expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 30 Desember 2013

Forever Love ( Part 5 )

Part 5

.

.

.

Cowok bernama Alvin itu baru saja keluar dari kelas. Tepatnya kelas X.1. Dia berjalan melihat-lihat kelas lain tuk sekedar melepas lelah. Gilee, pelajaran SMA sulit banget. Apalagi Fisika dan Matematika! Manalagi gurunya nggak pernah senyum.

Ekor matanya menangkap seorang cewek yang sedang membawa buku. Alvin memerhatikan cewek itu dan nggak tau kenapa Alvin mengikuti cewek itu. Ia penasaran betul dengan cewek itu. Sepertinya cewek itu familiar.

Mereka berada di koridor. Alvin memilih untuk menghadang cewek itu. Otomatis cewek itu mendadak kaget. Untung buku yang dibawa cewek itu nggak jatuh. Alvin juga kaget melihat cewek dihadapannya. Dia kaaannn...

“Hallo.. Kita tidak sedang main selodor..” Kata cewek itu.

Alvin emang sengaja mengerjai cewek itu. Ia mengikuti arah mana Sivia pindah. Semisal ke kiri, Alvin juga pindah ke kiri. Lalu, pandangan mereka bertemu. Alvin mencoba mengingat-ingat masa lalunya. Apakah ia memang pernah bertemu cewek itu sebelumnya?

“Sepertinya... Sepertinya gue pernah melihat lo sebelumnya..” Kata Alvin.

Cewek yang bernama Sivia masih menatap Alvin dan masih kaget juga. Tidak! Ia tidak pernah bertemu cowok itu sebelumnya. Lantas mengapa ia seperti udah kenal akrab dengan cowok itu?

“Nama lo siapa? Kelas berapa?” Tanya Alvin.

“Ng.. Sivia, dari kelas X.7.” Jawab Sivia.

Sivia? Alvin memutar balikkan masa lalunya. Sivia? Namanya jarang ia dengar. Tapi kok wajahnya familiar ya? Apa ia salah mencari seseorang?

“Maaf. Aku harus menaruh buku ini di ruang guru. Permisi.” Kata Sivia. Namun Alvin tetap menghadangnya.

“Biar gue yang taruh buku ini.” Kata Alvin membantu Sivia.

Kebaikan nggak boleh di tolak kan? Sivia memberikan buku itu pada Alvin. Tapi nggak semua buku sih. Ia dan Alvin sama-sama setengah.

“Makasih ya..” Kata Sivia ketika mereka udah menaruh buku di ruang guru.

Alvin tersenyum membalas Sivia. “Nama gue Alvin, X.1. Senang bertemu dengan lo. Ohya, kayaknya udah mau bel nih. Gue balik ke kelas dulu yaa..”

Sivia baru sadar sebentar lagi bel berbunyi. Tandanya, ia harus menghadapi pelajaran yang sulit lagi. Ah, biarkan aja. Yang penting belajar. Mana mungkin ada orang-orang cerdas kalo tidak belajar, ya kan?

***

Bandung, di rumah pohon Cakka...

Rumah pohon yang seperti rumah tinggal baginya ia bersihkan lagi. Kalau tidak, rumah pohon itu bakal kotor. Cakka nggak mau kejadian dulu terulang. Rumah pohonnya diserang oleh berbagai macam binatang. Sekarang, nggak akan lagi deh yang berani serang rumah pohonnya.

Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul satu siang. Orang yang ditunggunya belum juga datang. Agni kemana? Batin Cakka. Seharusnya Agni sudah ada di rumah pohonnya ini. Ia akan menceritakan perihal tentang Ify kepada Agni. Karena Cakka sudah tau apa alasan Ify tidak bisa menyukai cowok.

“Eh, elo! Kok ngaret sih?” Tanya Cakka penuh kesal.

Agni hanya tersenyum kecil saja. Ia duduk di tempat biasa. Sudah sering ia masuk ke dalam rumah pohon ini. Cakka lah yang menyuruhnya masuk dan nggak ada orang lain yang boleh masuk ke dalam selain dirinya juga Agni. Artinya, Agni istimewa dong?

“Sorry kak.” Jawab Agni singkat.

Nggak ada gunanya juga marah sama Agni. Lebih baik, ia menceritakan kejadian kemarin. Mungkin Agni bisa membantunya. Selama ini Agni lah yang menjadi andalannya.

“Gue udah tau apa alasan Ify menghindari cowok-cowok, termasuk gue.” Kata Cakka.

Tentu Agni langsung menatap Cakka penuh dengan tanda tanya. Cakka tau? Bagaimana dia bisa tau? Ify kan berisi keras nggak akan memberitahu kepada siapapun mengenai alasan itu. Apa jangan-jangan Ify dan Cakka sudah....

“Waktu itu, gue denger dia nyebut nama Iyel. Gue nggak tau pasti siapa Iyel itu. Intinya, Ify kukuh menunggu kedatangan Iyel. Mungkin saja Iyel adalah kekasihnya dan Iyel meninggalkan Ify. Terus Iyel berjanji akan menemui Ify.” Jelas Cakka.

“Oh..” Komen Agni. Tapi syukurlah kalo Ify sudah punya pacar.

“Lo kenapa sih Ag? Kok lo lain deh dari biasanya. Lo kenapa?”

Sial! Jadi Cakka bisa nebak ya kalo ia sebenarnya sedang memikirkan masalah lain. Masalah yang besar dan selama ini ia pendam bersama kesakitan yang luar biasa.

“Gu.. Gue nggak papa. Jadi, apa benar Ify sudah punya pacar?” Tanya Agni.

Shit! Kenapa pertanyaan itu yang keluar? Sama saja Agni nggak mendukung Cakka demi mendapatkan Ify. Tapi, Cakka fine-fine aja. Dia nggak terlalu menganggap penting pertanyaan Agni.

“Gue nggak peduli dia punya atau tidak. Intinya, gue harus tau siapa sebenarnya Iyel itu. Lo mau bantu gue kan Ag?”

Agni menghela nafas panjang lalu mengangguk. Entah mengapa lama-kelamaan ia malas membantu Cakka. Agni sudah lelah dengan semuanya.

“Thanks ya Ag! Lo baik banget. Ntar sore gue ajak lo jalan-jalan, oke?”

Lagi-lagi Agni mengangguk. Cakka memang sering mengajaknya jalan-jalan. Komentar dari orang-orang saat melihatnya jalan bersama Cakka yaitu ada satu.

Pasangan yang romantis.

Kenyataannya adalah bukan. Ia sudah berjanji membantu Cakka. Apapun yang terjadi, dia akan tetap membantu Cakka. Meskipun itu mengorbankan perasaannya.

***

Ify terbangun dari tidur siangnya. Air mata tak henti-hentinya membasahi kedua pipinya. Tidurnya kali ini cukup nyenyak. Sampai-sampai nama Iyel terbawa ke alam mimpinya.

“Kak, kakak Iyel kan?” Tanya Ify tak percaya.

Cowok yang disebut Iyel oleh Ify tersenyum menatap Ify. Lalu, digenggamnya tangan mungil itu. Ify merasakan kehangatan mengaliri darahnya. Iyel.. Ku harap semua ini nyata..

“Ada rahasia yang harus kamu tau.” Kata Iyel penuh misteri.

“Apa?”

Rahasia? Ify memutar kembali mimpinya. Disana, Gabriel atau Iyel tampak penuh misterius. Sampai-sampai Ify lupa dengan rahasia itu. Ah Fy, ini kan hanya mimpi. Kau hanya perlu sabar untuk menanti. Cowok yang kamu tunggu akan menemuimu Fy...

Dilihatnya sebuah bingkai foto. Foto itu adalah satu-satunya kenangan bersama Gabriel. Disana, Gabriel merangkulnya dengan penuh kasih sayang. Ify tersenyum sedih mengingat kenangan itu. Ah Yel.. Apa kamu masih mengingat Ify? Do you still remember me?

Bingkai foto itu ia ambil, lalu diciumnya foto itu. Walau gambarnya tampak buram, wajah Gabriel jelas disana. Gabriel adalah anak laki-laki yang tampan, juga memiliki senyum yang manis. Ify penasaran betul bagaimana sosok Gabriel yang sekarang.

Pintu kamarnya terbuka. Mama mendekati Ify sambil membelai-belai rambut panjang anaknya itu yang udah lama nggak dipotong.

“Kamu kenapa sayang? Jangan menunggu orang yang nggak jelas asal-usulnya.” Kata Mama.

Ify menangis mendengar perkataan Mama barusan. Orang nggak jelas? Tidak! Ia yakin sekali Gabriel pasti menemuinya, dan menyatakan cinta padanya. Ify selalu menjaga cintanya itu.

“Kasian Cakka, Fy. Dia sangat mencintaimu. Mengapa kamu tidak membuka hatimu untuknya?”

“Ti.. Tidak Ma. Ify yakin kak Iyel kesini. Ify yakin. Kalo Ify menyerah, Ify akan pergi ke Surabaya demi mencari kak Iyel..”

“Surabaya? Mama sering mengajakmu kesana. Hasilnya? Kamu nggak bisa mencari Gabriel. Wajahnya saja kamu nggak tau Fy.”

Tuhaannn... Sampai kapan aku bertahan? Sampai kapan aku menanti kedatangan orang yang kata Mama tidak jelas? Mungkin benar. Dulu ia dan Gabriel masih kecil. Gabriel mungkin hanya bercanda mengatakan janji itu. Ya, benar. Penantian yang sia-sia.

“Jangan menangis. Ada Mama disini. Kalo Gabriel jodohmu, insyaallah kalian dipertemukan oleh Tuhan.” Hibur Mama.

Mungkin.. Mungkin inilah akhir dari penantiannya.

***

Surabaya, di SMA Sunrise...

Jadi ketua kelas ternyata ada untungnya juga. Rio jadi bisa dekat dengan Bu Grecia. Aksi-aksi gilanya selalu membuat Bu Grecia tertawa. Rio bahkan nggak peduli dengan ejekan orang. Semenjak Rio dekat dengan Grecia, ada gosip menyebar bahwa Rio naksir sama Grecia. Bahkan ada yang bilang sebenarnya Rio itu playboy.

Playboy? Tentu yang menyebarkan Alvin. Rio emang playboy sejak kelas tiga SMP. Dan akan lanjut di SMA. Tapi biarpun playboy, otak Rio encer. Setiap ulangan yang diadakan oleh guru, nilai Rio nggak pernah jelek. Nilai delapan yang paling rendah.

Siang itu, Rio berjalan santai menemui Grecia. Tepatnya di ruang guru. Rio iseng pergi kesana. Nggak malu apa ya cowok itu. Kata Alvin sih, Rio itu sedang dirasuki Jin sehingga Rio berubah menjadi cowok seperti ini. Dulu, waktu ia dan Rio SMP, Rio anaknya baik kok. Sekarang?

“Apa kabar Bu? Lama nggak ketemu.” Sapa Rio.

Guru-guru yang ada di ruangan itu berbisik-bisik. Sudah menjadi tradisi mereka melakukan bisik-bisikan ketika murid aneh itu datang.

“Baik. Ada apa kamu kesini?”

“Mmm.. Saya ingin mengajak Ibu jalan-jalan. Gimana? Mau kan?” Kata Rio tanpa malu.

Dasar murid kepedean! Semua guru di ruangan itu terpingkal-pingkal. Baru kali ini ada murid yang berani ngajak gurunya jalan-jalan. Tapi Grecia tenang-tenang aja tuh.

“Maaf. Saya lagi sibuk. Kapan-kapan saja ya..”

Dipikiran Grecia, ia ingin sekali kembali pada masa-masa SMA. Kalo boleh jujur, Grecia memang suka sama Rio. Oh astaga! Guru suka sama muridnya? Keajaiban dunia keberapa tuh? Mending gurunya cowok dan muridnya cewek. Atau saja Rio yang udah besar dan siap menikahi Grecia.

“Oh, nggak papa kok Bu. Ya udah, saya balik dulu ya..”

Rio menghilang di ruangan guru. Asti, guru matematika sekaligus sahabat Grecia tersenyum jahil menggodai Grecia. Maklum. Dua-duanya masih muda.

“Ehem, brondong lovers.” Goda Asti.

“Kau apa-apa’an sih? Aku sudah kesal tau tidak sama murid itu. Dia seperti kehilangan akal. Aku merasakan ada yang tidak beres dengan anak itu.”

“Hmmm.. Suruh aja dia ke rumah sakit. Memang, muridmu yang satu itu aneh banget.”

Sementara itu, Rio berjalan santai kembali ke kelas. Banyak cewek-cewek yang menyapa. Kakak kelas pun banyak yang menyapa. Ohya, Rio sudah bebas nih. Si Dea udah pindah sekolah. Nggak tau dia pindah kemana. Terpenting, Rio sudah bebas dari cewek itu.

“Hai! Kamu Rio ya?” Sapa seorang cewek.

“Iya, gue Rio. Lo siapa?” Jawab+Tanya Rio.

“Gue Pricilla. Eh, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Mmm, gimana kalo ntar sore kita ketemuan di kaffe Blovers?”

Ketemuan? Walau Rio nggak mengenali cewek itu, timbul niatnya untuk mengerjai cewek itu. Yes! Aksi-aksinya pun berjalan. Dan Rio lupa nanti sepulang sekolah janji akan bertemu dengan seseorang.

***

“Gimana? Rio mau?” Tanya Sivia.

“Ya. Lo yakin Vi lo suka sama cowok itu? Denger-denger, dia itu playboy. Lo kan nggak suka sama cowok playboy.”

Cinta Sivia kepada Rio sangat besar sehingga gosip yang mengatakan kalo Rio itu playboy ia cuekkan. Sivia harus mendapatkan Rio sebelum Rio jadian sama cewek lain.

“Rio masih jomblo kan Pris?” Tanya Sivia meyakinkan Pricilla.

“Sepertinya. Gosipmaniac itu nggak pernah bilang kalo Rio udah punya pacar.”

Syukurlah jika Rio jomblo. Ada kesempatannya menjadi pacar Rio. Sivia jadi senyam-senyum sendiri. Ah Yo! Lo bisa bikin gue gila tingkat Dewa!

“Ohya, tadi ada cowok. Katanya dia nitip salam ke gue agar salamnya sampe ke elo.”

“Hah? Siapa?”

***

Sesuai janjinya dengan cewek yang kemarin resmi jadi pacarnya, Rio menunggu cewek itu diparkiran. Siang ini ia akan mengajak ceweknya jalan-jalan. Walau pacarnya itu nggak setuju, tapi Rio tetap memaksa. Akhirnya ceweknya itu nurut aja.

“Lama banget dia.” Kata Rio mulai kesal. “Memangnya siapa sih dia? Cantik? Oke. Gue akui dia cantik. Tapi begonya luar biasa. Mau-maunya dia nerima cinta gue. Ckckc..”

Setengah jam Rio menunggu. Dan ceweknya itu nggak nongol-nongol juga. Ngapain sih dia? Kalo ada kegiatan, harusnya dia ngasih kabar dong. Apa jangan-jangan pacarnya itu tau kalo Rio hanya.. Hanya mempermainkannya saja?

“Maaf Yo, tadi ada masalah sedikit.” Kata suara seorang cewek.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Follow : @uny_fahda19 

Selasa, 24 Desember 2013

Forever Love ( Part 3 )

Part 3

.

.

.

SMP Kartini....

Di perpustakaan, Ify mencari tempat duduk yang nyaman. Setelah menemukan tempat duduk yang pas, Ify mulai membuka buku IPA nya. Dengan teliti ia mencoba mengerjakan beberapa soal fisika karena walaupun Ify pintar, tapi cewek ini lemah dibidang fisika. Makanya mulai hari ini Ify harus bisa menaklukan satu pelajaran itu.

Hari pertama masuk sekolah tanpa pelajaran. Semua murid bebas melakukan apapun. Boleh nongkrong, ke kantin, ke perpus, ke lab dan lain sebagainya. Kalo Agni dan Zevana biasanya gosip di kantin.

“Ify!” Kata suara seorang cewek.

Ify yang sedang serius mengerjakan soal kalor langsung mendongakkan kepala. Mendapati Zevana tersenyum manis ke arahnya. Tumben-tumbennya Zevana mau mencarinya di perpus. Zevana duduk di samping Ify.

“Ada apa?” Tanya Ify.

“Lagi belajar ya?”

“Yaiyalah Zev. Masa gue dugem disini.”

Zevana tertawa kecil. Lalu ia mulai serius. “Lo yakin masih tetap nolak cinta Kak Cakka?” Tanya Zevana mencari kepastian.

Lagi-lagi Cakka. Bisa nggak sih sehari saja ia nggak mendengar nama Cakka? Cakka emang cakep. Banyak cewek yang naksir sama Cakka. Tapi tidak dengan Ify. Ia berusaha menghilangkan perasaan itu, karena ia nggak mau jatuh cinta dengan Cakka.

“Gue nggak suka sama Kak Cakka.” Jawab Ify.

“Why? Apa Cakka kurang sempurna di mata lo?”

Ify menarik nafas dalam-dalam. “Ada alasan yang kuat gue nolak Cakka dan cowok lainnya. Lo perhatikan gue. Gue nggak pernah pacaran. Suka sama cowok pun nggak pernah.”

Ya! Ify cewek unik. Dia nggak pernah merasakan yang namanya cinta. Tapi sebuah alasan kuat tadi itu apa? Zevana yakin Ify nggak bakal menceritakan kepadanya.

“Hmmm.. Tapi rugi lho Fy lo nolak Kak Cakka. Gue aja bersusah payah mendapatkan Kak Cakka. Tapi, ujung-ujungnya Cakka nolak gue. Lha ini, Kak Cakka nembak lo dan lo sekenanya nolak.”

“Mungkin Kak Cakka bukan jodoh lo.” Kata Ify tersenyum. Kemudian ia berkutat lagi dengan soal-soal fisika.

Sementara Ify serius mengerjakan soal, Zevana berpikir keras. Ia harus tau alasan itu. Alasan yang membuat Ify nggak bisa mencintai cowok manapun. Apa Ify udah punya pacar? Kayaknya nggak deh. Ia dan Ify sudah bersahabat dari SD. Mustahil banget anak SD pacaran. Apalagi masih kelas dua SD.

“Fy..” Kata Zevana.

“Hmmm..”

“Ke.. Kenapa sih lo nggak mau jatuh cinta?” Tanya Zevana.

Jangan! Air mata itu tidak boleh keluar lagi. Ify berusaha menahan agar air matanya tidak keluar. Ia nggak boleh lemah. Ia harus kuat dan tetap setia untuk menunggu. Walau mungkin penantiannya tak membuahkan hasil. Tapi ia tetap menunggu dengan sabar.

“Kalo gue tanya kayak gitu, lo malah nangis. Gimana sih lo ini?”

“Gue nggak papa kok Zev. Mungkin pas SMA baru gue bisa menyukai seseorang.”

“SMA?” Zevana meninggikan suara. “Ntar pas kita SMA, lo bilang, ‘ntar pas kuliah baru gue bisa menyukai seseorang’ gitu?”

“Maybe.” Jawab Ify.

Zevana kesal banget dengan Ify. Ia merasa ia nggak berguna bagi Ify. Apa Ify nggak menganggap dirinya sebagai sahabat Ify? Apa selama ini Ify menganggapnya tidak ada?

“Sorry Zev. Biarkan masalah ini gue pendam sendiri. Maaf.” Kata Ify tau apa yang dipikirkan Zevana.

Zevana pun akhirnya paham. “Oke. Tapi kalo lo mau cerita, cerita aja. Gue selalu ada untuk lo dan selalu mendengarkan curhatan lo.”

Sahabat lah orang yang paling Ify butuhkan. Jika tidak ada sahabat, Ify berani bertaruh. Jiwanya mungkin akan rapuh dan ia sudah putus asa. Biarpun Zevana maupun Agni nggak tau apa permasalahannya, nasehat demi nasehat dari Zevana dan Agni membuatnya tegar.

Dan sampai sekaran ini ia tegar. Selamanya ia harus tegar.

***

SMA Sunrise...

Pulang juga akhirnya. Rio bisa bernafas lega. Ia tidak pulang dulu. Rio mencari tempat duduk yang nyaman. Tepatnya di sebuah tempat duduk di dekat pohon yang cukup rindang. Tempat ini sangatlah sejuk.

“Siang hari yang indah.” Gumamnya.

Rio menyilangkan kedua tangannya di kepala, dan bersandar di sandaran bangku itu. Cukup lama ia duduk di bangku, dan Rio merasakan ada seseorang yang memanggilnya.

“Ternyata lo disini.” Kata orang itu seraya duduk di samping Rio.

“Oh, elo Vin. Dapat kelas berapa?” Tanya Rio.

Alvin adalah teman MOSnya sekaligus teman SMPnya. Mereka berdua akrab sekali. Jarak rumah mereka pun nggak jauh-jauh amat. Jadi Rio dan Alvin bisa saja sering bertemu di luar sekolah.

“X.1. Lo?”

“X.3. Udah dapat gebetan baru belum?” Tanya Rio.

Wajah Alvin berubah jadi mendung. Dua bulan yang lalu ia putus dengan Febby. Ternyata, Febby sama sekali tidak mencintainya dan hanya memanfaatkannya saja. Alvin berjanji untuk tidak pacaran. Tapi... Diam-diam ia sedang mencintai seorang cewek.

“Sudah. Tapi kayaknya tuh cewek nggak suka sama gue.” Jawab Alvin.

“Hahaha.. Lasingan lo jelek. Gantengan dikit apa kayak gue. Tau nggak, hari ini gue udah dapat tiga cewek. TIGA CEWEK VIN!!! NGGAK NYANTE!!!”

Alvin menutup telinganya gara-gara teriakan nggak jelas Rio. Dasar Rio! Cowok itu lama-kelamaan jadi playboy. Bukannya kemarin Rio ngajak Angel jalan-jalan? Sekarang, Rio udah dapet tiga cewek.

“Siapa?” Tanya Alvin, walau sebenarnya ia malas bertanya.

“Hmmm.. Keke, Bu Grecia daann... Kak Shilla!”

“APA? BU GRECIA? GILA LO!” Kata Alvin.

Sekarang giliran Rio yang menutup telinga. “Emangnya kenapa? Bu Grecia oke juga. Kak Shilla juga cantik. Hei! Gue lupa cerita ke elo kalo tadi gue ngobrol sama Kak Shilla di UKS. Sumpah Vin! Kak Shilla cantiiiik banget.” Kata Rio sambil membayangkan sosok Shilla.

“Playboy lo! Terus Angel lo apain?”

“Kasih ke elo aja deh.” Jawab Rio sekenanya lalu pergi begitu saja meninggalkan Alvin yang sedang kesal.

“DASAR RIOOO!!! PLAYBOY KELAS KAKAP!!!”

Rio berlari sambil tertawa. Dan tak sengaja menabrak seorang cewek manis berpipi chubby. Rio dan cewek itu sama-sama salting.

“Eh, maaf ya, maaf.” Kata cewek itu.

“Nggak papa. Gue yang salah.” Kata Rio lalu melanjutkan perjalannya.

Cewek yang tadi ditabrak Rio tersenyum sendiri. “Cakep banget.” Gumam cewek itu.

Tempat parkiran adalah tujuan Rio. Ia mengeluarkan motornya. Motornya berhasil keluar dan sekarang berada di luar gerbang. Dan Rio menangkap sesosok cewek yang sedang menunggu di area jemputan.

“Keke!” Teriak Rio.

Yang dipanggil menoleh. Kekek tersenyum melihat Rio. Cewek itu mendekati Rio dan menyapa Rio.

“Hai! Kita ketemu lagi, hehe..” Sapa Keke.

“Iya.. Lo nggak pulang? Eh, lo kan belum tau nama gue. Kenalin, gue Mario Stevano. Cukup panggil Rio aja.” Kata Rio menjabat tangan Keke.

Keke membalas jabatan tangan itu dengan senyuman.

“Ng.. Jemputan gue belum dateng.” Jawab Keke lemas.

Sepertinya Rio bisa merasakan suasana hati Keke saat ini. Tentu Keke sedang marah dan kesal karena jemputannya belum juga nongol.

“Pulang sama gue aja yuk!” Ajak Rio.

“Hah?”

“Kenapa? Cuman anter lo pulang aja. Emangnya gue mau apain lo juga?”

Ikut Rio nggak ya? Tanya Keke dalam hati. Sejujurnya, ia mau banget nerima ajakan Rio. Tapi di lain hatinya, ia takut kalo Rio macam-macam padanya. Ia dan Rio kan baru saling mengenal. Keke belum tau siapa itu Rio dan sikap sifat dari cowok itu.

“Jangan mikir deh. Gue janji kok anter lo sampe rumah dengan selamat.” Kata Rio memberi keyakinan pada Keke.

Akhirnya, Keke memutuskan pulang bareng Rio. Toh nggak ada salahnya kan pulang sama cowok itu? Menurut pengamatannya sih Rio itu cowok baik. Dan ia yakin di jalan nanti Rio nggak akan macam-macam padanya.

Banyak cewek yang melihat dua manusia itu. Ada satu cewek yang melihat pemandangan itu dengan hati yang tertusuk-tusuk. Dugaannya benar. Cowok yang tadi menabraknya itu sudah memiliki pacar. Seharusnya ia menyadari dari awal.

***

“Nggak mampir dulu Yo?” Tanya Keke ketika keduanya udah sampai di rumah Keke.

Rumah Keke sederhana. Namun indah dan bersih. Siapapun pasti betah tinggal di rumah itu. Beraneka macam bunga tumbuh di pot-pot yang sengaja di taruh di samping teras. Mama Keke memang suka mengoleksi aneka macam bunga.

“Mmmm, gu..”

“MBAK KEKE !!!” Teriak suara anak kecil dari dalam sana. Anak itu berlari ria menuju tempat Keke berada.

Keke menatap adiknya itu dengan penuh kesal. Wah, bisa gawat nih! Selama ini, ia nggak pernah diajak cowok pulang ke rumah. Dan hari ini, ia diantar oleh cowok. Bahkan cowok itu cakep banget.

“Pacar Mbak Keke ya?” Goda Chelsea, adik Keke yang baru berumur delapan tahun.

“Pacar? Bu..”

“Iya. Mbakmu pacaran sama kakak.” Kata Rio tenang sedikit melirik ke arah Keke yang tiba-tiba aja memerah.

Chelsea meloncat gembira. Akhirnya! Kakaknya itu punya pacar juga. Kasih bintang plus aja deh karena udah dapet cowok yang cakep plus manis.

“HOREEE!!! MBAK KEKE UDAH PUNYA PACAR... HOREEEE!!!” Teriak Chelsea lalu kembali ke dalam rumah.

“Eh..” Kata Keke salting. Rio sudah keterlaluan!

“Hahaha.. Lucu banget adek lo. Ya udah deh, gue pulang aja. Besok ketemu lagi yaaa..” Kata Rio.

Coba saat ini Keke bisa menahan rasa malunya, ia berani melarang Rio pulang karena cowok itu benar-benar keterlaluan. Berani-beraninya Rio membohongi Chelsea. Sekarang, ia harus bisa menjelaskan kepada Chelsea kalo ia sebenarnya bukan pacar Rio. Tapi, mana mungkin anak seumur Chelsea bakal percaya?

***

Cuaca Kota Bandung tidak terlalu panas. Ify berjalan dan tentu saja sambil membawa buku menuju taman di dekat rumahnya. Ayunan berukuran sedang adalah tempat favoritnya. Disana Ify merasakan ketenangan dan hatinya tidak merasa sedih untuk sementara.

Angin menerpa rambutnya yang belum ia ikat. Tapi Ify nggak peduli. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai di tiup angin sore.

“Aku cinta kamu.” Kata Ify miris. Merasakan kesakitan yang luar biasa. “Tapi aku nggak bisa bersamamu. Maafkan aku. Aku harus meneruskan penantianku.”

Sebuah penantian panjang yang ia tidak tau apakah akan berakhir atau tidak. Yang jelas, ia akan terus menanti dan menanti. Semua rasa, cinta, suka ia hapus. Semua rasa-rasa itu tidak boleh bersamanya. Karena Ify berjanji untuk tidak jatuh cinta kepada siapapun.

“Kak..I..Iyel..” Lirih Ify.

Air matanya menetes. Membasahi buku yang ia bawa. Ify menangis dalam kesunyian yang dirasakan di hatinya. Walau taman ini lumayan ramai, bagi Ify, semuanya terasa sepi dan sunyi. Hidupnya memang tak jauh dari kata SENDIRI.

“Aku rindu kakak.. Mana janji kakak..”

Andai kata orang yang ditunggunya datang menemuinya, menyatakan kalo orang itu sangat rindu padanya. Tapi semua itu hanyalah mimpi. HANYALAH MIMPI.

“Kapan kakak menemuiku? Mana janji kakak dulu untuk mencariku? Aku lelah kak menungu..” Ify mengusap air matanya. “Kak.. Asal kakak tau, aku berusaha untuk tidak mencintai cowok. Aku hanya mencintai kakak dan selalu menunggu kakak..”

“Jadi, itu alasanmu Fy?” Kata suara sesorang yang membuat jantung Ify berhenti berdetak.

***
TBC.....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja (:

Follow: @uny_fahda19

Forever Love ( Part 2 )

Part 2

.

.

.

Keke memasuki kelasnya. Namanya ada di kelas X.5. Disana sudah ada guru. Jadi Keke harus memberi alasan yang masuk akal supaya guru itu menerima alasannya. Namun sang guru cuek saja dan tidak mempedulikannya. Keke bersyukur dan mencari tempat duduk yang kosong. Aisshh, gini deh akibat dari terlambat pada hari pertama masuk sekolah. Dapat tempat duduk yang paling belakang. Tapi untungnya ia punya teman bangku disana.

“Kok terlambat?” Tanya cewek yang menjadi teman bangku Keke.

Keke nggak langsung jawab. Ia jadi teringat pertemuannya dengan seorang cowok yang bernama Rio. Cowok manis yang tadi sempat bersamanya. Sekarang ia nggak tau bagaimana kabar Rio. Apa Rio di hukum atau tidak, yang jelas ia tidak tau.

Satu lagi. Pertanyaan bodoh yang sempat membuatnya penasaran.

“Oke. Lo boleh pergi. Tapi ada satu hal yang mau gue tanyain ke elo.”

“Apa?” Tanya Keke penasaran.

“Mmm, nama lo siapa?”

Teman bangkunya itu memerhatikannya. Keke tersadar dari lamunannya. Lalu ia tersenyum menyambut teman barunya yang mungkin akan menjadi sahabatnya.

“Gue Nova. Lo siapa?” Tanya teman bangkunya itu.

“Gue Keke. Tadi gue telat gara-gara gue nggak tau kalo hari senin itu berangkatnya pagi.” Jawab Keke.

Mereka berdua asyik bicara dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru di depan. Dan lagi-lagi guru itu tetap cuek. Bisa di tebak kalo guru itu memegang mata pelajaran sejarah karena kalo dilihat dari bicaranya tadi, seperti menjelaskan tentang materi sejarah. Yang Indonesia meredekalah, perang dunia, manusia purba dan lain sebagainya.

Dan nggak heran juga kalo ada beberapa murid yang ikhlas mendengarkan ceramah dari guru tersebut.

“Kalo gini caranya, gue males masuk IPS.” Kata Nova.

“Emang lo mau masuk jurusan apa?” Tanya Keke.

“Ng.. Nggak tau. Nggak ada yang gue minati. IPA sulit, IPS sulit, Bahasa sulit..”

“Terus semuanya sulit..” Tambah Keke.

Nova tertawa kecil. Ternyata, teman barunya itu menyenangkan juga. Selama ia bersahabat, baru kali ini dia bahagia berteman dengan Nova dan cepat akrab. Padahal kan mereka berdua baru berkenalan tadi?

***

Kini, hanya ada Rio dan Pak Budi. Dengan patuh Rio mengikuti kemana Pak Budi berjalan. Pak Budi tau kalo Rio itu anaknya bandel dan nggak mau kalah. Ia harus memberikan anak itu hukuman.

Mereka sampai di lapangan basket. Rio mengernyitkan kening. Sekarang, ia akan diapakan? Tapi Rio memilih diam dan nggak bertanya sedikitpun kepada Pak Budi.

“Nah Mario, kamu kan patut mendapat hukuman. Sekarang bapak menyuruhmu keliling lapangan selama sepuluh kali! Masih beruntung saya tidak menyuruhmu lari mengelilingi lapangan utama.” Jelas Pak Budi.

Tentu saja Rio tidak terima hukuman dari Pak Budi. “Tidak bisa Pak. Saya kan telatnya cuman lima menit. Kasihlah hukuman yang ringan.” Kata Rio tawar-menawar. Kayak Penjual dan Pembeli yang ada di pasar. Disini, Pak Budi sebagai penjual dan Rio sebagai Pembeli.

“Hukuman yang ringan?” Pak Budi meninggikan suara. “Kamu seperti anak kecil saja. Ingat, kamu sudah besar dan kamu...”

“Bapak mau ceramahin saya atau mau hukum saya sih?” Kesal Rio.

Pak Budi memelototin Rio. Sungguh, anak itu sangat mengesalkan. Pantas tadi Pak Zayn kualahan ngadepin cowok macam Rio.

“Pokoknya, kamu harus lari. SEKARANG JUGA!!”

“Tapi Pak..”

“Apa kamu mau saya suruh bersihin seluruh WC di sekolah ini?” Kata Pak Budi akhirnya.

Mau nggak mau, dan daripada disuruh bersihin WC yang baunya bukan main, akhirnya Rio terpaksa berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali. Hitung-hitung olahraga juga.

Sementara Rio berlari, Pak Budi tersenyum puas. Anak itu memang kuat! Batin Pak Budi. Lelaki itu pun meninggalkan lapangan. Ia yakin sekali walau Rio anaknya bandel, namun Rio nggak berani berhenti di tengah jalan.

Satu putaran lagi... Huft! Nafas Rio ngos-ngosan. Sepuluh putaran telah selesai ia lakukan. Tak sengaja ia menemukan sebotol aqua dan langsung meminumnya. Lha, kemana Pak Budi? Rio melihat di sekelilingnya. Lapangan ini sepi. Anak-anak pada ada di kelas. Rio pun memutuskan mencari kelasnya. Yah, hari pertama masuk sekolah yang sangat menyebalkan.

***

SMP Kartini....

“Ify!!”

Seorang cewek yang kalo diperhatikan penampilannya sangat tomboi. Rambutnya pendek dan acak-acakan. Tapi cewek tomboi itu cuek saja. Ia berusaha sekuat tenaga memanggil sahabatnya yang bernama Ify.

“Ify!!”

Yang dipanggil menoleh ke belakang. Ify, gadis cantik yang sekarang ini duduk di kelas tiga SMP tersenyum melihat kedatangan sahabatnya yang bernama Agni. Di tangannya ada tiga buku tebal. Ify kan kutu buku. Umurnya lebih muda setahun dari Agni karena Ify pernah loncat kelas sewaktu SD.

“Dasar anak rajin!” Kata Agni melihat Ify membawa tiga buku paket yang apabila dibacanya bakal buat otaknya pusing. Lah ini, kok Ify nggak pernah bosan ya baca buku sebegitu tebal dan sebegitu sulit untuk dipahami?

“Dari dulu kan gue rajin? Lonya aja yang nggak nyadar kalo gue itu rajin.” Kata Ify bangga sambil menunjukkan tiga buku paket yang ia bawa.

Ingin saja Agni muntah melihat tiga buku itu. “Zeva mana? Anak cerewet itu kok nggak muncul-muncul juga?” Tanya Agni.

Benar juga. Zevana belum juga datang. Tadi sih dia minta izin pergi sebentar. Eh nggak taunya ngilang begitu saja.

“Ada salam dari Kak Cakka.” Kata Agni.

Mendengar hal itu, wajah Ify berubah jadi pucat. Cakka adalah kakak kelasnya waktu SMP. Sekarang Cakka bersekolah di SMA Permata. Sejak Cakka melihatnya, Cakka suka kepadanya. Tapi Ify berusaha cuek dan tidak menganggap keberadaan Cakka. Dan lama-kelamaan, ia jadi nggak tenang. Cakka keras kepala dan tidak pantang menyerah demi menaklukan hatinya.

“Woi! Ada salam dari Kak Cakka!” Teriak Agni lebih keras dan Ify tersadar.

“Eh, Kak.. Kak Cakka. Hehe, gimana kabarnya?” Tanya Ify.

Agni mendengus kesal. Selama ini, ia yang menjadi alat penghubung antara Ify dengan Cakka. Setiap harinya Cakka selalu menanyai keadaan Ify padanya. Agni emang akrab dengan Cakka.

“Dia nggak baik sampai lo mau membuka hati lo untuknya.” Jawab Agni. Ify terdiam. Entah darimana dan sejak kapan air matanya menetes. Tau hal itu, Agni merasa bersalah. “Nangis lagi? Fy, lo kenapa sih? Belakang-belakangan ini gue sering liat lo nangis mendadak. Ada apa?”

Air mata yang membasahi pipinya ia usapkan supaya kering. Lalu Ify memaksakan dirinya untuk tersenyum dan menyembunyikan kesedihannya.

“Gue nggak papa. Ohya, gue mau ke perpus. Duluan yaa..”

Itulah cara praktis yang dilakukan Ify demi menghindari pertanyaan Agni. Dan Agni nggak bisa lagi ngejar Ify. Apalagi kalo ia berani masuk ke perpustakaan.

“Hooii!!”

Tiba-tiba Agni menjadi kaget. Ada tangan yang menyentuh pundaknya. Agni membalikkan badan dan ketika tau siapa pemilik tangan itu, Agni menjadi kesal.

“Elo Zev! Hobinya ngagetin orang aja. Nggak ada kerjaan lain apa selain ngagetin orang?” Kata Agni.

Zevana nyengir. “Ify mana?” Tanyanya.

“Biasa. Tuan Putri sedang ada di perpustakaan.” Jawab Agni.

“Ooo, eh Ag, apa Ify udah membuka hatinya untuk Cakka?” Tanya Zevana.

Agni nggak menjawab. Pandangannya saat ini sulit di tebak. Lalu Agni meninggalkan Zevana yang sedang dihantui oleh rasa penasaran.

“Lo sama kayak Ify. Sama-sama aneh!” Kata Zevana.

***

SMA Sunrise....

“Surabaya.. Surabaya.. Oh surabayaaa...”

Dalam perjalanan, Rio menyanyi nggak jelas. Hari ini ia sangat kesal sekali. Belum lagi seragam abu-abu yang ia kenakan basah gara-gara keringatnya sendiri.

“Ah, Keke mana ya? Kok gue kangen sih sama dia?” Gumam Rio.

Pada akhirnya, Rio menemukan kelasnya. Namanya ada di kelas X.3 ( Kelas gue! ). Di dalam kelas itu, sudah ada guru yang mengajar. Rio mengetuk pintu dan masuk dengan sopan. Guru itu tersenyum menyambut kedatangan Rio.

“Gile! Guru itu cantik banget.” Kata Rio pelan. Ia berjalan kebelakang sambil mencari bangku kosong.

Ternyataaa... Memang hari ini adalah hari sialnya Rio. Cowok itu mendapat tempat duduk paling belakang dan parahnya lagi, disana ia duduk bersama cewek gendut yang sedaritadi tersenyum nggak jelas padanya!

“Mati gue!” Kata Rio. Ia berusaha tenang duduk bersama cewek yang bukan termasuk ke dalam cewek incarannya.

Dan kesialannya pun bertambah. “Hai cowok! Nama lo siapa? Ahh, lo ganteng banget. Mau ya jadi pacar gue?”

Dasar cewek yang nggak punya sopan santun! Beraninya dia berkata begitu. “Gue males bicara sama lo.” Kata Rio dingin sembari memerhatikan guru cantik yang membuatnya merasa lebih baik.

“Kenalin, nama gue Dea. Nama lo siapa?” Kata cewek itu memperkenalkan diri.

Lama-lama, Rio nggak tahan juga ya mendengar ocehan dari teman bangkunya yang mengaku sebagai Dea.

“Gue Rio. Anak presiden Obama. Gue calon pengusaha besar di dunia. Fans gue banyak sekali.” Kata Rio ngasal. Tapi Dea percaya aja tuh.

“Wau! Keren! Gue boleh ya jadi fans lo?”

“Whatever.”

Guru yang ternyata bernama Grecia itu adalah wali kelas X.3. Parasnya cantik dan umurnya masih muda. Yaitu dua puluh empat tahun. Hebat ya umur segitu udah jadi guru SMA. Dan tentu saja banyak cowok-cowok yang sering godain guru muda itu. Dan mungkin Rio juga termasuk dari cowok-cowok itu.

“Ganteng... Boleh minta nopenya nggak?” Tanya Dea yang menganggu konsentrasi Rio memandangi Grecia.

“No!” Jawab Rio.

“Yahh..” Tampaknya Dea kecewa. “Kalo gitu, gue boleh kan ngantri jadi pacar lo?”

Kalo disini sepi, Rio sudah mengurung cewek cerewet itu. Kenapa sih nggak cewek cantik aja yang menggodainya? Kenapa harus cewek seperti Dea?

“Kalo lo mau jadi pacar gue, lo harus ubah tubuh lo. Gue sukanya cewek kurus yang tinggi. Ngerti?”

Dea berubah jadi senang. “Kalo gue udah kurus, gue bisa dong jadi pacar lo?” Tanyanya.

“Yes.”

“Asyiiiikkkk...” Kata Dea kegirangan. Sementara Rio tertawa sendiri. Maunya cewek itu dibohongi. Dan Rio nggak peduli apakah Dea mau mengkuruskan tubuh atau tidak. Dipikirannya hanya ada wajah Grecia yang cantik dan manis.

Sudah sejam telah terlewati, dan Grecia nggak bosan-bosannya menjelaskan kepada murid didiknya tentang perihal sekolah. Ketika itulah Rio merasakan kepalanya pusing dan tubuhnya seperti nggak ada energi.

“Gue kenapa?” Tanya Rio kepada dirinya sendiri.

“Lo kenapa Yo?” Tanya Dea khawatir.

Wajah Rio berubah jadi pucat. Layaknya orang yang lagi sakit. Wah, Dea harus bertindak sebagai pahlawan nih. Ia harus melakukan sesuatu. Yeah, to do something.

“Ke UKS yuk!” Ajak Dea semangat.

“UKS? Ogah! Selama ini gue nggak pernah sakit. Apalagi ke UKS.” Tolak Rio, dan rasa sakit di tubuhnya kian menjadi-jadi.

“Tapi lo sakit Riooo..”

Sepertinya, Grecia tau ada yang nggak beres di bangku paling belakang. “Yang di belakang? Kalian kenapa?” Tanyanya.

“Rio sakit Bu.” Jawab Dea.

“Ya sudah. Bawa dia ke UKS.” Jawab Grecia.

Dea tersenyum penuh kemenangan. “Tuh kan, lo disuruh ke UKS sama Bu Grecia.”

Dan akhirnya Rio pergi ke UKS ditemani Dea. Dan perjalanan kali ini sangat mengesalkan. Kenapa juga Dea harus ikut? Mau nyari sensasi?

***

Di UKS, Rio beristirahat. Dengan sabar Dea menunggui Rio. Ia menunggu di luar sambil melihat-lihat pemandangan disana. Seorang petugas UKS yang jika dilihat adalah anak PMR memasuki kamar Rio.

“Sudah baikan?” Tanyanya lembut.

Rio membuka mata dan berusaha untuk sadar. Ia menoleh ke samping kiri dan ASTAGA! Cewek atau malaikat kah dia? Cantiiiiik banget. Rio sama sekali nggak berkedip melihat wajah cewek cantik itu.

“Ng.. Saya sudah baikan Kak. Makasih ya.” Jawab Rio.

Cewek itu tersenyum melihat Rio. “Sama-sama. Disini saya menjabat sebagai ketua PMR SMA Sunrise. Saya ada di kelas 3IPA-3.”

Di luar, karena bosan juga, terpaksa Dea masuk ke dalam kamar Rio. Dan ketika ia melihat Rio ngobrol dengan cewek cantik itu, perasaan cemburu menyerangnya. Selalu saja tampang menjadi nomer satu. Akhirnya Dea meninggalkan UKS dan bertekad mengubah penampilan menjadi Dea 2013 yang oke dan keren.

“Kakak cantik deh.. Udah punya pacar belum?” Goda Rio.

Kedua pipi cewek itu memerah. Dia juga nggak nyangka bertemu cowok manis di tempat ini. Tapi ia malu kalo nantinya ia naskir sama cowok itu. Umurnya kan lebih tua dari cowok itu.

“Belum dek. Hehe..” Jawab cewek itu.

“Ohya kak, kok saya bisa sakit sih?” Tanya Rio.

“Iya. Kamu sakit gara-gara nggak sarapan. Ingat, sarapan itu penting. Kakak punya cerita nih. Denger ya. Ada dua profesor. Mereka sama-sama cerdas. Nah, satu dari profesor itu memilih untuk tidak sarapan. Dan satunya lagi memilih untuk sarapan. Dan apa yang terjadi? Ternyata profesor yang nggak sarapan itu nggak bisa menseriuskan otaknya. Padahal dia kan cerdas? Nah, untuk itu, kamu harus sarapan ya. Biar nggak nyungkep ke UKS lagi.”

Rio tertawa. Tawanya sangat lucu dan disukai oleh cewek itu. “Oke mbak cantik. Saya janji kok sarapan setiap pagi.”

“Nah, gitu dong! Ohya, kok kita belum saling kenal mengenal ya? Nama kamu siapa sih?” Tanya cewek itu.

“Namaku Rio. Kalo nama kakak?”

“Namaku...”

***
TBC.....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja (:

Follow: @uny_fahda19

Minggu, 15 Desember 2013

Forever Love ( Part 1 )

-Forever Love-

By. Fahda Nuragastevadit


Part 1

.

.

.

Sinar sang surya menerobos sebuah kamar seorang cowok yang sedang tertidur. Jam weker di kamar itu sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Dan cowok itu belum juga terbangun. Padahal, hari ini adalah hari pertamanya masuk SMA dan memakai seragam baru yaitu putih abu-abu.

Seorang wanita cantik kira-kira berumur empat puluh tahunan sedang memasang tampang kesal dan marah. Marah terhadap anak laki-lakinya itu yang menurutnya sudah dewasa namun belum bisa bangun sendiri. Wanita itu mendengus kesal. Ia berpikir kalo-kalo ia gagal menjadi seorang Ibu.

Sering kali ia iri kepada teman-temannya yang anak laki-laki mereka pada rajin-rajin dan nggak malas seperti anaknya itu. Hhuuhh... Wanita itu siap dengan serangannya. Walau yah serangan itu berakibat buruk. Yaitu kasur basah gara-gara air yang ia hendak siram ke anak laki-lakinya.

WUUUSSSS... ( anggap bunyi air )

Detik pertama, objek dari wanita itu diam. Detik kedua, ketiga dan keempat diam juga. Namun pada detik selanjutnya.....

“ARRGGGHHH!!! SETAAANNN!!” Umpat cowok itu. Ia langsung terbangun dan menegakkan punggungnya. Cowok itu mengerjap-ngerjapkan mata.

Devy, wanita tadi yang adalah Ibu dari cowok itu tersenyum puas. Sementara anaknya cemberut bukan main.

“Jam berapa sekarang?” Tanya cowok itu yang akrab di panggil Rio.

Devy menatap sinis anaknya. “Dasar laki-laki pemalas! Mama heran deh sama kamu. Kenapa belakang-belakangan ini sikapmu berubah? Hah?”

Rio nggak langsung bicara. Ia diam dulu sambil berusaha mengumpulkan nyawa-nyawanya yang hilang entah kemana. Setelah itu ia tersenyum manis. Sangat manis yang membuat siapapun bakal bahagia dan nggak bisa tidur semaleman.

“Ini kan hidup-hidup Rio juga. Terserah Rio mau bangun jam berapa. Sekarang, jam bera...”

“CEPAT MANDI ATAU HARI PERTAMAMU BAKAL MEMBUAT KESAN BURUK!!” Bentak Devy garang dan Rio cepat-cepat pergi dari kamarnya. Ia nggak mau melihat wajah garang Ibunya.

Sementara Rio mandi, Devy berjalan menuju ruang makan. Disana sudah ada suami dan kedua anak perempuannya, bernama Acha dan Cindai. Acha duduk di kelas dua SMP dan Cindai duduk di bangku kelas lima SD.

“Kak Rio dimana? Masih bangun juga?” Tanya Acha.

“Tau tuh! Mama sudah kesal dengan kelakuannya belakang-belakangan ini. Mama heran, hal apa yang bisa mengubah sikapnya itu?”

Semua sependapat dengan Devy. Memang, belakang-belakangan ini Rio berubah. Sedikit susah di atur dan semua keinginannya harus di turuti. Mana Rio dulu? Mana Rio yang ramah, baik, hormat kepada orang tua dan dewasa?

“Iya Ma. Cindai juga bingung. Perasaan dulu Kak Rio nggak kayak gini. Ada apa ya Ma? Apa dia diputusin pacar terus jadi kayak gini?”

“Huuusss! Selama ini Kak Rio nggak pernah pacaran. Dia itu anti cewek! Ingat, ANTI CEWEK! Nggak mungkin kan Kak Rio berubah gara-gara cewek?” Kata Acha.

Sepertinya Cindai nggak setuju dengan omongan Acha. “Mana begitu... Buktinya, kemarin Cindai liat Kak Rio bawa cewek ke rumah! Artinya dia udah nggak anti lagi sama cewek.”

Benar juga! Eh, tunggu! Semenjak Rio nggak anti cewek lagi, mulai dari itulah Rio berubah. Hmmm.. Sepertinya, ada sebuah misteri yang harus dipecahkan nih.

Namun, Acha nggak mau kalah dengan adiknya. “Iya, gue tau. Tapi Kak Rio nggak pernah sedih gara-gara ditinggal pacarnya. Dan.. Status kak Rio sekarang itu jomblo! Walau kak Rio udah nggak anti lagi sama cewek, dia belum pernah pacaran kok.”

“Tapi kak...”

Perdebatan mereka dilerai oleh Ilham, suami Devy. Acha maupun Cindai terdiam. Nggak bisa apa sehari aja mereka damai? Setiap kali mereka ketemu, wajib hukumnya mereka berdebat dan nggak ada yang mau ngalah.

“Hai semua!! Pangeran ganteng sudah tiba!!” Sapa Rio yang tiba-tiba sudah ada di ruang makan. Acha tersedak karena kaget dan Cindai cekikikan.

Rio duduk di antara Acha dan Cindai. “Kalian berdua lagi gosipin gue ya?” Bisik Rio di telinga Acha lalu beralih ke telinga Cindai.

“Bukan. Tapi kami gosipin kuda yang kemaren ngelahirin anaknya.” Jawab Acha santai.

Rio tersenyum sambil mengacak-acak poni adiknya

Drtdrtrdrt....

Message From : 0878xxxxxxxx

Lo ada dmn? Mati lo klo lo gg smpe ke skolah sblum jm 7.

By. Alvin

Hampir aja minuman yang barusan ia minum di keluarkan. Sumpah demi apa, ia lupa kalo hari pertama datangnya harus jam tujuh. Kalo hari-hari biasanya jam setengah delapan. Mau nggak mau Rio harus berangkat sekarang. Yang menjadi masalahnya, ia sama sekali belum menyentuh nasi goreng yang lezat itu. Ia hanya sempat minum air putih. Itupun cuman seteguk.

“Kenapa?” Tanya Devy.

“Gue harus pergi sekarang atau gue berurusan dengan Pak Zayn!” Seru Rio. Ia berlari ke kamarnya demi mengambil kunci motor. Lalu ia meninggalkan rumah tanpa pamitan dulu.

“WOOOIIII KAAAAKKK!!! BALIK LOOOO!!!!” Teriak Acha kesal. Sementara motor Rio sudah menghilang.

Cindai mendekati kakaknya seraya berbisik. “Do’ain. Semoga di tengah jalan Kak Rio di tilang polisi. Kan dia belum punya sim.”

Mendengar hal itu, Acha tersenyum senang. “Semoga. Dan dia nggak diperbolehin bawa motor lagi. Hihihi...”

***

Motor itu melaju kencang. Namun motor itu mendadak berhenti karena nggak nyadar kalo di depannya ada cewek yang hendak menyebrang jalan.

“AWAAAAASSSSS!!!” Teriak si pemilik motor. Untung dia bisa selamat dan cewek yang tadi kaget itu juga selamat.

Si pemilik motor yang tak lain adalah Rio memberhentikan motornya di pinggir jalan raya. Ia begitu kesal dengan cewek itu. Gawatnya lagi, sekarang sudah lebih dari jam tujuh. Tapi ia tersenyum melihat badge seragam cewek itu. SMA Sunrise!

“Lo anak kelas sepuluh juga kan?” Tanya Rio pada cewek itu.

“I..Iyaa..” Jawab cewek itu gugup. Jantungnya berdegup kencang melihat cowok yang lain daripada yang lain. Cowok itu cakeeeeep banget! Baru kali ini ia menemukan cowok secakep manusia di hadapannya itu.

Dan Rio sendiri tau kalo daritadi ia diperhatikan oleh cewek itu. “Gue tau kalo gue itu ganteng. Kenapa lo baru berangkat sekarang?” Tanya Rio.

Cewek itu mengatur nafasnya. Berusaha tenang menghadapi cowok di hadapannya. “Aku nggak tau kalo jam tujuh harus sampai di sekolah. Soalnya aku nggak ikutan MOS selama dua hari. Tepatnya di hari kedua dan ketiga.”

“Emang lo nggak punya teman apa?”

“Pu.. Punya sih..” Jawab cewek itu kembali gugup.

Tanpa persetujuan dari cewek itu, Rio menarik tangan cewek itu dan menyuruhnya naik di motor. Artinya cewek itu ikut bersama Rio menuju sekolahnya.

“Kamu anak SMA Sunrise juga kan?” Tanya cewek itu.

“Ya. Lo jangan takut. Lo nggak mau kan punya masalah sama Pak Zayn? Satpam yang kemaren sok-sok’an itu?”

Cewek itu nggak menjawab toh ia juga nggak tau siapa Pak Zayn itu. Setaunya, Zayn itu salah satu personil One Direction, salah satu boyband favoritnya. Lalu, motor Rio melaju kembali.

Sesampai di luar gerbang sekolah yang jelas-jelas sudah di tutup, Rio mendengus kesal. Benar deh kata Mama. Hari pertamanya menjadi anak SMA begitu kacau. Cewek yang ada di samping Rio pun juga takut. Tapi ia bersyukur ada orang yang menemaninya kalo nanti ia dihukum gara-gara terlambat.

Seorang lelaki datang. Rio tau lelaki itu adalah Pak Zayn. Satpam sekolah yang memiliki sifat kedisiplinan yang tinggi. Seandainya ada murid SMA Sunrise yang bolos, bakal di panggang deh sama Pak Zayn.

Tapi bukan namanya Rio kalo tidak berani membantah satpam itu.

“Pak Zayn yang baik, izinkan saya masuk ke dalam.” Kata Rio yang suaranya dibuat manis-manis. Kayak ngerayu kakak osis aja pas MOS!

Pak Zayn menatap tajam cowok cewek itu. Dipikirannya, tergambar bahwa cowok dan cewek itu keasyikan pacaran sampai-sampai lupa sekolah. Dasar anak muda sekarang!

“Kau ingin masuk?” Tanya Pak Zayn.

Rio dan cewek itu mengangguk. Berharap kali ini satpam ganas itu memberi mereka kesempatan.

“Hmm.. Sebenarnya saya boleh-boleh saja mengizinkan kalian masuk. Tapi... Karena saya bukan kepala sekolah, jadi saya nggak bisa melakukan apapun. Cukup kalian berdua akan saya hukum dan berurusan dengan guru BK.”

“Hukum? No! Saya baru masuk ke sekolah ini. Ini hari pertama saya! Sebaiknya bapak mengizinkan saya masuk! Nggak masuk akal anak baru seperti saya langsung dihukum, dan saya juga tau sebenarnya Pak kepala sekolah mengizinkan kami masuk. Hanya saja bapak yang punya nafsu besar untuk menghukum kami, ya kan?”

Kurang berani apa coba Rio? Sementara cewek di samping Rio kagum. Hebat banget cowok itu. Seperti sudah akrab dengan Pak Zayn.

“Kamu berani membantah perkataan saya?” Bentak Pak Zayn.

Walau di balas dengan bentakan, Rio fine-fine aja tuh. “Saya nggak membantah bapak. Yang saya inginkan cuman satu. Yaitu masuk ke dalam. Bapak paham?”

Kalo saja ia berani menghajar cowok itu, tentu saat ini juga Zayn akan menghajar cowok itu. Tapi ia harus sabar. Butuh tenaga dan pikiran yang jernih supaya sukses menghadapi murid bandel seperti cowok itu.

“Adik yang baik...” Pak Zayn menarik nafas dalam-dalam. “Disini sudah jelas peraturannya bahwa semua murid dari kelas satu sampai kelas tiga ketika hari Senin jam tujuh sudah ada di sekolah. Lebih dari jam itu, dinyatakan terlambat dan siap menerima hukuman. Adik paham?”

“Lha, bapak niru kalimat saya saja.” Kata Rio.

“Maksud kamu?”

“Oh, nggak ada. Jadi, saya boleh kan masuk ke dalam?”

Plak! Pak Zayn memukul keningnya sendiri. Dia nggak menyangka bisa bertemu manusia seperti cowok itu. Kalau begini caranya, kesabarannya tadi sudah habis. Anak itu harus di keraskan agar mengerti dan paham!

“Ssst.. Jangan bikin bapak itu kesal. Kamu berani banget.” Bisik cewek itu di telinga Rio.

“Tenanglah. Lo diam aja dan perhatikan gue, oke cantik?”

Cantik? Kedua pipi cewek itu bersemu. Tadi cowok itu bilang dirinya cantik? Jujur saja. Ia nggak yakin kalo dirinya cantik. Cuman Mama, Papa, dan kakak laki-lakinya saja yang pernah mengatainya bahwa ia cantik. Dan kali ini cowok yang diam-diam dikaguminya? Bahkan mungkin disukainya.

“Gimana?” Tanya Rio.

Pak Zayn menarik nafas dalam-dalam. Lalu... “Kamu.. Kamu memang anak yang bandel! Sudah saya katakan. Kalian berdua harus di hukum! Ini peraturan! Kalo kamu dan cewekmu itu tidak mau melaksanakan hukuman, kalian bisa berurusan sama guru BK dan tentu kepala sekolah!”

“Woles, Pak. Bisa tidak bapak pelan-pelan? Bapak kayak disambat setan saja. Saya emang tau Pak peraturan disini. Tapi masa kami yang masih baru harus mene...”

Belum sempat Rio menyelesaikan perkataannya, datang seorang guru dari dalam. Guru itu mendatangi mereka karena merasakan suatu ketidakberesan.

“Ada apa Pak Zayn?” Tanya guru itu.

Pak Zayn pun menceritakan dari awal. Dan guru itu mengangguk mengerti. Sebetulnya ia mengenali murid baru itu. Dia adalah Mario Stevano, anak dari temannya.

“Baiklah. Biar saya yang mengurusi anak ini.” Kata guru itu yang biasa akrab dipanggil Pak Budi. “Kamu, yang cewek, silahkan masuk. Dan jangan pernah mengulangi kesalahanmu, paham?” Lanjutnya.

Cewek itu mengangguk dan lega. “Terimakasih Pak. Saya janji nggak akan mengulanginya lagi.”

Pak Budi mengangguk. Cewek itu pun bersiap masuk ke dalam, tapi, tangannya ditarik oleh tangan Rio. Jantungnya kembali berdebar-debar. Tadi ia dibilang cantik, sekarang tangannya dipegang oleh Rio. Larat, maksudnya di tarik.

“Lo tega ninggalin gue?” Tanya Rio.

“Ng.. Kayaknya guru itu benar-benar marah deh sama kamu.” Jawab cewek itu.

“Terus bagaimana?”

“Ehem..” Kata Pak Budi.

Rio dan cewek itu langsung salting.

“Sudah selesai pacarannya? Ini sekolah. Bukan tempat untuk pacaran.” Jelas Pak Budi.

“Aku pergi dulu ya..” Kata cewek itu. Tapi tangannya tetap dipegang oleh Rio. Duhh, maunya cowok itu apa sih?

“Oke. Lo boleh pergi. Tapi ada satu hal yang mau gue tanyain ke elo.”

“Apa?” Tanya cewek itu penasaran.

***
TBC.....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja (:

Follow: @uny_fahda19

Forever Love ( Prolog )


Tampak kesedihan menghiasi wajah kedua bocah itu. Terutama wajah anak perempuan yang manis itu tertutupi kesedihan yang mendalam. Akankah ia harus meninggalkan sahabat kecilnya itu? Sahabat yang selalu menemaninya sebulan belakangan ini? Jika ada dua pilihan dan pilihan kedua ia diberi izin tinggal di Surabaya tempatnya ini, tentu ia akan pilih pilihan kedua. Tapi, apakah memang ada pilihan kedua?

“Jangan nangis. Kamu jelek kalo nangis.” Hibur anak laki-laki itu. Umurnya kira-kira dua tahun lebih tua dari anak perempuan itu. Sedangkan umur anak perempuan itu sekitar enam tahun.

Si anak perempuan berusaha tersenyum. Ya, senyum hambar. Bukan senyum bahagia yang selama ini ia tebarkan pada siapapun. Senyum bahagia itu terkunci rapat di suatu tempat yang sulit dijangkau, yang ia sendiri nggak bisa menemukan tempat itu.

“Iya, kak. Aku janji nggak nangis. Tapi, aku nggak ingin ninggalin kakak. Kakak mau kan ikut ke Bandung sama aku? Ya ya..”

Suara manjanya yang ia sukai. Tetapi anak laki-laki itu membuangnya jauh-jauh. Sahabat kecilnya itu tidak lama lagi akan meninggalkannya. Jauh dan selamanya tak bisa lagi ia temukan. Bandung.. Apa ia berani mencari sahabatnya itu ke Bandung?

Anak laki-laki itu tersenyum. “Kakak nggak bisa ikut. Maaf ya, aku tau kita nggak bisa bersama lagi. Tapi kakak janji akan mencarimu, dimanapun. Hanya saja waktunya belum cukup.”

Keduanya berpelukan dan air mata keduanya keluar deras. Apa mereka sanggup berpisah? Padahal mereka baru bertemu kurang lebih dua bulan. Ya, mungkin mereka tidak ditakdirkan bertemu di tempat ini, melainkan bertemu di tempat lain, tempat yang lebih baik.

“Aku janji nggak akan melupakanmu. Kamu juga janji ya nggak akan melupakanku dan setia menunggu kedatanganku?”

“Iya kak, aku janji nggak akan melupakan kakak. Aku juga janji, nggak akan menyukai laki-laki lain selain kakak, aku janji. Karena aku, mengharapkan kakak menjadi pelindungku dan cinta sejatiku. Jika kita besar nanti.”

Dan, apakah bocah perempuan itu selama-lamanya mengharapkan kedatangan sahabatnya itu? Apakah ia sanggup bertahan dan berjanji untuk tidak melupakan wajah sahabatnya itu? Entahlah...

***
Go To Part 1 (: