Dea begitu terpukul mendapati sang kakak dipindahkan di ruang mayat. Tuhan.. Alvin meninggal? Cowok disampingnya mencoba menenangkannya.

“Tenang De.. Tenang..” Kata Rio.

Bagaimana ia bisa tenang? Lalu, Shilla dan Cakka menghampirinya. Wajah Shilla sama seperti dirinya. Sedih, karena kepergian seseorang yang mereka cintai.

“Shill.. Alvin tidak mati..” Kata Dea.

“Aku.. Aku..”

Belum ia menjawab, Shilla berlari meninggalkan tempat itu. Malam ini adalah malam terburuk. Shilla berharap semua ini hanyalah mimpi. Hanyalah mimpi. Dibelakangnya, ada seseorang yang mengejarnya.

“Shilla.. Tunggu!” Teriaknya. Shilla tau, suara itu adalah suara Cakka.

Hap! Cakka berhasil memegang tangan Shilla. Karena cengkraman itu sangat kuat, Shilla menyerah juga. Ia biarkan Cakka menghalangi rencananya.

“Jangan sedih Shill..” Kata Cakka.

“Iya Kka.. Shilla cuman shock saja..”

“Kamu jangan berpikiran macam-macam. Umurmu masih panjang.” Kata Cakka seperti mengetahui apa pikiran Shilla.

“Alvin...”

Tanpa ada rasa takut atau apa, Cakka memeluk erat tubuh Shilla. Sangat erat. Ia menyadari, bajunya basah karena air mata Shilla. Tapi Cakka membiarkannya.

“Shilla.. Jangan sedih Shill.. Disini ada Cakka yang selalu ada buat Shilla..” Lirih Cakka.

Suara itu sangatlah lembut. Dan pelukan yang ia rasakan adalah pelukan terhangat. Shilla merasakan titik-titik kebahagiaan. Ya, Cakka. Apa Cakka adalah seseorang yang selama ini
dicarinya? Apa Cakkalah cinta sejatinya? Entahlah...

***

Sekarang ia sendirian. Kedua orangtuanya entah pergi kemana. Kakak tercintanya telah meninggalkannya. Tidak ada siapapun yang menemaninya. Tidak. Bahkan ia malas bertemu Rio. Tapi untunglah Rio sedang tugas di Tangerang. Jadi, ia bisa sendiri.

Terakhir kali, ia mengusap batu nisan itu. Alvin.. Sedang apa kamu disana? Apa kamu bisa merasakan kesepian yang aku rasakan? Ia yakin sekali. Hidupnya tidak akan pernah bahagia. Ia dilahirkan sebagai orang yang menderita.

Setelah cukup berada di tempat itu, Dea bangkit. Sebelum pergi, ia mencium batu nisan itu. Berharap keajaiban Tuhan datang tepat pada waktu ini. Jika ia memiliki bola ajaib dan dapat mengabulkan satu permintaan, ia akan meminta Alvin kembali hidup dan tinggal bersamanya. Tapi, itu semua tidak mungkin terjadi. Ia terlalu banyak membaca dongeng. Ah ya, andai hidup ini seperti cerita dalam dongeng. Yang dapat memberi keajaiban yang mustahil.

Dea kembali ke rumahnya yang sepi. Di rumah itu, ia tidak akan pernah bisa lagi menemukan sosok kakak yang sayang padanya, kakak yang melindunginya, dan kakak yang selalu mendukungnya. Alvin, apa aku harus menyusulmu?

Pelan-pelan, dengan langkah tertatih-tatih, seperti kehilangan energi untuk berjalan, Dea masuk ke dalam kamar Alvin. Kamar itu sepi. Kamar itu tak berpenghuni. Dea mencoba tersenyum. Matanya pun terpusat pada lembaran kertas. Dea tertarik dan membaca tulisan kertas itu.

Apa? Alvin yang menulis semua ini? Apa ia sanggup membaca tulisan ini?

Dear Dea, my lovely sister

Setelah Dea membaca surat ini, mungkin Dea tak akan pernah lagi melihat wajah kakak. Maafkan kakak ya yang sudah merahasiakan penyakit kakak. Selama ini kakak membohongimu. Jadi, maafkan kakak yang bodoh ini.

Dea, kamu sekarang sedang apa? Jangan menangis ya, kakak tidak suka lihat adik kakak menangis. jadilah seorang gadis yang kuat dan tegar. Ohya, kakak menulis surat ini karena ada hal penting yang ingin kakak bicarakan ke kamu. Apa itu?

Ini semua tentang Rio.

Kamu salah Dea, kamu egois. Teganya kamu menghancurkan hubungan Rio dengan Ify. Jadi, rencana B mu itu yaitu membuat Rio lupa segalanya? Benarkah itu? Kalo iya, betapa jahatnya dirimu. Kakak tidak suka memiliki seorang adik yang berhati busuk.

Dea, kamu harus bertanggung jawab apa yang telah kamu perbuat. Segera lupakan Rio dan ingatkan Rio kembali. Kembalikan Rio pada Ify. Kakak yakin, kamu pasti bisa melakukannya.

Dan satu lagi. Sebenarnya kakak masih mencintai Shilla. Kakak tau balas dendam itu tidak baik. Masa lalu itu hanya masalah kecil. Jangan diambil hati. Sampaikan pada Shilla segala permintamaafan dari kakak. Bilang ke dia supaya menemukan sosok pengganti kakak yang lebih baik dari kakak. Kamu bisa kan melakukannya?

Intinya, kamu harus minta maaf sama Ify. Beri tahu Ify kalo Rio masih mencintainya. Kakak yakin, Ify pasti memaafkanmu. Kakak ingin sekali melihat Rio bahagia bersama Ify. Kamu harus merelakan semuanya. Kakak yakin, suatu hari nanti kamu mendapatkan seorang pangeran yang tak kalah baiknya dari Rio.

So, kamu mau kan melaksanakan permintaan kakak? Kalo kamu mau dan berhasil, disana nanti kakak tentu bahagia. Selamat tinggal Dea.. Suatu hari nanti kita pasti bertemu di dunia lain. Surga...

With Love, Alvin

Air matanya menetes membasahi pipinya. Oh, Alvin benar. Ia memang bodoh. Ia harus menyatukan Rio dengan Ify. Harus! Ia sudah tak peduli lagi dengan perasaannya. Mau cemburu kek, sakit hati kek, ia tak peduli. Segera Dea menelpon Rio karena Rio berada di luar kota.

“Permisi..” Kata sebuah suara dari luar sana.

Dea membatalkan untuk menelpon Rio. Lalu ia keluar dari kamar itu dan berjalan menuju pintu depan. Seseorang yang tidak dikenalnya memberinya sebuah undangan. Dea menerima undangan itu dan membacanya dengan baik-baik. Belum selesai dibaca, mendadak Dea berubah menjadi orang terbodoh di dunia. Ify dan Gabriel... Akan segera menikah? Lusa nanti? Now, apa yang harus ia lakukan? Membatalkan pernikahan itu tanpa ada alasan yang masuk akal?

Semuanya sudah terlambat. Terlambat untuk menyadarinya. Ify tidak mungkin kembali pada Rio karena sudah memiliki calon suami. Oh Fy.. Tapi, ia yakin. Yakin sekali. Ify tidak mungkin bisa bahagia hidup bersama Gabriel. Tidak! Karena, Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio. Tugasnya sekarang adalah mengingatkan Rio kembali dan membatalkan pernikahan itu. Segera! Sebelum semuanya terlambat lagi.

***

Benarkah Ify akan menikah dengan Gabriel? Berulang kali ia membaca undangan itu. Tapi isinya sama saja. Shilla tidak tau apa jalan pikiran Ify. Bukannya Ify hanya mencintai Rio? Lantas, mengapa ia menikah dengan Gabriel? Shilla yakin Ify salah memutuskan suatu keputusan.

“Undangan itu ya?” Tanya Cakka mendekati Shilla.

“Eh Kka, iya. Ify aneh deh. Bukannya dia tidak bisa melupakan Rio?”

“Aku nggak tau. Mungkin Ify sudah bisa menerima keadaan. Aku yakin, Gabriel bukan lelaki sembarangan.”

Bukan lelaki sembarangan memang. Gabriel dulunya adalah mantan Ify. Artinya, mereka pernah menjalin suatu hubungan. Artinya, Ify pernah mencintai Gabriel.

“Ify pernah kok pacaran ama Gabriel, tapi sudah putus.” Kata Shilla.

“Oh, aku tidak yakin saat pernikaan nanti. Apakah wajah Ify terlihat bahagia atau tidak.”

“Aku juga. Ah, jangan dipikirin deh. Hidup-hidup Ify. Yang paling penting...” Shilla menggantungkan pembicaraannya. “Kapan nih kita nikah?”

Cakka tertawa mendengar ucapan Shilla. Lalu, dipeluknya tubuh gadis yang sanga ia cintai, Shilla.. Di belakang sana, seorang cewek tersenyum bahagia. Misinya selesai juga. Cakka dan Shilla bersatu dalam ikatan cinta.

‘Akhirnya, kalian menyatu juga..’

***

“Halo Rio.. Halo..” Kata Dea.

“Iya Dea, ada apa? Rio lagi sibuk.” Jawab suara disebrang sana.

“Kapan Rio balik ke Jakarta?”

“Mmm, mungkin lusa atau lebih.”

Apa? Lusa atau lebih? Tidak! Rio harus kembali ke Jakarta secepat mungkin. Rio harus mengingat semuanya. Rio harus membatalkan pernikahan itu.

“Apa Rio tidak bisa kembali besok?”

“Besok? Tidak bisa De, Rio banyak urusan disini. Memangnya ada apa?”

“Dea butuh bantuan Rio. Kalo Rio tidak kembali besok, Rio bakal menyesal seumur hidup.”

Ucapan Dea seperti ancaman baginya. Rio mendesah. Tugasnya disini masih banyak yang belum ia selesaikan. Tapi, ia penasaran juga. Apa benar jika ia tidak kembali besok akan menyesal seumur hidup?

“Baiklah De, secepatnya Rio kembali ke Jakarta.”

“Iya Rio. Pokoknya Rio harus kembali besok.”

“Tapi De, apa tidak bisa lusa? Mustahil sekali Rio kembali besok.”

Pernikahan itu dilaksanakan lusa nanti pada jam sebelas siang. Boleh-boleh saja Rio kembali lusa nanti asalkan tidak melebihi jam sebelas atau menyesal seumur hidup.

“Lusa boleh-boleh saja. Asalkan sebelum jam sebelas siang. Gimana? Atau Rio menyesal seumur hidup.”

“Ntar Rio usahain datang pagi-pagi. Memangnya ada apa sih De? Kenapa Rio harus kembali secepat mungkin?”

Tidak mungkin sekali ia menjelaskan yang sebenarnya. Jika ia jelaskan yang sebenarnya, tentu Rio menganggap hal itu biasa saja.

“Pokoknya Rio harus kembali secepat mungkin! Titik!”

Sambungan diputuskan. Rio berusaha menelpon Dea tapi Dea tidak mengangkat. Lalu, sebuah suara menyadarkannya.

“Bagaimana? Apa kita bisa melanjutkan rapat penting kita?”

***

Malam ini adalah malam terakhir baginya. Besok, tepatnya pukul sebelas siang, pernikahan itu dilaksanakan, dan ia tidak bisa menolak atau membatalkan. Ah Fy, bukannya kamu sudah siap menghadapi hari esok? Bukannya kamu sudah siap menjadi istri Gabriel besok?

Undangan pernikahan sudah disebarkan. Rio pun turut ia undang. Tapi kata Shilla, Rio sedang ada tugas di luar kota. Tidak tau kapan kembalinya. Ya, dan ia tak akan pernah lagi melihat wajah Rio. Tidak akan pernah lagi. Rio sedang sibuk di luar sana. Ya, kabar baik Rio tidak hadir di acara pernikahannya, agar air mata kesedihan tidak ia tampakkan.

Jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Matanya belum mengantuk. Ia yakini malam ini terkena insomnia. Padahal, besok pagi ia harus bersiap-siap. Oh, adakah keajaiban yang datang besok? Tidak! Pernikahan itu tidak boleh dibatalkan. Ia sudah bersumpah. Dan ia tak mau membuat Gabriel sedih. Ify tau, malam ini Gabriel tidur dengan senyuman kebahagiaan. Oh, apa aku salah memutuskan?

Berkali-kali ia mencoba memantapkan hati. Ify, kamu harus bisa. Gabriel adalah lelaki yang dikirimkan Tuhan untukmu. Bukan Rio. Jadi, lupakanlah Rio walau kamu masih mencintainya. Ya, Ify yakin. Hidupnya di Makassar nanti pasti bahagia. Ify berjanji untuk tidak bersedih lagi.

Oh ayolah mata, ngantuklah.. Kedua matanya itu sulit terpejam. Sekarang, apa yang harus ia lakukan agar matanya mengantuk? Baca novel? Main laptop? Mandanginpemandangan malam yang gelap gulita? Jawabannya mungkin yang pertama. Ia lupa belum menyelesaikan novelnya yang berjudul Golden Bird karya Luna Torasyngu. Itu novel temanya bukan cinta, walau ada cintanya juga sih. Tapi mengenai tema tentang misteri rahasia negara. Waw! Ify suka baca novel tentang misteri itu.

Akhirnya, belum lima belas menit, matanya mulai merasakan kantuk yang dahsyat. Ify tersenyum. Untuk bisa cepat mengantuk yaitu membaca novel. Ia pun meletakkan novel di atas mejanya lalu tertidur lelap.

***

“Bagaimana Fy? Apa kamu siap menjadi istri Gabriel?” Tanya sebuah suara asing. Ify menoleh, mencari dimana suara itu berasal.

“Siapa? Siapa yang berbicara?” Takut Ify.

“Kau tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kau lakukan adalah menjawab pertanyaan tadi.”

“Mmm, aku siap kok. Siap dengan segala resiko. Mana mungkin aku membatalkan pernikahan itu. Tidak! Aku tidak mau membuat Gabriel sedih karena aku membatalkan pernikahan itu.”

“Tapi, bukannya kamu sendiri yang memutuskan pernikahan itu? Bukannya kamu sendiri yang meminta pernikahan itu? Kamu salah pilih Alyssa..”

Salah pilih? Salah memutuskan? Apa iya aku salah memutuskan? Oh, memang benar. Waktu itu, ia begitu tertekan. Segala emosi, marah, kesal, sedih, putus asa menjadi satu. Karena itulah ia memutuskan menerima Gabriel dan mempercepat pernikahan.

“Aku memang salah pilih, tapi aku tidak peduli.” Kata Ify.

“Kamu salah besar. Lihat, siapa yang datang ini!”

Seseorang muncul tak jauh dari tempatnya berdiri. Ify mencoba menganggap orang itu hanya fatamorgananya saja. Tapi tidak. Orang itu nyata! Orang itu tepat berdiri disampingnya.

“Selamat ya Fy, semoga kamu bahagia bersama Gabriel...” Ucap orang itu yang tak lain adalah Rio.

“Rio..”

Ingin sekali ia memeluk lelaki itu. Tapi, ia tidak mampu. Ia tidak bisa melakukannya. Bayangan Gabriel hadir di pelupuk matanya secara tiba-tiba. Dan, terlihat wajah sedih Gabriel. Sedih karena dijadikan pelampiasan cinta olehnya.

“Tidak! Aku tau kamu Rio. Tapi aku sudah bersumpah untuk tidak mencintaimu lagi. Kamu yang salah. Teganya kamu melupakanku. Aku benci kamu Yo..”

Rio tidak kaget atau apa. Ia cuman tersenyum kecil saja. Memang, semua ini adalah salahnya. Salahnya karena telah melupakan Ify. Tapi, bukan hatinya yang melakukan.

“Baiklah. Aku pantas mendapatkannya. Semoga kamu bahagia bersama Gabriel...”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Rio pun menghilang. Dan yang Ify lihat adalah bayangan hitam yang memasuki celah-celah tubuhnya. Bayangan hitam yang membuatnya tidak sadarkan diri.

***

“RIOO !!!” Teriaknya. Keringat membanjiri wajahnya. Ify bangun dari mimpi buruk. Oh, hanyalah mimpi.

“AAAA !!!”

Jantungnya ingin saja loncat melihat jarum pada jam dindingnya. Pukul sembilan pagi? Setelat inikah ia bangun? Mengapa tidak ada yang membangunkannya? Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.

“Siap-siap Fy..”

***

Berkali-kali ia menelpon Rio. Dan berkali-kali juga operator mengatakan, ‘nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi.’ Argh, Rio... Kenapa kamu matikan Hpmu di saat yang singkat ini? Jam di tangannya menunjukkan pukul sembilan, dan acara pernikahan itu di mulai pukul sebelas. Berarti tinggal dua jam lagi kesempatannya.

Datang Yo.. Datang.. Dea frustrasi. Rio tidak kunjung datang. Padahal Rio berjanji untuk datang pagi-pagi. Tapi ini apa? Jam sembilan bukan pagi lagi. Apa.. Apa ada sesuatu yang menghalangi lelaki itu datang kemari? Apa Rio...

Dea membuang pikiran negatifnya. Ia yakin keadaan Rio baik-baik saja. Jakarta-Tangerang itu menurutnya tidak terlalu jauh. Dea yakin Rio baik-baik saja dan datang kemari sebelum jam sebelas siang.

KREK !!!

Pintu rumahnya terbuka dan ia mendadak kaget.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar