expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 24 Oktober 2013

Miracle of Rainbown ( Part 13 )

Sebelumnya, happy birthday buat pangeran kita "Riostevadit" dan aniv RFM ,,
Rasanya hari ini gak ingin cepat" berlalu, hihihi...

Part 13

.

.

.

Teriakan itu telah menyadarkannya dari pikirannya. Awalnya, Rio nggak mempedulikan teriakan itu dan terus saja melanjutkan permainannya. Tapi, sepertinya orang yang berteriak itu menyebut namanya deh.

“Huaa.. Kak Rio keren amat!”

Suara cewek! Rio yakin, cewek itu salah satu dari sekian ribu cewek yang ngefans padanya. Buktinya, teriakan cewek itu lebay amat. Akhirnya, Rio memberhentikan permainan basketnya didukung rasa capeknya, dan Rio berniat mencari suara cewek itu. Siapapun cewek itu, Rio nggak bakal marah atau apa. Rio ntu sayang banget ama fansnya ( Yaiyalah, siapa itu? Rise ya? ) #purapuranggaktau#

Rio berjalan menuju sebuah tempat yang rindang, tepatnya di bawah pohon. Di bawah pohon itu ada seorang cewek yang sedang mengutak-atik kamera. Diam-diam Rio mendekati cewek itu sambil berusaha melihat foto yang ada di kamera itu. Untunglah si pemilik kamera tidak menyadari ada cowok yang memerhatikannya.

Foto? Bukannya itu cewek yang pernah ia temui di ruang musik? Ya! Rio ragu berada di tempat ini. Dan cewek itu, ia tidak tau rasa yang ia rasakan sekarang. Pastinya, cewek itu jago dalam bidang pemotoan. Coba lihat hasil dari pengambilan foto itu. Perfect! Rio ingin terus tersenyum saja melihat foto-foto yang adalah foto dirinya sendiri.

“Wau! Seorang photograper sejati.”

Entah darimana ia mendapatkan dorongan untuk memuji cewek itu. Tentu si cewek mendadak kaget. Cewek itu membalikkan badan. Kekagetannya semakin menjadi-jadi ketika tau siapa cowok yang ada dibelakangnya. OMG! Kak Rio! Mati gue. Kamera yang ia pegang langsung dibuang. Rio menatap cewek itu aneh. Kamera sebagus itu kok dibuang sih?

Sementara cewek yang bernama Ify itu grogi setengah mati. Sial, ia tertangkap basah. Ify rela dibentak atau dimarahi Rio. Semua itu pantas ia dapatkan. Dan kamera itu, semoga saja rusak agar kesalahannya tidak bertambah banyak. Namun, apa yang terjadi selanjutnya?

“Ini kamera lo. Kenapa lo lempar?” Tanya Rio sembari memberikan kamera itu pada pemiliknya. Ya, Ify. Tentu wajah Ify melongo. Kak Rio nggak marah? Gosip dari anak-anak lain sih mengatakan kalo Rio nggak pernah marah. Senyum ramah selalu menghiasi wajahnya, membuat siapa saja tertarik padanya. Termasuk dirinya sendiri.

Tangannya gemetaran mengambil kamera itu. Sudah dipastikan. Keringat dingin, jantung berpacu cepat, dan rasa malu yang luar biasa. Tuhan... Mengapa disini ada Kak Rio?

“Jangan gugup gitu dong.” Kata Rio lalu memilih duduk disamping Ify.

Kyaaa!! Kak Rio duduk disamping gue? Mimpikah ini? Ingin saja Ify loncat-loncat girang. Tapi, ia tau diri. Cewek seperti dirinya nggak pantas mengidolakan Rio. Walau kata Sivia dan Alvin semua orang boleh menyukai Rio. Kucing pun boleh-boleh saja ngefans ama Rio.

“Gue lupa, nama lo siapa? I siapa? Huruf depan lo I kan?” Tanya Rio. Cowok itu menatap Ify yang sedang menunduk. Kalo diperhatikan baik-baik, cewek itu seperti...

Tidak. Pikirannya kacau ketika melihat cewek disampingnya itu. Rio merasakan cewek itu memiliki ikatan batin yang kuat dengan pacarnya yang ada di Singapura. Oh, apa cewek itu menyukai pelangi juga?

“Siapa nama lo?” Tanya Rio. Tuh cewek nggak mau noleh-noleh juga. Kerjaannya daritadi nunduk aja sambil meremas jari-jarinya.

Karena nggak mau noleh-noleh juga, tangannya memegang dagu cewek itu, lalu ia gerakkan tepat di depan matanya. Wajah cewek itu sedikit takut. Rio.. Apa diri lo seperti orang jahat yang ingin menghancurka cewek itu?

“Ka..Kak Ri..Rio..” Kata cewek itu. Cukup lama mereka saling pandang memandang. Ify dapat menyimpulkan. Rio pasti dapat mendengar detakan jantungnya yang nakal. Hei! Kalo boleh nanya, kenapa sih kalo kita liat cowok yang sangaaaaaat kita sukai, jantung kita berdegup kencang? Ada yang tau nggak? Komen yaaaa...

“Nama kamu siapa?” Tanya Rio lembut dan masih menatap cewek itu.

“I..Ify.” Jawab Ify.

“Siapa?” Tanya Rio. Suara Ify yang lirih nggak dapat ia dengar. Padahal tadi teriakan Ify keras banget tuh.

“Ify. Ify Alyssa.” Kata Ify. Kak Rio.. Lepasin apa tangan itu dari dagu ku.. Benar. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Masih pagi udah mandi keringat. Ckckckc...

Rio tersenyum, lalu melepas tangannya dari dagu itu. Cepat-cepat Ify kembali menunduk lagi. “Sorry ya karna udah lupain nama lo.” Kata Rio. Pandangannya ia alihkan ke arah langit yang cerah, dan tanpa pelangi. Gila apa kalo ada pelangi di pagi ini. Hujannya aja nggak ada, gimana mau munculin pelangi?

Kak Rio minta maaf ama aku? Seharusnya, ia sendiri yang minta maaf ke Rio, bukan Rio yang minta maaf ke dia. Satu lagi. Ngapain juga Rio ingat namanya? Nggak masuk akal banget cowok macam Rio mengingat namanya.

“Hasil foto kamu bagus. Rio suka. Kamu emang cewek sempurna. Udah jago main piano ditambah jago motret. Rio bisa nebak kalo kamu pasti udah punya pacar, ya kan?” Kata Rio.

Coba ulangi perkataan Rio tadi karena pendengarannya sulit menerima dan mencerna informasi itu. Karena nggak ada yang memberitahu, Ify tak menjawab. Ia kembali meremas-remas tangannya dan berusaha menganggap cowok disampingnya adala maya, bukan nyata.

“Sulit banget bicara sama kamu. Santai aja Fy, jangan gugup gitu. Apa Rio kurang ramah sama kamu? Kalo memang Rio kurang ramah, gimana caranya agar Rio bisa ramah ke kamu?” Kata Rio.

Jangan banyak mikir deh. Lebih baik meminta maaf ke Rio karena telah memotret Rio diam-diam tanpa seizin Rio lalu pergi. Mudah bukan?

“Ngg.. Maafin Ify ya kak karena Ify sudah motret kakak tanpa seizin kakak. Terserah deh kalo kakak marah atau pengin bentakin Ify. Ify mau kok.” Kata Ify.

Rio mengangkat alisnya sebelah kiri. Cewek ini.. Lucu juga. “Nggak papa kok Fy. Rio nggak marah kok. Sebaliknya Rio beruntung banget ketemu sama cewek kayak kamu.”

Beruntung? Rio beruntung bertemu cewek macam dia? Apa cowok disampingnya itu bukan Rio? Siapa kek gitu yang lain.

“Kamu kelas sepuluhkan? Sepuluh berapa?” Tanya Rio mengalihkan pembicaraan.

“Mmm, ID.”

“ID? Kamu kenal sama Via? Cewek yang pake kacamata itu? Eh, bukannya kamu yang anterin buku itu? Via kan cewek yang cool itu?”

Ify mulai bisa mengendalikan detakan jantungnya. Keringat dingin tadi juga udah mulai hilang. Ify harus bisa santai berhadapan ama Rio.

“Iya. Sivia namanya, adeknya Kak Dayat.” Jawab Ify.

“Ooo, kalo boleh tau, dia kok nolak ya cinta Alvin?”

Kembali Ify teringat saat tadi bertemu ama Sivia. Wajah Sivia kelihatan sedih. Sivia ada dimana sekarang? Berdosa sekali ia tidak mempedulikan Sivia tadi.

“Ify nggak tau kak.”

“Oh, Sivia itu sahabat kamu ya?”

Ify mengangguk. Sahabat? Ify teringat sahabat lamanya yang telah lama meninggalkannya. Oh, kapan kamu balik ke Indonesia? Aku udah kangen tau ama kamu.

“Kok jadi sedih gitu?” Tanya Rio.

“Ngg.. Sedikit teringat sahabat Ify yang tinggal di Singapura.” Jawab Ify. Oh no! Kenapa ia bisa keceplosan bicara tentang sahabatnya itu?

Singapura? Jadi Ify memiliki sahabat yang tinggal di Singapura? Kebetulan juga pacarnya ada di Singapura.

“Dia orang Indoneia kan?” Tanya Rio.

Ify mengangguk. “Sampai sekarang ini Ify belum tau bagaimana kabar teman Ify itu.” Kata Ify sedih. Rio ikut prihatin.

“Oh, siapa nama sahabat kamu itu?”

Belum sempat Ify menjawab, HP Rio berbunyi. Wajahnya pun berubah menjadi cemas. Sepertinya telpon tadi memberikan efek yang dahsyat.

“Maaf Fy, Rio harus pergi.” Kata Rio sedih lalu meninggalkan Ify.

Kalo boleh jujur, Ify ingin tau apa masalah Rio. Tapi, ia juga tidak berhak mengetahui kehidupan Rio. Terpenting, pagi ini adalah sebuah keajaiban. Ify teringat dengan perkataan sahabatnya.

“Seandainya kamu naksir ama cowok, tapi kamu merasa dirimu nggak pantas ama cowok itu, buanglah segala rasa ketidak percayaan dirimu itu. Aku yakin, suatu hari nanti cowok itu bakal ngajak kamu ngobrol bareng. Intinya, jangan mudah menyerah untuk mendapatkan apapun yang kita inginkan, asalkan itu baik.”

***

“ACHAAA !!!” Teriak seorang wanita paruh baya.

Wanita itu hampir saja pingsan melihat putri sematawayangnya tak sadarkan diri di atas lantai yang dingin. Darah segar keluar dari hidung putrinya itu. Beberapa menit kemudian, suami wanita itu datang dan langsung membawa putrinya ke rumah sakit.

“Pa, apa anak kita kali ini bisa diselamatkan?” Tanya Asri, wanita tadi.

“Berdoalah. Semoga Tuhan dapat menyembuhkan kanker itu, walau mustahil untuk dilakukan.” Jawab Iqbal, suami Asri.

Larissa Safanah Arif, nama putri mereka yang kini sedang di rawat di Mount Elizabeth Hospital, salah satu rumah sakit ternama di Singapura. Banyak pasien asal Indonesia yang menjalani pengobatan di rumah sakit ini, umumnya mereka yang sudah berumur dan memiliki penyakit yang cukup serius, sehingga dokter-dokter di Indonesia menyarankan mereka berobat di rumah sakit ini. ( Nyontek dikit di novel ‘Cinta di Atas Awan’ )

“Kita harus beri tau..” Perkataan Asri dipotong ama Iqbal.

“Jangan. Nanti dia pasti khawatir.”

“Tapi aku tidak tenang Mas..”

Iqbal menyerah juga. Akhirnya ia mengizinkan Asri memberi tahu seseorang yang sangat penting dalam hidup putrinya. Ya, orang itulah yang membuat putrinya kuat dan masih bertahan melawan penyakit putrinya itu. Orang yang setiap hari selalu menemani putrinya yang kesepian, walau jarak memisahkan mereka.

***

Cewek berwajah sendu itu menselonjorkan kakinya di atas rumput yang luas. Pagi menjelang siang itu ia habiskan di tempat ini. Tempat kesayangannya. Biarpun tempat ini jarang dikunjungi orang, baginya, tempat ini adalah tempat yang paling cocok digunakan untuk menenangkan diri.

Ia ingat betul kemarin malam. Alvin, cowok itu menembaknya dan ia menolak. Bukan, bukan karena ia nggak suka ama Alvin, tapi ia takut kalo-kalo suatu hari Alvin memutusinya. Tapi, kemarin malam itu Alvin berkata dengan serius. Cap playboynya udah nggak ada. Artinya, Alvin termasuk cowok yang baik dan tidak suka mempermainkan perasaan cewek.

“VIAAA !!! KENAPA LO TEGA NOLAK KAK ALVIN ???” Teriaknya keras-keras.

Teriakan itu sedikit menghilangkan beban yang dialaminya. Benar kata Ify. Kalo kita punya masalah besar, tinggal teriak aja keras-keras, dijamin beban kita berkurang .( Bener nggak? )

“KAK ALVIIIIN !!! KENAPA GUE HARUS SUKA SAMA KAKAK? DAN KENAPA KAKAK HARUS SUKA SAMA GUE ??? APA CANTIKNYA SIH GUE ??? GUE HANYA CEWEK SEDERHANA, YANG NGGAK SUKA DANDAN SEPERTI KEBANYAKAN CEWEK LAINNYA, LANTAS, KENAPA KAKAK HARUS SUKA SAMA GUE ???”

Seandainya ia tidak mengenal Alvin. Oh, mengapa sih kehidupan ini mesti ada cinta? Sebenarnya, pengertian cinta yang sesungguhnya itu apa sih? ( Yang tau komen ) Sivia nggak terlalu paham mengenai cinta. Cinta itu... Lebih susah dipahami dibanding jutaan soal matematika. Cinta itu... Salah satu kata yang membuatnya pusing memikirkannya.

Tapi, kalo nggak ada cinta, tentu dunia ini nggak akan damai. Selalu terjadi peperangan yang tak ada habisnya. Tuhan pun menciptakan langit, bumi, alam semesta, juga manuia dengan penuh cinta. Cinta itu emang indah, namun kita tidak boleh menyalah gunakan.

“CINTA ITU INDAH KATA ORANG... APA SIH CINTA ITU ??? GUE CAPEK MIKIRIN TERUS TENTANG CINTA..”

Suaranya mulai serak. Teriakan tadi menguras energi dan suaranya. Sivia mengubah duduk sambil bersandar di pohon yang lumayan lebat. Ia pejamkan mata dan berharap. Suatu keajaiban datang dan menuntunnya untuk bisa dan kuat menghadapi cinta yang membingungkan. Keajaiban? Pelangi? Dasar Ify! Pelangi lo percayain.

“Sudah capek nih teriaknya?” Kata sebuah suara.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Follow : @uny_fahda19
             @FahdaDamayanti 

Miracle of Rainbown ( Part 11+12 )

Part 11

.

.

.

Ketiga anak kecil itu berlari ria mengelilingi lapangan luas itu. Mereka adalah sabahat yang saling menyayangi satu sama lain. Salah satu dari anak kecil itu terjatuh karena tersandung batu. Anak lainnya menolong temannya yang jatuh.

“Nggak papa?” Tanyanya.

“Agni nggak papa kok Kka.” Kata anak itu yang bernama Agni.

Anak laki-laki itu membantu Agni bangun dari jatuhnya. Sementara, anak yang daritadi diam menatap Agni dengan perasaan tidak suka. Agni lagi Agni lagi.. Emang Agni anak yang paling beruntung di dunia ini. Sedangkan ia?

“Kita duduk disana aja yuk Ag!” Ajak Cakka, anak laki-laki tadi.

“Ayo!” Kata Agni semangat.

Agni dan Cakka berlari ria menuju tempat yang ditujukan Cakka, tanpa mengajak Oik, anak perempuan yang tadi menatap Agni tak suka. Bisa dibilang, kehidupan Agni itu perfect. Punya Mama dan Papa yang sayang pada Agni, dan mempunyai Cakka yang sangat menyayangi Agni.

Kalo dilihat dari penampilan, Oik jauh lebih cantik dibanding Agni. Tapi, mengapa Cakka jauh lebih memerhatikan Agni dibanding dirinya? Bukannya semua ini tidak adil? Papanya sudah lama meninggal, saat ia ada di dalam kandungan. Sedangkan Mamanya sibuk bekerja dan jarang mempedulikannya. Satu-satunya wanita yang sering membantunya adalah Tante Mia, mama Agni. Ya, Tante Mia emang baik padanya.

Dari jauh, Oik menatap Agni dengan tatapan iri. Cakka, cowok itu mengelus-elus rambut Agni yang nggak panjang-panjang. Maksudnya, Agni nggak suka panjangin rambut. Batas rambutnya sampai bahu aja. Nggak pernah rambut Agni melebihi bahu.

“Agni, mengapa hidupmu sempurna?”

Pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Tapi Oik berujar dalam hati. Ia bertekad menjauhi Cakka dari Agni. Ya, ia ingin hidupnya seperti Agni. Bahagia dan sempurna. Harus ada sebuah perjanjian demi menjauhkan Cakka dari Agni.

***

“Lo..” Kaget Agni.

Cakka tersenyum seraya duduk disamping Agni. Tentu Agni nggak suka dengan kedatangan Cakka yang tiba-tiba. Mau apa lagi cowok itu?

“Lo cantik Ag..” Puji Cakka. Ia tidak melihat Agni, melainkan melihat pelangi di atas sana. Yang katanya Rio dapat memberikan sebuah keajaiban. Ya, Cakka percaya pelangi itu mampu memberikan keajaiban kalo usahanya kali ini ada hasilnya.

“Lo.. Lo masih ingat masa lalu lo?” Tanya Agni.

Kenapa gue bertanya tentang hal itu? Bodoh banget gue! Cakka mengalihkan pandangan dan sekarang ia melihat wajah Agni yang sedikit pucat. Hmmm, Rio benar. Pelangi itu mampu memberikan sebuah keajaiban. Lihat! Agni tidak membentaknya.

“Masa lalu? Kayaknya enggak. Kata dokter, gue nggak bisa mengingat sedikitpun tentang masa lalu gue. Emangnya kenapa? Masa lalu nggak perlu dibahas. Masa datang yang perlu kita bahas sekarang.”

“Emangnya lo sakit apa sih?” Tanya Agni.

“Gue nggak sakit kok.” Jawab Cakka. Ia mengalihkan pandangannya lagi ke atas langit.

“Rio suka banget pelangi.” Kata Cakka.

Agni mengikuti Cakka melihat ke atas langit. Pelangi itu memang indah. Tadi Cakka sempat menggodanya menggunakan pelangi itu. Hah! Cantik apanya dia?

“Lo tau kenapa Rio itu berubah?” Tanya Agni.

“Nggak. Dia sahabat gue yang paling aneh. Apa hanya sebuah pelangi sikap dan sifatnya berubah?”

“Pelangi? Maksud lo?” Tanya Agni tak mengerti.

“Ya.. Gue juga nggak tau sih.” Jawab Cakka.

Keduanya pun terdiam. Sama-sama berkutat dengan pikiran masing-masing. Cakka masih setia memandangi pelangi yang warnanya mulai pudar. Ya, mungkin Rio benar. Pelangi itu mampu memberikan keajaiban. Buktinya, sampai detik ini Agni tidak membentaknya. Apa ini cuman kebetulan aja ya?

“Lo kok nggak bentakin gue?” Tanya Cakka.

“Ng..” Agni bingung mau jawab apa. Pasalnya, sore ini ia begitu malas bentaki orang. “Gue bosan.” Jawab Agni.

Cakka tersenyum lalu mengacak poni Agni. “Lo cewek pertama yang membuat gue mengetahui arti di balik kehidupan ini. Dan gue ngerasa gue deket banget sama lo. Apa masa lalu gue ada hubungannya sama lo?”

Tidak! Apa Cakka bisa kembali mengingat itu semua? Oh, mana janjinya pada Oik? Mana Ag? Lo jangan diam saja. Buang rasa itu dan lo harus bisa menyatukan Cakka dengan Oik.

“Sebaiknya lo pacaran sama Oik.” Kata Agni pelan.

“Kenapa? Gue sukanya sama elo, bukan Oik.”

“Pokoknya, lo nggak boleh suka sama gue. Maaf Kka, gue harus pergi. Maaf.” Kata Agni dengan suara yang sedikit bergetar. Ia meninggalkan Cakka dengan hati yang tertusuk-tusuk. Oh, apa yang harus aku lakukan?

Cakka melihat punggung Agni sedih. Mengapa Agni berharap agar ia jadian sama Oik? Jawabannya ada pada Oik. Ya, Oik harus menjelaskan semuanya.

***

“Sebenarnya, Shilla bisikin lo apa sih?” Tanya Pricilla pada Febby.

Sore itu, Febby, Pricilla dan Oik jalan-jalan ke taman tanpa Shilla. Katanya, Shilla lagi banyak kerjaan. Sok sibuk dia! Padahal Shilla nggak pernah nolak kalo diajak jalan-jalan ama mereka.

“Pokoknya ada hubungannya dengan Rio.” Jawab Febby.

“Rio? Apa Shilla udah nggak ngejer Rio lagi?” Tanya Oik.

Jika Febby memberitahu kepada Pricilla dan Oik, jangan harap hidupnya tenang. Amukan dan amarah Shilla yang ia takutkan. Tapi menurutnya, ide Shilla itu nggak bagus. Febby merasakan ada resiko besar kalo ide itu berhasil dilakukan.

“Feb..” Kata Pricilla.

“Eh, nggak tau. Ntar kalian juga tau.” Kata Febby.

“Yah, masa’ gue nggak boleh tau sekarang sih?” Kesal Oik.

“Sorry. Gue udah janji ama Shilla untuk nggak memberitahu ke siapapun. Ohya, gue mau minta bantuan kalian.”

“Apa?” Tanya Shilla dan Febby.

Febby tersenyum misterius. Lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Oik dan Pricilla. Dan, apa yang terjadi selanjutnya?

“GILA !!” Teriak Oik dan Febby bersamaan.

***

Di kamar, Sivia bingung mau pake baju apa. Tadi, ia ditelpon Alvin. Katanya, Alvin ingin mengajaknya makan malam, dan Sivia nggak bisa menolak ajakan Alvin. Duh, ntar kak Alvin mau apain gue ya? Kok jantung gue dek-dekan gini? Jangan, jangan itu deh.

 Akhirnya, Sivia memilih gaun pesta yang simpel aja. Gaun itu satu-satunya gaun pesta yang ia miliki. Sivia emang nggak pernah ngedate ama cowok. Baru kali ini ia diajak malmingan ama Alvin. Alvin?

“Kamu mau kemana sayang?” Tanya Mama melihat putrinya yang berpaiakan rapi. Bahkan sangat cantik.

“Ng..”

Tit..Tit.. #anggap bunyi klakson mobil#

“Siapa itu? Nah lho, kamu udah punya pacar ya?” Goda Mama.

Pipi Sivia memerah. Nggak mungkin ia jadian ama Alvin. Kalo emang jadian gimana ya? Sebelumnya, Sivia nggak pernah pacaran. Emangnya, gimana sih rasanya pacaran itu? Ada untungnya nggak?

“Malam Vi..” Kata seorang cowok yang tak lain adalah Alvin.

Apa gue salah lihat? Batin Sivia. Alvin.. Manusia atau malaikatkah dia? Malam ini, Alvin berbeda dari biasanya. Mama melongo melihat cowok yang barusan datang itu. Sedikit ia menyenggol bahu Sivia dan berbisik.

“Itu pacar kamu?” Bisik Mama.

“Eh..” Sivia tersadar. Yang ia lihat hanya senyuman Alvin yang sangat manis. Oh, mengapa harus ada senyum itu sih? “Kak.. Kak Alvin..” Kata Sivia.

“Ya? Janji gue ngajak lo malmingan.” Kata Alvin senang.

“Vi..Via kan bukan pacar kak Alvin..”

“Nggak papa. Yuk pergi!” Kata Alvin menarik tangan Sivia. Dan saat itulah ia baru sadar kalo disamping Sivia ada Mama Sivia. Alvin jadi salah tingkah. “Mmm, maaf tan. Alvin boleh ajak Via jalan-jalan kan?” Tanya Alvin.

Mama Sivia tersenyum. “Boleh, asalkan anak tante dikembalikan.”

“Ih Mama..” Kata Sivia sedkit kesal.

Malam itu emang malam yang paling sempurna bagi Alvin. Cinta sejatinya udah ia temukan. Ya, Sivia. Cewek itu telah menyadarkannya dari kesalahan. Dan malam ini juga Alvin bertekad menembak Sivia. Sangat cepat bukan? Begitulah Alvin. Ia tidak suka menunda-nunda.

Mobil honda jazz itu berhenti di sebuah restaurant yang merupakan salah satu restaurant termahal di Kota Bandung ini. Sivia begitu kaget atas pemberhentian mobil yang dinaikinya ini. Bercanda kan Alvin mengajaknya ke restaurant ini?

“Yuk turun.” Kata Alvin seraya membuka pintu mobil sebelah kiri. Sivia berasa seperti Putri Raja. Oh, malam yang paling aneh!

“Kak, kak Alvin bercanda kan ajak Via makan disini?” Tanya Sivia.

“Kalo kakak bercanda, ngapain kakak ajak turun kamu? Nggak papa kok Vi. Kan sekali-kali kita ke restorant ini. Biarpun mahal selangit, kakak nggak bakal bangkrut deh.”

Ternyata, Alvin nggak bercanda! Via... Apa cewek seperti dirimu pantas makan di restoran ini bersama cowok incaran sekolah? Semua ini hanyalah mimpi. Ya, mimpi buruk, bukan mimpi indah. Tapi, kok rasanya nyata gitu ya?

“Kok bengong? Ayo masuk.” Kata Alvin menarik tangan Sivia yang dingin.

Restorant ini emang cocok dikunjungi ama orang kaya. Nggak heran restoran ini sering dijadikan di tempat khusus oleh artis-artis. Sivia duduk di kursi yang letaknya dipinggir jendela, agar keindahan malam bisa ia lihat. Suasana hatinya mulai tenang saat ia melihat jutaan bintang di atas sana. Ya, Sivia menyukai bintang.

Seorang waiters #betul nggak?# mencatat pesanan yang dipesan Alvin dan Sivia. Sivia bingung mau pesan apa. Masalahnya, daftar menu di kertas itu terdiri dari makanan-makanan asing. Dan akhirnya Sivia ikut Alvin aja. Nggak peduli makanannya enak apa enggak.

Setelah waiters itu pergi, Alvin menatap Sivia tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain. Yang ditatap nunduk aja. Gila Vi! Malam ini malam yang paling gila. Kenapa juga sih lo nuruti ajakan Alvin?

“Lo cantik. Bukan wajah lo aja yang cantik. Tapi hati lo juga cantik. Dan semua sifat lo. Itu yang membuat gue merasakan perasaan yang berbeda.” Kata Alvin.

Sivia terdiam mendengar ucapan Alvin barusan. Sebisa mungkin ia mentulikan pendengarannya. Sivia tidak mau perasaan itu semakin lama semakin kuat. Ia emang suka ama Alvin. Tapi Sivia masih ragu. Bagaimana kalo Alvin masih playboy? Apa ia sanggup tidak menangis saat melihat Alvin gandengan ama cewek lain?

Setelah makanan yang mereka pesan ludes, ( Ternyata, makanannya enak juga, walau nama makanan itu aneh ) Alvin memulai pembicaraannya yang sudah tak sabaran ia ungkapkan ke Sivia. Ayolah Vin, jangan ragu, lo pasti bisa!

“Vi..” Kata Alvin pelan.

Sekuat tenaga ia mengangkat kepalanya. Alvin, cowok itu.. Seperti...

“I love you.” Kata Alvin. Ia meraih tangan Sivia lalu menggenggamnya.

“Eng..” Sivia nggak berani berkata apapun.

“Vi, gue benar-benar mencintai lo. Lo harus tau itu.” Kata Alvin.

Tuhan.. Mengapa harus Alvin? Mengapa? Alvin begitu sempurna. Kenapa Alvin menyukainya? Sekarang, apa Alvin akan menembaknya? Oh, no! Jujur, Sivia belum siap. Tapi hatinya mantap menerima Alvin. Bukannya ia juga menyukai Alvin?

“Vi, would you be my girl?” Tanya Alvin.

Seperti ledakan keras yang dapat mengagetkan dunia. Jantung Sivia berdetak lebih cepat dari biasanya. Inilah pertama kali seorang cowok menembaknya. Alvin? Mengapa harus Alvin?

“Jawab Vi, jawablah dengan hatimu.”

Terima, tidak, terima, tidak , terima, tidak.. Oh, apa yang harus gue jawab? Ayo Via, jawab! Jawablah dengan hatimu. Kalo dilihat dari wajah Alvin, cowok itu emang mencintainya dengan sepenuh hati. Bukan untuk mempermainkan perasaannya.

“Vi..”

Oh jawaban, datanglah.. Sivia seperti ngobrol ama makhluk gaib. Kasian tuh Alvin, dia kelamaan nunggu jawabannya. Tuhan.. Apa yang harus aku jawab? Terima atau tidak?

“Via..Via..”

***
Part 12

.

.

.

Ayam jantan berkokok demi membangunkan siapa saja yang sedang tertidur lelap. Tidak dengan hari ini. Kalian tau ini hari apa? Minggu! Hari yang paling ditunggu oleh cewek itu. Bukannya ia ingin bangun kesiangan, tapi ia ingin jalan-jalan sambil memotret pemandangan pagi. Ya, Ify suka hari Minggu!

Kasur yang acak-acakan ia benahi. Jendela yang tertutup ia buka dan goden di jendela itu ia pinggirkan. Benar-benar hari yang sempurna. Pagi ini Ify bertekad mengunjungi perumahan Bintang Jaya yang tak jauh dari rumahnya. Jalan kaki cukup daripada naik motor.

“IFY !!” Teriak Sivia dari luar sana.

Ify yang sudah siap membawa kamera terlonjak kaget. Sivia? Tumben cewek itu meneriakinya. Ada apa ya? Tapi sih kalo di dengar, suara Sivia sedikit seperti habis menangis. Sepertinya Sivia sedang ada masalah serius.

“Ada apa Vi?” Tanya Ify heran.

“Fy.. Gue.. Gue..” Jawab Sivia diputus-putuskan.

“Ada apa sih Vi? Lo kenapa sih?”

“Gue.. Gue udah nyakitin hati kak Alvin.”

Jadi itu masalahnya! Sivia sudah menyakiti Alvin. Tunggu, menyakiti dalam artian apa? Selama ini, Sivia cuek-cuek aja tuh ama Alvin. Jangan-jangan...

“Gue nolak cinta kak Alvin.” Kata Sivia.

“Hah?” Kaget Ify.

Bukan. Ify bukan kaget karena Sivia menolak cinta Alvin. Sivia biasa menolak cowok yang menembaknya. Tapi, ini bukan cowok sembarangan. Alvin nembak Sivia? Sahabat cowok nomor satu itu menembak Sivia yang adalah sahabatnya sendiri? Keajaiban dunia keberapa tuh?

“Fy, apa yang harus gue lakukan?” Tanya Sivia sedih.

Jujur saja, Ify juga tidak tau. Ia nggak pernah ditembak ama cowok dan tentu nggak bisa menghadapi masalah seperti ini. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Alvin nembak Sivia? Dan mengapa Sivia menolak Alvin?

“Kak Alvin suka lo?” Tanya Ify memastikan.

Sivia mengangguk.

“Terus, lo cinta kak Alvin juga?”

Lagi-lagi Sivia mengangguk. Oh, keputusan yang baginya sangat menyakitkan, dan bagi Alvin juga. Kemarin, Sivia mengatakan kalo ia belum siap menjadi pacar Alvin. Entah dorongan mana yang menyuruhnya menolak cinta Alvin.

“Kenapa lo tolak sih Vi?”

Sivia menggeleng. Pasalnya, ia juga nggak tau kenapa menolak cinta Alvin. Sadar Vi, Alvin udah tobat dan berjanji akan terus setia padanya. Bahkan Alvin memberi garansi #kayak barang elektronik aja#, dan garansi itu bukan satu tahun atau dua tahun, melainkan selama-lamanya. Itu mah bukan garansi.

“Gue nggak bisa ngasih lo nasehat ato apa. Maaf Vi, gue mo pergi dulu.” Kata Ify seraya meninggalkan Sivia. Ya, saat ini ia ingin menyendiri.

‘Gue tau, gue emang salah.’ Batin Sivia lalu meninggalkan tempat itu.

***

“Asyik, lo ditolak sama cewek.” Kata Gabriel pada Alvin.

Pagi ini, tepatnya di lapangan basket di dekat rumah Rio. Alvin terdiam mendengar ucapan Gabriel. Benar. Baru kali ini ia ditolak ama cewek dan baru kali ini hatinya terasa perih. Oh, apa gue buruk di mata Via? Apa cowok macam gue nggak pantas jadi pacar Via?

“Kalian berdua nggak main?” Tanya Gabriel pada Rio dan Alvin. Dua cowok itu masing-masing memikirkan masalah sendiri. Sementara Cakka sedang asyik mendribel bola dan menshoot bola.

“Gue males.” Jawab Alvin.

Gabriel menghela nafas panjang. “Lo baru sekali ditolak sama cewek yang lo cintai, dan lo lemesnya bukan main. Gue? Berjuta kali ditolak sama Shilla dan gue fine-fine aja tuh.”

“Artinya, lo nggak mencintai Shilla sepenuh hati.” Kata Rio mulai angkat bicara. Alvin mengangguk setuju dengan ucapan Rio.

“Gitu ya? Gue nggak peduli. Intinya, gue sangat, sangat mencintai Shilla dan harus mendapatkannya. Bantu gue ya Yo? Lo kan cowok yang diincar sama Shilla.” Kata Gabriel memohon pada Rio.

“Belakang-belakangan ini Shilla jarang deketin gue. Udah bosen kali ya.” Kata Rio.

“Ohya? Terus, kejadian waktu itu apa? Hah? Saat lo gendong Shilla ke UKS?”

Kejadian yang paling memalukan dalam hidup Rio. Apa Shilla sedang membuat suatu rencana? Cewek itu jago dalam membuat ide dan rencana. Dan ide rencananya itu selalu saja berhasil, namun tak jarang menimbulkan dampak yang dahsyat.

“Hy all! Gue balik dulu. Gue mo nyari Oik.” Kata Cakka. Ia melempar bola itu ke Rio dan berlalu begitu saja.

“Cakka mo nyari Oik?” Tanya Gabriel heran.

“Whatever. Hidup-hidup dia.” Kata Alvin lalu berdiri. Tempat ini bukan tempat yang cocok untuk tempat menenangkan hatinya. Kini, tinggal Rio dan Gabriel saja.

“Lo nggak pergi?” Tanya Gabriel. Yang ditanya menggeleng.

“Ya udah. Kalo gitu gue pergi aja.” Kata Gabriel meninggalkan Rio.

Sepi. Tempat ini berubah menjadi sepi. Sepert hatinya yang gundah. Semesteran.. Kapan liburan semesteran? Rio tak sabaran menunggu liburan tiba dan langsung terbang ke Singapura. Ia kangen banget ama ceweknya disana. Oh, kapan ceweknya itu kembali ceria lagi seperti dulu? Kapan? Rio tidak sanggup menunggu.

Lama-lama, bosan juga ya. Pagi-pagi Rio udah boring. Sahabat-sahabatnya yang lain lagi diributkan ama cinta. Cinta? Hmmm, sebegitu dahsyatnya ya cinta. Ia saja tidak sanggup menghadapi cinta dan segala tetek bengeknya.

Rio bangkit dari duduknya sambil membawa bola yang tadi dilempar Cakka. Perlahan, Rio mendribel bola dan berjalan mendekati ring. Ia bersiap-siap melakukan gerakan lay-up. Satu.. Dua.. Tiga.. Perfect! Rio melakukannya dengan sempurna #sumpah, gue nggak bisa bayangin#. Lalu Rio melakukan gerakan lain seperti slam dunk dan jump shoot. Ya, Rio udah mahir dengan semua itu.

Karena terlalu serius bermain bersama pikirannya, Rio tak sadar. Ia tidak sadar ada cewek yang sedaritadi memerhatikannya dan memotretnya. Siapa dia?

***

‘Gue nyesel tinggalin Via. Harusnya gue ajak ngobrol Via agar hatinya tenang.’ Batin Ify. Cewek itu berjalan keluar perumahannya dan menuju perumahan Bintang Jaya yang dihuni orang-orang kaya. Sambil membawa kameranya, Ify memotret pemandangan yang ada. Hasilnya nggak bagus-bagus amat sih menurutnya. Ia cuman iseng aja motert pemandangan disekitarnya.

Tak terasa, ia udah berada di perumahan Bintang Jaya. Apa? Kenapa gue bisa ada disini? Kaki..Oh kaki.. Mengapa dirimu tega membawaku menuju tempat ini? Ini kan tempat tinggal Rio. Tapi Ify nggak tau mana rumah Rio. Ya, ia tidak perlu tau dimana rumah Rio. Tugasnya sekarang adalah memotert pemandangan yang bagus dimatanya.

Kedua kakinya berjalan pelan mencari tempat yang enak untuk beristirahat. Dan, di bawah pohon yang rindang itulah yang menjadi tempat istirahatnya. Hanya sepi yang menemaninya. Ify membuka kamera itu dan melihat hasil gambarannya. Hmmm, not bed lah. Gambar yang paling ia sukai adalah pelangi. Oh, pelangi! Mengapa ia bisa mengingat hal itu lagi? Ify tidak bisa menahan air matanya jika teringat pada pelangi.

Hei! Sepertinya Ify tak asing lagi ama cowok di lapangan itu. Kedua matanya memerhatikan cowok yang sedang asyik bermain basket. Siapa ya? Jarak tempat duduknya dengan lapangan itu nggak dekat, karena itulah Ify tidak bisa menyimpulkan siapa cowok itu. Tapi, kok rasanya cowok itu seperti... Rio?

Memang benar! Ia nggak salah lihat. Cowok itu adalah Rio. Diam-diam, Ify bersembunyi di tempat yang aman, yang jaraknya cukup dekat dengan lapangan itu. Hah! Di kameranya belum ada satupun foto Rio. Jadi.. Apa ia bermaksud mengambil foto Rio? Tapi, Ify nggak terlalu jago motret orang. Ditambah lagi yang ingin difotonya nggak mau diam. Pasti deh hasilnya nggak memuaskan. Hei! Mengapa ia ingin sekali mengambil gambar Rio?

Harus! Walau ia rasa hal ini cukup gila, ia harus melakukannya dibawah resiko kalo-kalo sampai ketahuan Rio ia mendapat omelan dari Rio karena motret Rio tanpa pake izin. Dan mulailah aksi Ify. Meski ia sedikit takut dan gemetaran, Ify sukses memotret Rio dan hasilnya memuaskan. Dua puluh foto Rio sudah ada di kameranya. Yes! Ada gunanya juga ya ngambil ekskull photograper.

Ajaibnya lagi, Rio nggak sadar kalo ada cewek yang diam-diam memotretnya. Ify tersenyum kecil seraya meninggalkan tempat itu dan kembali pada tempat semulanya. Yaitu dibawah pohon rindang tadi. Yeah! Pagi ini Ify puas melihat foto-foto Rio yang sangat sulit didapatkan oleh semua cewek.

***

“Ag, Oik mau bilang sesuatu ama kamu.” Kata Oik pelan.

Dua gadis kecil itu sedang duduk santai di sebuah tempat yang luas. Itulah tempat kesayangan mereka ditambah Cakka. Namun, Oik ingin mengakhiri semuanya.

“Ngomong apa Ik?” Tanya Agni.

Sedikit ia ragu untuk mengatakannya. Setelah ia mengatakan segala deritanya, apa Agni mau mengalah? Apa Agni mau memberikan sedikit kebahagiaan untuknya?

“Cakka sayang ya sama kamu?” Tanya Oik.

Agni menoleh ke arah Oik tak paham. “I..Iya sih. Cakka juga sayang kok ama kamu. Dia sahabat Agni yang paling baik dan pengertian.” Kata Agni membayangkan sosok Cakka.

“Tapi Ag, Cakka nggak perhatian ama Oik. Cakka cuman suka merhatiin kamu dan cuekin aku.” Kata Oik sedih.

Memang benar apa yang dikatakan Oik. Cakka lebih suka memerhatikannya dibanding Oik. Pernah dulu saat ada kegiatan belajar bersama. Cakka lebih suka kerja sama ama Agni dan Oik ia cuekkan. Apa karena Agni pintar? Atau apa karena ia cantik? Tidak. Justru Oik lebih sempurna dibanding dirinya.

“Iya.. Emang kenapa Ik?” Tanya Agni.

“Oik.. Oik pengen kayak kamu. Selalu diperhatikan ama Cakka. Hidup kamu enak Ag, punya ortu lengkap, rumah mewah, dan Cakka. Aku? Papa nggak ada, Mama yang entah kemana dan jarang pulang. Oik pengen seperti kamu Ag..”

Segala iri dan ketidaksukaan ia keluarkan. Oik berharap, Agni memahami semua perkataannya. Ia ingin sekali hidup bahagia seperti Agni.

“Mmm, emangnya kamu berharap apa?” Tanya Agni.

Waktu inilah yang paling ditunggu Oik. Walau keinginannya dapat menyakitkan hati Agni maupun Cakka, namun ia harus mengatakannya. Apa ia nggak boleh bahagia seperti Agni?

“Oik pengen Agni jauh dari Cakka. Dan Oik pengen Cakka perhatian ama Oik. Agni mau kan melakukannya?”

Permintaan yang sangat sulit ia terima. Jujur, Agni nggak mau pisah ama Cakka, dan ia nggak mau membiarkan Oik menderita. Ia ingin Oik bahagia. Jadi, apa ia mengangguk saja?

“Baiklah. Agni janji kok nggak akan deketin Cakka lagi. Tapi kamu juga harus janji, jadilah sahabat baik Cakka. Gimana?”

Oik tersenyum senang. Agni sangat baik. Sahabatnya yang satu itu memang simpati ama keadaannya. Oh Ag, aku janji suatu hari nanti akan membalas kebaikanmu. Aku janji.

“Ya udah, kita temui Cakka yuk!” Ajak Agni.

“Yuk!” Jawab Oik semangat sambil menggandeng tangan Agni.

***

Masa lalu itu kembali hadir, membuat pikirannya menjadi kacau. Agni bersembunyi di dalam kamarnya dan diam-diam mendengar percakapan antara Cakka dan Oik. Dan, ada sederet kalimat yang membuat hatinya serasa di hantam oleh benda yang keras.

“Gue cinta Agni. Kenapa lo buat Agni menderita?” Kata Cakka sedikit emosi.

Oik tenang-tenang aja menghadapi segala omelan Cakka. Namun, air mata yang ia bendung sejak tadi rasanya ingin keluar. Oh, gue belum siap mengatakannya. Cakka benar-benar amnesia ama masa lalunya.

“Dulu, Agni udah janji untuk jauhin lo. Dan lo yang harus jadi pacar gue.” Kata Oik menahan air matanya agar tidak keluar.

“Kapan Agni membuat janji gila itu?” Tanya Cakka.

Dulu Kka.. Sepuluh tahun yang lalu, dan lo nggak bisa mengingatnya kembali, batin Agni. Ya, ia sadar kalo Cakka suka padanya. Seperti janji Cakka dulu untuk selalu menjaga dan menemaninya. Tapi, sejak Oik menyuruhnya menjauhi Cakka, ia tak pernah lagi bertemu Cakka. Ia sengaja meninggalkan Jakarta demi kebahagiaan Oik.

“Lo nggak bakal ingat karena ingatan lo payah!” Kata Oik mulai emosi. Ia ingin Cakka meninggalkan tempat ini dan ia bisa secepatnya menangis di dalam kamarnya.

“Ohya? Akan gue usahain agar ingatan gue kembali. Permisi.” Kata Cakka meninggalkan Oik.

Air matanya mulai keluar. Oik menatap Cakka nanar. Oh, andaikan semua itu tidak terjadi. Andaikan ia tak mengenal Cakka ataupun Agni. Dengan langkah yang buru-buru, Oik berlari memasuki kamar. Lalu, ia kunci kamarnya itu. Argh! Ia benar-benar frustasi.

“TUHANN.. APA GUE NGGAK BERHAK MEMILIKI CAKKA???”

Bukan karena Agni atau apa. Ada sebuah alasan yang kuat yang menjadikan ia dan Cakka tidak bisa bersatu. Apa ia harus merelakan semua? Apa ia rela memberikan Agni pada Cakka seperti dulu?

“MAMAAAA... MAMA JAHAT!! MAMA JAHAT!!” Teriak Oik frustasi.

Teriakan itu membuat tenaganya menghilang. Nyawanya saat ini tidak sepenuhnya berkumpul menjadi satu. Oik memejamkan mata. Berusaha mencari jalan yang tepat untuk melewati semuanya. Semua masalahnya, termasuk Ibu kandungnya sendiri yang sangat ia bencikan, tapi dulu...

***

“Huaa.. Kak Rio keren amat!” Teriak Ify tanpa sadar.

 Berkali-kali ia melihat foto yang barusan ia ambil itu. Foto itu sangat berharga baginya, walau cewek seperti dirinya nggak berhak menyimpan foto itu. Kalo saja Shilla tau, pasti nyawanya udah nggak ada.

“Ini.. Kok gue bisa ya motret kayak gini?” Tanya Ify pada dirinya sendiri.

Foto Rio yang sedang bermain basket! Gila! Keren amat Kak Rio! Seandainya ya kalo ia sebarin dua puluh foto itu, bakal riuh deh di seluruh penjuru sekolah. Jarang lho sekaligus susah mencari atau menemukan foto-foto itu.

Lha? Kok gue lebay gini ya? Ify membongkar semua foto yang ada di dalam kamera itu. Senyumnya mengembang saat ia melihat foto Rio tadi, dan ia nggak bisa nggak teriak.

 “AAA... Kak Rio...” Teriak Ify lagi. Teriakannya itu keras sekali. Dijamin, yang baca ini dapat dengar deh, wkwkwk..

“Wau! Seorang photograper sejati.” Kata sebuah suara.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Follow : @uny_fahda19
             @nistevadit

Sabtu, 12 Oktober 2013

Miracle of Rainbown ( Part 10 )

Part 10

.

.

.

CRAG belakang-belakangan ini suka menyendiri. Di mulai dari sikap Rio yang selalu berubah-ubah. Di tambah lagi, rasa penasaran Cakka dengan cewek tomboi yang bernama Agni. Yang mungkin telah membuat rasa penasaran itu menjadi sebuah perasaan yang wajar. Perasaan suka kepada lawan jenis. Ya, Cakka menyadari dirinya telah menyukai Agni. Cewek tomboi yang membuatnya penasaran.

Sementara Alvin dan Gabriel belum memunculkan suatu masalah. Artinya, Alvin dan Gabriel nggak memiliki suatu masalah yang serius. Nggak tau ke depan nanti. Semoga saja tidak. Tapi, yang namanya kehidupan itu tentu ada juga masalah.

“Lo nggak ke markas?” Tanya Gabriel pada Alvin.

“Males. Geng kita hancur. Kita nggak akan lagi kumpul bersama.” Jawab Alvin sedikit ketus.

Jangan-jangan, Alvin udah mulai punya masalah serius nih? Terus, kalo Alvin sama halnya seperti Rio ama Cakka, hanya ia sendiri dong yang nggak mempunyai masalah. Oh, salah! Ada satu masalah yang sangat sulit ia taklukan. Yaitu masalah hati dan perasaan. Shilla, sampai sekarang cewek itu tak pernah meliriknya ataupun memperhatikannya.

“Lo udah punya masalah seperti dua anak itu?” Tanya Gabriel menunjuk ke tempat Rio dan Cakka berada.

“Entahlah. Tapi sepertinya gue lagi suka sama seseorang.”

“Wau! Playboy lo kambuh.” Ejek Gabriel.

“Bukan. Rasa itu berbeda dari biasanya. Gue emang ya.. Suka gitu sama seseorang. Dan rasa suka itu sangat lain dari rasa suka gue ke mantan-mantan gue, termasuk Febby. Gue capek jadi playboy dan suka menyakiti perasaan cewek. Kemarin baru gue sadar. Saat gue menyelamatkan dua cewek yang sedang kesusahan.”

Kembali Alvin teringat pada kejadian itu. Shilla menyiksa adik kelas dengan ganasnya. Hanya karena seorang Rio Shilla menyiksa adik kelas itu.

“Siapa cewek itu? Cantik kah?” Tanya Gabriel sedikit menggoda.

“Hatinya yang sangat cantik. Dia adalah cewek tercantik yang pernah gue temuin. Kalo gue kenalin ke elo, tentu lo kaget.”

Gabriel jadi penasaran ama cewek yang diceritakan Alvin. Siapakah cewek itu? Sebagaimana cantiknya yang dapat membuat seorang mantan playboy menyukai cewek itu?

“Siapa makanya? Gue kenal nggak?”

“Nggak. Dia adik kelas. Cewek berkacamata yang sifatnya agak dingin dan cuek. Tapi gue suka dengan senyumannya.”

“Gue nggak yakin tuh cewek yang menjadi cinta sejati lo.” Sindir Gabriel lalu meninggalkan Alvin yang sedang tersenyum nggak jelas.

Oh, apa gue benar-benar suka ama Sivia?

***

Hebat! Cakka naksir ama Agni dan Alvin naksir ama adik kelas yang tidak ia ketahui siapa namanya, dan ia naksir ama Shilla. Hmmm, siapa ya yang kurang? Ohya, Rio! Gabriel belum pernah melihat cowok itu suka atau nakir ama cewek. Ada apa ya dengan Rio? Cowok itu nggak mau menceritakan masalah yang dialaminya. Kalo Cakka sih langsung nyeritain. Cakka kan tipe cowok yang terbuka, nggak kayak Rio yang tertutup.

“Kak Iyel yang cakep !! Mana janjinya?” Teriak seorang cewek.

Shit! Olivia, cewek itu ingin menagih janji yang selalu ia tunda. Dan sekarang, tak ada ampun lagi baginya. Olivia itu adalah sepupunya. Dulu, mereka sering bermain bersama. Tapi sejak SMP, mereka jarang ketemu dan bertegur sapa. Terus, bagaimana ini? Apa ia melarikan diri saja agar janji itu dapat ditunda?

Ya, nggak ada pilihan lain. Secepat mungkin Gabriel berlari kencang tanpa mempedulikan teriakan Olivia dan tanpa memerhatikan jalan. Pikirannya saat ini yaitu harus bisa bebas dari Olivia. Gabriel berlari menuju belakang sekolah. Sementara teriakan seorang cewek samar-samar ia dengar.

BRUK !!!

Yang hanya ia rasakan adalah denyut jantungnya yang berpacu cepat, melebihi batas wajar. Lari tadi membuat jantungnya jadi nggak normal, ditambah.. Apa? Ia menabrak cewek? Cepat-cepat Gabriel bangun dan langsung menolong cewek itu.

“Lo..” Kata Gabriel kaget.

Cewek yang ia tabrak menatapnya dengan tatapan penuh kekesalan. Berani-beraninya Gabriel menabraknya. Ia emang takut ama CRAG, tapi huruf G nya dihapus aja. Gabrielnya yang takut padanya, bukan ia yang takut ama Gabriel.

“Maaf Shill, maaf..” Kata Gabriel.

Shilla mencoba bangkit. Namun tubuhnya sakit untuk digerakkan. Tau hal itu, Gabriel mempunyai ide. Yaitu menggendong Shilla ke UKS.

“Apa? Lo mau gendong gue?” Bentak Shilla.

“Ya. Lo kan nggak bisa berdiri.” Kata Gabriel tersenyum.

Selama ini, Shilla menganggap senyuman itu tak berarti baginya. Namun sekarang, senyuman itu dapat membuatnya seperti merasakan suatu getaran yang aneh. Ah, buang-buang! Lo belum melaksanakan ide lo. Setelah ide itu berhasil, baru lo boleh muji-muji senyum itu.

“Gue bisa bangun!”

“Ayo coba bangun kalo bisa.”

Aw! Shilla meringis kesakitan. Gimana ini? Apa ia mau digendong ama Gabriel? Memalukan bukan. Tapi, mau gimana lagi?

“Gue gendong ya.” Kata Gabriel.

“Eee, jangan! Pangilin aja Rio.”

Mendengar Shilla mengucapkan nama Rio, wajahnya berubah menjadi mendung. Rio lagi Rio lagi. Ia tau, Rio itu cowok perfect dan ia bukan. Tapi, apa salahnya menyukai Shilla? Apa salahnya ia iri ama Rio?

“Lo.. Lo emang suka ya sama Rio?” Tanya Gabriel pelan. Ia menatap Shilla lekat.

“Eng.. Suka! Dia itu cowok yang paling gue sukai! Dan elo, elo nggak ada apa-apanya dibanding Rio!” Bentak Shilla. Namun, hati kecilnya seperti nggak tega membentak cowok yang telah lama menyukainya.

Gabriel terdiam mendengar bentakan Shilla. Ia tau, Shilla tak pernah berhenti mengejar Rio, dan ia tak akan pernah mendapatkan Shilla.

“Gue panggilin Rio.” Kata Gabriel dingin seraya meninggalkan Shilla.

Lho? Cowok itu nurut juga? Dalam hati, Shilla tertawa kecil. Gabriel emang salah satu anggota CRAG yang sangat patuh padanya. Meskipun ia menyuruh Gabriel terjun ke jurang, Gabriel bakal ngelakuin itu kok. Percayalah.

***

Telpon nggak ya.. Telpon nggak ya.. Tanpa sengaja Alvin mendapatkan nomor HP Sivia. Tentu ia dapat dari HP Sivia yang pernah ia cas di UKS itu. Masih ingat nggak? Memang benar. Ia telah jatuh cinta dengan Sivia, cewek berkacatama itu. Oh, apakah ini yang dinamakan cinta sejati? Alvin nggak yakin. Ia takut nantinya akan menyakiti Sivia.

Akhirnya, Alvin memutuskan menelpon Sivia. Ia mencari nama Sivia di kontaknya. Dan, ia ragu menekan tombol hijau. Ayolah Vin, apa susahnya sih elo tekan tombol hijau terus ngobrol ama Sivia?

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi...

Lho? Kok nggak bisa dihubungi sih? Apa nomor itu salah? Nggak mungkin salah. Mungkin saja nomor atau HP Sivia lagi ada masalah.

“Vin..” Kata sebuah suara.

“Rio? Ada apa lo kesini?” Tanya Alvin sedikit ketus gara-gara nggak bisa menghubungi Sivia.

“Lo kok marahan gitu ya?” Tanya Rio. Ia mendekati Alvin.

Alvin menghela nafas panjang. “Yo.. Gue lagi jatuh cinta..” Lirihnya.

“Beneran?” Tanya Rio.

“Iya. Dan cewek itu berbeda dari cewek yang pernah gue kenal. Apa ini yang dinamakan cinta sejati?”

Sejenak Rio berpikir. Gara-gara Alvin bicaraiin soal cinta, kembali ia mengingat pertemuannya dengan cewek itu. Ya, di ruang musik! Cewek yang.. Cewek yang hampir sama dengan cewek yang selama ini ia rindukan. Cewek yang menjadi bidadari yang dipenasaranin Shilla. Shilla? Sepertinya cewek itu udah move on tuh.

“Maybe.” Jawab Rio.

Tiba-tiba Alvin teringat sesuatu. “Siapa cewek yang lo temuin di ruang musik itu?”

Rio menjadi kaget mendengar pertanyaan Alvin. Darimana Alvin tau kalo ia berada di ruang musik bersama cewek yang namanya mmm.. Siapa? I.. Siapa? Rio lupa-lupa ingat.

“Da.. Darimana lo tau?”

“Shilla yang tau. Kemarin dia siksa tuh cewek. Untung ada gue yang menyelamatkan cewek itu. Kalo gue nggak ada, bakal mati deh tuh cewek.”

“Hah? Shilla nyiska dia?” Tanya Rio tak percaya. Jadi Shilla masih mengejarnya?

“Iya. Dia cemburu sama cewek itu karena udah duet lagu sama lo sekaligus cewek itu jago banget main piano. Tapi sih wajahnya biasa-biasa aja.” Jelas Alvin.

Cemburu? Rio tidak tau kalo Shilla sebegitu cemburu ama cewek itu. Rio sendiri tidak tau mengapa tiba-tiba datang menemui cewek itu lalu bernyanyi. Yang ia tau, cewek itu memiliki banyak persamaan dengan bidadarinya yang kini belum sempat ia mengetahui bagaimana kabarnya. Dan piano itulah salah satunya!

“Yo, kenapa sih lo nggak mau pacaran?” Tanya Alvin.

“Maaf Vin. Gue nggak bisa..”

“Ayolah Yo. Apa gue ini lo anggap orang lain? Orang yang nggak pernah peduliin lo dan orang yang nggak pernah membantu lo dimana pun lo berada?”

Sudah saatnya ia bercerita. Tapi tidak semuanya. “Sebenarnya.. Sebenarnya gue udah punya pacar.” Kata Rio. Tentu Alvin kaget bak disambar halilintar di siang bolong.

“Pacar? Siapa? Kok lo nggak pernah cerita sih?”

“Udah lama gue menjalin hubungan dengan cewek itu. Tapi hubungan itu rahasia. Dan, cewek itu meninggalkan gue karena ada suatu hal yang penting.”

Semakin lama, semakin membuat penasaran juga. “Kenapa dia ninggalin lo? Hal penting apakah itu?”

“Maaf Vin. Kalo yang itu, gue nggak bisa ngasih tau lo.”

“Kenapa?” Tanya Alvin kecewa. Padahal, cerita Rio lagi seru-serunya. Kok malah dihentikan sih? Masih gantung Yo...

“Gue nggak bisa kasih tau elo.”

“Kenapa?”

Drtrdrtrdrtr...

Message From : My Angel

Kak, aq baik2 ajj. Maaf ya lm gg ksih kabar. Kpn nh ke singapur?

“Siapa?” Tanya Alvin melihat perubahan wajah Rio.

“Gue harus pergi.” Kata Rio seraya meninggalkan Alvin.

Aneh! Batin Alvin. Sahabatnya itu emang aneh. Katanya tadi, udah punya pacar dan pacarnya itu meninggalkannya karena suatu hal. Apa itu?

Drtrdrtrdrt...

Message From : Viaa

HP Via td rusak. Ada ap telp Via?

Senyum menghiasi wajahnya yang tadi sedang mendung. Ya, ngapain peduliin masalah orang kalo masalah kita sendiri belum terselesaikan?

***

Sore itu, langit kembali dihadirkan oleh warna pelangi yang indah. Cewek itu menatap langit itu sambil tersenyum. Lalu, ia membuka cemilan yang tadi ia bawa. Keripik kentang emang enak dimakan di waktu seginian.

Oh, apakah aku harus mengakhirinya? Ia emang salah. Kesalahannya dulu dan janji itu. Tapi, kalo ia ingkar janji itu, apa ia termasuk orang yang baik? Tentu tidak! Ia harus membantu Oik demi mendapatkan Cakka. Itulah janji yang pernah ia ucapkan dulu. Sepuluh tahun yang lalu, dan ada Cakka disana.

“Pelangi begitu indah sore ini. Seperti senyummu yang selalu membuatku tak berhenti memikirkanmu.” Kata sebuah suara.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

@uny_fahda19

Miracle of Rainbown ( Part 9 )

Part 9

.

.

.

BRUAK !!!!!

Seorang cowok menendang pintu itu sampai pintu itu sedikit hancur. Tentu orang yang berada di dalam ruangan itu kaget bukan main. Masalahnya, cowok yang nendang pintu itu bukan orang biasa. Dia salah satu most wanted boy disini. Wajah cowok itu jika diamati sangat menyeramkan. Seperti harimau yang ingin mencari mangsa.

“Ngapain lo siksa cewek tak berdosa itu?” Bentak si cowok.

Semua begitu takut melihat cowok itu. Ingin saja mereka melarikan diri tapi nggak berani. Shilla saja ketakutan setengah mati. Kecuali Sivia. Cewek itu tersenyum melihat pujaannya datang menyelamatkannya dan Ify. Hei! Apa ia benar-benar menyukai cowok itu?

“Lepaskan cewek itu ato kalian gue laporin ke Bu Ivon!” Bentak cowok itu lagi.

“Eng.. I..Iya Vin, maaf.” Kata Shilla takut. Ia emang cewek yang paling berkuasa di sekolah ini, tapi jika berhadapan ama salah satu anggota CRAG, jangan harap deh hidupnya aman. CRAG baginya sebuah geng cowok yang sangat ia takutkan. Nggak tau kenapa.

Ify dan Sivia bebas dan langsung berterimakasih pada cowok yang telah menyelamatkan mereka. Alvin. Cowok cakep itu tersenyum melihat kedua cewek yang berterimakasih padanya. Hah! Betapa bergunanya ia, Alvin baru sadar. Menolong orang yang sedang membutuhkan bantuan adalah kegiatan yang mulia dan juga dapat membahagiakan diri sendiri. Selama ini, ia tak pernah menolong siapapun.

“Ada masalah apa lo sama cewek ini?” Tanya Alvin melunak.

“Emm, umm, nggak ada kok Vin.” Jawab Shilla.

Alvin menatap tajam ke arah Shilla. “Gue tau hal yang membuat lo benci sama cewek ini. Ingat Shill, Rio nggak akan pernah suka sama cewek macam lo. Sombong, manja, egois, sok berkuasa. Lebih baik Rio pacaran sama cewek ini daripada lo!”

Kurang ajar! Alvin menghacurkan segalanya. Shilla takut. Apa bidadari itu adalah Ify? Mungkin saja benar. Mengapa tadi Rio menatap Ify dengan tatapan lain? Tatapan yang mempunyai arti tersendiri bagi Rio. Tapi, nggak mungkin juga kan bidadari Rio itu adalah cewek seperti Ify. Nggak mungkin!

“Maaf Vin. Kita boleh pergi kan?” Kata Shilla.

Sementara Shilla berbicara ama Alvin, Febby menatap cewek berkacamata itu. Sepertinya cewek itu naksir ama Alvin dan sebaliknya. Coba lihat! Mengapa Alvin merangkul cewek itu? Bukannya ia cemburu atau apa. Masalahnya, nggak mungkin kan cowok secakep Alvin menyukai cewek seperti Sivia? Ini harus diselesaikan sebelum waktunya terlambat.

“Lo boleh pergi asalkan lo janji nggak akan gangguin cewek ini. Biarkan cewek ini menyukai Rio, ataupun cewek ini jadian sama Rio, lo nggak boleh marah. Lo nggak punya hak ngelarang Rio menyukai siapapun.”

Janji? Dia bilang janji? Oke. Ia berjanji untuk nggak lagi ngejar-ngejar Rio dan gangguin cewek itu. Padahal, Shilla ingin sekali membuat cewek itu menderita. Haha.. Janji palsu kan mudah juga dibuat. Gampang juga kan diam-diam nyiksa cewek itu tanpa sepengeahuan Alvin dan lainnya? Hanya saja ia membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.

“Oke. Gue janji.” Kata Shilla mantap.

“Baiklah. Gue pegang janji lo. Sana pergi!” Kata Alvin.

Keempat cewek itupun pergi meninggalkan tempat itu. Ify maupun Sivia berkali-kali mengucapkan kalimat syukur. Alvin, pahlawan itu datang pada saat waktu yang tepat. Dan, kekaguman Sivia pada Alvin semakin bertambah. Oh, Alvin... Apa gue salah mencintai lo? Apa gue salah sekali saja bisa menjadi bagian dari hidup lo?

“Sorry Vi, gue rangkul lo. Hehe..” Cengir Alvin. Ia melepaskan rangkulan itu.

Pipi Sivia merona merah. Wah, Ify dikacangin nih! Ify berdehem dan membuat Alvin dan Sivia salah tingkah.

“Lo suka sama Rio?” Tanya Alvin pada Ify.

“Ng..”

“Suka, suka!” Lha, kok Sivia yang jawab? Giliran pipi Ify yang merona merah.

“Gue doain lo bisa jadi pacar Rio. Sementara ini, gue nggak bisa menebak apa isi hati Rio. Gue juga nggak tau masalah apa yang dialami Rio.” Jelas Alvin.

Memang. Keajaiban itu tiba-tiba datang. Pelangi? Apa keajaiban itu datang dari pelangi? Tadi, ia berbicara ama Rio, sekarang, sahabat dekat Rio mendoakannya agar bisa jadian ama Rio? Oh...

“Emang kak Rio kenapa?” Tanya Sivia.

Alvin mengela nafas. “Dia berubah. Rio yang dulu ramah kadang-kadang suka menyendiri dan sedikit cuek. Dan sampai sekarang ia belum menceritakan masalahnya itu.”

Tuh kan, Alvin saja tidak tau apa yang menyebabkan Rio berubah. Apalagi dirinya yang nggak akrab ama Rio?

***

Hari ini, Shilla sebal setengah mati. Bayangkan, rencanya untuk menghabisi adek kelas itu hancur karena Alvin. Siapa juga sih adek kelas itu? Tadi, Shilla nggak sengaja mendengar dentingan piano di ruang musik. Tertarik, Shilla menuju ruang musik itu. Dan, ada sebuah suara yang tidak asing lagi banginya. Suara cowok!

Apa hari ini jadwal Rio latihan nyanyi? Nggak mungkin. Emang mau ada lomba apa? Shilla mengintip ke dalam ruangan itu. Disana terlihat jelas! Seorang cewek yang sedang menekan-nekan tuts piano dengan sepuluh jarinya dan seorang cowok yang sedang bernyanyi.

Bukannya itu cewek yang ikut photograper itu? Kok jago banget sih main piano? Setelah lagu itu selesai, Rio ngobrol ama cewek itu. Betapa cemburunya Shilla melihat wajah ramah Rio melihat cewek itu. Ya! Cewek itu harus diberi pelajaran. Cewek itu bukan tipe Rio, dan tidak pantas menjadi cewek Rio. Apa.. Apa cewek itu bidadari Rio? Shilla nggak yakin.

“Kak..” Kata Dea menyadarkan Shilla.

“Eh De, ajarin gue maen piano dong!” Pinta Shilla.

Dea menatap Shilla heran. Nggak salah dengar kan? Dea emang pinter main piano dan dulu pernah mendapatkan juara tiga. “Nggak salah denger kan gue?” Kata Dea.

“Enggak Dea...” Kata Shilla gemes.

“Kenapa lo mau bisa main piano?”

“Ada deh pokoknya. Yang penting, ajarin gue ya...”

Tentu Dea menolak mentah-mentah. Dulu, ia pernah mengajari kakaknya main piano dan hasilnya? Sama sekali tidak membuahkan apapun. Piano bukan bakat Shilla. Shilla itu cocoknya ngedance. Dia kan ikut cheers juga?

“Nggak. Males. Banyak hal yang lebih berguna gue lakukan daripada terus ajarin lo piano sampe gue mati.”

“Ya.. Pelit amat lo.” Kata Shilla kesal.

“Gimana? Lo udah dapetin Rio?” Tanya Dea mengubah topik.

Tiba-tiba sebuah ide muncul dibenaknya. Wajahnya yang tadi muram dan kesal berubah menjadi terang dan bercahaya. Ya! Nggak usah susah-susah belajar main piano kalo ada ide yang lebih mudah dilakukan? Ngapain juga kan belajar piano yang bukan bakatnya itu? Shilla.. Shilla.. Mungkin tadi pikiran lo belum sepenuhnya connect.

“Kenapa wajah lo berubah gitu?” Tanya Dea.

Shilla tersenyum penuh misterius. Begitulah sifat kakaknya yang sering membuatnya penasaran. Dea hanya bisa menahan diri agar rasa penasarannya tidak muncul. Ingat De, cuek! Kan hidup-hidup Shilla juga.

“Gimana hubungan lo ama Rio?” Tanya Dea.

“Udah deh. Jangan tanya Rio melulu. Bosen gue.” Kata Shilla cuek seraya memasang earphone. Dunianya sekarang adalah musik. Jadi, omelan Dea atau suara lain tak bisa ia dengar.

***

Malam itu...

Di malam yang sunyi, ia menatap berjuta bintang di atas langit sana. Malam ini langit tampak terang. Bulan sabit membentuk lengkungan yang indah. Seperti membentuk sebuah senyuman terindah. Pertemuannya tadi dengan Rio membuat jantungnya sampai sekarang masih berdebar-debar tak karuan.

Kak Rio.. Sebegitu istimewanya kakak.. Kakak adalah cowok yang sangat Ify kagumi sekaligus Ify sukai. Tapi apakah Ify bisa mendapatkan kakak?

Jawabannya adalah tidak. Ify ingat betul saat tadi disiksa ama Shilla karena sudah ngobrol ama Rio di ruang musik. Parahnya, mungkin Shilla melihatnya duet ama Rio. Rio yang nyanyi dan ia yang main piano. Memalukan bukan? Tapi semua itu sudah terjadi. Makanya, Ify harus berhati-hati agar kejadian itu tak akan terulang lagi. Meskipun ia ingin sekali ngobrol lagi ama Rio.

Oh.. Mengapa hidupnya menjadi seperti ini? Mengapa ia bisa menyukai seorang cowok yang melebihi sempurna? Mengapa ia bisa jatuh cinta pada Rio? Apa karena Rio tampan? Atau karena sikap Rio yang ramah? Semuanya mungkin yang menjadikan alasannya untuk mencintai Rio.

Baiklah. Boleh saja ia mencintai Rio walau Shilla melarangnya. Benar juga kata Sivia dan Alvin. Shilla nggak punya hak melarang siapapun untuk mencintai Rio. Siapapun boleh menyukai Rio. Walau seorang cewek sederhana seperti dirinya menyukai Rio, tentu tak ada yang melarang. Ayolah Fy! Semangat! Rio emang bukan untukmu, tapi kamu harus yakin.

Suatu hari nanti ada keajaiban yang bisa menyatukannya dengan Rio. Ya, warna indah pelangi itu selalu mendukungnya. Dan sahabatnya yang disana juga selalu mendukungnya. Ayo! Jangan menyerah. Never give up!

***

 Pagi hari....

Tepatnya di kelas 2IPS-1, Shilla menghampiri sahabat-sahabatnya itu. Ide yang semalaman ia pikirkan udah mantap ia laksanakan.

“Lo kenapa? Habis ditembak Rio?” Tanya Febby.

“Nggak.” Jawab Shilla.

“Udahlah Shill, lo jangan ngejer Rio lagi. Apa lo nggak bosen ngejer tuh cowok? Tampangnya aja yang manis, tapi dia nggak mau nyeritain masalahnya ke orang. Apa jangan-jangan dia terkena sebuah penyakit, terus dia nggak mau pacaran ama cewek?”

Ngaco benar Febby itu! Rio kan udah punya cewek yang katanya bidadari penasaran itu. Nggak tau tapi apa status cowok itu. Apakah jomblo atau apa. Intinya, Rio masih normal lah. Dia tertarik kok ama lawan jenis.

“Dia sehat kok, ngaco lo!”

“Ya ya.. Tapi, lo nggak bosen apa ngejer-ngejer tuh cowok?”

Shilla tersenyum misterius. Lalu, ia membisikkan sesuatu di telinga Febby. Mendengar bisikan Shilla, Febby tertawa kecil. Shilla.. Shilla.. Aneh banget lo. Tapi gue suka kok ide lo yang artinya lo udah bosen ama tuh cowok.

“Gue setuju. Tapi apa ide ini berhasil?” Tanya Febby.

“Harus berhasil.” Jawab Shilla yakin.

Suara sepatu Pak Deni mengubah seisi kelas menjadi sunyi. Semua murid-murid kembali ke asalnya dan siap menerima pelajaran hari ini. Walau sedikit malas karena biasanya Pak Deni sering ngasih soal-soal yang mengerikan. Yang dapat membuat otak kita pusing tujuh pulau.

***

KRINGG !!!!!

Inilah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh semua murid. Jam istirahat. Biasanya mereka nyerbu kantin demi merasakan kelezatan nasi goreng, soto, bakso, dan lain-lain ( Huh, jadi lapar ). Shilla cs berjalan menuju tempat biasa di jam seperti ini. Markas mereka. Tapi kali ini, Shilla meminta izin nggak datang ke markas. Dia malas aja katanya.

“Ya udah, emangnya lo mau kemana?” Tanya Oik.

“Gue mau menyendiri.” Jawab Shilla.

“Ciee.. Move on nih yee..” Goda Febby yang membuat wajah Shilla merah padam.

“Hah? Lo berhenti ngejer-ngejer Rio lagi?” Tanya Pricilla heran.

“Gue pergi dulu yaa..” Kata Shilla seraya meninggalkan ketiga sahabatnya itu. Pricilla dan Oik menatap Febby dengan penuh tanda tanya. Yang ditatap cuman angkat bahu.

Shilla berjalan menelusuri belakang sekolah. Sempat ia menengok markas CRAG. Hmmm, sedang apa ya mereka? Dan Alvin.. Dasar cowok itu! Tiba-tiba, dari arah yang berlawanan, seorang cowok berlari kencang dan tanpa sengaja menabrak Shilla. Tentu Shilla yang tadinya berdiri sekarang jadi jatuh ke tanah plus badan yang kesakitan.

“Lo..” Kata cowok itu menunjuk Shilla.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

@uny_fahda19

Miracle of Rainbown ( Part 8 )

Part 8

.

.

.

KRINGG !!!!

Bel tanda keluar main pun berbunyi. Semua murid SMA Vega berhamburan keluar kelas. Mereka bosen banget dikurung di kelas sambil mendengarkan ocehan bapak dan ibu guru. Demikian pula dengan Ify dan Sivia.

“Fy, ke kantin yuk!” Ajak Sivia semangat. Kayaknya, dia lapar banget deh.

“Mmm, gue libur aja deh ke kantinnya. Lo aja ya sendiri.” Jawab Ify.

“Kenapa libur? Lagi puasa ya?”

“Enggak kok. Cuman malas aja.”

Sivia nurut aja. Cewek itu pergi ke kantin sendirian. Ify memandangi sahabatnya itu dengan senyuman. Cerita Sivia tadi membuatnya cekikikan. Jadi, pemilik nomor HP itu Kak Alvin? Wau! Bayangkan, kemarin kak Alvin yang antar Sivia pulang. Kalo mereka jadian, Ify bakal dukung mereka kok. Hebat kan, cewek sederhana seperti Sivia dapat pacar cowok keren yang menjadi idola para cewek?

Enaknya kemana ya? Timbul niatnya untuk mengunjungi ruang musik. Ya, Ify ingin sekali pergi ke tempat itu. Ada satu alat musik yang paling disukainya. Yaitu piano.

Setelah ia berada di dalam ruang musik yang sepi itu, Ify menemukan sebuah piano. Ingin sekali ia memainkan piano itu. Rasa inginnya itu mengalahkan segalanya. Nggak ada salahnya kan mainin alat musik itu? Kan piano itu milik SMA Vega yang bebas digunakan oleh siapapun.

Nada-nada indah diciptakannya. Udah lama lho Ify nggak main piano. Dan sekarang ini ia berada di dalam dunia yang sesungguhnya. Dunia yang paling ia sukai selain photograper. Alasannya untuk nggak ikut ekskull musik masih nggak jelas. Ia malu banget jika ditunjuk guru untuk bermain piano dipanggung. Ya, cukup photograper saja yang menjadi kegiatannya.

Hampi semenit ia berada di dalam dunianya. Suara-suara atau hal lain tidak didengarnya. Yang ia dengar hanya nada-nada indah yang diciptakannya sendiri. Tapi nada itu kalo didengar seperti lagunya Marcell yang berjudul Takkan Terganti.

Telah lama sendiri dalam langkah sepi

Tak pernah ku kira bahwa akhirnya

Tiada dirimu disisiku...

Suara itu.. Seperti suara seorang cowok. Antara sadar dan tidak sadar, Ify tetap memainkan piano itu bersama suara indah itu hingga lagu habis.

Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan

Semua takkan mampu mengubahku

Hanyalah kau yang ada direlungku

Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta

Kau bukan hanya sekedar indah

Kau tak akan terganti...

Sungguh, suara cowok itu membuat jiwanya terasa seperti berada di sebuah tempat yang sangat indah. Ify berharap suara itu tidak nyata. Karena ia takut. Permainan pianonya yang menurutnya tidak jelas itu didengar oleh seseorang.

Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta

Kau bukan hanya sekedar indah

Kau tak akan terganti...

Kau tak akan terganti...

Lagu itu berakhir dan permainannya selesai. Ify mencoba menenangkan hatinya yang sedikit gemetaran. Ah, kenapa aku? Kenapa aku merasa ada seseorang yang mendengarkan permainanku?

“Hai! Permainan pianomu bagus. Aku suka.” Kata sebuah suara.

Jantungnya berdegup kencang. Jadi.. Jadi.. Suara itu.. Suara itu nyata? Ada cowok yang sekarang ini berada di dalam ruang musik ini? Ify tak berani menoleh kanan kiri ataupun membalikkan badannya.

“Kenapa kamu nggak ikut ekskull musik aja?” Tanya cowok itu yang tiba-tiba udah ada duduk disampingnya.

Tuhan.. Apakah aku berani melirik ke samping kananku? Suara itu.. Sepertinya ia mengenali suara itu. Ify hanya bisa diam sambil menemukan jawaban itu.

“Sini, tatap aku.” Kata cowok itu. Ia memutar kepala si cewek. Sekarang, pandangan keduanya bertemu.

“Kak..Kak.. Ri..Rio..” Kaget Ify.

Rio tersenyum melihat cewek disampingnya itu kaget. “Maaf ya, hehe.” Kata Rio.

Bukan. Yang dilihatnya bukan Rio. Apa ia terlalu mengagumi sosok Rio sehingga sosok itu sudah ada disampingnya? Mimpi Fy. Nggak ada siapa-siapa di tempat ini. Tapi, kok cowok itu keliatan nyata? Apa matanya mulai bermasalah?

“Kenapa kamu nggak ikut ekskull musik aja?” Tanya Rio lagi.

Mulutnya sangat sulit untuk berbicara. Ify masih tidak percaya. Ada Rio disampingnya? Cowok yang sangat ia sukai berada disampingnya? Sekarang? Dan telah mendengarkan permainan pianonya?

“Jangan takut. Aku cowok baik-baik kok.” Kata Rio tersenyum ramah.

Bicara Fy, bicara! Hatinya memaksa untuk berbicara walau terasa berat. Akhirnya, Ify bicara juga dengan ejaan kata yang sedikit tidak jelas karena grogi setengah mati.

“Ka..Kak Rio nya..nyata?” Tanya Ify.

Rio tertawa kecil mendengar suara Ify yang putus-putus. “Santai aja. Jangan gugup gitu. Anggap aku adalah teman dekatmu.”

Kini, suara Ify menjadi sedikit kembali jadi normal. Jantungnya yang berdegup kencang ia usahakan menjadi normal.

“Iya. Ify nggak tau kalo kakak ada disini.” Kata Ify.

Yes! Berhasil juga akhirnya. Sekarang, yang perlu ia lakukan bersikap santai. Seolah-olah yang menjadi lawan bicaramu adalah teman dekatmu. Sivia mungkin.

“Kakak selalu memerhatikan ruangan ini kok. Kakak kan ketua ekskull musik juga.” Kata Rio.

“Oo, iya.”

“Kamu jago juga ya main piano.”

Jago? Yang benar saja. Padahal tadi permainanku kacau. Batin Ify. Ia tidak suka dipuji ama orang lain. Apalagi Rio. Tapi ini...

“Kamu bakat kok main piano. Rio suka sekali mendengar nada-nada yang kamu mainkan. Cocok deh duet sama Rio dipanggung.” ( Yaiyalah, kan pas Rio nyanyi lagu Rindukan Dirimu itu )

“Ng.. Jelek kok kak. Aku nggak bisa main piano.” Kata Ify malu. Baru kali ini ada orang yang memujinya bermain piano. Dan orang pertama yang memujinya adalah Rio? Rio? Cowok nomor satu di sekolah ini memujinya yang biasa-biasa saja?

“Jangan merendahkan diri. Kamu bakat kok main piano. Ohya, nama kamu siapa?” Tanya Rio mengalihkan topik. Ia memandangi wajah Ify yang keliatan malu. Bahkan sangat malu.

“I..Ify.” Jawab Ify grogi. Lho? Bukannya tadi sudah normal?

“Ify.. Nama yang cantik. Secantik orangnya.” Kata Rio tersenyum.

Pujian atau apakah itu? Ingin saja Ify pingsan. Ia yakin, ia salah lihat. Tidak mungkin kan Rio mengatakan dirinya cantik? Oh, sebaiknya ia harus meninggalkan tempat ini. Kalo tidak, mungkin ujung-ujungnya berada di ranjang rumah sakit.

“Mmm, Ify kembali ke kelas dulu ya kak. Maaf karena udah masuk ke ruang ini tanpa seizin dari kakak.” Kata Ify seraya meninggalkan Rio.

Cewek itu menghilang dari penglihatannya. Entah apa yang ia rasakan sekarang. Tapi, muncul rasa takut dalam dirinya. Ia takut. Takut karena tidak bisa menjaga cintanya yang telah lama ia pertahankan.

***

“Lo yakin melabraknya pas pulang sekolah?” Tanya seorang cewek.

“Ya. Enek tau nggak gue liat mereka.” Jawab teman dari si cewek itu.

Cewek itu merangkul sahabatnya serta memberikan sahabatnya itu sebuah dukungan. Jangan menyerah dalam hal apapun.

“Ok. Ntar gue bawa sekalian anak-anak itu.” Kata cewek itu tersenyum licik.

***

“Kenapa wajah lo?” Tanya Sivia ketika ia dan Ify berada di dalam kelas.

“Eh, nggak ada kok Fy.” Jawab Ify. Ia menyibukkan diri mengerjakan soal bahasa indonesia yang diberikan oleh bu Wati.

Sivia nggak yakin ama jawaban Ify. Pasti Ify sedang punya masalah. Lihat aja wajahnya, beda banget saat terakhir kali ia melihat Ify. Emang, pas keluar main Ify kemana aja?

“Pas keluar main, lo kemana aja sih?” Tanya Sivia.

Ify tidak menjawab. Tangan kanannya menulis-nulis ria di buku. Tidak mungkin ia menceritakan kejadian tadi, di ruang musik itu.

“Mulai pelit nih ye ama sahabat sendiri. Padahal gue kan udah nyeritain pertemuan gue ama kak Alvin. Eh Fy, ternyata, kak Alvin itu cakep lho. Sumpah Fy. Sampai kebawa mimpi kak Alvin itu. Aduh Fy.. Apa ini tanda-tanda gue jatuh cinta?”

“Hmmm, mungkin.” Jawab Ify singkat.

“Bener kan. Gue emang suka ama kak Alvin. Duh.. Piye iki? Kak Alvin kan cowok idola disini, lha gue. Cewek yang selalu dicuekin ama siapapun. Nasib.. Nasib..”

“Kalo lo berusaha, pasti lo akan dapetin kak Alvin.” Kata Ify menyemangati sahabatnya.

Sivia tersenyum. Tapi hati kecilnya berkata, Alvin bukan tipe lelaki idamannya. Baginya, Alvin melebihi kata sempurna. Dan mungkin saja Alvin tobantnya cuman sehari, terus, besoknya jadi playboy lagi? Sivia tidak mau menjadi korban cinta Alvin. Lebih baik pacaran ama cowok biasa-biasa saja asalkan cowok itu setia dan tidak mengkhianatinya.

Tapi.. Rasa cinta itu.. Rasa cinta yang datang tiba-tiba dan sulit untuk ia hilangkan. Bagaimana caranya agar perasaan itu hilang? Baru kali ini Sivia dihadapi dengan cinta yang sangat memusingkan.

Tak terasa. Bel pulang berbunyi. Sivia dan Ify membereskan buku dan alat tulis lainnya. Diantara keduanya nggak ada yang bicara. Keduanya sedang memikirkan masalah masing-masing. Masalah yang tentu ada hubungannya dengan cinta dan perasaan.

“Pulang ama siapa?” Tanya Sivia ketika berada di luar gerbang.

“Naik bemo. Ikut yuk Vi, daripada lo kekurung di lab biologi.”

“Mmm, nggak tau juga.” Kata Sivia bingung.

“Hai! Kalian sedang apa?” Tanya seorang cewek yang berpenampilan sangat girly dan cantik. Lho? Cewek itu kan.. Cewek itu kan.. Wajah Ify memucat.

“Kak Shilla, ada apa?” Tanya Sivia memberanikan diri. Walau sejujur-jujurnya ia sedikit takut.

Shilla memerhatikan dua cewek didepannya itu secara bergantian. Hmmm, tampang di bawah rata-rata. Masih berani juga deketin cowok nomor satu di sekolah ini. Terutama tuh yang lagi menunduk takut. Nggak tau diri apa cewek itu? Shilla mencoba ramah pada kedua cewek itu agar kedua cewek itu mau mengikutinya.

“Ikut kakak yuk!” Ajak Shilla ramah. Tidak ada ekspresi kemarahan atau kebencian.

Sivia berbisik di telinga Ify. “Lo mau ikut?”

“Ng..Nggak tau Vi. Emangnya kita mau diapain?”

Sepertinya, Shilla mengetahui kebimbangan dari wajah kedua cewek itu. Kuncinya adalah ramah dan selalu tersenyum agar kedua cewek itu mempercayainya.

“Santai aja. Gue orang baik kok. Ada hal penting yang harus gue bicarain. Tenang aja. Cuman bentar aja.” Kata Shilla.

Sivia dan Ify saling tatap menatap. Lalu keduanya mengangguk pelan. Dalam hati, Shilla tertawa puas. Haha.. Mudah banget bohongin adek kelas. Liat aja ntar gimana kondisi kalian setelah kalian tau apa sebenarnya yang terjadi selanjutnya.

***

Tempat rahasia itu dihuni oleh tiga cewek penguasa sekolah ini. Mereka adalah Oik, Febby dan Pricilla. Cewek yang sangat diincar oleh para cowok. Salah satu dari cewek itu seperti nggak yakin dengan rencana ini.

“Lo yakin Shilla balik kesini dan membawa dua adek kelas itu?” Tanya Oik.

“Yaiyalah. Mereka pasti mau kesini. Percayalah.” Kata Febby meyakinkan Oik.

Dan benar saja. Shilla datang bersama dua adik kelas yang berwajah sedikit ragu. Tapi Shilla meyakinkan mereka bahwa ini akan berlangsung secara baik-baik.

“Lo yakin Vi?” Tanya Ify.

Yang ditanya mengangkat bahu. Bodoh juga ya percaya ajakan Shilla. Lihat! Tempat ini mengerikan. Lebih ngerian tempat ini daripada lab biologi. Disini juga ada Oik, Febby dan Pricilla. Perasaan Sivia menjadi tidak enak. Jangan-jangan....

PLAK !!!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Ify. Ify yang tidak tau menahu langsung saja kesakitan. Ia ingin menangis, tapi ia tahan agar air matanya itu tidak keluar. Apa ini ada hubungannya dengan Rio di ruang musik itu?

“Dasar cewek yang nggak tau diri. Kenapa lo masuk ke ruang musik dan enak sekali ngobrol ama Rio?” Bentak Shilla.

Ify terdiam sambil menahan rasa sakitnya. Bukan. Rasa sakit dihatinya jauh lebih sakit dibanding tamparan keras itu. Sudah ia duga. Semua ini ada hubungannya dengan Rio.

“Kak.. Ify nggak..” Kata Sivia mencegah Shilla. Tapi perkataannya dipotong ama Febby.

“Mau apa lo? Mau belain temen lo yang nggak tau diri itu?”

Jujur saja, Sivia tidak tau masalah yang sebenarnya. Ify bertemu Rio di ruang musik? Apa itu benar ato cuman kerjaan Shilla saja yang ingin melabrak adek kelas?

PLAK !!!

Tamparan kedua kalinya. Kali ini, air matanya tidak bisa ditahan. Ify menangis karena kebodohannya. Argh! Kenapa aku pergi ke ruang musik? Dan kenapa ada Rio disana? Ify ingin menjelaskan kalo itu hanya kebetulan aja. Tapi, mulutnya terkunci rapat. Ia hanya bisa menangis dan terus menangis meratapi kebodohan yang ia lakukan.

“Gue pengen bunuh lo tau disini! Bisa-bisanya cewek kampungan kayak lo bicara akrab ama Rio! Dasar cewek yang nggak tau diri!” Bentak Shilla lagi.

“Kak..” Ify mencoba memberanikan diri untuk bersuara. “Maafin Ify. Tadi itu cuman kebetulan. Ify tau kalo Ify nggak pantas kagumin kak Rio. Maaf kak..”

“Maaf, maaf. Enak banget lo minta maaf.”

Saat ini, emosi Shilla nggak bisa dikendalikan. Secara tiba-tiba dan tanpa bisa dicegah oleh siapapun, Shilla menjambak rambut Ify dan menyiksa Ify. Sivia ingin menyelamatkan Ify. Tapi, tangannya dicengkram kuat ama Febby dan Pricilla.

“Ayo Shill.. Ayo! Terus!” Kata Febby semangat.

“Ampun kak.. Ampun..” Tangis Ify. Rambutnya acak-acakan dan ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang mulai lemah.

BRUAK !!!!!

Tiba-tiba ada orang yang menendang pintu markas itu dan membuat semua terdiam plus ketakutan. Termasuk Shilla!

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

@uny_fahda19

Miracle of Rainbown ( Part 7 )

Part 7

.

.

.

Lama-lama, Ify kepikiran juga ama sahabatnya itu. Nomor Sivia nggak aktif. Apa Sivia masih ada di sekolah? Sivia kan janji ngasih kabar kalo dia udah balik ke rumah. Lha ini? Belum ada kabar dari Sivia. Pasti ada sesuatu yang terjadi ama Sivia.

Akhirnya, Ify mengirim pesan ke Kak Dayat. Belum semenit, kak Dayat langsung balas. Jawabannya nggak memuaskan. Katanya, Kak Dayat sedang pergi dan nggak tau apa Sivia udah pulang ato enggak. Terus, bagaimana ini? Telpon Tante Sari yang adalah Mama Sivia? Nomornya aja nggak punya, bagaimana cara nelponnya? Minta ama kak Dayat? Bikin malu aja.

Apa sebaiknya ia pergi ke sekolah? Lumayan jauh sih. Tapi kan, nggak ada kendaraan. Manalagi uangnya saat ini lagi kritis. Belum lagi, hutang-hutangnya ke Sivia belum ia lunaskan? Hidup pas-pasan emang nggak enak. Ify ingin sekali ngerasain kehidupan orang kaya. Banyak uang, bahagia, nggak hutang ke siapapun...

Drtrdrtrdrt...

Message From : 0877xxxxxxxx

Lo tmennya Via kan? Dia baek2 ajj kok di skul. Ntar gw anter dia pulang.

Lho? Siapa pemilik nomor itu? Cowok kah? Jadi, Sivia masih ada di sekolah. Hatinya menjadi lega. Tapi timbul suatu pertanyaan. Ya itu tadi, siapa pemilik nomor itu.

Message To : 0877xxxxxxxx

Sykurlah. Emng ini siapa?

Pemilik nomor itu tidak membalas pesannya. Ify jadi kesal sendiri. Jangan-jangan orang itu apa-apain Sivia lagi? Aduh Vi.. Semoga lo baik-baik aja deh disana.

Ify mengirim pesan lagi.

Message To : 0877xxxxxxxx

Ya udh kalo gg mw ksi tw. Cptn ya kembaliin Via ke rmhnya.

Baru orang itu mau membalas. Dasar! Jadi ceritanya, orang itu nggak mau kasih tau namanya ke dia? Awas ya kalo gue tau siapa elo.

Message From : 0877xxxxxxxx

Ok. Lo tenang ajj, tmen lo ini gw balikin kok ;)

***

Ruang UKS. Di dalam ruang itu, ada satu cowok dan satu cewek. Si cewek terbaring tak sadarkan diri di ranjang. Sedangkan si cowok terlihat khawatir ama si cewek. Ayo.. Bangun.. Kata cowok itu dalam hati dengan penuh harap.

Hmmm, tapi kalo dilihat dengan teliti, manis juga ya cewek itu. Cewek berkacamata yang memilik pipi chubby dan memiliki senyum manis. Cukup lama ia memperhatikan cewek itu, dan ia tidak ingin berhenti melihat cewek manis itu. Apa-apan lo? Liatin cewek itu? Bukannya lo udah tobat?

Cowok itu mencari HP si cewek. Ia mencoba menyalakan HP itu. Oh, baterainya habis. Untunglah ia bawa cas-casan HP dan untungnya lagi cas-casan itu bisa nyambung ke HP cewek itu. Setelah HP terbuka, ada satu pesan masuk. Dari Ify.

Message From : Ify

Vi, lo baik2 ajj kan?

Via. Jadi nama cewek manis itu Sivia? Tunggu! Kayaknya ia pernah deh liat cewek itu. Bukannya cewek itu yang sengaja cuekin dirinya kemarin? Di taman itu? Saat warna pelangi nampak jelas di langit sana. Jadi, pelangi ni ye yang mempertemukannya dengan cewek itu.

Cukup lama ia smsan ama Ify, dan kedua mata Sivia perlahan terbuka. Cewek itu memandangi tempat disekitar. Gue di UKS? Batin Sivia. Bukannya tadi ia terjebak di lab biologi yang mengerikan itu?

“Eloo..” Kata Sivia sedikit takut melihat cowok cakep yang sedang menungguinya sadar.

“Hai..” Sapa cowok itu ramah.

“Kak.. Kak Al..Alvin?” Tanya Sivia gugup. Sial! Jadi cowok playboy itu yang memiliki motor keren itu? Bukan Pak Joe atau Pak Zayn.

“Lo tau nama gue?” Tanya Alvin dengan suara agak ditinggikan. Ingin sekali ia menggoda cewek berpipi cubby itu. “Yaiyalah, gue kan sahabatnya Mario, cowok nomor satu di sekolah ini. Pantas aja lo kenal gue.”

“Berisik tau kak..” Kata Sivia.

“Hahaha.. Lo kok belum pulang sih?” Tanya Alvin.

Sivia baru sadar kalo ia sedang berbicara ama seorang most want boy yang paling diincar ama cewek-cewek itu. Dan, sekarang ia berada di UKS bersama kak Alvin? Jadi, yang membuatnya pingsan tadi adalah kak Alvin? Nggak mungkin Sivia berubah jadi cuek atau dingin. Toh ide gila itu udah nggak ia jalankan lagi.

“Napa lo diem?” Alvin menatap Sivia lekat. Yang ditatap malah grogi. Gila! Cakep banget nih cowok. “Gue tau, lo pasti kaget kan ada gue disini? Tadi sih gue mau pulang, tapi guenya yang malas. Berhubung tugas biologi gue belum selesai, makanya tadi gue ke lab. Dan tiba-tiba, datang cewek manis berkacamata yang sedang ketakutan. Gue deketin eh, cewek itu teriak dan pingsan. Terus, gue bawa deh tuh cewek ke UKS.” Jelas Alvin.

“Oo, ya udah. Cepat anter gue pulang.” Kata Sivia sedikit ketus.

“Hahaha.. Lo emang suka marahan ya. Kemarin, lo agak ketus bicaranya ke gue. Bilang aja deh lo suka ma gue.” Kata Alvin.

Deg! Kemungkinan besar perkataan terakhir Alvin menjadi kenyataan. Buktinya, kenapa jantungnya saat ini dek-dekan nggak karuan? Ah Vi, jangan pernah naksir ama cowok macam Alvin. Ntar lo sendiri yang patah hati. Buang-buang Vi rasa itu.

“Siapa juga yang suka ma cowok kayak lo?” Bentak Sivia menatap tajam Alvin. “Sekarang, antar gue pulang atau lo..”

“Atau apa? Haha.. Lucu deh lo Vi, lucuu banget. Cewek terlucu yang pernah gue temuin.” Tawa Alvin.

Huft! Apanya sih yang lucu? Akhirnya, Sivia bangkit dari tidurnya. Tubuhnya cukup kuat untuk jalan. Uang di dompetnya pun cukup buat ongkos bemo. Ya, Sivia memutuskan pulang naik bemo daripada terperangkap ama cowok aneh yang bernama Alvin.

“Mau kemana lo?” Tanya Alvin. Ia melihat Sivia yang sudah berada di luar UKS. Alvin berlari menuju tempat Sivia berdiri.

“Pulang.” Jawab Sivia pendek. Lalu ia meninggalkan Alvin. Tapi, usahanya nggak berhasil karena Alvin memegang tangannya. Sekarang, mau apa lagi cowok aneh itu?

“Pulang sama aku.” Kata Alvin ramah. Senyum terbentuk dibibirnya yang dapat membuat wajahnya semakin cakep. Sivia terpesona betul ama senyuman itu. Betul! Itu adalah senyuman termanis yang pernah ia lihat. Oh God! Gue nggak boleh suka ama dia, nggak boleh!

“Kenapa? Kamu nggak suka ya pulang bareng Alvin?”

“Bu..Bukan itu..”

Pikirannya menjadi kosong. Jantungnya beredetak lebih cepat lagi. Keringat dingin membasahi wajahnya yang daritadi ia tahan untuk tidak malu. Vi, kenapa lo nggak bisa cuek sih? Ayolah Vi, lo harus bisa.

“Maaf kak. Aku harus pergi.” Kata Sivia. Tetapi tanga nnya masih dicengkram Alvin.

“Nggak papa kok Vi. Gue udah tobat. Gue bukan playboy lagi. Saat ini gue lagi nyari cinta sejati gue, bukan cinta monyet atau cinta kucing.” Jelas Alvin. ( Apaan tuh cinta kucing? ). Tentu Sivia melongo mendengar penjelasan Alvin. Alvin nggak playboy lagi?

“I..Iya dah.” Kata Sivia akhirnya. Nggak enak juga kan nolak ajakan Alvin.

Mereka pun berjalan menuju parkiran. Benar, motor itu emang punya Alvin. Gila! Gue pulang bareng Alvin? Nggak mimpi kan. Oh Vi, jangan bohongin perasaan lo deh.

Ya, Sivia sadar kalo ia benar-benar suka ama Alvin!

***

PRANG !!!

Bunyi pecahan kaca itu mengagetkannya. Agni mengambil bingkaian foto yang tadi tak sengaja ia jatuhkan. Ia taruh foto itu di tempat asalnya. Oh, sudah berapa tahun ia menjalani hidup ini tanpa pernah mempedulikan perasaannya sendiri? Sampai kapan ia harus bertahan dan membohongi perasaannya?

Mama.. Papa.. Andaikan kalian masih ada. Janji itu... Andaikan ia tidak pernah mengucapkan janji yang menyakitkan itu. Sekarang, hidupnya takkan lagi ada kebahagiaan. Tak akan. Yang ia rasakan adalah kesepian, kesakitan dan penderitaan yang tak akan padam. Tuhan.. Aku ingin sekali kembali jadi diriku yang dulu. Bahagia tanpa ada cobaan seperti ini.

Drtrdrtrdrt...

Message From : 0877xxxxxxx

Ag, gw perlu bicara ma lo. Please...

By. Cakka

Seharusnya, ia tidak perlu mengenali cowok bernama Cakka itu. Rasanya, sangat menyakitkan bila ia mengingat Cakka dan janjinya dulu pada Oik. Janji yang cuman ia anggap candaan, tapi bagi Oik adalah janji yang serius. Seandainya waktu dapat di putar kembali.

Message To : 0877xxxxxxxx

Gw gg prlu bicara ma lo. Jd, tolong jgn ganggu gw dan jgn mnta pnjlsan gw lg.

Di sebrang sana, Cakka frustrasi. Agni.. Lo sulit banget diajak bicara. Lo kenapa sih? Lama-lama, gue jadi gila penasaran. Apa susahnya sih lo beri penjelasan ke gue?

Message To : Agni

Sekali ajj Ag. Gw mau bicara serius ma lo. Tolong ..

Air matanya menetes secara perlahan. Membuat pertahanannya hancur. Agni mematikan HPnya dan langsung melemparnya hingga pecah. Bertepaan saat itu, seorang cewek berwajah penuh amarah mendekatinya, lalu menampar pipinya. Ya, Agni siap menerima tamparan keras itu.

“Sekarang lo nggak usah bohongin gue lagi. Lo pasti punya hubungan khusus dengan Cakka, jawab!” Bentak Oik.

Agni diam membisu.

“Kenapa lo diem? Lo nggak mau ingkar janji lo kan?”

“Ik, gue ama Cakka nggak ada hubungan apapun. Beneran, dan gue nggak akan ingkar janji gue.” Kata Agni berusaha tegar.

“Pembohong! Kenapa tadi Cakka nyariin elo?”

Secepat mungkin ia harus menemukan jawaban yang masuk akal. Tapi apa? Saat ini pikirannya tidak bisa dijajak kompromi.

“Gue nggak tau. Tapi gue udah nyuruh dia pergi. Lo tenang aja Ik, gue janji nggak akan suka dengan Cakka. Cakka itu hanya untuk lo.”

Itulah janji yang dulu pernah ia ucapkan pada Oik. Janji yang pernah ia ucapkan sepuluh tahun yang lalu, dan Oik memegang janji itu. Oik tidak marah lagi. Wajahnya berubah menjadi pucat dan kedua matanya berkaca-kaca. Hanya dirinya seorang yang tau mengapa ia berubah menjadi seperti ini.

“Kenapa Ik?” Tanya Agni heran.

Cepat-cepat Oik memasang tampang garangnya. “Intinya, lo nggak boleh suka ama Cakka. Dan lo harus bantu gue supaya Cakka mau sama gue!”

Agni menelan ludah. “Baiklah. Gue akan bantu lo.”

Setelah Agni mengucapkan kalimat itu, Oik menghilang dari kamarnya. Agni sedikit heran dengan sikap perubahan Oik tadi. Mengapa wajah Oik tiba-tiba berubah jadi sedih? Apa yang terjadi pada Oik? Apa.. Apa Oik udah menemukan Mama kandungnya?

***

Jauh dari ramainya ibu Kota, seorang gadis berumuran kurang lebih enam belas tahun tersenyum sedih menatap pemandangan di pekarangan rumah. Villa ini cukup mewah dengan fasilitas yang lengkap. Hal ini dilakukan agar si gadis betah dan tak bosan tinggal di negeri orang.

Singapura. Sampai kapan ia mendiami negara ini? Sampai kapan ia bebas dari segala cobaan ini? Ia rindu Indonesia. Ia rindu sahabat-sahabatnya disana. Ia rindu semuanya.

“Sayang, makan dulu. Ntar badanmu sakit lho.” Kata Mama.

Gadis itu menuruti perintah Mamanya. Dengan langkah yang hati-hati, ia berhasil duduk di kursi yang udah disediakan di ruang makan.

“Gimana? Nggak ada keluhan?” Tanya Mama.

Yang ditanya cuman diam dan menyibukkan menghabiskan makanan. Waktunya tidak tepat untuk membahas soal itu.

“Baiklah. Mama paham.” Kata Mama mengalah. Ia memilih meninggalkan putrinya itu.

Dalam diam, ia berusaha menghabiskan makanan yang rasanya menurutnya tidak lezat. Tapi tak apa. Asalkan ada makanan, ia mau memakannya tanpa mengeluh. Setelah makanan itu habis, ia berjalan pelan menuju sebuah ruangan pribadinya. Yang khusus dibuat untuknya.

Piano. Benda yang paling ia sukai. Ia suka main piano, dan ia bercita-cita sebagai seorang pianis. Tapi, apakah cita-cita itu terwujud? Ada tembok tinggi yang menghalangi cita-citanya itu. Ia hanya bisa duduk dan menekan tuts piano sendiri. Tanpa ada orang yang bertepuk tangan atau memujinya.

Perlahan, jari-jari mungilnya menekan tuts piano itu. Selain mahir bermain piano, suaranya pun sangatlah indah. Dan, sebuah lagu keluar dari mulutnya.



Tiba saat mengerti jerit suara hati

Yang letih meski mencoba melabuhkan rasa yang ada


Mohon tinggal sejenak lupakanlah waktu

Temani air mataku,teteskan lara merajut asa, menjalin mimpi endapkan sepi-sepi


Cinta'kan membawamu...

Kembali disini, menuai rindu membasuh perih

Bawa serta dirimu...

Dirimu yang dulu mencintaiku apa adanya...



Lagu selesai ia nyanyikan. Gadis itu tersenyum puas. Ah, andaikan hidupnya seperti kebanyakan orang lainnya. Andaikan cobaan ini tidak menimpanya. Andaikan...

Semuanya tidaklah terselesaikan jika ia tidak berusaha. Bersabarlah. Kelak engkau akan melihat hasilnya nanti. Suatu hari nanti.

***

Piano....

Diam-diam Ify memasuki ruangan itu. Tampaknya, ruang musik sedang kosong. Jam istirahat ini ia habiskan di tempat ini. Ya, di ruang musik. Ify menemukan sebuah piano yang kalo di kira-kira harganya cukup mahal. Jutaan mungkin. Sedikit ia ingin menekan tuts piano itu.

Tin ( Gimana bunyinya piano itu? ). Hatinya menjadi terasa nyaman ketika jari-jarinya menekan tuts piano itu. Terus dan terus, kesepuluh jarinya terus menekan-nekan tuts piano dengan tidak beraturan. Tapi jika di dengar dapat menyembuhkan dan menenangkan jiwa kita yang sedang penuh masalah. Ya, dentingan piano itu amatlah indah dan membuat hati siapa saja ingin terus mendengar musik indah itu.

Di luar ruangan, seorang cowok memerhatikan si cewek yang sedang asyik bermain piano. Cowok itu menyukai nada indah yang dibawa cewek itu. Oh, masa lalu. Apa masa lalu itu kembali terulang? Cowok itu pun memberanikan diri untuk menemui si cewek.

Astaga! Bahkan saking seriusnya main piano cewek itu nggak menyadari kedatangannya. Timbul sebuah ide untuk mengagetkan cewek itu.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

@uny_fahda19

Jumat, 04 Oktober 2013

Miracle of Rainbown ( Part 6 )

Part 6

.

.

.

Kelas 2IPA-1 di kunci rapat. Tidak ada yang boleh istirahat sebelum menyelesaikan soal yang diberi Pak Burhan, guru matematika yang terkenal paling killer sedunia. Cuman lima orang yang bebas dari tahanan Pak Burhan, yaitu murid-murid yang jago matematika.

Di bangku, kepala Cakka pusing. Otaknya nggak bisa connect. Yang ia pikirkan adalah cepat-cepat mencari Agni dan menyelesaikan masalahnya itu. Cakka aja lupa tadi sarapan lauknya apa. Sarapan yang gampang aja lupa, apalagi sepuluh soal matematika yang sulitnya minta ampun? Cuman empat aja yang ia yakin jawabannya benar. Itupun kerja sama dengan Alvin.

“Vin, gue pengen keluar.” Kata Cakka frustrasi.

“Keluar aja sana. Ntar Pak Burhan nggak ijinin lo juga.” Kata Alvin. Ia kembali sibuk pada lembar soal yang membuat kepalanya sakit. Ini soal apa sih? Nggak ada kerjaan sekali Pak Burhan itu ngasih soal seaneh ini.

Cakka membalikkan badannya melihat Rio dan Gabriel yang juga sama-sama pusing memikirkan sepuluh soal itu. “Kalian udah bisa jawab yang mana?” Tanya Cakka.

“Baru tiga.” Kata Gabriel dengan suara yang lain. Kayaknya tuh cowok capek juga.

“Lo Yo?” Tanya Cakka pada Rio.

Yang ditanya nggak jawab. Cakka melirik lembaran Rio. Astaga! Lembaran itu bersih tanpa ada coretan sedikitpun. Benar-benar murid yang cerdas. Terus, caranya untuk free gimana?
“Gimana dong Vin?” Tanya Cakka. Ia melihat Pak Burhan yang sedang duduk di kursi guru sambil mengawasi. Kan ini bukan ulangan, kok diawasi sih? Pak Burhan emang nggak punya kerjaan.

“Gimana apanya? Makanya, jadi orang tuh yang pintar. Kan enak jadinya. Emangnya lo mau kemana? Kok penting gitu ya?”

“Penting sekali. Dan ini hampir mau masuk jam setelah keluar main.”

“Lo mau ketemu siapa sih?” Tanya Alvin heran.

Bersamaan dengan keheranan Alvin, Cakka mendapat ide yang briliant. Idenya mudah saja. Izin ke kamar mandi dan tentunya Pak Burhan izinin. Nggak mungkin kan Pak Burhan membiarkan muridnya sakit perut di dalam kelas.

“Lo mau kemana? Kerjaan lo belum selesai.” Kata Alvin setengah berteriak.

Cakka mendekati Pak Burhan. “Maaf Pak, saya udah nggak tahan ni. Saya izin ke kamar mandi dulu ya Pak.” Kata Cakka memasang tampang belas kasihan.

“Hmmm, baiklah. Tapi saya hanya beri izin lima menit. Setelah itu kamu harus kembali ke kelas. Mengerti?”

Yeah! Secepat mungkin Cakka berlari ke kamar mandi, eh salah, ke kantin. Ia yakin Agni pasti berada di kantin. Hmm, tapi Agni mana ya? Cakka melihat-lihat isi kantin. Bukannya Agni yang ia lihat, melainkan cewek yang sekarang ini mengejarnya untuk mendapatkan cintanya.

“Cakka sayang.. Mau cari Oik ya?” Kata Oik semanis mungkin.

“Maaf ya Ik. Cakka lagi ada urusan ma teman Cakka.” Kata Cakka sabar.

“Siapa?” Tanya Oik penasaran.

“Agni.” Jawab Cakka lalu meninggalkan Oik.

Oik menatap punggung Cakka yang semakin menghilang. Hatinya sedikit sakit mendengar Cakka mengucapkan ‘Agni’. Sepertinya, Agni butuh pelajaran.

Itu Agni! Cewek tomboi itu lagi ngobrol ama tiga temannya. Cakka berjalan dengan harapan supaya Agni mau bicara halus ama dia. Bukan bicara kasar dan membentak.

“Gue perlu bicara serius sama elo.” Kata Cakka dengan mimik muka yang serius.

Keempat cewek itu mendadak kaget melihat kedatangan salah satu anggota CRAG, bukan, ketua CRAG. Agni yang paling kaget. Cowok itu lagi..

“Mau apa lo kesini?” Bentak Agni.

Ify dan Sivia heran melihat Agni. Kakak kelas yang menurut mereka berwatak ramah, baik, dan murah senyum berubah menjadi kasar karena kedatangan Cakka. Apa Agni punya masalah ama Cakka?

“Gue bicaranya baik-baik. Kenapa lo balas kasar sih?” Tanya Cakka.

“Terserah gue. Suka-suka gue!” Ketus Agni.

“Ayolah Ag, jawab pertanyaan gue. Kenapa lo tiba-tiba benci gue gitu? Kalo gue punya salah ma lo, maafin gue ya.” Kata Cakka lembut.

Sekarang, yang Agni rasakan hanya perasaan yang sulit dijelaskan. Hidupnya ini memang tidak pernah bahagia. Selalu menderita. Dimulai dari kepergian kedua orangtua dan numpang tinggal bersama tante Seni.

“Permisi..” Kata Agni meninggalkan Cakka. Cakka ingin mengejar Agni, tapi dihadang ama Zevana.

“Tolong, jangan ganggu dia.” Kata Zevana sedikit sedih.

“Emangnya Agni kenapa?”

“Dia bukan seperti yang lo pikirkan.”

Selama-lamanya mungkin ia tidak akan pernah bisa berbicara ama Agni dan mengetahui jawaban mengapa Agni selalu membentakinya. Cakka pergi dengan perasaan yang gantung. Entah hatinya ingin sekali bisa membuat Agni tersenyum. Sekali saja. Cakka ingin melihat Agni tersenyum manis.

“Kak Agni kenapa? Kok dia marah-marahan ama kak Cakka?” Tanya Sivia.

Zevana terdiam.

“Ya udah. Itu bukan urusan Via, maafin Via deh kak..”

“Nggak papa kok. Emang Via nggak berhak tau masalah Agni. Tapi lambat laun Via pasti tau.”

Bel masuk berbunyi. Murid-murid yang berada di kantin, perpustakaan, lapangan atau dimana saja berlari menuju kelas masing-masing. Demi melanjutkan ilmu yang dipotong ama bel keluar main tadi.

***

“Jadi lo udah berani dekat ama dia?” Kata suara cewek.

“Nggak.” Jawab Agni ketus.

“Sialan lo!”

Cewek itu hampir aja menjambak-jambak rambut Agni kalo saja bel masuk nggak berbunyi dan kalo saja Shilla dan Febby nggak menahannya.

“Udahlah Ik, kita balik aja.” Kata Febby.

“Tapi gue nggak suka tau. Coba, tadi Cakka pengen nyari Agni. Gue tau, pasti mereka punya hubungan khusus.” Kata Oik.

Agni menatap Oik tajam. “Denger ya, gue ama Cakka nggak punya hubungan apapun. Dan gue janji, selama-lamanya gue nggak akan pernah suka ama cowok yang bernama Cakka!” Bentak Agni.

Oik tersenyum sinis. “Gue pegang janji lo. Ayo cabut!” Kata Oik merangkul dua sahabatnya itu.

Dalam hati, ingin saja ia menangis. Tapi ia harus kuat. Janji itu tidak boleh ia ingkari. Janji yang sudah lama ia keluarkan. Aku harus kuat! Tekad Agni.

***

Pulang sekolah, seluruh badan Cakka lemesnya minta ampun. Cakka duduk termenung di pinggiran sekolah. Saat ini, ia butuh ketenangan dan mencoba membetulkan pikirannya yang salah. Apa.. Apa gue suka sama Agni? Tidak! Rasa itu tidak boleh ada. Aneh bukan kalo ia suka ama Agni padahal ia baru kenal Agni.


Bentakan dan galaknya Agni membuatnya sedang mengalami sebuah tantangan besar. Agni harus menjelaskan semuanya. Ia harus tau mengapa Agni selalu membentaknya.

“Nggak pulang lo?” Tanya Gabriel.

“Malas.” Jawab Cakka cuek.

“Lo sama seperti Rio. Ada apa?”

“Agni.”

Ini baru cowok yang terbuka, nggak kayak Rio yang sifatnya tertutup. Mudah saja Cakka menceritakan masalah yang dialaminya.

“Kenapa Agni?” Tanya Gabriel.

“Yel..” Cakka menghadap Gabriel. “Agni cewek aneh deh. Gue nanya baik-baik, eh malah dianya yang kasar.” Lanjut Cakka.

“Terus? Itu kan bukan urusan lo.”

“Ya sih, tapi gue penasaran kan dengan sifat dia yang begitu.”

Gabriel menatap sahabatnya itu dengan penuh arti. “Artinya, lo tertarik sama Agni. Dan makin lama, lo suka sama Agni.”

Benar Yel, benar. Gue ngerasa gue emang benar-benar suka ama Agni. Tapi, gimana caranya naklukin cewek kasar itu?

“Jangan khawatir. Gue bisa kok bantu lo untuk memecahkan masalah ini. Kita kan sahabat. Nggak kayak Rio yang sekenanya sendiri rasain masalahnya tanpa berbagi ke kita.”

Ya, sahabat adalah orang yang tepat untuk berbagi cerita. Beruntung Cakka memiliki sahabat seperti Gabriel, Rio dan Alvin. Walau kadang-kadang bikin kesel juga.

***

Halaman sekolah mulai sepi. Cuman ada beberapa anak yang lagi nunggu jemputan. Sivia menjadi takut. Jam segini kok belum ada yang jemput ya? Tadi sih ia ditawarin ama Ify untuk pulang bareng. Tapi Sivia nolak ajakan Ify. Jadinya, ia rugi sendiri.

Kesialannya bertambah ketika HP yang ia bawa nggak berguna di saat waktu yang penting. HPnya kehabisan baterai. Pasti kerjaan Ify yang tadi asyik mainin HPnya pake internetan. Kak Dayat juga udah pulang ama pacarnya. Duh.. Kakak macam apa sih dia? Duluin pacar daripada adeknya yang manis ini. Kata kak Dayat, ia disuruh jadian ama cowok biar pulangnya gampang.

Pacaran? Oh, no! Idenya untuk naklukin cowok playboy aja hancur, dan ia nggak mau lagi laksanain ide konyol itu. Bukan Alvin yang kena, tapi dirinya sendiri. Ngaca dong Vi! Alvin itu bukan cowok sembarangan. Dia itu most wanted boy, nyadar dong!

Bosan juga ya nunggu di tempat sepi ini. Sivia memutuskan masuk ke dalam sekolah. Dapat ditebak, seisi sekolah sepi. Tapi ia heran, diparkiran tadi ada motor kok. Siapa ya pemilik motor itu? Pak Joe? Nggak mungkinlah. Motor sekeren yang cocok dipake ama anak muda dipake ama Pak Joe yang udah nggak muda lagi. Terus, siapa? Jangan-jangan, itu motor jadi-jadian lagi. Motornya jin. Hiii, serem ah!

Kelas juga sepi. Dari lantai atas hingga lantai bawah. Sivia lantas pergi ke belakang sekolah tuk sekedar melihat-lihat pemandangan yang ada disana. Siapa tau kan ada cowok cakep? Hehehe... Ada satu pemandangan yang lain daripada yang lain. Lab biologi! Kok pintunya kebuka ya? Apa Pak Zayn belum pulang dan masih berada di lab serta motor keren itu milik Pa Zayn? Jangan ngaco deh. Pak Zayn ama keluarganya lagi pulang kampung demi bertemu personil lain one direction. Ah Vi, itu kan bukan Zayn ID. Dasar lo! Pikirannya kemana-mana.

Tiba-tiba, suara berisik terdengar dari dalam lab itu. Bulu kuduk Sivia merinding. Lab itu ada hantunya! Kakak kelas dulu pernah cerita di lab itu ada penampakan jin. Tapi, Sivia penasaran juga. Rasa penasarannya itu mengalahkan rasa takutnya. Dengan berbekal rasa penasaran, Sivia berjalan pelan memasuki lab.

Yes! Sivia udah ada di dalam lab. Tapi, kok sepi juga ya? Kemana suara berisik tadi?

BRUAKK !!!!

“MAMAAAAA !!!” Teriak Sivia takut.

Dasar pintu sialan! Bikin kaget aja. Pintu yang terbuka itu menjadi tertutup rapat. Aneh ya, kan nggak ada angin, kok bisa ketutup gitu ya? Sivia berusaha membuka pintu itu. Oh tidak! Pintunya rusak dan ia terjebak di dalam lab yang mengerikan ini. Salahnya sendiri kan masuk ke dalam lab yang menakutkan ini.

Suara itu lagi! Ada suara berisik di sekitar sini. Hantu? Setan? Jin? Pocong? Iblis? Drakula? Kuntilanak? Mak lampir? Pikirannya dipenuhi makhluk-makhluk gaib yang sering ia tonton di televisi. Dimana? Di trans TV itu kan? Mama... Tolongin Via dong...

“Ngapain lo disini?” Kata sebuah suara. Si pemilik suara datang mendekati cewek yang sedang menangis ketakutan.

“AAAA... SETAAAANNN !!!” Teriak Sivia lalu pingsan begitu saja.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , follback just mention (:


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (: