expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 24 Oktober 2013

Miracle of Rainbown ( Part 11+12 )

Part 11

.

.

.

Ketiga anak kecil itu berlari ria mengelilingi lapangan luas itu. Mereka adalah sabahat yang saling menyayangi satu sama lain. Salah satu dari anak kecil itu terjatuh karena tersandung batu. Anak lainnya menolong temannya yang jatuh.

“Nggak papa?” Tanyanya.

“Agni nggak papa kok Kka.” Kata anak itu yang bernama Agni.

Anak laki-laki itu membantu Agni bangun dari jatuhnya. Sementara, anak yang daritadi diam menatap Agni dengan perasaan tidak suka. Agni lagi Agni lagi.. Emang Agni anak yang paling beruntung di dunia ini. Sedangkan ia?

“Kita duduk disana aja yuk Ag!” Ajak Cakka, anak laki-laki tadi.

“Ayo!” Kata Agni semangat.

Agni dan Cakka berlari ria menuju tempat yang ditujukan Cakka, tanpa mengajak Oik, anak perempuan yang tadi menatap Agni tak suka. Bisa dibilang, kehidupan Agni itu perfect. Punya Mama dan Papa yang sayang pada Agni, dan mempunyai Cakka yang sangat menyayangi Agni.

Kalo dilihat dari penampilan, Oik jauh lebih cantik dibanding Agni. Tapi, mengapa Cakka jauh lebih memerhatikan Agni dibanding dirinya? Bukannya semua ini tidak adil? Papanya sudah lama meninggal, saat ia ada di dalam kandungan. Sedangkan Mamanya sibuk bekerja dan jarang mempedulikannya. Satu-satunya wanita yang sering membantunya adalah Tante Mia, mama Agni. Ya, Tante Mia emang baik padanya.

Dari jauh, Oik menatap Agni dengan tatapan iri. Cakka, cowok itu mengelus-elus rambut Agni yang nggak panjang-panjang. Maksudnya, Agni nggak suka panjangin rambut. Batas rambutnya sampai bahu aja. Nggak pernah rambut Agni melebihi bahu.

“Agni, mengapa hidupmu sempurna?”

Pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Tapi Oik berujar dalam hati. Ia bertekad menjauhi Cakka dari Agni. Ya, ia ingin hidupnya seperti Agni. Bahagia dan sempurna. Harus ada sebuah perjanjian demi menjauhkan Cakka dari Agni.

***

“Lo..” Kaget Agni.

Cakka tersenyum seraya duduk disamping Agni. Tentu Agni nggak suka dengan kedatangan Cakka yang tiba-tiba. Mau apa lagi cowok itu?

“Lo cantik Ag..” Puji Cakka. Ia tidak melihat Agni, melainkan melihat pelangi di atas sana. Yang katanya Rio dapat memberikan sebuah keajaiban. Ya, Cakka percaya pelangi itu mampu memberikan keajaiban kalo usahanya kali ini ada hasilnya.

“Lo.. Lo masih ingat masa lalu lo?” Tanya Agni.

Kenapa gue bertanya tentang hal itu? Bodoh banget gue! Cakka mengalihkan pandangan dan sekarang ia melihat wajah Agni yang sedikit pucat. Hmmm, Rio benar. Pelangi itu mampu memberikan sebuah keajaiban. Lihat! Agni tidak membentaknya.

“Masa lalu? Kayaknya enggak. Kata dokter, gue nggak bisa mengingat sedikitpun tentang masa lalu gue. Emangnya kenapa? Masa lalu nggak perlu dibahas. Masa datang yang perlu kita bahas sekarang.”

“Emangnya lo sakit apa sih?” Tanya Agni.

“Gue nggak sakit kok.” Jawab Cakka. Ia mengalihkan pandangannya lagi ke atas langit.

“Rio suka banget pelangi.” Kata Cakka.

Agni mengikuti Cakka melihat ke atas langit. Pelangi itu memang indah. Tadi Cakka sempat menggodanya menggunakan pelangi itu. Hah! Cantik apanya dia?

“Lo tau kenapa Rio itu berubah?” Tanya Agni.

“Nggak. Dia sahabat gue yang paling aneh. Apa hanya sebuah pelangi sikap dan sifatnya berubah?”

“Pelangi? Maksud lo?” Tanya Agni tak mengerti.

“Ya.. Gue juga nggak tau sih.” Jawab Cakka.

Keduanya pun terdiam. Sama-sama berkutat dengan pikiran masing-masing. Cakka masih setia memandangi pelangi yang warnanya mulai pudar. Ya, mungkin Rio benar. Pelangi itu mampu memberikan keajaiban. Buktinya, sampai detik ini Agni tidak membentaknya. Apa ini cuman kebetulan aja ya?

“Lo kok nggak bentakin gue?” Tanya Cakka.

“Ng..” Agni bingung mau jawab apa. Pasalnya, sore ini ia begitu malas bentaki orang. “Gue bosan.” Jawab Agni.

Cakka tersenyum lalu mengacak poni Agni. “Lo cewek pertama yang membuat gue mengetahui arti di balik kehidupan ini. Dan gue ngerasa gue deket banget sama lo. Apa masa lalu gue ada hubungannya sama lo?”

Tidak! Apa Cakka bisa kembali mengingat itu semua? Oh, mana janjinya pada Oik? Mana Ag? Lo jangan diam saja. Buang rasa itu dan lo harus bisa menyatukan Cakka dengan Oik.

“Sebaiknya lo pacaran sama Oik.” Kata Agni pelan.

“Kenapa? Gue sukanya sama elo, bukan Oik.”

“Pokoknya, lo nggak boleh suka sama gue. Maaf Kka, gue harus pergi. Maaf.” Kata Agni dengan suara yang sedikit bergetar. Ia meninggalkan Cakka dengan hati yang tertusuk-tusuk. Oh, apa yang harus aku lakukan?

Cakka melihat punggung Agni sedih. Mengapa Agni berharap agar ia jadian sama Oik? Jawabannya ada pada Oik. Ya, Oik harus menjelaskan semuanya.

***

“Sebenarnya, Shilla bisikin lo apa sih?” Tanya Pricilla pada Febby.

Sore itu, Febby, Pricilla dan Oik jalan-jalan ke taman tanpa Shilla. Katanya, Shilla lagi banyak kerjaan. Sok sibuk dia! Padahal Shilla nggak pernah nolak kalo diajak jalan-jalan ama mereka.

“Pokoknya ada hubungannya dengan Rio.” Jawab Febby.

“Rio? Apa Shilla udah nggak ngejer Rio lagi?” Tanya Oik.

Jika Febby memberitahu kepada Pricilla dan Oik, jangan harap hidupnya tenang. Amukan dan amarah Shilla yang ia takutkan. Tapi menurutnya, ide Shilla itu nggak bagus. Febby merasakan ada resiko besar kalo ide itu berhasil dilakukan.

“Feb..” Kata Pricilla.

“Eh, nggak tau. Ntar kalian juga tau.” Kata Febby.

“Yah, masa’ gue nggak boleh tau sekarang sih?” Kesal Oik.

“Sorry. Gue udah janji ama Shilla untuk nggak memberitahu ke siapapun. Ohya, gue mau minta bantuan kalian.”

“Apa?” Tanya Shilla dan Febby.

Febby tersenyum misterius. Lalu ia membisikkan sesuatu di telinga Oik dan Pricilla. Dan, apa yang terjadi selanjutnya?

“GILA !!” Teriak Oik dan Febby bersamaan.

***

Di kamar, Sivia bingung mau pake baju apa. Tadi, ia ditelpon Alvin. Katanya, Alvin ingin mengajaknya makan malam, dan Sivia nggak bisa menolak ajakan Alvin. Duh, ntar kak Alvin mau apain gue ya? Kok jantung gue dek-dekan gini? Jangan, jangan itu deh.

 Akhirnya, Sivia memilih gaun pesta yang simpel aja. Gaun itu satu-satunya gaun pesta yang ia miliki. Sivia emang nggak pernah ngedate ama cowok. Baru kali ini ia diajak malmingan ama Alvin. Alvin?

“Kamu mau kemana sayang?” Tanya Mama melihat putrinya yang berpaiakan rapi. Bahkan sangat cantik.

“Ng..”

Tit..Tit.. #anggap bunyi klakson mobil#

“Siapa itu? Nah lho, kamu udah punya pacar ya?” Goda Mama.

Pipi Sivia memerah. Nggak mungkin ia jadian ama Alvin. Kalo emang jadian gimana ya? Sebelumnya, Sivia nggak pernah pacaran. Emangnya, gimana sih rasanya pacaran itu? Ada untungnya nggak?

“Malam Vi..” Kata seorang cowok yang tak lain adalah Alvin.

Apa gue salah lihat? Batin Sivia. Alvin.. Manusia atau malaikatkah dia? Malam ini, Alvin berbeda dari biasanya. Mama melongo melihat cowok yang barusan datang itu. Sedikit ia menyenggol bahu Sivia dan berbisik.

“Itu pacar kamu?” Bisik Mama.

“Eh..” Sivia tersadar. Yang ia lihat hanya senyuman Alvin yang sangat manis. Oh, mengapa harus ada senyum itu sih? “Kak.. Kak Alvin..” Kata Sivia.

“Ya? Janji gue ngajak lo malmingan.” Kata Alvin senang.

“Vi..Via kan bukan pacar kak Alvin..”

“Nggak papa. Yuk pergi!” Kata Alvin menarik tangan Sivia. Dan saat itulah ia baru sadar kalo disamping Sivia ada Mama Sivia. Alvin jadi salah tingkah. “Mmm, maaf tan. Alvin boleh ajak Via jalan-jalan kan?” Tanya Alvin.

Mama Sivia tersenyum. “Boleh, asalkan anak tante dikembalikan.”

“Ih Mama..” Kata Sivia sedkit kesal.

Malam itu emang malam yang paling sempurna bagi Alvin. Cinta sejatinya udah ia temukan. Ya, Sivia. Cewek itu telah menyadarkannya dari kesalahan. Dan malam ini juga Alvin bertekad menembak Sivia. Sangat cepat bukan? Begitulah Alvin. Ia tidak suka menunda-nunda.

Mobil honda jazz itu berhenti di sebuah restaurant yang merupakan salah satu restaurant termahal di Kota Bandung ini. Sivia begitu kaget atas pemberhentian mobil yang dinaikinya ini. Bercanda kan Alvin mengajaknya ke restaurant ini?

“Yuk turun.” Kata Alvin seraya membuka pintu mobil sebelah kiri. Sivia berasa seperti Putri Raja. Oh, malam yang paling aneh!

“Kak, kak Alvin bercanda kan ajak Via makan disini?” Tanya Sivia.

“Kalo kakak bercanda, ngapain kakak ajak turun kamu? Nggak papa kok Vi. Kan sekali-kali kita ke restorant ini. Biarpun mahal selangit, kakak nggak bakal bangkrut deh.”

Ternyata, Alvin nggak bercanda! Via... Apa cewek seperti dirimu pantas makan di restoran ini bersama cowok incaran sekolah? Semua ini hanyalah mimpi. Ya, mimpi buruk, bukan mimpi indah. Tapi, kok rasanya nyata gitu ya?

“Kok bengong? Ayo masuk.” Kata Alvin menarik tangan Sivia yang dingin.

Restorant ini emang cocok dikunjungi ama orang kaya. Nggak heran restoran ini sering dijadikan di tempat khusus oleh artis-artis. Sivia duduk di kursi yang letaknya dipinggir jendela, agar keindahan malam bisa ia lihat. Suasana hatinya mulai tenang saat ia melihat jutaan bintang di atas sana. Ya, Sivia menyukai bintang.

Seorang waiters #betul nggak?# mencatat pesanan yang dipesan Alvin dan Sivia. Sivia bingung mau pesan apa. Masalahnya, daftar menu di kertas itu terdiri dari makanan-makanan asing. Dan akhirnya Sivia ikut Alvin aja. Nggak peduli makanannya enak apa enggak.

Setelah waiters itu pergi, Alvin menatap Sivia tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain. Yang ditatap nunduk aja. Gila Vi! Malam ini malam yang paling gila. Kenapa juga sih lo nuruti ajakan Alvin?

“Lo cantik. Bukan wajah lo aja yang cantik. Tapi hati lo juga cantik. Dan semua sifat lo. Itu yang membuat gue merasakan perasaan yang berbeda.” Kata Alvin.

Sivia terdiam mendengar ucapan Alvin barusan. Sebisa mungkin ia mentulikan pendengarannya. Sivia tidak mau perasaan itu semakin lama semakin kuat. Ia emang suka ama Alvin. Tapi Sivia masih ragu. Bagaimana kalo Alvin masih playboy? Apa ia sanggup tidak menangis saat melihat Alvin gandengan ama cewek lain?

Setelah makanan yang mereka pesan ludes, ( Ternyata, makanannya enak juga, walau nama makanan itu aneh ) Alvin memulai pembicaraannya yang sudah tak sabaran ia ungkapkan ke Sivia. Ayolah Vin, jangan ragu, lo pasti bisa!

“Vi..” Kata Alvin pelan.

Sekuat tenaga ia mengangkat kepalanya. Alvin, cowok itu.. Seperti...

“I love you.” Kata Alvin. Ia meraih tangan Sivia lalu menggenggamnya.

“Eng..” Sivia nggak berani berkata apapun.

“Vi, gue benar-benar mencintai lo. Lo harus tau itu.” Kata Alvin.

Tuhan.. Mengapa harus Alvin? Mengapa? Alvin begitu sempurna. Kenapa Alvin menyukainya? Sekarang, apa Alvin akan menembaknya? Oh, no! Jujur, Sivia belum siap. Tapi hatinya mantap menerima Alvin. Bukannya ia juga menyukai Alvin?

“Vi, would you be my girl?” Tanya Alvin.

Seperti ledakan keras yang dapat mengagetkan dunia. Jantung Sivia berdetak lebih cepat dari biasanya. Inilah pertama kali seorang cowok menembaknya. Alvin? Mengapa harus Alvin?

“Jawab Vi, jawablah dengan hatimu.”

Terima, tidak, terima, tidak , terima, tidak.. Oh, apa yang harus gue jawab? Ayo Via, jawab! Jawablah dengan hatimu. Kalo dilihat dari wajah Alvin, cowok itu emang mencintainya dengan sepenuh hati. Bukan untuk mempermainkan perasaannya.

“Vi..”

Oh jawaban, datanglah.. Sivia seperti ngobrol ama makhluk gaib. Kasian tuh Alvin, dia kelamaan nunggu jawabannya. Tuhan.. Apa yang harus aku jawab? Terima atau tidak?

“Via..Via..”

***
Part 12

.

.

.

Ayam jantan berkokok demi membangunkan siapa saja yang sedang tertidur lelap. Tidak dengan hari ini. Kalian tau ini hari apa? Minggu! Hari yang paling ditunggu oleh cewek itu. Bukannya ia ingin bangun kesiangan, tapi ia ingin jalan-jalan sambil memotret pemandangan pagi. Ya, Ify suka hari Minggu!

Kasur yang acak-acakan ia benahi. Jendela yang tertutup ia buka dan goden di jendela itu ia pinggirkan. Benar-benar hari yang sempurna. Pagi ini Ify bertekad mengunjungi perumahan Bintang Jaya yang tak jauh dari rumahnya. Jalan kaki cukup daripada naik motor.

“IFY !!” Teriak Sivia dari luar sana.

Ify yang sudah siap membawa kamera terlonjak kaget. Sivia? Tumben cewek itu meneriakinya. Ada apa ya? Tapi sih kalo di dengar, suara Sivia sedikit seperti habis menangis. Sepertinya Sivia sedang ada masalah serius.

“Ada apa Vi?” Tanya Ify heran.

“Fy.. Gue.. Gue..” Jawab Sivia diputus-putuskan.

“Ada apa sih Vi? Lo kenapa sih?”

“Gue.. Gue udah nyakitin hati kak Alvin.”

Jadi itu masalahnya! Sivia sudah menyakiti Alvin. Tunggu, menyakiti dalam artian apa? Selama ini, Sivia cuek-cuek aja tuh ama Alvin. Jangan-jangan...

“Gue nolak cinta kak Alvin.” Kata Sivia.

“Hah?” Kaget Ify.

Bukan. Ify bukan kaget karena Sivia menolak cinta Alvin. Sivia biasa menolak cowok yang menembaknya. Tapi, ini bukan cowok sembarangan. Alvin nembak Sivia? Sahabat cowok nomor satu itu menembak Sivia yang adalah sahabatnya sendiri? Keajaiban dunia keberapa tuh?

“Fy, apa yang harus gue lakukan?” Tanya Sivia sedih.

Jujur saja, Ify juga tidak tau. Ia nggak pernah ditembak ama cowok dan tentu nggak bisa menghadapi masalah seperti ini. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Alvin nembak Sivia? Dan mengapa Sivia menolak Alvin?

“Kak Alvin suka lo?” Tanya Ify memastikan.

Sivia mengangguk.

“Terus, lo cinta kak Alvin juga?”

Lagi-lagi Sivia mengangguk. Oh, keputusan yang baginya sangat menyakitkan, dan bagi Alvin juga. Kemarin, Sivia mengatakan kalo ia belum siap menjadi pacar Alvin. Entah dorongan mana yang menyuruhnya menolak cinta Alvin.

“Kenapa lo tolak sih Vi?”

Sivia menggeleng. Pasalnya, ia juga nggak tau kenapa menolak cinta Alvin. Sadar Vi, Alvin udah tobat dan berjanji akan terus setia padanya. Bahkan Alvin memberi garansi #kayak barang elektronik aja#, dan garansi itu bukan satu tahun atau dua tahun, melainkan selama-lamanya. Itu mah bukan garansi.

“Gue nggak bisa ngasih lo nasehat ato apa. Maaf Vi, gue mo pergi dulu.” Kata Ify seraya meninggalkan Sivia. Ya, saat ini ia ingin menyendiri.

‘Gue tau, gue emang salah.’ Batin Sivia lalu meninggalkan tempat itu.

***

“Asyik, lo ditolak sama cewek.” Kata Gabriel pada Alvin.

Pagi ini, tepatnya di lapangan basket di dekat rumah Rio. Alvin terdiam mendengar ucapan Gabriel. Benar. Baru kali ini ia ditolak ama cewek dan baru kali ini hatinya terasa perih. Oh, apa gue buruk di mata Via? Apa cowok macam gue nggak pantas jadi pacar Via?

“Kalian berdua nggak main?” Tanya Gabriel pada Rio dan Alvin. Dua cowok itu masing-masing memikirkan masalah sendiri. Sementara Cakka sedang asyik mendribel bola dan menshoot bola.

“Gue males.” Jawab Alvin.

Gabriel menghela nafas panjang. “Lo baru sekali ditolak sama cewek yang lo cintai, dan lo lemesnya bukan main. Gue? Berjuta kali ditolak sama Shilla dan gue fine-fine aja tuh.”

“Artinya, lo nggak mencintai Shilla sepenuh hati.” Kata Rio mulai angkat bicara. Alvin mengangguk setuju dengan ucapan Rio.

“Gitu ya? Gue nggak peduli. Intinya, gue sangat, sangat mencintai Shilla dan harus mendapatkannya. Bantu gue ya Yo? Lo kan cowok yang diincar sama Shilla.” Kata Gabriel memohon pada Rio.

“Belakang-belakangan ini Shilla jarang deketin gue. Udah bosen kali ya.” Kata Rio.

“Ohya? Terus, kejadian waktu itu apa? Hah? Saat lo gendong Shilla ke UKS?”

Kejadian yang paling memalukan dalam hidup Rio. Apa Shilla sedang membuat suatu rencana? Cewek itu jago dalam membuat ide dan rencana. Dan ide rencananya itu selalu saja berhasil, namun tak jarang menimbulkan dampak yang dahsyat.

“Hy all! Gue balik dulu. Gue mo nyari Oik.” Kata Cakka. Ia melempar bola itu ke Rio dan berlalu begitu saja.

“Cakka mo nyari Oik?” Tanya Gabriel heran.

“Whatever. Hidup-hidup dia.” Kata Alvin lalu berdiri. Tempat ini bukan tempat yang cocok untuk tempat menenangkan hatinya. Kini, tinggal Rio dan Gabriel saja.

“Lo nggak pergi?” Tanya Gabriel. Yang ditanya menggeleng.

“Ya udah. Kalo gitu gue pergi aja.” Kata Gabriel meninggalkan Rio.

Sepi. Tempat ini berubah menjadi sepi. Sepert hatinya yang gundah. Semesteran.. Kapan liburan semesteran? Rio tak sabaran menunggu liburan tiba dan langsung terbang ke Singapura. Ia kangen banget ama ceweknya disana. Oh, kapan ceweknya itu kembali ceria lagi seperti dulu? Kapan? Rio tidak sanggup menunggu.

Lama-lama, bosan juga ya. Pagi-pagi Rio udah boring. Sahabat-sahabatnya yang lain lagi diributkan ama cinta. Cinta? Hmmm, sebegitu dahsyatnya ya cinta. Ia saja tidak sanggup menghadapi cinta dan segala tetek bengeknya.

Rio bangkit dari duduknya sambil membawa bola yang tadi dilempar Cakka. Perlahan, Rio mendribel bola dan berjalan mendekati ring. Ia bersiap-siap melakukan gerakan lay-up. Satu.. Dua.. Tiga.. Perfect! Rio melakukannya dengan sempurna #sumpah, gue nggak bisa bayangin#. Lalu Rio melakukan gerakan lain seperti slam dunk dan jump shoot. Ya, Rio udah mahir dengan semua itu.

Karena terlalu serius bermain bersama pikirannya, Rio tak sadar. Ia tidak sadar ada cewek yang sedaritadi memerhatikannya dan memotretnya. Siapa dia?

***

‘Gue nyesel tinggalin Via. Harusnya gue ajak ngobrol Via agar hatinya tenang.’ Batin Ify. Cewek itu berjalan keluar perumahannya dan menuju perumahan Bintang Jaya yang dihuni orang-orang kaya. Sambil membawa kameranya, Ify memotret pemandangan yang ada. Hasilnya nggak bagus-bagus amat sih menurutnya. Ia cuman iseng aja motert pemandangan disekitarnya.

Tak terasa, ia udah berada di perumahan Bintang Jaya. Apa? Kenapa gue bisa ada disini? Kaki..Oh kaki.. Mengapa dirimu tega membawaku menuju tempat ini? Ini kan tempat tinggal Rio. Tapi Ify nggak tau mana rumah Rio. Ya, ia tidak perlu tau dimana rumah Rio. Tugasnya sekarang adalah memotert pemandangan yang bagus dimatanya.

Kedua kakinya berjalan pelan mencari tempat yang enak untuk beristirahat. Dan, di bawah pohon yang rindang itulah yang menjadi tempat istirahatnya. Hanya sepi yang menemaninya. Ify membuka kamera itu dan melihat hasil gambarannya. Hmmm, not bed lah. Gambar yang paling ia sukai adalah pelangi. Oh, pelangi! Mengapa ia bisa mengingat hal itu lagi? Ify tidak bisa menahan air matanya jika teringat pada pelangi.

Hei! Sepertinya Ify tak asing lagi ama cowok di lapangan itu. Kedua matanya memerhatikan cowok yang sedang asyik bermain basket. Siapa ya? Jarak tempat duduknya dengan lapangan itu nggak dekat, karena itulah Ify tidak bisa menyimpulkan siapa cowok itu. Tapi, kok rasanya cowok itu seperti... Rio?

Memang benar! Ia nggak salah lihat. Cowok itu adalah Rio. Diam-diam, Ify bersembunyi di tempat yang aman, yang jaraknya cukup dekat dengan lapangan itu. Hah! Di kameranya belum ada satupun foto Rio. Jadi.. Apa ia bermaksud mengambil foto Rio? Tapi, Ify nggak terlalu jago motret orang. Ditambah lagi yang ingin difotonya nggak mau diam. Pasti deh hasilnya nggak memuaskan. Hei! Mengapa ia ingin sekali mengambil gambar Rio?

Harus! Walau ia rasa hal ini cukup gila, ia harus melakukannya dibawah resiko kalo-kalo sampai ketahuan Rio ia mendapat omelan dari Rio karena motret Rio tanpa pake izin. Dan mulailah aksi Ify. Meski ia sedikit takut dan gemetaran, Ify sukses memotret Rio dan hasilnya memuaskan. Dua puluh foto Rio sudah ada di kameranya. Yes! Ada gunanya juga ya ngambil ekskull photograper.

Ajaibnya lagi, Rio nggak sadar kalo ada cewek yang diam-diam memotretnya. Ify tersenyum kecil seraya meninggalkan tempat itu dan kembali pada tempat semulanya. Yaitu dibawah pohon rindang tadi. Yeah! Pagi ini Ify puas melihat foto-foto Rio yang sangat sulit didapatkan oleh semua cewek.

***

“Ag, Oik mau bilang sesuatu ama kamu.” Kata Oik pelan.

Dua gadis kecil itu sedang duduk santai di sebuah tempat yang luas. Itulah tempat kesayangan mereka ditambah Cakka. Namun, Oik ingin mengakhiri semuanya.

“Ngomong apa Ik?” Tanya Agni.

Sedikit ia ragu untuk mengatakannya. Setelah ia mengatakan segala deritanya, apa Agni mau mengalah? Apa Agni mau memberikan sedikit kebahagiaan untuknya?

“Cakka sayang ya sama kamu?” Tanya Oik.

Agni menoleh ke arah Oik tak paham. “I..Iya sih. Cakka juga sayang kok ama kamu. Dia sahabat Agni yang paling baik dan pengertian.” Kata Agni membayangkan sosok Cakka.

“Tapi Ag, Cakka nggak perhatian ama Oik. Cakka cuman suka merhatiin kamu dan cuekin aku.” Kata Oik sedih.

Memang benar apa yang dikatakan Oik. Cakka lebih suka memerhatikannya dibanding Oik. Pernah dulu saat ada kegiatan belajar bersama. Cakka lebih suka kerja sama ama Agni dan Oik ia cuekkan. Apa karena Agni pintar? Atau apa karena ia cantik? Tidak. Justru Oik lebih sempurna dibanding dirinya.

“Iya.. Emang kenapa Ik?” Tanya Agni.

“Oik.. Oik pengen kayak kamu. Selalu diperhatikan ama Cakka. Hidup kamu enak Ag, punya ortu lengkap, rumah mewah, dan Cakka. Aku? Papa nggak ada, Mama yang entah kemana dan jarang pulang. Oik pengen seperti kamu Ag..”

Segala iri dan ketidaksukaan ia keluarkan. Oik berharap, Agni memahami semua perkataannya. Ia ingin sekali hidup bahagia seperti Agni.

“Mmm, emangnya kamu berharap apa?” Tanya Agni.

Waktu inilah yang paling ditunggu Oik. Walau keinginannya dapat menyakitkan hati Agni maupun Cakka, namun ia harus mengatakannya. Apa ia nggak boleh bahagia seperti Agni?

“Oik pengen Agni jauh dari Cakka. Dan Oik pengen Cakka perhatian ama Oik. Agni mau kan melakukannya?”

Permintaan yang sangat sulit ia terima. Jujur, Agni nggak mau pisah ama Cakka, dan ia nggak mau membiarkan Oik menderita. Ia ingin Oik bahagia. Jadi, apa ia mengangguk saja?

“Baiklah. Agni janji kok nggak akan deketin Cakka lagi. Tapi kamu juga harus janji, jadilah sahabat baik Cakka. Gimana?”

Oik tersenyum senang. Agni sangat baik. Sahabatnya yang satu itu memang simpati ama keadaannya. Oh Ag, aku janji suatu hari nanti akan membalas kebaikanmu. Aku janji.

“Ya udah, kita temui Cakka yuk!” Ajak Agni.

“Yuk!” Jawab Oik semangat sambil menggandeng tangan Agni.

***

Masa lalu itu kembali hadir, membuat pikirannya menjadi kacau. Agni bersembunyi di dalam kamarnya dan diam-diam mendengar percakapan antara Cakka dan Oik. Dan, ada sederet kalimat yang membuat hatinya serasa di hantam oleh benda yang keras.

“Gue cinta Agni. Kenapa lo buat Agni menderita?” Kata Cakka sedikit emosi.

Oik tenang-tenang aja menghadapi segala omelan Cakka. Namun, air mata yang ia bendung sejak tadi rasanya ingin keluar. Oh, gue belum siap mengatakannya. Cakka benar-benar amnesia ama masa lalunya.

“Dulu, Agni udah janji untuk jauhin lo. Dan lo yang harus jadi pacar gue.” Kata Oik menahan air matanya agar tidak keluar.

“Kapan Agni membuat janji gila itu?” Tanya Cakka.

Dulu Kka.. Sepuluh tahun yang lalu, dan lo nggak bisa mengingatnya kembali, batin Agni. Ya, ia sadar kalo Cakka suka padanya. Seperti janji Cakka dulu untuk selalu menjaga dan menemaninya. Tapi, sejak Oik menyuruhnya menjauhi Cakka, ia tak pernah lagi bertemu Cakka. Ia sengaja meninggalkan Jakarta demi kebahagiaan Oik.

“Lo nggak bakal ingat karena ingatan lo payah!” Kata Oik mulai emosi. Ia ingin Cakka meninggalkan tempat ini dan ia bisa secepatnya menangis di dalam kamarnya.

“Ohya? Akan gue usahain agar ingatan gue kembali. Permisi.” Kata Cakka meninggalkan Oik.

Air matanya mulai keluar. Oik menatap Cakka nanar. Oh, andaikan semua itu tidak terjadi. Andaikan ia tak mengenal Cakka ataupun Agni. Dengan langkah yang buru-buru, Oik berlari memasuki kamar. Lalu, ia kunci kamarnya itu. Argh! Ia benar-benar frustasi.

“TUHANN.. APA GUE NGGAK BERHAK MEMILIKI CAKKA???”

Bukan karena Agni atau apa. Ada sebuah alasan yang kuat yang menjadikan ia dan Cakka tidak bisa bersatu. Apa ia harus merelakan semua? Apa ia rela memberikan Agni pada Cakka seperti dulu?

“MAMAAAA... MAMA JAHAT!! MAMA JAHAT!!” Teriak Oik frustasi.

Teriakan itu membuat tenaganya menghilang. Nyawanya saat ini tidak sepenuhnya berkumpul menjadi satu. Oik memejamkan mata. Berusaha mencari jalan yang tepat untuk melewati semuanya. Semua masalahnya, termasuk Ibu kandungnya sendiri yang sangat ia bencikan, tapi dulu...

***

“Huaa.. Kak Rio keren amat!” Teriak Ify tanpa sadar.

 Berkali-kali ia melihat foto yang barusan ia ambil itu. Foto itu sangat berharga baginya, walau cewek seperti dirinya nggak berhak menyimpan foto itu. Kalo saja Shilla tau, pasti nyawanya udah nggak ada.

“Ini.. Kok gue bisa ya motret kayak gini?” Tanya Ify pada dirinya sendiri.

Foto Rio yang sedang bermain basket! Gila! Keren amat Kak Rio! Seandainya ya kalo ia sebarin dua puluh foto itu, bakal riuh deh di seluruh penjuru sekolah. Jarang lho sekaligus susah mencari atau menemukan foto-foto itu.

Lha? Kok gue lebay gini ya? Ify membongkar semua foto yang ada di dalam kamera itu. Senyumnya mengembang saat ia melihat foto Rio tadi, dan ia nggak bisa nggak teriak.

 “AAA... Kak Rio...” Teriak Ify lagi. Teriakannya itu keras sekali. Dijamin, yang baca ini dapat dengar deh, wkwkwk..

“Wau! Seorang photograper sejati.” Kata sebuah suara.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Follow : @uny_fahda19
             @nistevadit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar