expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 28 Juni 2015

Like Rain of Hearts ( Part 7 )



Part 7

.

            “Jangan dekati aku!”

            Bayangan hitam itu terus saja mendekatinya. Sepertinya bayangan hitam itu adalah sesosok manusia tapi wajahnya tidak kelihatan. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Inilah ketakutan terbesarnya. Disty, gadis itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

            “Jauhi Rio!” Seru suara itu. Suara cowok.

            Disty memberanikan diri untuk bicara. “Kau.. Kau siapa?” Tanyanya.

            Cowok itu tidak menjawab. Kemudian Disty merasa tubuhnya diguncang-guncang oleh seseorang. Membuat kepalanya pusing lalu tidak sadarkan diri. Ya. Disty terbangun dari tidurnya dan mendapati James yang terus saja mengguncangkan tubuhnya.

            “Kau baik-baik saja Dis?” Tanya James yang melihat keringat di wajah Disty.

            Disty merasa tenang mendapati James. “Barusan aku mimpi buruk. Jam berapa sekarang?” Tanyanya.

            “Jangan tanya jam! Cepat mandi dan sarapan kalau kau tidak ingin terlambat sekolah!” Ucap James.

***

            Di kelas, Donna dan Miley sibuk membahas tentang Disty dan segala keberuntungan gadis itu. Disty beruntung sekali bisa cepat akrab dengan Rio padahal Disty murid baru disini. Disty memang gadis yang sangat beruntung. Sudah wajahnya cantik, jago main gitar, punya dua kakak cowok yang ganteng-ganteng, hidupnya kaya…

            “Jangan menilai Disty dari fisiknya atau keluarganya. Disty sama seperti kita. Dia hanya seorang gadis biasa.” Ucap Miley.

            “Ya tapi aku heran kenapa mereka bisa secepat itu akrab. Apa karena sama-sama menyukai musik? Kakak kelas kita yang bernama Aurora sudah mengejar Rio tapi ditolak padahal kak Aurora jago main gitar kok.” Ucap Donna.

            “Apa karena sama-sama blasteran Indo-Inggris?” Tebak Miley.

            “Hei lagi bicarain apa?”

            Disty datang dan sedikit berantakan. Karena mimpi buruknya itu membuat mood-nya jadi buruk juga. Apa sih makna dari mimpi itu? Siapa cowok yang ada di dalam mimpi itu? Mengapa cowok itu seakan-akan melarangnya berhubungan dengan Rio?

            “Tumben terlambat. Telat bangun ya?” Tebak Donna.

            “Iya. I got a bad dream.” Jawab Disty lemas. Gadis itu duduk di bangkunya sambil menopang dagu.

            “Seriously? Last night you went with Rio and that make me jealous, or maybe all of students at here jealous to you.” Ucap Miley.

            “Aku juga bingung Mi. Last night it was the best night ever. Seharusnya aku bermimpi yang indah. But why I got a bad dream?” Ucap Disty.

            “Memangnya kau mimpi apa?” Tanya Donna.

            Disty pun menceritakan mimpinya yang singkat namun sampai sekarang masih menghantuinya. Setelah menceritakan kisah mimpinya itu, Disty merasa agak tenang dan lega. Donna dan Miley berusaha menebak arti di balik mimpi Disty.

            “Mungkin ada cowok yang tidak suka kalau kau dekat dengan Rio.” Ucap Donna.

            Disty menatap Donna heran. “Aku baru saja disini. Aku juga tidak terlalu akrab dengan cowok disini.” Ucapnya.

            “Hello.. Kau sudah cukup lama disini Dis. Sebulan lebih. Aku perhatikan ada beberapa cowok yang mau kenalan denganmu. Tapi kamu cuek sih.” Ucap Miley.

            “Jangan-jangan si Luke? Katamu, Luke suka main ke rumah Michael. Padahal sebelum kau datang, Luke jarang ke rumah Michael.” Ucap Donna.

            Kepala Disty semakin pusing mengingat nama itu. L-U-K-E. “Aku pusing. Jangan sebut nama itu untuk sementara waktu.” Ucapnya.

            “Memangnya kau punya masalah dengan Luke?” Tanya Miley.

            Disty menatap tajam ke arah Miley. “Sudah aku bilang jangan sebut nama itu lagi. Tidak tau kenapa aku kesal dengannya. Dan aku tidak suka kalau Luke sering ke rumah Michael. Kenapa harus sama Michael sih? Apa Luke tidak punya teman lain?” Ucapnya.

“Luke baik kok Dis. Tidak ada salahnya dia sering ke rumahmu. Luke tidak akan menyukaimu. Lihat saja dia. Luke sama sekali tidak pernah tertarik dengan gadis manapun. Jadi jangan takut kalau Luke bakal jatuh cinta denganmu.” Ucap Donna.

Benar juga apa yang diucapkan Donna. Luke itu terlalu dingin dan cuek. Tidak ada gadis yang menyukainya. Mana ada gadis yang mampu bertahan dengan cowok seperti Luke? Luke juga lebih memfokuskan sekolah.

“Luke sih seperti suka mengatur hidupku dan menasehatiku. Padahal kakakku tidak seperti itu. Kau tau pas aku mau ketemu dengan Rio? Dia menasehatiku kalau aku tidak seharusnya menerima ajakan cowok yang baru aku kenal. Maksud dia baik sih. Hanya saja aku tidak suka diatur seperti itu.” Ucap Disty.

“Nah katanya tidak mau menyebut nama si Mr. L.” Ucap Miley. Dia berhasil membalas perbuatan Disty.

“Sudahlah. Ganti topik saja.” Ucap Disty.

“Ohya, bagaimana ceritamu tentang first date-mu dengan Rio?” Tanya Donna semangat.

***

Setelah membeli beberapa makanan di kantin, Luke memasukkan uangnya ke dalam dompetnya lalu ia simpan di saku celananya. Poni miringnya yang hampir menutupi penglihatannya itu ia sibakkan ke arah kanan. Luke sempat melihat Disty dan dua temannya di kantin dan mereka sedang bercanda. Luke sempat mendengar pembicaraan mereka mengenai Rio dan ketenaran Rio di sekolah ini.

Jadi cowok idola. Luke menghela nafas panjang. Kenapa hampir semua cewek menilai cowok hanya dari fisiknya saja? Bagaimana dengan nasib cowok yang maaf, yang kurang tampan? Luke kasihan dengan teman kelasnya yang wajahnya paling buruk, gendut dan hitam. Teman kelasnya itu banyak disindir. Ditambah lagi sifatnya yang idiot.

“Hei lihat! Itu anak kesayangan guru-guru di sekolah ini. Luke Robert Hemmings. Primitif sekali dia dan sok pintar segala.” Ucap suara seorang gadis.

Ucapan itu memang sering ia dengar dan ia terima. Boleh saja mereka mengatakan kalau dirinya itu primitif, sombong, sok pintar atau apalah. Luke tidak peduli. Intinya jangan peduli dengan ucapan orang lain mengenai dirinya. Hanya Tuhan saja yang bisa menilainya.

Tanpa ia sadari, matanya bertatapan dengan mata Rio. Luke menelan ludahnya. Entah mengapa ia merasa Rio tidak menyukainya. Lihat saja tatapan Rio yang menandakan ketidaksukaan. Oke. Rio suka iri padanya. Iri dengan nilai-nilainya yang sebagian besar selalu mendapat nilai A dan selalu menjadi juara kelas dan juara umum. Tapi sekali lagi, ia tidak peduli dan akan terus untuk tidak peduli.

“Thanks Luk. Kau mau?” Ucap Michael menyodorkan kue yang tadi dibeli oleh Luke di kantin.

“No thanks. Aku mau belajar dulu. Kemarin nilai Kimia-ku sempat anjlok dan aku tidak mau mengulangi kesalahanku lagi.” Ucap Luke kemudian duduk dan membuka buku pelajarannya.

Michael menatap Luke heran. “Soal tes kimia kemarin memang susah. Kakak kelas saja pasti tidak akan bisa mengerjakan. Kau beruntung mendapat nilai C.” Ucapnya.

“Iya. Tapi aku tidak mau mendapat nilai jelek. Bukannya aku sombong seperti apa yang ada dipikiran mereka. Hanya saja aku ingin menjadi yang terbaik dan aku ingin seluruh impianku terwujud.” Ucap Luke.

“Iya aku tau. Kau memang langka. Tapi aku suka berteman denganmu.” Ucap Michael sambil tersenyum.

***

Pulang sekolah, Disty selalu pulang bersama James yang membawa mobilnya. Ia dan Michael juga pulang bersama James. Dan Luke. Cowok itu juga ikutan gabung dalam mobil James. Rumah Luke tidak jauh dari rumah Michael.

Ketika Disty berjalan menuju mobil James, sebuah motor ninja datang mendekatinya. Cowok yang mengendarai mobil itu membuka helm-nya dan tersenyum melihat Disty yang juga sedang melihatnya.

“Rio!” Seru Disty.

“Hai! Pulang denganku yuk.” Ajak Rio.

Banyak sekali gadis-gadis yang melihat kejadian itu dan mereka merasa cemburu. Baru saja Rio putus dengan Cara dan Rio sedang mendekati seorang gadis? Tapi sepertinya gadis itu baru deh. Sungguh gadis yang beruntung.

Sebelum menjawab, Disty mengalihkan pandang ke arah dimana James berada. Disana juga ada Michael dan Luke yang sedang melihatnya. “Baiklah.” Ucap Disty lalu naik ke motor Rio dan motor itu melaju dengan kencang. Disty jadi ketakutan dan refleks memeluk pinggang Rio dan kepalanya hampir bertabrakan dengan punggung Rio.

“Wah, Disty sudah mulai nakal ya. Dia sudah berani mendekati cowok Inggris.” Ucap James.

“Menurutku mereka pasangan yang cocok. Sama-sama menyukai musik.” Ucap Michael.

“Okelah. Ayo kita pulang.” Ucap James.

***

Semenjak kejadian itu, Disty selalu pulang sekolah bersama Rio. Gosip pun mulai beredar ke seluruh penjuru sekolah. Disty. Gadis baru yang sangat beruntung. Namun ada sebagian siswa yang kebanyakan kakak kelas yang membencinya. Mereka seperti tidak iklhas Disty dekat dengan Rio padahal Disty tidak bermaksud untuk berusaha keras agar Rio tertartik padanya.

Disty juga merasa dirinya adalah topik hangat yang selalu dibicarakan setiap pagi. Ada juga yang menyindirnya. Kenapa jadi seperti ini? Ia salah dekat dengan Rio? Sebenarnya Disty sudah pernah merasakannya saat ia dekat dengan Lintar. Banyak sekali yang tidak menyukainya. Bahkan temannya sendiri pun tidak suka karena naksir sama Lintar. Gitu kali ya kalau dekat dengan bintang sekolah?

“Dis, kau hebat deh! Dua minggu ini kau dijadikan topik hangat oleh semua orang.” Ucap Miley.

“Biasa saja. Aku malah tidak suka dibicarakan.” Ucap Disty.

“Tapi kau harus hati-hati Dis. Banyak yang membencimu. Terutama fans fanatik Rio. Dulu waktu Rio taken sama Cara, banyak yang membenci Cara. Tapi karena Cara termasuk salah satu cewek berpengaruh di sekolah ini, jadi banyak yang tidak berani menganggu Cara jadi hubungan mereka tenang.” Ucap Donna.

Disty juga sudah memikirkan hal itu. “Aku yakin aku akan baik-baik saja. Mereka tidak akan sampai membunuhku kok. Lagipula aku dan Rio hanya berteman. Tidak lebih.” Ucapnya.

“Eh jangan bicara seperti itu. Ku lihat kau menyukai Rio. Begitupun sebaliknya. Cara Rio menatapmu itu beda sekali. Kalau Rio menyukaimu, bagaimana perasaanmu?” Ucap Miley.

Disty tersenyum. “Aku tidak ingin berpikiran sampai itu.” Ucapnya.

Tiba-tiba, Demitria datang melewati mereka. Demitria juga teman sekelas mereka. Mata Demitria menatap tajam ke arah Disty. “Hei anak baru! Sebaiknya kau jauhi Rio! Dia itu milik kakakku yang jauh lebih sempurna dibanding dirimu! Lagipula kau masih kecil.” Ejeknya.

Sebisa mungkin Disty menahan amarahnya. Tapi tidak dengan Donna dan Miley. Dua sahabatnya itu cepat sekali naik darah dan bersiap-siap untuk membalas ucapan Demitria.

“Jaga mulutmu! Itu hak Disty juga mau mendekati siapa saja. Bilang aja kau iri dengan Disty.” Ucap Donna.

Suasana semakin memanas. Demitria semakin marah dan kesal. Sesaat gadis itu melirik ke arah Disty yang kelihatan tenang-tenang saja. Tuh cewek ternyata kalem juga, lebih tepatnya lagi polos. Sangat tidak cocok jika Disty disandingkan dengan Rio.

“Kau siapa? Hah? Berani-beraninya mencampuri urusanku dengan Disty.” Ucap Demitria.

“Udahlah guys. Keep calm. Tidak usah bertengkar. Aku dan Rio hanya berteman saja. Aku tidak mengharapkan yang lebih. Kalau memang Rio milik kakakmu ya tidak apa-apa.” Ucap Disty. Namun di kalimat terakhir terdengar begitu menyesakkan.

“Oke. Tapi asal kau tau, kalau kau bisa pacaran sama Rio.. Hidupmu akan terancam! Rio itu bukan cowok biasa dan cewek yang menjadi pacar Rio juga harus tidak biasa. Cewek sepertimu mana mungkin cocok dengan Rio.” Ucap Demitria lalu pergi meninggalkan ketiganya.

Entah apa yang dirasakan Disty sekarang. Tapi Donna menyimpulkan hati sahabatnya itu sedang sakit. Coba kalau kalian berada di posisi Disty tentunya kalian merasa sakit juga. Semua manusia di muka bumi ini sama, tidak ada yang beda. Si miskin boleh menikah dengan si kaya atau si jelek boleh menikah dengan si cantik.

“Dis, kau tidak apa-apa kan?” Tanya Miley.

I’m alright.” Jawabnya sambil tersenyum. Namun suaranya terdengar sedikit berat.

***

            “Makasih Yo.” Ucap Disty. Suaranya terdengar sedikit serak.

            Rio membuka helmnya lalu turun dari motornya. Cowok itu memperhatikan wajah Disty yang berbeda dari lainnya. Ada apa dengan Disty? Mengapa Disty kelihatan sedih dan tidak bersemangat?

            “Kau tidak apa-apa kan?” Tanya Rio memastikan.

            Disty memaksakan senyumnya. “Tidak apa-apa. Ya sudah aku masuk dulu.” Ucap Disty. Namun saat masuk ke dalam gerbang rumah, Disty kaget mendapati sosok Luke disana. Parahnya lagi, Rio juga tau kalau ada Luke di terasnya. Perasaan Disty mulai tidak enak.

            “Luke ada di rumahmu?” Tanya Rio.

            “Ng.. Palingan dia mau belajar sama Michael. Aku tidak suka kehadirannya disini.” Jawab Disty lalu cepat-cepat masuk ke dalam.

            Sementara itu, Rio sempat bertatapan mata dengan Luke. Mengapa perasaannya menjadi tidak enak? Mengapa Rio merasa Luke seakan-akan tidak ingin ia dekat dengan Disty? Apa Luke menyukai Disty?

            “Ada apa kau kesini?” Tanya Disty setengah membentak.

            “Michael yang menyuruhku kesini.” Jawab Luke sekenanya.

            Disty menghela nafas panjang. “Kau tau, aku malu dengan kehadiranmu disini. Menganggu sekali. Rio jadi curiga denganku. Sebaiknya kau pulang saja. Kalau Michael membutuhkanmu, kenapa tidak Michael saja yang ke rumahmu?” Ucap Disty dengan suara pedasnya.

            Luke langsung menatap Disty dengan tatapan entahlah. “Kau malu kalau kakakku punya teman seperti aku? Dan kau mengira aku penyebab rusaknya hubunganmu dengan anak band itu?” Tanyanya.

            “Tuh kan sudah sadar. Ku kira kau tidak sadar. Syukurlah.” Ucap Disty.

            “Oke. Aku tidak akan lagi kesini kecuali kalau memang aku harus kesini karena ada sesuatu yang penting. Bilang ke Michael. Suruh dia ke rumahku, oke?” Ucap Luke lalu berdiri dan meninggalkan rumah Disty.

            Setelah kepergian Luke, Disty merasa dirinya bodoh karena sudah keterlaluan pada Luke. Apa salahnya Luke kesini? Ini juga rumah Michael. Kepala Disty jadi sakit. Kemudian Disty melihat Michael.

            “Luke sudah pulang ke rumahnya. Kau ke rumahnya saja sana.” Ucap Disty malas lalu masuk ke dalam kamar.

            Michael yang tidak paham dengan ucapan Disty memilih untuk ke luar dan menyadari tidak ada sosok Luke disana. Kemudian ponselnya berdering.

            1 Message From: Luke

            Adik kesayanganmu itu tidak suka jika aku ada di rumahnya. Dia takut mengira aku mencoba dekat dengannya padahal dia dan Rio sudah dekat. Ke rumahku saja Mike, itupun kalau kau mau.

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar