expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 28 Juni 2015

Like Rain of Hearts ( Part 10 )



Part 10

.

            Mimpikah ia? Perlahan Disty membuka kedua matanya. Baru saja ia memimpikan hal indah tentunya bersama Rio. Rio? Bukankah ia dan Rio sudah pacaran? Disty tersenyum. Gadis itu megecek ponselnya. Wallpapernya adalah foto Rio yang sedang bermain gitar dan itu adalah foto favoritnya. Ada beberapa pesan masuk. Disty tidak berhenti tersenyum saat menemukan nama My Prince ‘Rio’ mengirimnya pesan.

            Good morning my princess! See you soon. I will come to your house and we go to school together J

            Disty menaruh ponsel di atas meja belajar lalu bergegas untuk mandi. Setelah mandi dan berpakaian rapi, Disty berjalan menuju ruang makan. James orang pertama yang menggodanya pagi itu.

            “Adik cantikku sudah punya pacar. Selamat ya. Kau beruntung bisa mendapatkan Rio. Kau memang selalu mendapat cowok yang keren dan terkenal.” Ucap James.

            Disty tersenyum. “Rasanya seperti mimpi. Ternyata nyata. Baru kali ini Disty dibuat kaku dan seperti sudah mati karena cowok. Rio memang romantis. Sangat romantis. Semoga hubungan Disty dengannya baik-baik saja.” Ucapnya.

            Diantara keluarganya, hanya Thomas yang tidak menampakkan wajah ceria. Wajah Thomas tampak berbeda dari lainnya. Ada apa dengan Ayah? Disty sempat melihat gaya makan Ayahnya yang seperti tidak berselera. Apa Ayahnya sakit? Atau jangan-jangan.. Apa Ayahnya tidak suka jika ia berhubungan dengan Rio?

            Setelah selesai sarapan, ternyata Rio sudah ada di luar. Aneh. Jantungnya sedaritadi berdetak tak karuan dan Disty seperti malu bertemu Rio. Tapi Disty mencoba untuk baik-baik saja dan tenang. Di luar sana, Rio sama dengan biasanya dengan penampilan yang sangat keren.

            I bet you had a beautiful dream about me.” Ucap Rio sambil mengacak-acak rambut Disty.

            And I bet you had a beautiful dream about me too.” Balas Disty kemudian naik ke motor Rio dan motor itu melaju meninggalkan rumah Disty.

            Sementara itu, di teras Michael kebingungan karena Luke tidak datang ke rumahnya. Apa Luke tidak sekolah? Tapi menurutnya Luke itu anak yang rajin dan selalu hadir meski sakit. Apa Luke tidak mau ikut dengannya seperti biasanya? Apa Luke tidak sanggup melihat kemesraan Disty dengan Rio?

            “Kau telpon saja Luke.” Ucap James sambil melihat jam tangannya.

            “Percuma. Luke tidak mengangkat telponku.” Ucap Michael.

            James menghela nafas panjang. “Artinya kali ini dia tidak ikut dengan kita.” Ucapnya dan bersiap-siap masuk ke dalam mobil.

***

            7.15…

            Cowok itu masih tertidur lelap di meja belajarnya. Entah apa yang membuat cowok itu betah dengan cara tidur seperti itu. Duduk di kursi sambil menjatuhkan wajahnya di meja. Parahnya lagi, laptop yang kemarin ia buka belum dimatikan dan koneksi internet belum ia matikan juga. Otomatis modem yang ia gunakan habis pulsanya dan error.

            Tangan kanannya bergerak sehingga membuat ponselnya terjatuh dengan keras. Seketika itu juga Luke terbangun dengan kaget. Di hadapannya ada cermin sehingga ia bisa melihat wajahnya yang mengerikan. Kemudian Luke melihat laptopnya yang masih ditancap oleh modem.

            “Oh shit! Kenapa aku bisa ketiduran?” Ucap Luke kaget lalu cepat-cepat menekan keyboard laptopnya. Tidak bisa hidup. Laptopnya sedang terkena masalah.

            Luke heran kenapa bisa setelat ini bangun. Kenapa Ayah atau Ibunya tidak mau membangunkannya? Luke teringat dengan pintu kamar yang selalu ia kunci. Tidak mungkin seseorang bisa masuk ke dalam kamarnya. Kemudian Luke menemukan ponselnya yang tergeletak di lantai. Ketika ia membuka ponselnya, ada sepuluh panggilan dari Michael dan lima pesan dari Michael. Pagi ini memang pagi yang paling buruk.

            Setelah mandi dan bersiap-siap, Luke melihat kakaknya, Jack yang sedang menonton TV. Luke merasa kesal sekali.

            “Sudah bangun? Bagaimana kau bisa telat dan mengapa kau selalu mengunci kamarmu? Aku dan Mama sudah lelah menggedor pintu kamarmu tetapi usaha kami sia-sia.” Ucap Jack.

            Luke tidak membalas ucapan Jack dan terus berjalan menuju luar. Namun Jack langsung bicara dengannya. “Sampai kapan kau begini terus? Aku tau kemampuanmu Luk dan kau jangan takut untuk melakukan hal yang kau suka asalkan itu baik.” Ucapnya yang sukses membuat Luke menghentikan langkahnya.

            “Mewakili sekolah untuk kegiatan lomba dalam berbagai mata pelajaran?” Tanya Luke.

            “Bukan. Bukan itu yang aku maksudkan.” Ucap Jack.

            “Ya terimakasih. Luke pergi dulu dan sepertinya Luke akan di hukum kali ini.” Ucap Luke tidak nyambung.

***

            “Apa yang kau perbuat dengan laptopmu?” Tanya Michael saat mendengar cerita Luke.

            Tadi Luke memang terlambat tapi karena satpam sekolah sedang malas, jadinya yang terlambat boleh masuk ke dalam kelas. Luke beruntung. Tapi Luke teringat dengan nasib laptopnya. Kalau rusak bagaimana? Jika semua file-file-nya hilang bagaimana?

            “Kemarin malam aku browsing internet dan tiba-tiba aku mengantuk dan ketiduran.” Jawab Luke.

            Michael menggeleng-gelengkan kepala. “Ternyata orang sejenius sepertimu bisa error juga.” Ucapnya. Tiba-tiba Michael teringat sesuatu. “Aku heran deh. Setiap kali aku ke rumahmu, kau melarangku masuk ke dalam dan kau hanya mengizinkanku di teras saja. Dan aku ke rumahmu di waktu tertentu saja. Memangnya ada apa? Kau kan sudah melihat seisi rumahku.” Sambungnya.

            “Setidaknya rumahku tidak ada bom atau barang-barang terlarang.” Ucap Luke.

            “Aku tidak menuduhmu seperti itu. Hanya saja kau sedikit misterius. Aku sudah menganggapmu sebagai sahabat.” Ucap Michael.

            “Dan terimakasih karena sudah menganggapku sebagai seorang sahabat.” Ucap Luke.

            Michael tidak bisa mengerti jalan pikiran Luke. Selalu. “Ohya, nanti malam kau harus ikut makan malam bersama kami karena aku tidak mau dicuekkan.” Ucapnya.

            “Makan malam dengan siapa?” Tanya Luke. Perasaannya mulai tidak enak.

            Michael tersenyum. “Rio yang akan mentraktir kita.” Ucapnya.

***

            Tidak tau mengapa Luke mau menerima ajakan Michael. Disinilah mereka. Berada di sebuah restoran nomor satu di London. Restoran itu adalah milik Ayah Rio. Pantesan saja Rio kaya karena Ayahnya mempunyai restoring sebagus ini. Biasanya restoran ini banyak didatangi pejabat-pejabat kaya atau artis-artis papan atas Kota London.

            Tentu saja Disty dan Michael kaget mengapa Rio sampai bisa membawa mereka ke restoran ini. Parahnya lagi Luke. Cowok itu memakai baju apa adanya namun terlihat tidak cocok. Tapi Rio tidak mempedulikan penampilan Luke. Tadi Rio dengan diantar supir pribadinya menjemput Disty.

            “Pacaran dengan orang kaya enak juga.” Ucap Michael. Mereka sudah duduk di tempat yang nyaman.

            “Tapi aku bukan tipe cewek yang menginginkan cowok kaya. Aku benci akan hal itu.” Ucap Disty.

            Rio tersenyum. “Aku percaya ke kamu.” Ucapnya.

            Setelah memesan pesanan, kemesraan antara Rio dengan Disty mulai terlihat. Dimulai dari Rio menggenggam tangan Disty dan selalu menampakkan senyuman terbaikknya. Kalau begini caranya, apa gunanya Rio mengajak Michael? Tetapi Rio memang ingin mengajak yang lain mengunjungi restorannya. Di lain waktu Rio bisa mengajak Disty pergi sendiri.

            “Apa yang kau rasakan?” Bisik Michael di telinga Luke.

            Luke tidak langsung menjawab. “Aku tidak merasakan apa-apa. Tetapi aku heran dengan diriku mengapa aku mau menerima ajakanmu. Kenapa kau tidak mengajak James?” Ucapnya.

            “James lagi sibuk. Ya sekali-kali kita diajak makan malam oleh orang kaya. Tidak boleh menolak rezeki.” Ucap Michael.

            “Tapi rasanya kita seperti menganggu pasangan itu.” Ucap Luke. Ia sengaja tidak menyebut nama ‘Rio dan Disty’.

            Michael tersenyum puas. Sebenarnya alasannya mengajak Luke untuk melihat bagaimana reaksi cowok itu. Tetapi Luke sama saja. Cuek dan irit bicara. Luke juga terlihat tenang dan tatapan matanya tidak menandakan tatapan kemusuhan saat melihat Rio. Apa Luke memang tidak menyukai Disty? Sebenarnya bagaimana perasaan Luke? Michael heran dengan dirinya sendiri yang ingin sekali mengetahui kehidupan orang lain. Sudahlah.

            Setelah pesanan datang, keempatnya menyantap makanan itu dengan semangat. Rio tidak segan-segan menyupai Disty. Begitu pula sebaliknya. Intinya pasangan itu sangat mesra. Tetapi selain itu Rio mempunyai maksud lain. Cowok itu ingin memanasi Luke karena diam-diam Rio curiga kalau sebenarnya Luke menyukai Disty. Tapi Luke tampak tenang-tenang saja.

            “Kau memang sangat romantis. Sudah ganteng, baik, keren, pinter nyanyi, jago main gitar, idola seisi sekolah.. Aku beruntung sekali mendapatkanmu meski nyatanya banyak yang membenciku.” Ucap Disty.

            “Dan aku juga beruntung mendapatkan cewek cantik dan spesial seperti dirimu. Jangan pikirkan kata mereka. Mereka tidak akan menganggumu.” Ucap Rio.

            Rio memang cocok untuk Disty. Bahkan sangat cocok, begitu pikir Luke. Cowok itu terus saja melahap makanan di depannya namun tanpa minat karena nafsu makannya hilang. Luke berharap semua ini cepat berakhir.

            Akhirnya, makan malam itu berakhir indah. Disty merasa bahagia sekali. Besok apalagi? Disty tidak bisa membayangkannya. Intinya dia berharap akan selalu bahagia bersama Rio dan perasaannya pada Rio tidak akan pernah hilang. Ya.

            Tetapi siapa yang akan menjamin perasaan seseorang?

***

            Hari-hari Disty begitu indah semenjak pacaran dengan Rio. Hubungannya dengan Rio sudah sebulan dan mereka semakin lengket. Banyak sekali yang iri dan membenci Disty sehingga Disty banyak mempunyai musuh. Tetapi Disty cuek. Disty masih banyak mempunyai sahabat-sahabat yang menyayanginya seperti Miley dan Donna. Dua sahabatnya itu mendukung hubungannya dengan Rio dan selalu berdoa Rio dan Disty akan selalu bersama.

            Di malam yang damai itu, seperti biasa Disty bermain gitar di balkon kamarnya ditemani semilir angin yang lembut. Tampaknya gadis itu semakin berbakat. Disty sudah banyak membuat lagu. Tapi Disty sama sekali tidak pernah menyanyi di hadapan banyak orang. Rio pernah menyuruhnya untuk tampil mengisi acara tetapi Disty menolak. Disty menyanyi hanya untuk dirinya sendiri.

            Tanpa sengaja Disty melihat stiket bertuliskan huruf ‘L’ di gitarnya. Gadis itu terdiam sesaat. Lintar. Bagaimana kabar cowok itu? Beberapa hari yang lalu Disty mengecek facebook Lintar dan tersenyum bahagia. Disana Lintar mengganti foto profil facebooknya. Lintar yang berfotoan bersama teman-temannya. Wajah Lintar sama seperti terakhir kali ia lihat. Disty menyimpulkan Lintar memang sudah melupakannya. Kalau Lintar pernah aktif di facebook saat kepergiannya, seharusnya Lintar mengirimnya pesan. Tetapi ini tidak. Barangkali Lintar sudah mempunyai pacar.

            Lintar adalah masa lalunya dan Disty sudah tidak mencintai Lintar lagi. Dulu ia memang sangat mencintai Lintar. Tetapi sekarang tidak lagi. Disty takut hal yang sama yang akan terjadi pada Rio. Bagaimana jika perasaannya pada Rio akan berubah? Atau bagaimana jika perasaan Rio yang berubah? Entah mengapa Disty menjadi galau. Rio. Cowok itu membuatnya khawatir dan takut. Disty tidak mau kehilangan Rio. Apapun yang terjadi. Bahkan jika ia harus pindah tempat tinggal Disty berjanji untuk tetap berada disini, di samping Lintar.

            “Be my forever be my forever..”

            Gadis itu kembali menyanyikan lagu yang pernah ia nyanyikan saat bersama Rio di ruang musik. Lagu favoritnya, dan Disty berharap seperti lirik lagu itu. Rio akan menjadi miliknya untuk selama-lamanya.

***

Like Rain of Hearts ( Part 9 )



Part 9

.

            Bulan Desember…..

            Bulan inilah bulan favoritnya. Selain merayakan natal bersama keluarga, bulan Desember adalah bulan kelahirannya. Disty berulang tahun tanggal tiga Desember. Dua hari lagi umurnya tiga belas tahun. Cepat sekali. Perasaan baru kemarin Disty merayakan ulang tahunnya yang kedua belas.

            Tahun kemarin, ulang tahunnya hanya dirayakan seadanya. Tidak ada pesta atau acara lainnya. Mama hanya membuatkannya kue tart dan satu buah kado. Teman-temannya juga ada yang memeriahkan ulang tahunnya dengan cara melemparnya dengan tepung dan telur sehingga Disty hanya bisa pasrah dan tidak bisa berbuat apapun. Ditambah lagi Lintar yang memberinya sebuah kado spesial.

            Yaitu sebuah stiker yang bertuliskan huruf ‘L’. Disty menempel stiker itu di gitarnya. Itu bukan stiker biasa. Stiker itu awet sampai sekarang dan Disty bersumpah untuk tidak mencopotnya meski mungkin suatu hari nanti ia tidak mencintai Lintar lagi. Stiker itu masih ada sampai sekarang. Awalnya Disty mau membuang stiker itu karena rasa sakit hatinya pada Lintar yang tidak mau membalas emailnya. Tapi Disty merasa bersalah jika harus membuang stiker itu. Stiker itulah satu-satunya kenangan dari Lintar. Ya. Tidak ada salahnya membiarkan stiker itu menempel di gitarnya.

            “Disty sebentar lagi berumur tiga belas tahun ya?” Tanya Bella.

            Seperti biasa. Keluarga Clifford selalu sarapan pagi bersama sebelum melakukan aktifitas. Mendengar ucapan Bella, Disty tersenyum.

            “Iya Ma. Disty mau berumur tiga belas tahun. Cepat sekali.” Ucap Disty.

            Thomas langsung membelai rambut Disty. “Nanti kita akan adakan pesta. Kau boleh mengundang teman-temanmu.” Ucapnya.

            “Pesta? Itu ulang tahun Disty yang ketiga belas. Bukan sweet seventeen. Disty rasa Disty masih kecil untuk mengadakan pesta.” Ucap Disty.

            “Tidak apa-apa Dis. Aku ingin kau bahagia di hari ulang tahunmu yang ketiga belas. Nanti aku akan mengajak band-ku untuk memeriahkan ulang tahunmu.” Ucap James.

            “Benar kata James. Intinya ulang tahunmu lusa nanti harus meriah. Kebetulan ulang tahunmu jatuh di hari sabtu. Jadi bisa free sampai pagi.” Ucap Michael.

            Thomas, Bella, Michael dan James begitu semangat membahas acara ulang tahun Disty dan Disty tidak bisa menolak. Gadis itu mengangguk. Tidak ada salahnya merayakan pesta. Ya, lusa nanti. Pasti Bella akan sibuk mengurusi perlengkapan karena mendesak.

            “Oke. Apa lusa nanti semuanya bisa siap?” Tanya Disty.

            “Tentu saja!” Jawab Michael dan James serempak.

***

            “Ini.”

            Sore itu, Michael memutuskan untuk pergi ke rumah Luke. Ya. Michael-lah yang selalu pergi ke rumah Luke karena Luke tidak mau ke rumahnya. Michael tau Luke tidak ingin membuat Disty kesal padanya. Tapi semenjak kejadian itu, sikap Luke sedikit berbeda. Luke seperti sedang mempunyai beban pikiran dan wajahnya sama sekali tidak menandakan wajah ceria.

            Luke memang begitu. Wajahnya tidak pernah ceria dan terlalu serius. Luke jarang tersenyum. Apalagi tertawa. Poni miringnya membuat style Luke semakin sempurna. Michael pernah menyuruh Luke untuk merubah gaya rambutnya tetapi Luke menolak. Katanya Luke lebih nyaman dengan gaya rambut seperti ini dan tidak akan pernah merubahnya.

            Undangan pesta ulang tahun Disty yang akan diselenggarakan besok sudah disebar. Tentu saja Michael mengundang Luke dan Disty tidak keberatan. Adiknya itu seperti sudah bersahabat dengan Luke. Bagus.

            Luke menerima undangan yang diberikan Michael. “Pesta ulang tahun Disty. Aku rasa aku tidak akan menghadirinya.” Ucap Luke.

            Langsung saja Michael duduk di dekat Luke. “Kenapa? Datang saja. Tidak baik menolak undangan seseorang.” Ucapnya.

            Luke terdiam dan seperti tengah berpikir. Diam-diam Michael kasihan melihat Luke. Juga kasihan dengan hidup Luke. Michael pernah bertemu dengan Liz yang adalah Mama Luke dan Liz juga tidak tau sifat dan sikap anaknya. Tetapi Liz sama sekali tidak pernah memaksa atau menekan Luke agar terus belajar. Itu adalah keinginan Luke sendiri tanpa paksaan.

            “Kau kenapa Luk? Kenapa wajahmu sedih seperti itu?” Tanya Michael.

            “Aku tidak apa-apa.” Jawab Luke. Tentu saja jawaban itu bohong.

            “Oke. Tapi ku harap kalau kau ada masalah, jangan diam saja. Mungkin aku bisa membantumu karena kau sudah banyak membantuku.” Ucap Michael.

            Sesaat keduanya diam. Michael memilih untuk menunggu Luke bicara. Ia ingin mengetahui bagaimana reaksi Luke. Michael juga mencoba menebak apa sebenarnya masalah Luke. Sekolah Luke baik-baik saja bahkan nilai Luke semakin meningkat. Keluarganya juga baik-baik saja. Jadi masalah apa dong?

            “Aku sedang menyukai seseorang.” Ucap Luke tiba-tiba.

            Tentu saja Michael kaget mendengar ucapan Luke. Itu Luke? Itu Luke temannya? Baru kali ini Luke mengakui kalau sedang menyukai seorang gadis. Michael tersenyum. Benar kan Luke masih normal? Seaneh-anehnya Luke, cowok itu pasti bisa menyukai seseorang atau hanya sebatas kagum saja. Pertanyaannya, siapa gadis itu?

            “Tapi ku rasa itu tidak penting.” Ucap Luke.

            “Tidak penting? Justru kalau kau suka, kau harus memperjuangkan cintamu itu. Aku yakin gadis itu mau denganmu.” Ucap Michael seakan-akan mempersemangat Luke.

            Luke tersenyum hambar. “Tidak. Gadis itu sama sekali tidak menyukaiku karena aku bukan tipenya. Ya. Aku sadar tidak ada satupun gadis yang mau menyukaiku.” Ucapnya.

            “Jangan begitu. Sebenarnya kau itu cakep. Ubahlah sedikit penampilanmu dan jangan dingin jika ada cewek yang mendekatimu.” Ucap Michael.

            “Jadi kesimpulannya penampilan itu nomor satu?” Tanya Luke.

            Terkadang Michael selalu bingung dengan jalan pikiran Luke. Entah apakah dirinya atau Luke yang salah. “Bukan. Tapi ya.. Penampilan juga sangat berpengaruh. Kau pintar Luk. Pasti gadis manapun yang kau suka tentu tidak menolak perasaanmu. Dia malah beruntung mempunyai pacar yang pintar sepertimu.” Ucapnya.

            “Dan membosankan.” Ucap Luke.

            Membosankan? Tiba-tiba Michael teringat sesuatu. Jangan-jangan….

***

            December, 3rd….

            Rio tersenyum menerima undangan pesta ulang tahun Disty yang ketiga belas. Pasti acara besok malah meriah, dan pastinya Disty akan terlihat sangat cantik besok malam. Ia harus melakukan sesuatu. Ya. Besok adalah hari terbesar Disty. Tampaknya ia harus mempersiapkan sebuah kejutan besar untuk Disty. Ya.

            Cowok itu kini sedang bersama gitarnya sambil mencoba menyusun nada-nada yang indah. Ada sebuah lagu istimewa yang ingin ia nyanyikan pada gadis yang begitu spesial di matanya. Ya. Rio sudah memutuskan keputusan itu dan ia rasa dirinya sudah mantap. Tidak peduli bagaimana resikonya asalkan ia bisa bahagia walau dengan cara yang salah.

            Egois memang. Tapi itu bukan salahnya. Itu bukan salahnya dan ia akan menantang kesalahan yang diperbuat oleh seseorang yang sangat dibencinya dan malah membuangnya. Itulah rahasia terbesarnya yang tidak diketahui oleh teman-temannya. Kalau teman-temannya sampai tau, kemungkinan besar ia akan diasingkan dan ia tidak akan mempunyai teman apalagi idola dan ia tidak mau hal itu terjadi.

            Dan gadis itu tidak boleh tau. Bahkan selama-lamanya gadis itu tidak boleh tau. Ya. Disty tidak boleh tau tentang rahasia-rahasia itu.

***

            Malam yang ditunggu telah tiba. Disty merayakan ulang tahunnya di sebuah gedung yang cukup mewah. Tentu saja Thomas bisa menyewa gedung itu dengan mudah. Yang menghadiri kebanyakan teman-teman seangkatan Disty. Ada juga kakak kelas tapi yang hanya mengenal Michael dan James.

            Disty begitu cantik malam ini dengan gaun abu-abu selutut tanpa lengan. Rambutnya sedikit dikeritingkan bagian bawah dan terlihat pirang. Semenjak tiba di London Disty mulai merubah gaya rambutnya dan mulai memperhatikan penampilan.

            Happy birthday Disty! Tonight you look so beautiful as angel.” Ucap Donna sambil mencium pipi Disty.

            Thankyou. You beautiful more.” Balas Disty.

            “Hmmm.. Si Rio mana?” Tanya Miley.

            Disty tersenyum. “Tadi ku lihat dia sama teman-temannya dan Rio sangat tampan sekali.” Jawabnya.

            “Wah.. Kalau saja Rio menyatakan perasaannya malam ini padamu pasti kau akan bahagia.” Ucap Donna.

            Mimpi. Hanya mimpi. Ia dan Rio sudah berbulan-bulan dekat tapi Rio sama sekali tidak memberi tanda apapun mengenai perasaannya. Mungkin Rio hanya menganggapnya sebatas teman saja. Tidak lebih. Ingin sekali Disty menyatakan perasaannya pada Rio. Ya. Disty akui ia menyukai Rio dan ingin menjadi satu-satunya gadis spesial di hati Rio. Tapi Disty tidak berani menyatakan perasaannya. Ia hanyalah seorang gadis.

            Tidak jauh dari tempat itu, Michael tersenyum puas melihat kedatangan Luke yang sudah terlalu terlambat. Tapi Michael senang karena Luke mau hadir di acara ulang tahun adiknya. Penampilan Luke tidak buruk-buruk amat. Tetapi rambutnya masih sama saja dan wajah Luke selalu nampak tidak ceria.

            Finally you came! You look so handsome.” Ucap Michael sambil menepuk-nepuk pundak Luke.

            “Disty mana?” Tanya Luke sambil melihat-lihat. Di tangan kanannya ada sebuah kado yang tentu saja ia berikan ke Disty.

            Michael pun mengantar Luke menuju tempat Disty berada. Ternyata gadis itu sedang tertawa bersama teman-temannya. Malam ini penampilan Disty sangat berbeda. Disty jauh lebih dewasa dari sebelumnya. Tiba-tiba Luke merasa bodoh karena berada di tempat ini. Sebuah tempat yang merupakan bukan tempatnya.

            Wau Luke Robert Hemmings! I can’t believe you would come to my birthday party. But about your hair, I still hope you will change your hair style.” Ucap Disty sambil tersenyum lebar.

            Luke tidak merespon ucapan Disty. Cowok itu memberikan Disty hadiah berbentuk kotak kecil yang isinya penuh dengan misteri. Disty tersenyum sambil menerima kado itu lalu mengucapkan terimakasih. Baginya, Luke sudah tidak termasuk daftar orang yang menyebalkan dan Disty mau berteman baik dengan Luke.

            Sementara itu, Luke merasa lega karena sudah memberikan kado itu pada Disty. Entah mengapa mulutnya terasa berat untuk mengucapkan ‘Happy Birthday’ pada Disty. Luke merasa dirinya terlalu lemah. Bodoh. Ia merasa bodoh terlahir menjadi anak laki-laki. Tapi mungkin ini saatnya untuk mengucapkan sebuah kalimat penting yang memang seharusnya sudah dia ucapkan sebelumnya.

            Do what your heart wants.” Bisik Michael di telinganya.

            Bisikan Michael menyadarkannya. Luke melihat Disty yang kembali tertawa bersama Donna dan Miley. Tiba-tiba Luke teringat sesuatu. Dimana Rio? Mengapa ia belum menemukan sosok pujaan Disty? Luke menelan ludahnya.

            “Dis..” Ucap Luke dengan suara yang cukup keras.

            Disty membalikkan tubuhnya dan menatap Luke. “Ya, ada apa? Want to say ‘happy birthday’ to me?” Ucapnya.

            Luke tidak langsung menjawab. Saat ini batinnya sedang berperang. Antara ragu dan yakin. “Aku.. Aku…” Ucapnya.

            Tentu saja Disty memandang Luke dengan aneh. Juga Donna dan Miley. Tidak biasanya Luke seperti ini. Tapi perasaan Disty menjadi tidak enak.

            “Aku.. I just wanna say that you’re very beautiful tonight.” Ucap Luke akhirnya. Bodoh!

            Disty tersenyum lalu tertawa. “Akhirnya kau sadar juga kalau aku cantik.” Ucapnya lalu kembali bersama Donna dan Miley.

            “Luk.” Ucap Michael.

            “Hmm..” Balas Luke.

            It feels so hard. But you should say that. Laki-laki memang begitu. Kau sudah memilih untuk mundur. Aku tau Luk kalau sebenarnya kau menyukai Disty. Aku sudah bisa menebak cara pandangmu pada Disty.” Ucap Michael.

            “Tidak. Aku tidak mengatakan kalau aku menyukai Disty.” Sanggah Luke.

            Belum sempat Michael merespon ucapan Luke, dari arah belakang semua yang menghadiri acara pesta itu berkumpul di dekat panggung tempat James dan kawan-kawan tadi manggung. Ternyata disana ada seorang cowok yang sedang duduk di atas panggung sambil membawa gitar. Ya. Cowok itu tidak lain adalah Rio! Otomatis semua orang langsung mengarah padanya tak terkeculai Disty yang merasa dibuat kejutan oleh Rio.

            Disana, Rio tampak sempurna sekali. Mungkin gadis-gadis yang ada di tempat itu menganggap Rio adalah cowok tertampan sedunia. Michael yang heran dengan kerumunan itu akhirnya mengerti. Namun perasaannya tidak enak. Pasti Rio akan melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan Disty.

            Good night!” Sapa Rio sambil tersenyum melihat para penonton.

 Gadis-gadis itu langsung bersorak gembira karena tergila-gila dengan pangeran tampan itu. Ya. Semuanya terlihat bahagia. Kecuali seorang cowok yang terdiam tanpa ekspresi yang jelas. Luke. Entah apa yang ada dipikiran Luke dan bagaimana perasaannya saat itu. Yang jelas bukan perasaan gembira atau bersemangat.

“Sebelumnya, aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk Adisty Christina Cllifford. Ayo kita beri tepuk tangan untuknya.” Ucap Rio dan semuanya bertepuk tangan, sama sekali tidak memikirkan hal yang selanjutnya dilakukan Rio.

Sementara itu, Disty tersenyum bahagia dan hampir meneteskan mata. Rio. Cowok yang disukainya itu sudah menjadikannya sebagai seorang putri disini. Rio benar-benar cowok yang romantis dan hanya gadis istimewa saja yang mampu menguasai hati Rio. Di dalam benaknya timbul pertanyaan. Apakah ia bisa menjadi gadis yang istimewa di hati Rio?

Selajutnya, suasana berubah menjadi sunyi. Yang ada hanyalah suara gitar lembut yang dimainkan oleh Rio. Tidak ada satupun yang tidak menyaksikannya. Dan Disty… Gadis itu seperti sedang berada di sebuah tempat yang asing dan tidak pernah didatanginya. Kedua kakinya juga terasa seperti tidak menyentuh tanah tatkala melihat pangerannya memainkan gitar dengan penuh penghayatan dan gaya sangat….. susah untuk di jelaskan.

You walk into the room so perfect but unaware

Making you stop and stare everytime

I heard he broke your heart can I just fix you girl

Show you a different world..”

Suara Rio yang begitu lembut membuat hati siapa saja akan tersentuh mendengarnya. Hal itu juga berlaku bagi Luke. Luke tidak bisa membohongi dirinya sendiri ternyata Rio benar-benar sempurna dan tanpa cela sedikitpun. Pantas banyak sekali gadis-gadis yang mengidolakannya. Banyak sekali gadis-gadis yang berusaha agar Rio tertartik padanya. Di like status facebook-nya oleh Rio saja sudah kegirangan bukan main. Rio. Itulah tipe cowok favorit Disty. Cowok yang seperti Rio.

I take you anywhere I push you on a throne

I lay down my heart I swear

And I'll make sure that you'll never be alone..

Sebelum memasuki reff, Rio berusaha mencari wajah Disty dan ternyata Disty sedang menatapnya tanpa kedip. Rio harap perasaan gadis itu bahagia. Ya.

Only my shadow knows how I feel about you

Only my shadow goes where I dream of you and me

Should I go or wait is it too soon too late

Only my shadow knows..”

Tepuk tangan kecil mulai terdengar lalu menjadi besar. Pesta ulang tahun yang benar-benar menakjubkan. Dan Disty, gadis itu meneteskan air mata walau hanya setetes. Perasaannya benar-benar bahagia. Ditsy tidak pernah merasakan kebahagiaan ini sebelumnya. Meski Rio bukan miliknya, tapi cowok itu dapat membahagiakannya hanya melalui sebuah lagu. Sedangkan Lintar, meski ia sudah menjadi pacar Lintar, Lintar tidak pernah melakukan seperti yang Rio lakukan.

Sesuatu yang tidak di duganya pun terjadi. Rio bangkit dari duduknya kemudian berjalan dan para penonton memberinya jalan. Tatapan Rio yang dapat mematikan siapa saja kini terpusat pada satu arah. Yaitu seorang gadis yang ia rasa adalah gadis tercantik dan gadis terhebat. Gadis itu juga sedang menatapnya dan Rio bisa melihat bekas air mata yang ada di pipi gadis itu. Rio terus saja berjalan dan kini jaraknya dengan gadis itu hanya beberapa centi saja.

“Gila Luk! Kalau aku cewek, pasti aku akan beruntung dan bahagia. Kenapa aku tidak bisa menjadi seperti Rio?” Gumam Michael.

Disty. Hanya itulah yang ada dipikiran Luke. Gadis itu tampak bahagia bahkan gadis itu sempat menangis hanya karena Rio. Kenapa? Kenapa harus orang yang seperti Rio? Rio memang romantis. Luke merasa sebentar lagi harapan itu akan hilang dan ia akan sangat menyesal.

I've been loving you so long and now that I got the chance

I see you need to dance on your own

So I wait another day

Maybe another year I'm gonna be right here oh..”

Semua gadis yang hadir di tempat itu begitu cemburu dengan Disty. Disty sangat beruntung. Tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena adegan yang mereka lihat sangat-sangat romantis. Mereka hanya bisa membayangkan jika berada di posisi Disty, pasti mereka akan bahagia.

I take you anywhere I push you on a throne

I lay down my heart I swear

And I'll make sure that you'll never be alone..

Rio memberhentikan lagunya. Sebagai gantinya, cowok itu menatap Disty dengan sangat dalam sampai Disty tidak berani membalas tatapan Rio. Wajahnya ingin ia tundukkan tetapi hatinya menolak. Kemudian, Rio meraih tangannya dan itu membuat Disty beku di tempat itu juga. Tuhan… Jangan bangunkan aku dari mimpi indah ini..

Satu hal lagi yang membuat Disty semakin beku dan tidak bisa bernafas. Rio berlutut di hadapannya bagaikan seorang pangeran yang hendak menyatakan perasaannya pada seorang putri. Disty menutup matanya.

I've been loving you so long. Kau gadis yang sangat spesial di hatiku. Aku sadar Dis kaulah cintaku yang sebenarnya. I love you. And I will ask you one question. Would you be my girl? Would you be my angel in my life?”

So sweet sekali kalimat yang diucapkan Rio. Beberapa yang menontonnya serasa ingin pingsan. Baru kali ini Rio menyatakan perasaannya dengan dilihat oleh banyak orang dan Rio sama sekali tidak merasa malu. Rio seakan-akan sudah bisa menebak perasaan Disty sehingga ia tidak akan malu kalau-kalau Disty menolaknya.

Bagi Disty, inilah saat-saat yang paling di tunggunya. Cowok yang disukainya telah menyatakan perasaannya. Apa lagi yang kau tunggu? Sebelum menjawab pertanyaan Rio, Disty berusaha mengatur nafasnya dan mencoba untuk tenang.

“Yo, Disty bingung mau jawab apa karena Rio terlalu romantis. Apalagi banyak dilihat oleh orang banyak. Tapi Disty tidak bisa menolak Rio. Disty juga suka sama Rio.” Ucap Disty dengan bahasa yang kacau. Begitulah dia kalau sedang gugup bahasa inggrisnya kacau.

Rio tersenyum senang karena menyadari perasaannya diterima oleh Disty. Cowok itu pun langsung memeluk Disty dengan erat dan semua yang melihatnya bertepuk tangan. Walau ada yang tidak suka dan cemburu karena Rio sudah tidak jomblo lagi, tetapi ternyata Disty dan Rio romantis dan pasangan yang cocok.

“Ayik adikku sudah tidak jomblo lagi.” Ucap Michael. Tampaknya cowok itu mendukung hubungan Rio dengan Disty.

Di samping Michael, Luke yang sudah melihat semua itu dengan mata kepalanya sendiri memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam hatinya ia merutuki dirinya sendiri kenapa sampai bisa hadir di acara pesta ulang tahun Disty. Luke benar-benar tidak memikirkan soal Rio. Tidak.

“Luk!” Teriak Michael yang menyadari Luke sudah berada di luar rumah Disty. Michael pun pergi menyusulnya.

“Hei! What’s wrong?” Tanya Michael mencoba menjajari tubuhnya dengan Luke.

“Aku ingin pulang.” Jawab Luke singkat. Nada suaranya sangat tidak ramah.

“Pesta belum selesai. Kau kenapa? Kau tidak suka Disty pacaran dengan Rio?” Tanya Michael.

Sebenarnya Michael tau apa yang dirasakan Luke. Tentu saja Luke merasa sakit. Coba bayangkan orang yang kau sukai menjadi milik orang lain? Sementara itu Luke memberhentikan langkahnya dan menatap Michael.

“Sudah ku bilang. Aku tidak menyukai Disty. Aku ingin fokus belajar dan tidak ingin mengecewakan kedua orangtuaku.” Jawab Luke.

“Kalau kau tidak menyukai Disty, kenapa wajahmu sesedih ini? Tadi sewaktu kau bicara dengan Disty kau ingin menyatakan perasaanmu pada Disty dan kau membatalkannya dan malah mengatakan kalau Disty terlihat cantik malam ini. Terlambat. Kau terlambat Luk. Disty sudah menjadi milik Rio dan mencintai cowok itu.” Ucap Michael.

“Ya. Mereka pasangan yang cocok. Rio tampan, Disty cantik. Dua-duanya menyukai musik dan jago main gitar. Disty hanya menyukai tipe cowok seperti Rio. Sebelum kau menyatakan perasaan pada seseorang, kau harus paham dulu apakah gadis itu menyukaimu atau tidak agar pernyataanmu tidak sia-sia. Tapi sekali lagi aku tidak menyukai Disty dan aku senang melihat Disty bahagia bersama Rio.” Ucap Luke lalu pergi meninggalkan Michael.

Setelah Luke pergi, Michael tersenyum sedih melihat punggung Luke yang menghilang dari kejauhan. Apa ia salah? Apa ia salah menebak? Tapi menurutnya, Disty lebih cocok bersama Luke dibanding Rio.

***

Upload & Share Any Sound

Rec or Choose files

Save

My Penguin

1 Minutes ago

Too Late + Lyric

“Ever since the day that we met

I couldn't get you out of my head

There was always something about you

Every chance that I seem to get

Finds a way to end in regret

There was always something about you



Jealousy keeps containing me

In time you'll see just what we could be



But I'm always too late I'm always too late

I see you but I always hesitate

'Cause I'm always too late don't wanna be too late

To have you by my side and I can't wait

'Cause never is too late



Every time I see you with him

I'm tearing down the walls in my head

I can't hold back any longer



Wanted to tell you what I feel inside

Don't wanna hurt you I'll make you feel alright”

Your file successfully uploaded


***