Part 6
.
Disty benar-benar tak percaya
ternyata Rio mau mengajaknya makan malam. Pertama kalinya ia diajak makan malam
dengan cowok Inggris nan keren macam Rio. Sore menjelang malam ini Disty
bahagia sekali. Ditambah lagi Rio sama seperti dirinya. Yaitu sama-sama
blasteran Indo-Inggris. Disty harus mempersiapkan banyak cerita tentang
Indonesia yang akan ia sampaikan ke Rio.
Kebetulan besok libur. Disty melihat
Luke yang sedang duduk di ruang tamu. Luke memang sudah dianggap keluarga
sendiri bagi Michael. Mamanya dan Mama Luke juga akrab. Luke pernah menginap di
rumah Michael dan begitupun sebaliknya.
“Kau mau kemana?” Tanya Luke melihat
Disty yang kalau boleh jujur sangat cantik dengan wajah naturalnya.
“Kalau di Indonesia, sebutannya
yaitu malam mingguan. Artinya, setiap pasangan menghabiskan weekend bersama dan hanya berdua.” Jawab
Disty sambil tersenyum.
“Memangnya kau pergi sama siapa?”
Tanya Luke.
Disty menatap Luke heran. “Aku heran
deh ke kamu. Kamu itu punya teman tidak sih? Kenapa temanmu Michael saja dan
kenapa Michael mau berteman dengan orang seperti dirimu?” Tanyanya.
Luke tidak menjawab pertanyaan Disty
yang entah mengapa baginya sedikit menyakitkan. Apa ia memang tidak mempunyai
teman sama sekali kecuali Michael? Luke memang tertutup dan jarang berterus
terang dan sikap cueknya terlalu parah. Bahkan dengan Michael pun Luke jarang
bercerita di luar pelajaran. Biasanya sih mereka bermain game.
“Kau mau pergi sama siapa?” Tanya
Luke sekali lagi.
Kemudian Michael datang sambil
membawa minuman kotak. “Kak, ajarin Luke biar bisa main gitar dong, Disty bosan
deh dengan sikap Luke yang ingin tau kehidupan orang lain. Kasih kegiatan lain
kek.” Ucap Disty.
Mendengar ucapan Disty, Luke
langsung menatap Disty dengan tatapan tidak suka. “Oke. Mulai sekarang aku
tidak akan menganggapmu ada.” Ucapnya. Lho kok jadi begitu?
Disty menatap Luke heran. “Malam ini
Rio akan mengajakku jalan-jalan. Sepertinya kami akan akrab. Dia juga blasteran
Inggris-Indonesia, sama sepertiku.” Ucapnya.
“Rio? Kenapa kau mau saja menerima
ajakannya?” Tanya Luke. Lha, katanya Luke sudah tidak mau menganggapnya?
“Memangnya kenapa sih? Sok perhatian
sekali. Itu kan hidupku juga. Cari cewek sana.” Ucap Disty. Entah kenapa
mood-nya jadi berubah hanya karena seorang Luke.
“Sudahlah Dis, Luke memang begitu.
Tapi dia baik kok. Terus saja berteman dengannya dan kau akan merasakan sendiri
ketulusannya.” Ucap Michael. Hah? Apa yang barusan Michael katakana? Ketulusan
Luke? Yang benar saja!
Di luar sana, terdengar suara
klakson mobil. Itu pasti Rio! Mood Disty langsung berubah menjadi senang.
Akhirnya…. Disty benar-benar tidak sabar bertemu Rio. Bagaimana ya penampilan
Rio? Pasti lebih ganteng dan keren dibanding saat bertemu di kelas musik siang
tadi.
“Disty bakal balik kok. Rio anaknya
baik.” Ucap Disty pada Michael lalu pergi meninggalkan rumahnya.
Setelah kepergian Disty, Luke
memandang aneh Michael. “Dan kau mau mengizinkan adikmu pergi bersama seseorang
yang pernah membuatmu sakit hati?” Tanyanya.
“Aku.. Aku tidak tau. Yang jelas aku
hanya ingin Disty bahagia. Dia sudah bisa move on dari cinta pertamanya. Ku
lihat Rio sudah banyak berubah. Dia sudah dewasa sekarang.” Jawab Michael.
Dilihat dari wajahnya, Luke tampak
kesal. Michael memperhatikan wajah kesal Luke. “Memangnya ada apa sih? Kenapa
kau jadi perhatian dengan Disty? Jangan-jangan…”
***
“Malam ini kau kelihatan cantik.”
Ucap Rio.
Mereka makan malam di sebuah tempat
yang terbuka. Artinya tidak ada atap sehingga mereka bisa langsung melihat langit.
Kebetulan suasananya sedang tidak hujan atau berangin. Tentu saja Disty merasa
senang disanjung oleh Rio.
“Kau juga ganteng. Banyak sekali
gadis yang mau denganmu. Setauku, kau putus kan dengan Cara?” Ucap Disty.
Bodoh! Mengapa ia membahas tentang mantannya Rio? Kalau Rio marah bagaimana?
Tapi Rio hanya tersenyum. “Hubungan
kami memang tidak baik. Cara terlalu manja dan egois. Akhirnya kami putus dan
aku yakin itu adalah keputusan terbaik kami.” Ucapnya.
Kembali Disty teringat dengan
Lintar. Apa ia sudah putus dengan Lintar? Tapi ia tak pernah meminta
hubungannya dengan Lintar berakhir dan Lintar tidak pernah mengucapkan kata
‘putus’ padanya. Ia dan Lintar hanya hilang kontak dan ini semua salah Lintar.
Salah Lintar yang tidak mau membalas emailnya.
“Aku jadi teringat dengan mantanku.
Namanya Lintar. Sebenarnya kami belum putus sih hanya saja kami berpisah. Aku
pindah ke Inggris dan dia tidak pernah membalas setiap email yang ku kirim
padanya.” Ucap Disty.
“Ohya? Coba ceritakan tentang Indonesia.”
Pinta Rio.
Inilah saat-saat yang ditunggu oleh
Disty. Gadis itu bercerita dengan semangat tentang Indonesia dan bagaimana ia
bisa sampai tinggal di Inggris. Ia juga menceritakan tentang keluarganya.
Tentang Ayahnya yang menuduh Ibunya karena selingkuh dan Ibunya pindah ke
Indonesia bersamanya.
Entah apa yang ada dipikiran Rio
saat mendengar cerita Disty mengenai keluarganya. Tapi ada sesuatu yang
terlukis di wajahnya. Bukan sesuatu yang baik.
“Begitulah kisahnya. Tapi aku senang
tinggal di London. London adalah kota yang indah dan aku bangga menjadi warga
Inggris.” Ucap Disty.
Rio tersadar. “Iya. London adalah
kota yang indah. Ibuku sampai jatuh cinta dengan London dan menikah dengan pria
Inggris.” Ucapnya. Namun dua kata terakhirnya agak sedikit berat ia ucapkan.
“Hmmm… Kita pernah saling tatap
menatap sebelumnya.” Ucap Disty.
Ohya, Rio hampir melupakan waktu
itu. “Aku baru ingat. Ya. Kita saling tatap menatap. Tapi waktu itu aku lihat
kau bersama Luke.” Ucapnya.
Oh please, kenapa harus membicarakan
Luke? Malam ini terasa hampir sempurna. Tetapi saat Rio menyebut nama ‘Luke’,
mood-nya berubah menjadi buruk. Luke. Kenapa ia harus bertemu dengan cowok aneh
itu? Bagaimana jika Rio mengira ia pacaran sama Luke?
“Iya. Waktu itu kami berjalan kaki
bersama.” Ucap Disty dengan jujur.
“Kau pacarnya Luke?” Tebak Rio.
Ingin sekali Disty meledak mendengar
tebakan gila Rio. “Pacaran sama Luke? No
way! Luke itu anaknya membosankan dan primitif! Gaya rambutnya aja
berantakan dan nggak banget. Hidupnya hanyalah belajar, belajar dan belajar.
Aku heran kenapa Michael bisa berteman dengan Luke. Aku takut kalau kakakku
ketularan aneh dengan Luke.” Ucapnya.
Entah mengapa hati Rio menjadi lega
mendengar jawaban Disty barusan. Lega? Memangnya kalau Disty pacaran dengan
Luke salah? Memangnya siapa dirinya? Rio menelan ludahnya. Gadis itu pasti
belum tau dan selama-lamanya tidak boleh tau.
“Iya. Luke memang beda dari lainnya.
Tapi aku kurang suka padanya. Dia seperti sok pintar saja dan menganggap
dirinya itu yang paling spesial di mata guru. Luke seperti tidak suka jika aku
berani mengalahkan nilainya.” Ucap Rio.
“Jangan bersaing dengan Luke. Dia
memang tidak mau mengalah. Ah kenapa kita jadi membicarakan Luke?” Ucap Disty.
Rio tertawa. “Iya. Hmmm.. Kau suka
musik?” Tanyanya.
Disty tersenyum lebar. “Tentu saja!
Keluargaku pecinta musik dan I love
guitar! Gitar itu soulmate-ku. Dia yang selalu menemaniku jika aku
sendirian, atau kalau aku lagi kesal, dia yang selalu mengobati kekesalanku
hanya dengan memainkannya dan menghasilkan nada-nada indah.” Ucapnya.
“Sama berarti! Kita mempunyai hobi
sama, yaitu musik! Lain kali kita bernanyi bersama saja. Aku juga ingin
memperkenalkanmu dengan band-ku.” Ucap Rio.
Tentu saja Disty merasa senang.
Selama ini ia tidak pernah dekat dengan cowok yang mempunyai hobi yang sama
dengannya. Apalagi ia dan Rio sama-sama suka bermain gitar. Sempurna sekali.
Disty berharap hubungannya dengan Rio akan baik-baik saja. Jujur, Disty sangat
nyaman bersama Rio walau baru kali ini ia berdua dengan Rio. Sekali lagi. Disty
masih merasa ada keanehan dari Rio.
“Yo, kok aku sudah tidak asing lagi
ya melihat wajahmu?” Tanya Disty.
Wajah Rio yang tadinya ceria
seketika itu juga langsung gelap. Rio bingung mau menjawab apa. “Aku tidak tau.
Mungkin hanya perasaanmu saja.” Jawabnya.
Disty tidak membalas ucapan Rio dan
rasa penasarannya semakin bertambah. Oh ayolah Dis. Tidak usah memikirkan
keanehan itu. Seharusnya kau bahagia dong bisa makan malam berdua dengan Rio,
cowok idola sekolahnya dan jago bermain gitar, begitulah pikirannya.
“Kita pulang saja yuk. Nanti
orangtua-mu khawatir.” Ucap Rio dan diangguki Disty.
***
Malam yang begitu indah dan malam
terbaiknya. Disty masih membayangkan sosok Rio yang bagaikan pangerannya.
Bayangan Rio terus saja menganggu pikirannya. Bodoh sekali ia tidak meminta
nomor Rio atau setidaknya nama facebook, email atau twitter. Tapi Disty malu
untuk memintanya. Dia bukan tipe gadis yang berani berbicara dengan cowok yang
baru dikenalnya. Mungkin kalau Miley dan Donna bakal langsung minta fotoan sama
Rio atau meminta nomor ponsel Rio.
Baginya, Rio-lah orang yang selama
ini ia cari. Disty merasa selama berpacaran dengan Lintar, Lintar tidak pernah
membuatnya terpukau atau membuatnya gila. Lintar emang jago bermain basket
tetapi Disty tidak terlalu menyukai olahraga. Lintar juga tidak bisa bermain
alat musik dan sepertinya musik bukanlah bakatnya. Tapi Disty selalu merasa
sesak saat mengingat bahwa suatu hari nanti Lintar bakal bisa bermain gitar dan
berjanji akan menyanyi dihadapannya. Tapi kapan?
Rio-lah jawabannya. Rio-lah yang
mampu menghilangkan seluruh rasa, kecewa, kerinduannya pada Lintar. Baginya,
Lintar itu adalah masa lalunya yang harus ia lupakan. Walau Rio bukan cinta
pertamanya, mungkin Rio bisa menjadi cinta terakhirnya. Maybe.
Drtdrtdrt…
1
Message From: Donna
Yang
habis dinner sama pangeran Hollary High School. Selamat ya. Kalau taken jangan
lupa teraktir kami :D
Disty tidak habis tersenyum membaca
pesan dari Donna. Sahabatnya yang satu itu emang suka menggodanya. Tapi Donna
dan Miley mendukungnya menyukai Rio dan tidak akan cemburu kalau ia jadian sama
Rio. Bahkan mereka beruntung salah satu sahabat mereka pacaran dengan idola di
sekolah.
Gadis itu memutuskan untuk tidak
membalas pesan Donna dan memilih untuk tidur. Rio. Apakah ia akan memimpikan
cowok itu?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar