Part 10
.
Mimpikah ia? Perlahan Disty membuka
kedua matanya. Baru saja ia memimpikan hal indah tentunya bersama Rio. Rio?
Bukankah ia dan Rio sudah pacaran? Disty tersenyum. Gadis itu megecek
ponselnya. Wallpapernya adalah foto Rio yang sedang bermain gitar dan itu
adalah foto favoritnya. Ada beberapa pesan masuk. Disty tidak berhenti
tersenyum saat menemukan nama My Prince ‘Rio’ mengirimnya pesan.
Good morning my princess! See you soon. I
will come to your house and we go to school together J
Disty menaruh ponsel di atas meja
belajar lalu bergegas untuk mandi. Setelah mandi dan berpakaian rapi, Disty
berjalan menuju ruang makan. James orang pertama yang menggodanya pagi itu.
“Adik cantikku sudah punya pacar.
Selamat ya. Kau beruntung bisa mendapatkan Rio. Kau memang selalu mendapat
cowok yang keren dan terkenal.” Ucap James.
Disty tersenyum. “Rasanya seperti
mimpi. Ternyata nyata. Baru kali ini Disty dibuat kaku dan seperti sudah mati
karena cowok. Rio memang romantis. Sangat romantis. Semoga hubungan Disty
dengannya baik-baik saja.” Ucapnya.
Diantara keluarganya, hanya Thomas
yang tidak menampakkan wajah ceria. Wajah Thomas tampak berbeda dari lainnya.
Ada apa dengan Ayah? Disty sempat melihat gaya makan Ayahnya yang seperti tidak
berselera. Apa Ayahnya sakit? Atau jangan-jangan.. Apa Ayahnya tidak suka jika
ia berhubungan dengan Rio?
Setelah selesai sarapan, ternyata
Rio sudah ada di luar. Aneh. Jantungnya sedaritadi berdetak tak karuan dan
Disty seperti malu bertemu Rio. Tapi Disty mencoba untuk baik-baik saja dan
tenang. Di luar sana, Rio sama dengan biasanya dengan penampilan yang sangat
keren.
“I
bet you had a beautiful dream about me.” Ucap Rio sambil mengacak-acak
rambut Disty.
“And
I bet you had a beautiful dream about me too.” Balas Disty kemudian naik ke
motor Rio dan motor itu melaju meninggalkan rumah Disty.
Sementara itu, di teras Michael
kebingungan karena Luke tidak datang ke rumahnya. Apa Luke tidak sekolah? Tapi
menurutnya Luke itu anak yang rajin dan selalu hadir meski sakit. Apa Luke
tidak mau ikut dengannya seperti biasanya? Apa Luke tidak sanggup melihat
kemesraan Disty dengan Rio?
“Kau telpon saja Luke.” Ucap James
sambil melihat jam tangannya.
“Percuma. Luke tidak mengangkat
telponku.” Ucap Michael.
James menghela nafas panjang.
“Artinya kali ini dia tidak ikut dengan kita.” Ucapnya dan bersiap-siap masuk
ke dalam mobil.
***
7.15…
Cowok itu masih tertidur lelap di
meja belajarnya. Entah apa yang membuat cowok itu betah dengan cara tidur
seperti itu. Duduk di kursi sambil menjatuhkan wajahnya di meja. Parahnya lagi,
laptop yang kemarin ia buka belum dimatikan dan koneksi internet belum ia
matikan juga. Otomatis modem yang ia gunakan habis pulsanya dan error.
Tangan kanannya bergerak sehingga
membuat ponselnya terjatuh dengan keras. Seketika itu juga Luke terbangun
dengan kaget. Di hadapannya ada cermin sehingga ia bisa melihat wajahnya yang
mengerikan. Kemudian Luke melihat laptopnya yang masih ditancap oleh modem.
“Oh shit! Kenapa aku bisa ketiduran?”
Ucap Luke kaget lalu cepat-cepat menekan keyboard laptopnya. Tidak bisa hidup.
Laptopnya sedang terkena masalah.
Luke heran kenapa bisa setelat ini
bangun. Kenapa Ayah atau Ibunya tidak mau membangunkannya? Luke teringat dengan
pintu kamar yang selalu ia kunci. Tidak mungkin seseorang bisa masuk ke dalam
kamarnya. Kemudian Luke menemukan ponselnya yang tergeletak di lantai. Ketika
ia membuka ponselnya, ada sepuluh panggilan dari Michael dan lima pesan dari
Michael. Pagi ini memang pagi yang paling buruk.
Setelah mandi dan bersiap-siap, Luke
melihat kakaknya, Jack yang sedang menonton TV. Luke merasa kesal sekali.
“Sudah bangun? Bagaimana kau bisa
telat dan mengapa kau selalu mengunci kamarmu? Aku dan Mama sudah lelah
menggedor pintu kamarmu tetapi usaha kami sia-sia.” Ucap Jack.
Luke tidak membalas ucapan Jack dan
terus berjalan menuju luar. Namun Jack langsung bicara dengannya. “Sampai kapan
kau begini terus? Aku tau kemampuanmu Luk dan kau jangan takut untuk melakukan
hal yang kau suka asalkan itu baik.” Ucapnya yang sukses membuat Luke
menghentikan langkahnya.
“Mewakili sekolah untuk kegiatan
lomba dalam berbagai mata pelajaran?” Tanya Luke.
“Bukan. Bukan itu yang aku
maksudkan.” Ucap Jack.
“Ya terimakasih. Luke pergi dulu dan
sepertinya Luke akan di hukum kali ini.” Ucap Luke tidak nyambung.
***
“Apa yang kau perbuat dengan
laptopmu?” Tanya Michael saat mendengar cerita Luke.
Tadi Luke memang terlambat tapi
karena satpam sekolah sedang malas, jadinya yang terlambat boleh masuk ke dalam
kelas. Luke beruntung. Tapi Luke teringat dengan nasib laptopnya. Kalau rusak
bagaimana? Jika semua file-file-nya hilang bagaimana?
“Kemarin malam aku browsing internet
dan tiba-tiba aku mengantuk dan ketiduran.” Jawab Luke.
Michael menggeleng-gelengkan kepala.
“Ternyata orang sejenius sepertimu bisa error juga.” Ucapnya. Tiba-tiba Michael
teringat sesuatu. “Aku heran deh. Setiap kali aku ke rumahmu, kau melarangku
masuk ke dalam dan kau hanya mengizinkanku di teras saja. Dan aku ke rumahmu di
waktu tertentu saja. Memangnya ada apa? Kau kan sudah melihat seisi rumahku.”
Sambungnya.
“Setidaknya rumahku tidak ada bom
atau barang-barang terlarang.” Ucap Luke.
“Aku tidak menuduhmu seperti itu.
Hanya saja kau sedikit misterius. Aku sudah menganggapmu sebagai sahabat.” Ucap
Michael.
“Dan terimakasih karena sudah
menganggapku sebagai seorang sahabat.” Ucap Luke.
Michael tidak bisa mengerti jalan
pikiran Luke. Selalu. “Ohya, nanti malam kau harus ikut makan malam bersama
kami karena aku tidak mau dicuekkan.” Ucapnya.
“Makan malam dengan siapa?” Tanya
Luke. Perasaannya mulai tidak enak.
Michael tersenyum. “Rio yang akan
mentraktir kita.” Ucapnya.
***
Tidak tau mengapa Luke mau menerima
ajakan Michael. Disinilah mereka. Berada di sebuah restoran nomor satu di
London. Restoran itu adalah milik Ayah Rio. Pantesan saja Rio kaya karena
Ayahnya mempunyai restoring sebagus ini. Biasanya restoran ini banyak didatangi
pejabat-pejabat kaya atau artis-artis papan atas Kota London.
Tentu saja Disty dan Michael kaget
mengapa Rio sampai bisa membawa mereka ke restoran ini. Parahnya lagi Luke.
Cowok itu memakai baju apa adanya namun terlihat tidak cocok. Tapi Rio tidak
mempedulikan penampilan Luke. Tadi Rio dengan diantar supir pribadinya
menjemput Disty.
“Pacaran dengan orang kaya enak
juga.” Ucap Michael. Mereka sudah duduk di tempat yang nyaman.
“Tapi aku bukan tipe cewek yang
menginginkan cowok kaya. Aku benci akan hal itu.” Ucap Disty.
Rio tersenyum. “Aku percaya ke
kamu.” Ucapnya.
Setelah memesan pesanan, kemesraan
antara Rio dengan Disty mulai terlihat. Dimulai dari Rio menggenggam tangan
Disty dan selalu menampakkan senyuman terbaikknya. Kalau begini caranya, apa
gunanya Rio mengajak Michael? Tetapi Rio memang ingin mengajak yang lain
mengunjungi restorannya. Di lain waktu Rio bisa mengajak Disty pergi sendiri.
“Apa yang kau rasakan?” Bisik
Michael di telinga Luke.
Luke tidak langsung menjawab. “Aku
tidak merasakan apa-apa. Tetapi aku heran dengan diriku mengapa aku mau
menerima ajakanmu. Kenapa kau tidak mengajak James?” Ucapnya.
“James lagi sibuk. Ya sekali-kali
kita diajak makan malam oleh orang kaya. Tidak boleh menolak rezeki.” Ucap
Michael.
“Tapi rasanya kita seperti menganggu
pasangan itu.” Ucap Luke. Ia sengaja tidak menyebut nama ‘Rio dan Disty’.
Michael tersenyum puas. Sebenarnya
alasannya mengajak Luke untuk melihat bagaimana reaksi cowok itu. Tetapi Luke
sama saja. Cuek dan irit bicara. Luke juga terlihat tenang dan tatapan matanya
tidak menandakan tatapan kemusuhan saat melihat Rio. Apa Luke memang tidak
menyukai Disty? Sebenarnya bagaimana perasaan Luke? Michael heran dengan
dirinya sendiri yang ingin sekali mengetahui kehidupan orang lain. Sudahlah.
Setelah pesanan datang, keempatnya
menyantap makanan itu dengan semangat. Rio tidak segan-segan menyupai Disty.
Begitu pula sebaliknya. Intinya pasangan itu sangat mesra. Tetapi selain itu
Rio mempunyai maksud lain. Cowok itu ingin memanasi Luke karena diam-diam Rio
curiga kalau sebenarnya Luke menyukai Disty. Tapi Luke tampak tenang-tenang
saja.
“Kau memang sangat romantis. Sudah
ganteng, baik, keren, pinter nyanyi, jago main gitar, idola seisi sekolah.. Aku
beruntung sekali mendapatkanmu meski nyatanya banyak yang membenciku.” Ucap
Disty.
“Dan aku juga beruntung mendapatkan
cewek cantik dan spesial seperti dirimu. Jangan pikirkan kata mereka. Mereka
tidak akan menganggumu.” Ucap Rio.
Rio memang cocok untuk Disty. Bahkan
sangat cocok, begitu pikir Luke. Cowok itu terus saja melahap makanan di
depannya namun tanpa minat karena nafsu makannya hilang. Luke berharap semua
ini cepat berakhir.
Akhirnya, makan malam itu berakhir
indah. Disty merasa bahagia sekali. Besok apalagi? Disty tidak bisa
membayangkannya. Intinya dia berharap akan selalu bahagia bersama Rio dan
perasaannya pada Rio tidak akan pernah hilang. Ya.
Tetapi siapa yang akan menjamin
perasaan seseorang?
***
Hari-hari Disty begitu indah
semenjak pacaran dengan Rio. Hubungannya dengan Rio sudah sebulan dan mereka
semakin lengket. Banyak sekali yang iri dan membenci Disty sehingga Disty
banyak mempunyai musuh. Tetapi Disty cuek. Disty masih banyak mempunyai
sahabat-sahabat yang menyayanginya seperti Miley dan Donna. Dua sahabatnya itu
mendukung hubungannya dengan Rio dan selalu berdoa Rio dan Disty akan selalu
bersama.
Di malam yang damai itu, seperti
biasa Disty bermain gitar di balkon kamarnya ditemani semilir angin yang
lembut. Tampaknya gadis itu semakin berbakat. Disty sudah banyak membuat lagu.
Tapi Disty sama sekali tidak pernah menyanyi di hadapan banyak orang. Rio
pernah menyuruhnya untuk tampil mengisi acara tetapi Disty menolak. Disty
menyanyi hanya untuk dirinya sendiri.
Tanpa sengaja Disty melihat stiket
bertuliskan huruf ‘L’ di gitarnya. Gadis itu terdiam sesaat. Lintar. Bagaimana
kabar cowok itu? Beberapa hari yang lalu Disty mengecek facebook Lintar dan
tersenyum bahagia. Disana Lintar mengganti foto profil facebooknya. Lintar yang
berfotoan bersama teman-temannya. Wajah Lintar sama seperti terakhir kali ia
lihat. Disty menyimpulkan Lintar memang sudah melupakannya. Kalau Lintar pernah
aktif di facebook saat kepergiannya, seharusnya Lintar mengirimnya pesan.
Tetapi ini tidak. Barangkali Lintar sudah mempunyai pacar.
Lintar adalah masa lalunya dan Disty
sudah tidak mencintai Lintar lagi. Dulu ia memang sangat mencintai Lintar.
Tetapi sekarang tidak lagi. Disty takut hal yang sama yang akan terjadi pada
Rio. Bagaimana jika perasaannya pada Rio akan berubah? Atau bagaimana jika
perasaan Rio yang berubah? Entah mengapa Disty menjadi galau. Rio. Cowok itu
membuatnya khawatir dan takut. Disty tidak mau kehilangan Rio. Apapun yang
terjadi. Bahkan jika ia harus pindah tempat tinggal Disty berjanji untuk tetap
berada disini, di samping Lintar.
“Be
my forever be my forever..”
Gadis itu kembali menyanyikan lagu yang
pernah ia nyanyikan saat bersama Rio di ruang musik. Lagu favoritnya, dan Disty
berharap seperti lirik lagu itu. Rio akan menjadi miliknya untuk
selama-lamanya.
***