expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 28 Juni 2015

Like Rain of Hearts ( Part 6 )



Part 6

.

            Disty benar-benar tak percaya ternyata Rio mau mengajaknya makan malam. Pertama kalinya ia diajak makan malam dengan cowok Inggris nan keren macam Rio. Sore menjelang malam ini Disty bahagia sekali. Ditambah lagi Rio sama seperti dirinya. Yaitu sama-sama blasteran Indo-Inggris. Disty harus mempersiapkan banyak cerita tentang Indonesia yang akan ia sampaikan ke Rio.

            Kebetulan besok libur. Disty melihat Luke yang sedang duduk di ruang tamu. Luke memang sudah dianggap keluarga sendiri bagi Michael. Mamanya dan Mama Luke juga akrab. Luke pernah menginap di rumah Michael dan begitupun sebaliknya.

            “Kau mau kemana?” Tanya Luke melihat Disty yang kalau boleh jujur sangat cantik dengan wajah naturalnya.

            “Kalau di Indonesia, sebutannya yaitu malam mingguan. Artinya, setiap pasangan menghabiskan weekend bersama dan hanya berdua.” Jawab Disty sambil tersenyum.

            “Memangnya kau pergi sama siapa?” Tanya Luke.

            Disty menatap Luke heran. “Aku heran deh ke kamu. Kamu itu punya teman tidak sih? Kenapa temanmu Michael saja dan kenapa Michael mau berteman dengan orang seperti dirimu?” Tanyanya.

            Luke tidak menjawab pertanyaan Disty yang entah mengapa baginya sedikit menyakitkan. Apa ia memang tidak mempunyai teman sama sekali kecuali Michael? Luke memang tertutup dan jarang berterus terang dan sikap cueknya terlalu parah. Bahkan dengan Michael pun Luke jarang bercerita di luar pelajaran. Biasanya sih mereka bermain game.

            “Kau mau pergi sama siapa?” Tanya Luke sekali lagi.

            Kemudian Michael datang sambil membawa minuman kotak. “Kak, ajarin Luke biar bisa main gitar dong, Disty bosan deh dengan sikap Luke yang ingin tau kehidupan orang lain. Kasih kegiatan lain kek.” Ucap Disty.

            Mendengar ucapan Disty, Luke langsung menatap Disty dengan tatapan tidak suka. “Oke. Mulai sekarang aku tidak akan menganggapmu ada.” Ucapnya. Lho kok jadi begitu?

            Disty menatap Luke heran. “Malam ini Rio akan mengajakku jalan-jalan. Sepertinya kami akan akrab. Dia juga blasteran Inggris-Indonesia, sama sepertiku.” Ucapnya.

            “Rio? Kenapa kau mau saja menerima ajakannya?” Tanya Luke. Lha, katanya Luke sudah tidak mau menganggapnya?

            “Memangnya kenapa sih? Sok perhatian sekali. Itu kan hidupku juga. Cari cewek sana.” Ucap Disty. Entah kenapa mood-nya jadi berubah hanya karena seorang Luke.

            “Sudahlah Dis, Luke memang begitu. Tapi dia baik kok. Terus saja berteman dengannya dan kau akan merasakan sendiri ketulusannya.” Ucap Michael. Hah? Apa yang barusan Michael katakana? Ketulusan Luke? Yang benar saja!

            Di luar sana, terdengar suara klakson mobil. Itu pasti Rio! Mood Disty langsung berubah menjadi senang. Akhirnya…. Disty benar-benar tidak sabar bertemu Rio. Bagaimana ya penampilan Rio? Pasti lebih ganteng dan keren dibanding saat bertemu di kelas musik siang tadi.

            “Disty bakal balik kok. Rio anaknya baik.” Ucap Disty pada Michael lalu pergi meninggalkan rumahnya.

            Setelah kepergian Disty, Luke memandang aneh Michael. “Dan kau mau mengizinkan adikmu pergi bersama seseorang yang pernah membuatmu sakit hati?” Tanyanya.

            “Aku.. Aku tidak tau. Yang jelas aku hanya ingin Disty bahagia. Dia sudah bisa move on dari cinta pertamanya. Ku lihat Rio sudah banyak berubah. Dia sudah dewasa sekarang.” Jawab Michael.

            Dilihat dari wajahnya, Luke tampak kesal. Michael memperhatikan wajah kesal Luke. “Memangnya ada apa sih? Kenapa kau jadi perhatian dengan Disty? Jangan-jangan…”

***

            “Malam ini kau kelihatan cantik.” Ucap Rio.

            Mereka makan malam di sebuah tempat yang terbuka. Artinya tidak ada atap sehingga mereka bisa langsung melihat langit. Kebetulan suasananya sedang tidak hujan atau berangin. Tentu saja Disty merasa senang disanjung oleh Rio.

            “Kau juga ganteng. Banyak sekali gadis yang mau denganmu. Setauku, kau putus kan dengan Cara?” Ucap Disty. Bodoh! Mengapa ia membahas tentang mantannya Rio? Kalau Rio marah bagaimana?

            Tapi Rio hanya tersenyum. “Hubungan kami memang tidak baik. Cara terlalu manja dan egois. Akhirnya kami putus dan aku yakin itu adalah keputusan terbaik kami.” Ucapnya.

            Kembali Disty teringat dengan Lintar. Apa ia sudah putus dengan Lintar? Tapi ia tak pernah meminta hubungannya dengan Lintar berakhir dan Lintar tidak pernah mengucapkan kata ‘putus’ padanya. Ia dan Lintar hanya hilang kontak dan ini semua salah Lintar. Salah Lintar yang tidak mau membalas emailnya.

            “Aku jadi teringat dengan mantanku. Namanya Lintar. Sebenarnya kami belum putus sih hanya saja kami berpisah. Aku pindah ke Inggris dan dia tidak pernah membalas setiap email yang ku kirim padanya.” Ucap Disty.

            “Ohya? Coba ceritakan tentang Indonesia.” Pinta Rio.

            Inilah saat-saat yang ditunggu oleh Disty. Gadis itu bercerita dengan semangat tentang Indonesia dan bagaimana ia bisa sampai tinggal di Inggris. Ia juga menceritakan tentang keluarganya. Tentang Ayahnya yang menuduh Ibunya karena selingkuh dan Ibunya pindah ke Indonesia bersamanya.

            Entah apa yang ada dipikiran Rio saat mendengar cerita Disty mengenai keluarganya. Tapi ada sesuatu yang terlukis di wajahnya. Bukan sesuatu yang baik.

            “Begitulah kisahnya. Tapi aku senang tinggal di London. London adalah kota yang indah dan aku bangga menjadi warga Inggris.” Ucap Disty.

            Rio tersadar. “Iya. London adalah kota yang indah. Ibuku sampai jatuh cinta dengan London dan menikah dengan pria Inggris.” Ucapnya. Namun dua kata terakhirnya agak sedikit berat ia ucapkan.

            “Hmmm… Kita pernah saling tatap menatap sebelumnya.” Ucap Disty.

            Ohya, Rio hampir melupakan waktu itu. “Aku baru ingat. Ya. Kita saling tatap menatap. Tapi waktu itu aku lihat kau bersama Luke.” Ucapnya.

            Oh please, kenapa harus membicarakan Luke? Malam ini terasa hampir sempurna. Tetapi saat Rio menyebut nama ‘Luke’, mood-nya berubah menjadi buruk. Luke. Kenapa ia harus bertemu dengan cowok aneh itu? Bagaimana jika Rio mengira ia pacaran sama Luke?

            “Iya. Waktu itu kami berjalan kaki bersama.” Ucap Disty dengan jujur.

            “Kau pacarnya Luke?” Tebak Rio.

            Ingin sekali Disty meledak mendengar tebakan gila Rio. “Pacaran sama Luke? No way! Luke itu anaknya membosankan dan primitif! Gaya rambutnya aja berantakan dan nggak banget. Hidupnya hanyalah belajar, belajar dan belajar. Aku heran kenapa Michael bisa berteman dengan Luke. Aku takut kalau kakakku ketularan aneh dengan Luke.” Ucapnya.

            Entah mengapa hati Rio menjadi lega mendengar jawaban Disty barusan. Lega? Memangnya kalau Disty pacaran dengan Luke salah? Memangnya siapa dirinya? Rio menelan ludahnya. Gadis itu pasti belum tau dan selama-lamanya tidak boleh tau.

            “Iya. Luke memang beda dari lainnya. Tapi aku kurang suka padanya. Dia seperti sok pintar saja dan menganggap dirinya itu yang paling spesial di mata guru. Luke seperti tidak suka jika aku berani mengalahkan nilainya.” Ucap Rio.

            “Jangan bersaing dengan Luke. Dia memang tidak mau mengalah. Ah kenapa kita jadi membicarakan Luke?” Ucap Disty.

            Rio tertawa. “Iya. Hmmm.. Kau suka musik?” Tanyanya.

            Disty tersenyum lebar. “Tentu saja! Keluargaku pecinta musik dan I love guitar! Gitar itu soulmate-ku. Dia yang selalu menemaniku jika aku sendirian, atau kalau aku lagi kesal, dia yang selalu mengobati kekesalanku hanya dengan memainkannya dan menghasilkan nada-nada indah.” Ucapnya.

            “Sama berarti! Kita mempunyai hobi sama, yaitu musik! Lain kali kita bernanyi bersama saja. Aku juga ingin memperkenalkanmu dengan band-ku.” Ucap Rio.

            Tentu saja Disty merasa senang. Selama ini ia tidak pernah dekat dengan cowok yang mempunyai hobi yang sama dengannya. Apalagi ia dan Rio sama-sama suka bermain gitar. Sempurna sekali. Disty berharap hubungannya dengan Rio akan baik-baik saja. Jujur, Disty sangat nyaman bersama Rio walau baru kali ini ia berdua dengan Rio. Sekali lagi. Disty masih merasa ada keanehan dari Rio.

            “Yo, kok aku sudah tidak asing lagi ya melihat wajahmu?” Tanya Disty.

            Wajah Rio yang tadinya ceria seketika itu juga langsung gelap. Rio bingung mau menjawab apa. “Aku tidak tau. Mungkin hanya perasaanmu saja.” Jawabnya.

            Disty tidak membalas ucapan Rio dan rasa penasarannya semakin bertambah. Oh ayolah Dis. Tidak usah memikirkan keanehan itu. Seharusnya kau bahagia dong bisa makan malam berdua dengan Rio, cowok idola sekolahnya dan jago bermain gitar, begitulah pikirannya.

            “Kita pulang saja yuk. Nanti orangtua-mu khawatir.” Ucap Rio dan diangguki Disty.

***

            Malam yang begitu indah dan malam terbaiknya. Disty masih membayangkan sosok Rio yang bagaikan pangerannya. Bayangan Rio terus saja menganggu pikirannya. Bodoh sekali ia tidak meminta nomor Rio atau setidaknya nama facebook, email atau twitter. Tapi Disty malu untuk memintanya. Dia bukan tipe gadis yang berani berbicara dengan cowok yang baru dikenalnya. Mungkin kalau Miley dan Donna bakal langsung minta fotoan sama Rio atau meminta nomor ponsel Rio.

            Baginya, Rio-lah orang yang selama ini ia cari. Disty merasa selama berpacaran dengan Lintar, Lintar tidak pernah membuatnya terpukau atau membuatnya gila. Lintar emang jago bermain basket tetapi Disty tidak terlalu menyukai olahraga. Lintar juga tidak bisa bermain alat musik dan sepertinya musik bukanlah bakatnya. Tapi Disty selalu merasa sesak saat mengingat bahwa suatu hari nanti Lintar bakal bisa bermain gitar dan berjanji akan menyanyi dihadapannya. Tapi kapan?

            Rio-lah jawabannya. Rio-lah yang mampu menghilangkan seluruh rasa, kecewa, kerinduannya pada Lintar. Baginya, Lintar itu adalah masa lalunya yang harus ia lupakan. Walau Rio bukan cinta pertamanya, mungkin Rio bisa menjadi cinta terakhirnya. Maybe.

            Drtdrtdrt…

            1 Message From: Donna

            Yang habis dinner sama pangeran Hollary High School. Selamat ya. Kalau taken jangan lupa teraktir kami :D

            Disty tidak habis tersenyum membaca pesan dari Donna. Sahabatnya yang satu itu emang suka menggodanya. Tapi Donna dan Miley mendukungnya menyukai Rio dan tidak akan cemburu kalau ia jadian sama Rio. Bahkan mereka beruntung salah satu sahabat mereka pacaran dengan idola di sekolah.

            Gadis itu memutuskan untuk tidak membalas pesan Donna dan memilih untuk tidur. Rio. Apakah ia akan memimpikan cowok itu?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar