Part 2
.
Disty terbangun dari tidurnya karena
ia mencium bau lezat dari dapur. Wah pasti Bella memasak masakan lezat asli
London. Disty penasaran juga masakan-masakan khas Inggris. Saat ia tiba di
ruang makan, di meja sana sudah disediakan macam-macam makanan lezat yang
kebanyakan di goreng seperti telur, sosis, jamur, kacang, salad dan lain-lain.
Bagaimanapun juga Disty harus bisa menyesuaikan diri dengan menu
makanan-makanan baru disini.
“Morning
my sunshine! Tidurnya nyenyak kan?” Sapa James. Sepertinya cowok itu gemas
melihat wajah Disty.
“Nyenyak banget malah.” Jawab Disty
sambil tersenyum.
“Dasar James. Alay-nya kumat. Dia
itu pengen sekali punya adik cewek. Untunglah kamu datang.” Ucap Michael.
Ini adalah sarapan pertamanya di
London dengan menu sederhana namun terasa enak di lidah. Tidak sia-sia selama
ini ia belajar bahasa Inggris. Walau mulutnya terasa aneh berbicara bahasa
Inggris, tapi Disty akan mengusahakan ia bisa berbahasa Inggris seperti
kebanyakan orang-orang Inggris lainnya.
“Ini hidup baru kamu Dis. Mama harap
kamu bahagia dengan hidup barumu. Nanti kita akan jalan-jalan dan mencarikanmu
sekolah.” Ucap Bella.
Sekolah? Secepat inikah? Batin
Disty. Jujur, ia tidak siap sekolah. Bahkan sekolah. Bergaul dengan orang lain
aja belum siap. Ia takut kalau-kalau ia disindir atau diasingkan meski wajahnya
tidak jauh-jauh amat dengan wajah gadis-gadis british lainnya.
“Dis, tadi ku lihat ada gitar di
kamarmu.” Ucap Michael.
“Iya. Disty suka sekali bermain
gitar. Bagi Disty, gitar itu segalanya deh.” Ucap Disty.
Michael tersenyum lalu mengacak-acak
rambut Disty. “Sama. Aku dan James suka sekali bermain gitar. Alat musik
lainnya juga kami suka dan sekarang James punya band namanya The Vamps dan dia
jadi gitarisnya disana.” Ucapnya.
“Ohya? Keren dong.” Ucap Disty.
James yang tau obrolan antara
Michael dengan Disty langsung ikut campur. “Iya dong. Band kami itu keren
sekali. Ada Bradley sebagai vokalis, Connor sebagai bassist dan Tristan sebagai
drummer. Kalau ada waktu liat kami manggung ya dijamin kau bakal jatuh cinta
sama The Vamps. Dan sepertinya kau cocok deh dengan Bradley soalnya sama-sama
imut, hahaha..” Ucapnya.
“Hahaha.. Iya-iya-in aja deh. Disty
juga lumayan suka sama band. Apalagi band-band di Indonesia keren-keren lho.
Ada Ungu, Geisha, Kotak dan lain-lain.” Ucap Disty.
Setelah selesai sarapan, Thomas
meminta izin untuk mengajak Bella keluar sebentar karena ada suatu urusan
penting. Setelah itu baru mereka akan mengajak Disty jalan-jalan mengelilingi
London. Kebetulan hari ini hari libur dan James serta Michael tidak masuk
sekolah.
“Ohya Dis, mau lihat The Vamps
latihan?” Tanya James.
“Mmm.. Tidak deh kak. Disty di rumah
aja.” Jawab Disty.
“Rugi lho Dis. Mereka beneran keren.
Aku sih ingin membuat band tapi tidak ada yang mau ku ajak gabung.” Ucap
Michael.
Keduanya pun meninggalkan rumah itu
dan tinggal-lah Disty sendirian. Tapi Disty merasa tidak masalah. Toh tidak
bakal ada maling disini. Di Inggris jarang terjadi pencopetan tidak seperti di
Indonesia. Memang sih antara Indonesia dengan Inggris beda sekali. Inggris jauh
lebih hebat dibanding Indonesia. Inggris itu Negara maju sedangkan Indonesia
itu masih Negara berkembang.
Disty melanjutkan lagu yang sempat
ia buat kemarin. Liriknya sudah siap dan tinggal ia perbaiki sedikit aja. Dia
juga sudah mengarasemenkan lirik itu menjadi sebuah lagu yang indah. Disty pun
membawa gitarnya ke teras dan jari-jarinya yang indah siap menyatu dengan
senar-senar gitar itu.
“I always knew this day would come
We’d
be standing one by one
With
our future in our hands
So
many dreams so many plans”
Tanpa Disty sadari, seorang cowok
berambut pirang tengah mencoba untuk masuk ke dalam rumah itu. Di tangannya ada
kotak berukuran sedang yang isinya berupa kue. Ya, cowok berambut pirang dan
berponi itu sudah lama mengantar pesanan kue yang dibuat Ibunya. Cowok itu
tidak sengaja melihat seorang gadis yang tengah bermain gitar dan rasanya
berdosa sekali jika ia menganggu ketenangan gadis itu. Maka ia putuskan untuk
menunggui gadis itu sampai gadis itu selesai bernyanyi.
“Always
knew after all these years
There’d
be laughter there’d be tears
But
never thought that I’d walk away
With
so much joy but so much pain
And
it’s so hard to say goodbye”
Dari jauh, cowok itu bisa mendengar
suara gadis yang terdengar indah itu. Cowok itu yakin sekali gadis itu adalah
Disty. Adik kandung Michael. Ia sudah tau banyak tentang Disty dari Michael dan
ia tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan Disty akan seperti ini.
“But
yesterday’s gone we gotta keep moving on
I’m
so thankfull for the moments
So
glad I got to know you
The
times that we had I’ll keep like a photograph
And
hold you in my heart forever
I’ll
always remember you..”
Saking seriusnya menatap Disty, cowok
itu menjadi kaget karena Disty tak sengaja mengalihkan pandang ke arahnya.
Kedua mata mereka bertemu. Cowok itu memasang tampang malu dan bersalah. Disty
terdiam sambil menatap cowok itu dengan aneh. Siapa cowok itu? Apa yang dibawa
cowok itu?
“Kau siapa?” Tanya Disty.
“Aku.. Aku hanya mengantar kue
pesanan Mr. Thomas.” Jawab cowok itu.
Setelah dipikir-pikir, Disty memperbolehkan
cowok itu masuk ke rumahnya. Kira-kira umur cowok itu kurang lebih empat belas
tahun dan wajahnya masih polos. Rambut cowok itu berwarna pirang dan cowok itu
mempunyai poni menyamping yang hampir menutupi dahinya.
“Ayah tidak ada. Jadi apa yang harus
aku lakukan?” Tanya Disty.
Cowok itu terdiam sesaat. “Kau ambil
saja kue ini. Mr. Thomas sudah membayarnya kok dan tugasku hanya mengantar
saja. Ya sudah terimakasih.” Ucapnya sembari memberikan Disty kotak yang berisi
kue itu lalu meninggalkan rumah Disty.
Disty memandangi kepergian cowok
itu. Pasti cowok itu salah satu teman Michael karena seumuran dengan Michael.
Ia pun menyimpan kotak kue itu di tempat yang aman dan melanjutkan nyanyiannya.
***
“Oh jadi namanya Luke?” Ucap Disty.
Saat ini keluarga Clifford sedang
jalan-jalan mengitari Kota London. Disty menceritakan pertemuannya dengan cowok
itu dan tentu saja Michael tau siapa cowok yang diceritakan Disty. Cowok itu
bernama Luke Hemmings. Sahabatnya semenjak ia masuk SMP. Sekarang keduanya
menduduki kelas sembilan.
“Iya. Mamanya membuka usaha roti dan
sukses sekali. Luke itu sahabatku sejak SMP. Anaknya baik tapi tidak suka
diajak bercanda. Dia itu serius sekali tapi otaknya encer. Luke sering
memenangi olimpiade matematika di sekolahnya. Aku heran ada anak sepintar
Luke.” Jelas Michael.
Mobil itu pun berhenti di depan
gedung yang besar yang Disty rasa adalah sekolahnya. Mau tidak mau Disty
mengangguk. Sekolah itu juga merupakan sekolah Michael dan James. Sekolah yang
bagus dan dihuni anak-anak yang berbakat. Namun Disty tidak tau apakah ia bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang sudah jelas berbeda dengan
Indonesia. Bagaimana jika ia tidak mengerti bahasa Inggris walau ia rasa ia
sudah lancar berbahasa Inggris?
“Jangan ragu. Mama yakin guru-guru
dan anak-anak disana akan membantumu.” Ucap Bella.
“Iya. Kalau ada yang berani
menganggumu, nanti akan berurusan denganku. Aku sudah menjadi senior sekarang
dan tahun selanjutnya aku akan kuliah.” Ucap James yang berlagak sok pahlawan.
Disty tersenyum menanggapi ucapan
James. Ternyata kehidupan barunya di London tidak buruk-buruk amat. Dengan
mudahnya ia bisa akrab dengan James dan Michael. Ayahnya juga sayang sekali
padanya. Oke. Disty sudah bisa menerima kehidupan barunya di London ini. Ya.
Semoga tidak ada halangan sediktpun.
***
Malam pun tiba. Kali ini James
mengajak kedua adiknya duduk di balkon kamarnya sambil bernyanyi. Tak disangka
ternyata Disty jago sekali bermain gitar. Jari-jari gadis itu lincah sekali.
Apalagi setelah menyanyikan lagu ciptaannya yang berjudul ‘I’ll Always Remember
You’. Selain pintar nyanyi dan jago bermain gitar, Disty juga pandai menulis
lagu dan mengaransemenkan lirik menjadi sebuah lagu.
“Kalau boleh aku tau, sejak kapan
kau menyukai musik?” Tanya James.
“Hmmm.. Sejak berumur delapan tahun.
Waktu itu Disty lagi kagum sama penyanyi muda bernama Hannah Lewis. Dia keren
sekali dan jago bermain gitar. Disty terinspirasi dengan Hannah dan
bercita-cita ingin menjadi penyanyi seperti Hannah.” Ucapnya.
“Ya aku tau. Hannah memang sangat
terkenal. Tapi sayang dia sudah meninggal karena kecelakaan.” Ucap Michael.
“Ya. Tapi dia akan selalu menjadi
inspirasiku.” Ucap Disty.
“Coba ceritakan kisah hidupmu selama
di Indonesia dan bagaimana Indonesia itu.” Pinta James.
Tidak ada salahnya untuk
menceritakan kisah hidupnya selama ia berada di Indonesia. Juga tentang cinta
pertamanya yang bernama Lintar, yang sudah berjanji akan mengunjungi London
suatu hari nanti. Tugasnya hanyalah menunggu.
“Indonesia itu Negara yang indah.
Orangnya ramah-ramah. Ceweknya cantik-cantik. Disty kan tinggal di Jakarta, ibu
kota Indonesia. Walau ramai dan sumpek, tapi Disty senang tinggal disana. Disty
banyak punya teman disana. Satu yang terpenting. Cinta pertama Disty ada
disana. Namanya Lintar.”
Mendengar kata ‘cinta’, James
langsung menyorak. “Wau! Aku tidak menyangka kau berani pacaran.” Ucapnya.
“Disty kan sudah besar. Sudah mau
berumur tiga belas tahun.” Ucap Disty. Kemudian gadis itu melanjutkan ceritanya.
“Lintar itu anaknya baik, ganteng, keren, atlet sekolah pokoknya perfect deh.
Disty sayang sekali sama Lintar. Hubungan kami hanya mencapai sepuluh bulan
karena Disty harus pindah ke London jadi Disty harus meninggalkan Lintar.
Itulah mengapa Disty nyiptain lagu yang tadi Disty nyanyiin. Lagu khusus untuk
Lintar.”
“Aku tidak menyangka Dis. Pasti
rasanya sakit ya. Tapi kau tidak menyesal kan pindah ke London?” Tanya Michael.
Disty tersenyum. “Bagi Disty,
keluarga itu nomor satu. Setelah mendengar kisah Mama dan tau siapa sebenarnya
diriku, Disty jadi bisa ngerti. Disty juga yakin kok kalau Lintar akan datang
kemari.” Ucapnya.
“Wah, kalian pasangan yang
benar-benar setia. Cinta pertama memang indah.” Ucap James.
Setelah berbincang-bincang sambil
bernyanyi, mereka memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing karena sudah
larut. Apalagi besok sudah mulai sekolah. Huh kenapa cepat sekali sih? Apa Ayah
sudah mendaftarkannya jauh sebelum ia datang ke London?
Sebelum tidur, Disty menyempatkan
diri membuka laptopnya dan mengecek emailnya. Tidak ada email masuk disana.
Kenapa Lintar tidak mengirimkannya email? Disty pun menulis email untuk Lintar
dan semoga Lintar membacanya.
Subject: Hai
Hai Lintar apa kabar? Berharap kau
baik-baik aja. Aku baik-baik aja disini. Bahkan lebih baik dari yang ku kira.
Ternyata kedua kakakku itu menyenangkan and you
know? Mereka itu juga mencintai musik. Bahkan kakak tertuaku, James
mempunyai band bernama The Vamps. Search aja di google. Besok aku sudah mulai
sekolah. Doakan aku ya supaya aku bisa menerima guru-guru, teman-teman terutama
pelajaran-pelajaran disana. Satu lagi. Aku sudah membuat satu lagu khusus
untukmu. Aku akan memasukkan di soundcloud
dan kau mendengarnya! *maksanihceritanya* Ya sudah. Selamat malam
*ehdisanamalamatauenggak*
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar