Hay all !!
Ini last partnya, jangan pada kecewa yaa (:
Part 24
.
.
.
“Apa mereka baik-baik saja?” Tanya Cakka. Cowok itu melihat jam di tangannya. Hampir pukul sepuluh malam.
“Yaiyalah, emangnya Gabriel mau apa-apain Shilla gitu?” Kata Alvin.
“Tapi ini terlalu lama. Gue takut kalo Shilla..”
“Ssstt. Shilla baik-baik aja, sebaiknya lo urus tuh Agni.” Tunjuk Alvin ke arah tiga cewek yang sedang tertawa bersama.
Merasa
namanya dipanggil, Agni tersenyum manis ke Cakka yang membuat Cakka
salting. Ag.. Ag.. Seharusnya lo udah jadi pacar gue sekarang.
“Gimana dengan cowok yang satu itu?” Tanya Cakka menunjuk ke arah cowok yang duduk sendiri agak jauh dari mereka.
“Cowok
stres. Lagi nunggu pacarnya. Heran gue, padahal dia klop kok sama Ify.
Kok masih mau nunggu pacar yang nggak tau gimana kabarnya sih?”
Memang sih sejak awal, Rio langsung menyendiri. Dia aja setengah-setengah mengikuti acara yang menurutnya nggak ada gunanya itu.
“Kita kesana aja yuk.” Ajak Cakka.
“Ng.. Jangan deh. Ntar dia ngamuk. Biarin aja, biar dia kesambet setan.”
Sementara
Rio, cowok itu menatap langit malam yang sangat tidak ia sukai.
Mengapa? Rio benci malam. Karena disana nggak ada warna pelangi yang
selalu menenangkannya. Acha.. Bagaimana kabar ceweknya itu? Apa
baik-baik saja atau...
Buang Yo.. Buang! Acha nggak
mungkin menyerah dan meninggalkan dirinya. Ia yakin Acha sembuh dan
kehidupannya kembali menjadi normal. Tapi... Seorang cewek yang
diam-diam ia sukai apa ia sanggup menghapus rasa cinta yang semakin lama
semakin besar? Dimulai dari ruang musik, lapangan basket dan rumah
sakit. Tiga kali pertemuan yang sangat istimewa.
Rio
mencuri pandang ke arah Ify yang sepertinya udah berhenti menyukainya.
Ify udah move on darinya dan ia nggak bisa berbuat apapun. Kembali Rio
menatap langit malam tanpa minat. Dan, sebuah bintang yang sendiri dan
yang paling terang menjadi pusat perhatiaannya. Bintang itu seperti
menyampaikan suatu pesan untuknya. Apa mungkin...
***
“Selain
pelangi, Acha suka sama bintang. Tapi hanya satu bintang yang Acha
sukai.” Kata Acha lembut sambil bersandaran di bahu Rio.
Rio tersenyum. Di malam minggu ini, mereka memutuskan jalan-jalan sambil menikmati aroma malam yang berbeda dari siang.
“Lihat!”
Acha menunjuk tangannya ke atas. Tepatnya sebuah bintang mungil yang
bersendiri dari teman-temannya. Namun bintang itu amat terang. “Itulah
bintang Acha!”
Sedikit Rio merasakan ada kejanggalan pada diri Acha. Ceweknya itu sedang bermain teka-teki dengannya.
“Rio tau kan Acha...”
“Iya Cha. Rio tau. Jangan bahas itu lagi.” Potong Rio.
Acha
tersenyum sedih. “Jika Acha nggak berada disamping Rio, bintang itu
akan memberitahu segalanya. Dan, jika bintang itu bersinar paling
terang, pertanda Acha akan segera pergi ke...”
“Jangan bahas itu lagi!” Kata Rio sedikit membentak.
“A..Acha
tau Rio marah. Acha emang bukan pacar Rio yang baik. Kita pacaran
diam-diam. Tapi, Acha punya sahabat yang sangat Acha sayangi. Dia selalu
ada untuk Acha. Dia lebih sempurna dari Acha. Acha harap, Rio mau
menjaga sahabat Acha itu. Rio mau kan?”
***
Siapa sahabat Acha itu?
Itulah
pertanyaan yang hampir ia lupakan. Selama ini, Rio tidak pernah melihat
Acha bergaul dengan siapapun. Jika memang Acha berharap ia mau menjaga
sahabat Acha itu, tentu Rio tidak bisa menolak. Permintaan Acha harus ia
penuhi tanpa beban.
Tapi masalahnya, apa ia bisa... Apa
ia bisa mencintai gadis lain? Apa ia bisa menjaga sahabat Acha seperti
ia menjaga Acha? Dan apa ia sanggup menghapus nama Ify dari
kehidupannya? Konyol sekali jika sahabat Acha adalah Ify. Rio terlalu
banyak berharap.
***
“Shilla berharap...”
Sebelum melanjutkan kalimatnya, ia beralih menatap cowok disampingnya
sambil mengulum senyum manis. “Shilla ingin jadi kekasih Gabriel, agar
ulangtahun Shilla kali ini sempurna, Shilla ingin Gabriel memberi Shilla
bunga terus mengucapkan kalimat kalo Gabriel cinta sama Shilla..”
Gabriel tersenyum bahagia lantas memeluk Shilla. Akhirnya.. Akhir penantiannya. Usahanya bertahun-tahun nggak sia-sia.
“Iya Shilla.. Aku mencintaimu. Aku janji akan selalu menjagamu dan nggak akan meninggalkanmu.” Kata Gabriel lembut.
Ulang
tahun yang paling indah bagi Shilla. Dan Gabriel adalah hadiah terindah
dalam hidupnya. Sampai kapan cinta mereka akan bertahan? Entahlah..
Asal malam ini mereka bahagia dan resmi menjadi sepasang kekasih.
The most beautiful night!
***
Seminggu
telah terlewati. Libur panjang udah ada di depan mata. Enam bulan yang
penuh tantangan itu sudah mereka lewati dengan hasil yang berbeda-beda.
Sore
itu, udara terasa dingin karena baru turun hujan. Senyumnya merekah
ketika melihat pelangi muncul menghiasi langit. Wah, harus ambil gambar
baru nih! Kamera yang selalu menemaninya ia bawa. Ify, cewek itu
berjalan riang entah kemana.
Ohya, sekarang Ify udah
berubah lho! Shilla yang berisikeras mengubah penampilan Ify. Dan inilah
hasilnya. Ify berubah menjadi cewek cantik. Bahkan melebihi kecantikan
Shilla, itu sih menurut Shilla, kalo menurut Ify lebih cantikan Shilla.
Sebuah
tempat yang menurutnya nyaman untuk dijadikan bersantai. Dan bila kita
duduk di tempat itu, pelangi tampak jelas kita lihat. Ify tersenyum
senang. Kedua kakinya ia cepatkan untuk segera berlari menuju tempat
itu.
Tunggu! Sepertinya ada cowok disana. Walau Ify gugup,
ia memberanikan diri menuju tempat cowok itu. Semakin dekat.. Entah
mengapa jantungnya semakin berdebar-debar, dan...
“Kak..Kak..”
Cowok
itu menoleh ke samping. Ia tersenyum melihat siapa yang datang. Lalu
pandangannya ia tundukkan. Tampang cowok itu sedang sedih.
“Kak Rio?” Tanya Ify.
Sial! Mengapa perasaan ini hadir lagi? Kenapa? Bukannya aku udah move on? Tuhaaan.. Mengapa rasa cinta itu kembali lagi?
“Duduk.” Kata Rio.
Jantungnya
semakin berdebar. Rio menyuruhnya duduk? Karena nggak ada pilihan lain,
Ify pun duduk disamping Rio. Sesekali ia melirik Rio yang daritadi
nggak mau menampakkan wajah. Kenapa kak Rio? Apa kak Rio sedang
memikirkan Acha?
“Mmm, kak.. Kak Rio kenapa?” Tanya Ify memberanikan diri.
“Aku nggak apa-apa.” Jawab Rio singkat.
Meski
Rio menjawab dengan jawaban tadi, Ify nggak percaya. Cowok itu seperti
sedang menyimpan sebuah masalah besar. Apa ini saatnya untuk bertanya?
“Mmm, Acha pacar kakak ya?” Tanya Ify.
Rio mengangguk.
“Terus, dimana sekarang Acha? Apa kak Rio kangen sama Acha?”
Rio
nggak jawab. Ify ikutan terdiam. Pasti Rio marah padanya karena telah
menanyakan hal itu. Dari awal memang ia nggak harus mencari tau jawaban
itu. Ify menghidupkan kameranya dan iseng memotret pelangi. Klik! Hasil
yang memuaskan.
“Bagus.” Kata Rio yang sengaja melihat
hasil gambaran Ify. Pipi Ify memerah. “Pelangi emang indah. Dia yang
memberi keajaiban di dunia ini. Warnanya yang selalu mententramkan
jiwa.”
Deg! Kata-kata itu.. Sepertinya ia tidak asing lagi deh dengan kalimat yang diucapkan Rio. Pelangi emang indah. Dia yang memberi keajaiban di dunia ini. Warnanya yang selalu mententramkan jiwa.
“Kamu suka pelangi? Dari hasil foto yang aku lihat, kamu suka banget deh sama pelangi.” Kata Rio.
“Mmm, iya kak. Ify suka pelangi.” Jawab Ify.
Suatu
kebetulan yang ajaib. Acha suka pelangi dan Ify juga menyukai pelangi.
Apa ia hanya mencintai cewek yang suka dengan pelangi? Apa sahabat Acha
menyukai pelangi juga? Apa... Apa sahabat Acha adalah Ify?
Keduanya
terdiam dengan pikiran masing-masing. Rio melirik Ify disampingnya yang
sedang tersenyum melihat hasil gambarannya. Senyum itu sangatlah manis.
Rio tau Ify bisa jadi cewek idola di SMAnya. Sekarang, Ify berubah
menjadi bidadari cantik. Rasa cintanya yang semakin hari semakin besar
itu membuatnya bingung dan bimbang. Apa.. Apa ia tak mencintai Acha
lagi? Betapa berdosanya ia kalo hal itu sampai terjadi. Dan bukannya Ify
udah nggak menyukainya lagi?
Entah mengapa ia ingin
sekali.. Ingin sekali menatap Ify lekat dan Ify balas menatapnya. Fy,
ayo toleh ke arah gue! Batin Rio. Tetapi Ify malah asyik dengan
kameranya. Nggak tau kenapa, tibat-tiba Rio mengubah posisinya dan kini
ia berhadapan langsung dengan Ify. Ify begitu kaget menyadari hal itu.
Ia menatap Rio yang sedang menatapnya.
Kenapa kak Rio?
Tatapannya lain sekali, batin Ify. Rio, cowok itu seakan-akan
menyuruhnya untuk mendekat padanya. Sedikit Ify menggeserkan badannya
menuju Rio. Jantungnya daritadi nggak mau kembali normal.
Dan...
Suatu hal yang tak terduga bagi Ify maupun Rio... Suatu hal yang sama
persis dilakukan Alvin pada Sivia di perpustakaan itu.
Ciuman
pertama Ify maupun Rio! Ify tidak sadar Rio menciumnya, sementara Rio
juga nggak sadar kalo ia mencium bibir Ify. Cukup lama mereka melakukan
hal itu tanpa tidak sadar.
‘Now that you can’t have me, you suddenly want me..’
HP
Rio bergetar dan menyadarkan mereka berdua. Rio melepaskan ciumannya
itu dan cepat-cepat menunduk. Gila, ia mencium Ify tanpa seizin Ify?
Padahal ia sama sekali nggak pernah ciuman ama Acha. Ify pun tak lain
dari Rio. Cewek itu menunduk karena malu.
Rio kembali pada posisi awalnya dan menekan tombol hijau di HPnya.
“Hmm..
Apa itu? Apa? Acha? Dia koma dan sekarang sadar??! Baiklah, sekarang
juga Rio ke Singapura.” Kata Rio tergesa-gesa. Rio langsung meninggalkan
Ify Tanpa menatap Ify atau sekedar mengucapkan maaf.
‘Maafin gue Cha, maafin gue. Ciuman tadi membuat lo koma. Tapi untungnya lo sadar. Maafin gue Cha.’ Batin Rio.
Ify
menatap kepergian Rio. Acha koma? Dia sakit apa? Benar juga dugaan
Shilla. Oh, ciuman tadi... Tidak! Ify membuang perasaan itu yang kembali
hadir. Ia harus menata ulang hidupnya dan harus melupakan Rio.
Dengan
perasaan yang nggak bisa ditebak oleh siapapun, termasuk dirinya
sendiri, Ify meninggalkan tempat itu. Tapi ia masih sempat melihat
pelangi di atas sana.
“Acha! Ify nggak tau gimana kabar kamu, tapi Ify butuh kamu, sahabat terbaik Ify.” Lirih Ify.
***
Satu tahun kemudian....
Inilah
waktunya! Perpisahan murid kelas dua belas dilaksanakan di aula sekoah.
Acara demi acara dilakukan dengan sempurna. Daaann, inilah akhir yang
paling di tunggu-tunggu. Ify, si pianis muda maju ke depan. Tepuk tangan
menggema di aula itu. Ify tersenyum manis menyambut para sahabat dan
kakak kelas yang udah lulus.
“Baiklah. Disini saya akan membawakan sebuah lagu yang berjudul Over The Rainbown.” Kata Ify.
Semua terdiam. Dentingan piano mulai dimainkannya. Selanjutnya, suara indah Ify menyanyikan lagu tersebut.
‘Somewhere over the rainbow, way up high
There’s a land that I heard of once in a lullaby
Somewhere over the rainbow, skies are blue
And the dreams that you dare to dream really do come true.
Someday I’ll wish upon a star,
And wake up where the clouds are far behind me.
Where troubles melt like lemon drops
Away above the chimney tops
That’s where you’ll find me.
Somewhere over the rainbow blue birds fly
Birds fly over the rainbow why then, oh, why can’t I?
Someday I’ll wish upon a star,
And wake up where the clouds are far behind me.
Where troubles melt like lemon drops
Away above the chimney tops
That’s where you’ll find me.
Somewhere over the rainbow blue birds fly
Birds fly over the rainbow why then, oh why can’t I?
Why, oh, why can’t I?’
Lirik
demi lirik ia nyanyikan. Setelah selesai, Ify tersenyum bahagia dan
diam-diam melirik seseorang yang kini telah menjadi kekasihnya, Mario.
Cowok yang dulu sangat ia puja kini ia bisa mendapatkannya.
‘Makasih
Yo.. Dan satu lagi, makasih ya Acha karena telah memberikanku semangat
dan arti dalam hidup ini. Bahagia disana ya.. Kamu adalah sahabat
terbaikku.’
***
Go to epilog (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar