Pandangannya lurus ke depan sana,
menatapi sungai Thames yang terlihat tenang. Pikirannya hanya tertuju pada satu
kalimat yang ingin sekali ia ucapkan tapi terasa berat. Mulutnya tidak sanggup
mengeluarkan kalimat itu. Tapi, ia harus mengucapkannya mau tidak mau karena
ini adalah keputusannya.
Tiba-tiba, ia merasa tangan kanannya
di genggam oleh seseorang. Gadis itu memejamkan matanya. Genggaman itu terasa
hangat bahkan sampai menjalar ke seluruh tubuhnya. Mengapa ia harus melakukan semua
ini? Mengapa ia harus melakukannya hanya karena masa lalunya? Mengapa ia harus
menghadapi masa lalunya lagi?
“Disty..”
Suara pemuda yang terdengar lembut
itu menyadarkannya. Langsung saja Disty melepaskan tangannya yang digenggam
oleh pemuda itu. Otomatis pemuda itu kaget dan menyadari ada yang tidak beres
dengan Disty, seorang gadis yang sangat dicintainya.
“Maafkan aku. Aku tau aku salah.
Kamu mau kan maafkan aku?” Tanya Pemuda itu sambil tersenyum.
Oh damn! Disty tak sengaja melihat
senyuman pemuda itu dan terlihat jelas disana sebuah lesung pipit yang mampu
membuatnya takluk dengan pemuda itu. Tapi ia rasa, sekarang ia sangat membenci
lesung pipit itu. Ia sangat membenci dan ia sudah tidak tertarik lagi.
Perlahan, air matanya turun setetes demi setetes.
Itulah satu-satunya kalimat yang
bisa dikatakan oleh pemuda itu tatkala ia membenci pemuda itu. Dan kalimat itu
manjur sekali. Tapi kali ini ia tidak boleh tertipu dengan ucapan manis dari
pemuda itu. Tidak lagi! Dengan satu tarikan nafas panjang, gadis itu mulai
membuka mulutnya dan hendak mengucapkan satu kalimat yang memang harus ia
ucapkan.
“Maaf. Kita.. Kita…”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar