expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 27 Juni 2015

Like Rain of Hearts ( Part 2 )


Part 2

.

            Disty terbangun dari tidurnya karena ia mencium bau lezat dari dapur. Wah pasti Bella memasak masakan lezat asli London. Disty penasaran juga masakan-masakan khas Inggris. Saat ia tiba di ruang makan, di meja sana sudah disediakan macam-macam makanan lezat yang kebanyakan di goreng seperti telur, sosis, jamur, kacang, salad dan lain-lain. Bagaimanapun juga Disty harus bisa menyesuaikan diri dengan menu makanan-makanan baru disini.

            Morning my sunshine! Tidurnya nyenyak kan?” Sapa James. Sepertinya cowok itu gemas melihat wajah Disty.

            “Nyenyak banget malah.” Jawab Disty sambil tersenyum.

            “Dasar James. Alay-nya kumat. Dia itu pengen sekali punya adik cewek. Untunglah kamu datang.” Ucap Michael.

            Ini adalah sarapan pertamanya di London dengan menu sederhana namun terasa enak di lidah. Tidak sia-sia selama ini ia belajar bahasa Inggris. Walau mulutnya terasa aneh berbicara bahasa Inggris, tapi Disty akan mengusahakan ia bisa berbahasa Inggris seperti kebanyakan orang-orang Inggris lainnya.

            “Ini hidup baru kamu Dis. Mama harap kamu bahagia dengan hidup barumu. Nanti kita akan jalan-jalan dan mencarikanmu sekolah.” Ucap Bella.

            Sekolah? Secepat inikah? Batin Disty. Jujur, ia tidak siap sekolah. Bahkan sekolah. Bergaul dengan orang lain aja belum siap. Ia takut kalau-kalau ia disindir atau diasingkan meski wajahnya tidak jauh-jauh amat dengan wajah gadis-gadis british lainnya.

            “Dis, tadi ku lihat ada gitar di kamarmu.” Ucap Michael.

            “Iya. Disty suka sekali bermain gitar. Bagi Disty, gitar itu segalanya deh.” Ucap Disty.

            Michael tersenyum lalu mengacak-acak rambut Disty. “Sama. Aku dan James suka sekali bermain gitar. Alat musik lainnya juga kami suka dan sekarang James punya band namanya The Vamps dan dia jadi gitarisnya disana.” Ucapnya.

            “Ohya? Keren dong.” Ucap Disty.

            James yang tau obrolan antara Michael dengan Disty langsung ikut campur. “Iya dong. Band kami itu keren sekali. Ada Bradley sebagai vokalis, Connor sebagai bassist dan Tristan sebagai drummer. Kalau ada waktu liat kami manggung ya dijamin kau bakal jatuh cinta sama The Vamps. Dan sepertinya kau cocok deh dengan Bradley soalnya sama-sama imut, hahaha..” Ucapnya.

            “Hahaha.. Iya-iya-in aja deh. Disty juga lumayan suka sama band. Apalagi band-band di Indonesia keren-keren lho. Ada Ungu, Geisha, Kotak dan lain-lain.” Ucap Disty.

            Setelah selesai sarapan, Thomas meminta izin untuk mengajak Bella keluar sebentar karena ada suatu urusan penting. Setelah itu baru mereka akan mengajak Disty jalan-jalan mengelilingi London. Kebetulan hari ini hari libur dan James serta Michael tidak masuk sekolah.

            “Ohya Dis, mau lihat The Vamps latihan?” Tanya James.

            “Mmm.. Tidak deh kak. Disty di rumah aja.” Jawab Disty.

            “Rugi lho Dis. Mereka beneran keren. Aku sih ingin membuat band tapi tidak ada yang mau ku ajak gabung.” Ucap Michael.

            Keduanya pun meninggalkan rumah itu dan tinggal-lah Disty sendirian. Tapi Disty merasa tidak masalah. Toh tidak bakal ada maling disini. Di Inggris jarang terjadi pencopetan tidak seperti di Indonesia. Memang sih antara Indonesia dengan Inggris beda sekali. Inggris jauh lebih hebat dibanding Indonesia. Inggris itu Negara maju sedangkan Indonesia itu masih Negara berkembang.

            Disty melanjutkan lagu yang sempat ia buat kemarin. Liriknya sudah siap dan tinggal ia perbaiki sedikit aja. Dia juga sudah mengarasemenkan lirik itu menjadi sebuah lagu yang indah. Disty pun membawa gitarnya ke teras dan jari-jarinya yang indah siap menyatu dengan senar-senar gitar itu.

            “I always knew this day would come

            We’d be standing one by one

            With our future in our hands

            So many dreams so many plans”

            Tanpa Disty sadari, seorang cowok berambut pirang tengah mencoba untuk masuk ke dalam rumah itu. Di tangannya ada kotak berukuran sedang yang isinya berupa kue. Ya, cowok berambut pirang dan berponi itu sudah lama mengantar pesanan kue yang dibuat Ibunya. Cowok itu tidak sengaja melihat seorang gadis yang tengah bermain gitar dan rasanya berdosa sekali jika ia menganggu ketenangan gadis itu. Maka ia putuskan untuk menunggui gadis itu sampai gadis itu selesai bernyanyi.

            “Always knew after all these years

            There’d be laughter there’d be tears

            But never thought that I’d walk away

            With so much joy but so much pain

            And it’s so hard to say goodbye”

            Dari jauh, cowok itu bisa mendengar suara gadis yang terdengar indah itu. Cowok itu yakin sekali gadis itu adalah Disty. Adik kandung Michael. Ia sudah tau banyak tentang Disty dari Michael dan ia tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan Disty akan seperti ini.

            “But yesterday’s gone we gotta keep moving on

            I’m so thankfull for the moments

            So glad I got to know you

            The times that we had I’ll keep like a photograph

            And hold you in my heart forever

            I’ll always remember you..”

            Saking seriusnya menatap Disty, cowok itu menjadi kaget karena Disty tak sengaja mengalihkan pandang ke arahnya. Kedua mata mereka bertemu. Cowok itu memasang tampang malu dan bersalah. Disty terdiam sambil menatap cowok itu dengan aneh. Siapa cowok itu? Apa yang dibawa cowok itu?

            “Kau siapa?” Tanya Disty.

            “Aku.. Aku hanya mengantar kue pesanan Mr. Thomas.” Jawab cowok itu.

            Setelah dipikir-pikir, Disty memperbolehkan cowok itu masuk ke rumahnya. Kira-kira umur cowok itu kurang lebih empat belas tahun dan wajahnya masih polos. Rambut cowok itu berwarna pirang dan cowok itu mempunyai poni menyamping yang hampir menutupi dahinya.

            “Ayah tidak ada. Jadi apa yang harus aku lakukan?” Tanya Disty.

            Cowok itu terdiam sesaat. “Kau ambil saja kue ini. Mr. Thomas sudah membayarnya kok dan tugasku hanya mengantar saja. Ya sudah terimakasih.” Ucapnya sembari memberikan Disty kotak yang berisi kue itu lalu meninggalkan rumah Disty.

            Disty memandangi kepergian cowok itu. Pasti cowok itu salah satu teman Michael karena seumuran dengan Michael. Ia pun menyimpan kotak kue itu di tempat yang aman dan melanjutkan nyanyiannya.

***

            “Oh jadi namanya Luke?” Ucap Disty.

            Saat ini keluarga Clifford sedang jalan-jalan mengitari Kota London. Disty menceritakan pertemuannya dengan cowok itu dan tentu saja Michael tau siapa cowok yang diceritakan Disty. Cowok itu bernama Luke Hemmings. Sahabatnya semenjak ia masuk SMP. Sekarang keduanya menduduki kelas sembilan.

            “Iya. Mamanya membuka usaha roti dan sukses sekali. Luke itu sahabatku sejak SMP. Anaknya baik tapi tidak suka diajak bercanda. Dia itu serius sekali tapi otaknya encer. Luke sering memenangi olimpiade matematika di sekolahnya. Aku heran ada anak sepintar Luke.” Jelas Michael.

            Mobil itu pun berhenti di depan gedung yang besar yang Disty rasa adalah sekolahnya. Mau tidak mau Disty mengangguk. Sekolah itu juga merupakan sekolah Michael dan James. Sekolah yang bagus dan dihuni anak-anak yang berbakat. Namun Disty tidak tau apakah ia bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang sudah jelas berbeda dengan Indonesia. Bagaimana jika ia tidak mengerti bahasa Inggris walau ia rasa ia sudah lancar berbahasa Inggris?

            “Jangan ragu. Mama yakin guru-guru dan anak-anak disana akan membantumu.” Ucap Bella.

            “Iya. Kalau ada yang berani menganggumu, nanti akan berurusan denganku. Aku sudah menjadi senior sekarang dan tahun selanjutnya aku akan kuliah.” Ucap James yang berlagak sok pahlawan.

            Disty tersenyum menanggapi ucapan James. Ternyata kehidupan barunya di London tidak buruk-buruk amat. Dengan mudahnya ia bisa akrab dengan James dan Michael. Ayahnya juga sayang sekali padanya. Oke. Disty sudah bisa menerima kehidupan barunya di London ini. Ya. Semoga tidak ada halangan sediktpun.

***

            Malam pun tiba. Kali ini James mengajak kedua adiknya duduk di balkon kamarnya sambil bernyanyi. Tak disangka ternyata Disty jago sekali bermain gitar. Jari-jari gadis itu lincah sekali. Apalagi setelah menyanyikan lagu ciptaannya yang berjudul ‘I’ll Always Remember You’. Selain pintar nyanyi dan jago bermain gitar, Disty juga pandai menulis lagu dan mengaransemenkan lirik menjadi sebuah lagu.

            “Kalau boleh aku tau, sejak kapan kau menyukai musik?” Tanya James.

            “Hmmm.. Sejak berumur delapan tahun. Waktu itu Disty lagi kagum sama penyanyi muda bernama Hannah Lewis. Dia keren sekali dan jago bermain gitar. Disty terinspirasi dengan Hannah dan bercita-cita ingin menjadi penyanyi seperti Hannah.” Ucapnya.

            “Ya aku tau. Hannah memang sangat terkenal. Tapi sayang dia sudah meninggal karena kecelakaan.” Ucap Michael.

            “Ya. Tapi dia akan selalu menjadi inspirasiku.” Ucap Disty.

            “Coba ceritakan kisah hidupmu selama di Indonesia dan bagaimana Indonesia itu.” Pinta James.

            Tidak ada salahnya untuk menceritakan kisah hidupnya selama ia berada di Indonesia. Juga tentang cinta pertamanya yang bernama Lintar, yang sudah berjanji akan mengunjungi London suatu hari nanti. Tugasnya hanyalah menunggu.

            “Indonesia itu Negara yang indah. Orangnya ramah-ramah. Ceweknya cantik-cantik. Disty kan tinggal di Jakarta, ibu kota Indonesia. Walau ramai dan sumpek, tapi Disty senang tinggal disana. Disty banyak punya teman disana. Satu yang terpenting. Cinta pertama Disty ada disana. Namanya Lintar.”

            Mendengar kata ‘cinta’, James langsung menyorak. “Wau! Aku tidak menyangka kau berani pacaran.” Ucapnya.

            “Disty kan sudah besar. Sudah mau berumur tiga belas tahun.” Ucap Disty. Kemudian gadis itu melanjutkan ceritanya. “Lintar itu anaknya baik, ganteng, keren, atlet sekolah pokoknya perfect deh. Disty sayang sekali sama Lintar. Hubungan kami hanya mencapai sepuluh bulan karena Disty harus pindah ke London jadi Disty harus meninggalkan Lintar. Itulah mengapa Disty nyiptain lagu yang tadi Disty nyanyiin. Lagu khusus untuk Lintar.”

            “Aku tidak menyangka Dis. Pasti rasanya sakit ya. Tapi kau tidak menyesal kan pindah ke London?” Tanya Michael.

            Disty tersenyum. “Bagi Disty, keluarga itu nomor satu. Setelah mendengar kisah Mama dan tau siapa sebenarnya diriku, Disty jadi bisa ngerti. Disty juga yakin kok kalau Lintar akan datang kemari.” Ucapnya.

            “Wah, kalian pasangan yang benar-benar setia. Cinta pertama memang indah.” Ucap James.

            Setelah berbincang-bincang sambil bernyanyi, mereka memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing karena sudah larut. Apalagi besok sudah mulai sekolah. Huh kenapa cepat sekali sih? Apa Ayah sudah mendaftarkannya jauh sebelum ia datang ke London?

            Sebelum tidur, Disty menyempatkan diri membuka laptopnya dan mengecek emailnya. Tidak ada email masuk disana. Kenapa Lintar tidak mengirimkannya email? Disty pun menulis email untuk Lintar dan semoga Lintar membacanya.

            To: Lintar <lintarmorgen19@yahoo.com>

            From: Disty <distyC224@yahoo.com>

            Subject: Hai

            Hai Lintar apa kabar? Berharap kau baik-baik aja. Aku baik-baik aja disini. Bahkan lebih baik dari yang ku kira. Ternyata kedua kakakku itu menyenangkan and you know? Mereka itu juga mencintai musik. Bahkan kakak tertuaku, James mempunyai band bernama The Vamps. Search aja di google. Besok aku sudah mulai sekolah. Doakan aku ya supaya aku bisa menerima guru-guru, teman-teman terutama pelajaran-pelajaran disana. Satu lagi. Aku sudah membuat satu lagu khusus untukmu. Aku akan memasukkan di soundcloud dan kau mendengarnya! *maksanihceritanya* Ya sudah. Selamat malam *ehdisanamalamatauenggak*

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar