Part 8
.
Angin malam menemainya. Disty
bersama gitar kesayangannya sedang duduk di balkon kamar sambil merasakan angin
malam. Sesekali Disty memetik gitar itu secara asal. Hubungannya dengan Rio
semakin hari semakin baik. Baginya, Rio itu anak yang menyenangkan dan ia betah
ngobrol dengan Rio. Rio anaknya ramah, pandai bicara dan nyambung dengannya.
Oke. Rio memang lebih baik dari Lintar, begitu kesimpulannya.
Namun hatinya masih merasa aneh. Rio
terasa aneh baginya. Disty sudah merasa tidak asing melihat Rio meski
sebelumnya ia tidak pernah bertemu Rio. Dan mimpi buruknya yang menyurunya
untuk jauh dengan Rio. Tapi bagaimanapun juga, Disty begitu kagum dengan Rio.
Disty kagum dengan semua yang ada pada Rio. Pantesan saja Rio menjadi idola di
sekolahnya meski Rio masih kelas sembilan.
“Dis..”
Michael datang sambil membawakannya
segelas susu. Disty memang tidak bisa tidur sebelum minum susu. Itu sudah
menjadi kebiasaannya sejak dulu. Disty tersenyum melihat Michael. Mungkin ia
bisa curhat dengan kakaknya.
“Kak, kakak suka tidak kalau Disty
dekat dengan Rio?” Tanya Disty.
Michael duduk di samping Disty.
“Suka. Tidak ada salahnya kau dekat dengan Rio. Pacaran pun tidak masalah. Itu
kan hak-mu juga. Rio anaknya baik kok meski ada sifatnya yang tidak aku suka.”
Ucapnya.
“Seperti apa?” Tanya Disty.
“Ya.. Dia itu kan termasuk jajaran
cowok terkenal di sekolah. Sifanya tentu saja sombong dan sok yang paling
berkuasa. Lagipula dia anak band. Di sekolah kita, anak band itu adalah sesuatu
yang sangat luar biasa.” Jawab Michael.
“Kak Michael sendiri kenapa tidak
membuat band?” Tanya Disty.
Michael tidak langsung menjawab.
“Hmmm.. Mungkin aku harus fokus sekolah dulu untuk persiapan naik ke kelas
sepuluh. Aku harus banyak belajar. Luke pasti bisa membantuku. Setelah kelas
sepuluh, baru aku akan memikirkan hal lain.” Ucapnya.
Kenapa harus ada Luke? Ohya,
bagaimana perasaan Michael tentangnya yang sudah mengusir Luke dari rumahnya?
Wajah Michael kelihatan baik-baik saja. Syukurlah. Tapi seandainya Luke kemari,
Disty berjanji untuk tidak melakukan apa-apa. Cuekkan saja meski ada Rio.
Ingat, Luke teman Michael dan Michael adalah kakaknya. Jadi tidak mungkin ada
kecurigaan.
“Iya. Kelas sepuluh sudah dianggap
dewasa. Good luck ya kak.” Ucap Disty sambil tersenyum.
Selanjutnya adik kakak itu bernyanyi
dengan riang menyanyikan beberapa lagu lama. Disty tampak semangat disana.
Ternyata, punya kakak cowok yang mempunyai hobi sama itu enak ya. Apalagi
ganteng seperti Michael, hehehe..
***
Pagi ini Disty bersiap-siap
berangkat sekolah. Tentu saja Disty dan Michael nebeng sama mobil James.
Tetapi, sebuah motor ninja yang sudah tidak asing lagi baginya datang dan mata
Disty langsung melebar. Rio? Rio kan hanya mengantarnya pulang.
“Hai Dis.” Sapa Rio sambil
tersenyum.
Belum saja Disty menjawab, datang
seorang cowok yang tidak lain adalah Luke. Langsung saja Rio menatap Luke
dengan tatapan tidak ramah. Namun Luke kelihatan cuek saja. Sementara itu,
Disty tidak kesal karena memang Luke selalu nebeng dengan James, bahkan sebelum
kedatangannya ke rumah ini. Jadi tidak ada salahnya.
“Berangkat samaan yuk.” Ajak Rio.
Gayanya kelihatan mesra sekali dan sok dibuat manis. Apa Rio melakukan ini
hanya untuk membuat Luke panas?
“Ayo aja deh.” Ucap Disty sambil
berjalan ke arah motor Rio. “Kak aku sama Rio ya. Dan mungkin seterusnya.”
Sambungnya sambil diselingi tawa. Motor itu pun melaju meninggalkan rumah itu.
“Disty dan Rio semakin lengket saja.
Aku dengar banyak sekali yang membenci Disty karena dekat dengan Rio, dan
banyak sekali yang iri dengan Disty.” Ucap James.
“Disty selalu mendapatkan cowok yang
terkenal. Lintar saja salah satu cowok terkenal di sekolah. Sedangkan aku tidak
pernah mendapat pacar terkenal.” Ucap Michael kemudian dijitak oleh James.
“Kau sih tidak romantis.” Ucap James
sambil tertawa.
***
“Kalian semakin lengket saja. Aku
yakin Rio menyimpan perasaan khusus padamu. Aku kan ahli cowok.” Ucap Donna.
Disty tertawa. “Aku tidak peduli
bagaimana perasaan Rio atau kalau ternyata dia suka sama cewek lain ya aku
terima saja.” Ucapnya.
“Jangan gitu dong Dis. Kalau kau
cinta Rio, kau harus memperjuangkan cintamu. Jangan ngalah gitu. Ntar kalau
beneran Rio pacaran sama cewek lain tau rasa.” Ucap Miley.
Ucapan Miley barusan bisa jadi
menjadi beban pikirannya. Jujur, Disty pernah melihat Rio bicara dan tertawa
dengan cewek lain dan itu mampu membuat hatinya perih. Apakah ia cemburu?
Sebenarnya, perasaannya pada Rio itu bagaimana? Apa ia sudah jatuh cinta dengan
Rio? Kagum sih iya. Tapi Disty tidak bisa membedakan yang namanya ‘kagum’ dan
‘jatuh cinta’.
“Jangan bicara yang tidak baik. Tapi
aku yakin Rio menyimpan perasaan untukmu Dis. Kau tunggu saja kapan cowok keren
itu menyatakan perasaannya padamu.” Ucap Donna.
“Iya. Tapi kalau Rio beneran cinta
padaku, kalian jangan cemburu ya.” Ucap Disty sambil tertawa lalu diserbu oleh
Donna dan Miley.
***
Ruang musik kosong. Perlahan Disty
membuka kenop pintu ruang musik itu. Tidak di kunci. Tumben kenapa tidak
dikunci. Kalau ada yang mencuri siapa? Disty memang ingin sendiri hari ini
kebetulan di kelas sedang tidak ada guru karena guru yang mengajar bahasa
inggris tidak masuk karena sakit. Disty memutuskan untuk pergi ke ruang musik
sementara sebagian temannya yang lain pergi ke perpustakaan.
Disty tersenyum senang melihat
berbagai alat musik. Gadis itu mengambil gitar yang letaknya tidak jauh dari
piano lalu mulai memainkannya. Rasanya beda jika ia bermain dengan gitar lain.
Gadis itu mulai menciptakan nada-nada yang tidak beraturan.
“Disty!” Seru suara seseorang yang
tidak lain adalah Rio.
Tentu saja Disty kaget mendengar
suara Rio. Jangan-jangan Rio yang tidak mengunci ruang musik ini. Benar saja.
Cowok itu yang membawa kunci ruang musik. Tapi Rio kelihatan tidak marah. Rio
malah senang dengan kehadirannya di ruang musik ini.
Rio duduk di depannya membuat
jantung Disty berdebar tak karuan. “Bodoh. Sudah hampir sebulan aku kenal kau
dan aku sama sekali belum melihatmu bermain gitar. Aku hampir lupa kalau kau
suka main gitar.” Ucapnya.
Disty tersenyum. “Iya. Dan baru saja
kau melihatnya.” Ucap Disty.
“Ayo kita bernyanyi bersama. Adisty
Clifford featuring Mario Haling.” Ucap Rio.
Tidak mungkin Disty menolak tawaran
Rio. Ia juga ingin sekali bernanyi dengan Rio. Disty sudah menemukan sebuah
lagu yang cocok untuk dinyanyikan dan lagu ini merupakan salah satu lagu
favoritnya.
“We’re
on top of the world
We’re
on top of the world
Now
darling, sit down, let go
Can I
call you, you’re mine
So I
can I call you, you’re mine now darling”
Lagu itu adalah lagu Christina Perri
featuring Ed Sheeran yang berjudul Be My Forever. Tampaknya Rio sudah tidak
asing lagi dengan lagu itu dan ikut bernyanyi bersama Disty. Menurut Rio, suara
Disty sangat bagus dan gadis itu bagus sekali bermain gitar. Rio menilai Disty
dengan nilai A.
“In
all we got time yeah
So
darling just say you’ll stay right by my side
In
all we got love yeah
So
darling just swear you’ll stand right by my side”
Jika di lihat baik-baik, mereka
adalah pasangan feat yang bagus. Keduanya terlihat bahagia sekali. Disty belum
pernah merasakan kebahagiaan seperti ini. Rio. Sungguh Disty beruntung bertemu
dengan Rio apalagi Rio blasteran Indo-Inggris. Sempurna sekali.
“Be
my forever Be My forever
Be my
forever Be My forever
Be my
forever Be My forever..”
Keduanya mengakhiri lagu itu dengan
tawa. Tidak peduli jika ada orang yang melihat mereka. Mereka merasa seisi
dunia ini hanyalah mereka berdua. Rio benar-benar merasa nyaman dengan Disty.
Beda halnya dengan Cara. Oke. Cara jauh lebih cantik dan tinggi dibanding
Disty. Tapi Disty mempunyai keistimewaan tersendiri. Tiba-tiba Rio teringat
sesuatu. Sesuatu yang membuat hatinya perih. Sial. Kenapa ia harus mengingat
itu?
“Aku senang sekali Yo thank you so much! Selama ini aku tidak
pernah sebahagia ini.” Ucap Disty.
“Memangnya kau tidak pernah
bernyanyi dengan cowok sebelumnya?” Tanya Rio.
“Tidak. Aku bernyanyi hanya untuk
diriku saja. Aku bermain gitar hanya di kamarku saja. Karena itulah rasanya
aneh jika ada seseorang yang melihatku bermain gitar. Aku jadi nervous.” Ucap
Disty.
Rio tertawa kemudian mengacak-acak
rambut Disty. Tidak tau kenapa cowok itu berani mengacak-acak rambut Disty.
Tapi Disty bertambah semakin senang. Ya. Rio rasa dirinya sudah akrab dengan
Disty dan dianggap salah satu orang yang dekat dengan Disty.
“Semua orang beruntung mengenalmu.
Aku salah satunya.” Ucap Rio.
“Aku biasa-biasa saja. Aku bukan
dewi fortuna.” Ucap Disty.
“Hmmm.. Kalau begitu kita balik saja
ya aku mau mengunci ruang musik.” Ucap Rio.
Disty mengangguk lalu keduanya pergi
meninggalkan ruang musik dan tentu saja ada beberapa gadis yang heboh melihat
keduanya. Jangan-jangan Rio dan Disty sudah pacaran lagi!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar