expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 04 Oktober 2013

Miracle of Rainbown ( Part 6 )

Part 6

.

.

.

Kelas 2IPA-1 di kunci rapat. Tidak ada yang boleh istirahat sebelum menyelesaikan soal yang diberi Pak Burhan, guru matematika yang terkenal paling killer sedunia. Cuman lima orang yang bebas dari tahanan Pak Burhan, yaitu murid-murid yang jago matematika.

Di bangku, kepala Cakka pusing. Otaknya nggak bisa connect. Yang ia pikirkan adalah cepat-cepat mencari Agni dan menyelesaikan masalahnya itu. Cakka aja lupa tadi sarapan lauknya apa. Sarapan yang gampang aja lupa, apalagi sepuluh soal matematika yang sulitnya minta ampun? Cuman empat aja yang ia yakin jawabannya benar. Itupun kerja sama dengan Alvin.

“Vin, gue pengen keluar.” Kata Cakka frustrasi.

“Keluar aja sana. Ntar Pak Burhan nggak ijinin lo juga.” Kata Alvin. Ia kembali sibuk pada lembar soal yang membuat kepalanya sakit. Ini soal apa sih? Nggak ada kerjaan sekali Pak Burhan itu ngasih soal seaneh ini.

Cakka membalikkan badannya melihat Rio dan Gabriel yang juga sama-sama pusing memikirkan sepuluh soal itu. “Kalian udah bisa jawab yang mana?” Tanya Cakka.

“Baru tiga.” Kata Gabriel dengan suara yang lain. Kayaknya tuh cowok capek juga.

“Lo Yo?” Tanya Cakka pada Rio.

Yang ditanya nggak jawab. Cakka melirik lembaran Rio. Astaga! Lembaran itu bersih tanpa ada coretan sedikitpun. Benar-benar murid yang cerdas. Terus, caranya untuk free gimana?
“Gimana dong Vin?” Tanya Cakka. Ia melihat Pak Burhan yang sedang duduk di kursi guru sambil mengawasi. Kan ini bukan ulangan, kok diawasi sih? Pak Burhan emang nggak punya kerjaan.

“Gimana apanya? Makanya, jadi orang tuh yang pintar. Kan enak jadinya. Emangnya lo mau kemana? Kok penting gitu ya?”

“Penting sekali. Dan ini hampir mau masuk jam setelah keluar main.”

“Lo mau ketemu siapa sih?” Tanya Alvin heran.

Bersamaan dengan keheranan Alvin, Cakka mendapat ide yang briliant. Idenya mudah saja. Izin ke kamar mandi dan tentunya Pak Burhan izinin. Nggak mungkin kan Pak Burhan membiarkan muridnya sakit perut di dalam kelas.

“Lo mau kemana? Kerjaan lo belum selesai.” Kata Alvin setengah berteriak.

Cakka mendekati Pak Burhan. “Maaf Pak, saya udah nggak tahan ni. Saya izin ke kamar mandi dulu ya Pak.” Kata Cakka memasang tampang belas kasihan.

“Hmmm, baiklah. Tapi saya hanya beri izin lima menit. Setelah itu kamu harus kembali ke kelas. Mengerti?”

Yeah! Secepat mungkin Cakka berlari ke kamar mandi, eh salah, ke kantin. Ia yakin Agni pasti berada di kantin. Hmm, tapi Agni mana ya? Cakka melihat-lihat isi kantin. Bukannya Agni yang ia lihat, melainkan cewek yang sekarang ini mengejarnya untuk mendapatkan cintanya.

“Cakka sayang.. Mau cari Oik ya?” Kata Oik semanis mungkin.

“Maaf ya Ik. Cakka lagi ada urusan ma teman Cakka.” Kata Cakka sabar.

“Siapa?” Tanya Oik penasaran.

“Agni.” Jawab Cakka lalu meninggalkan Oik.

Oik menatap punggung Cakka yang semakin menghilang. Hatinya sedikit sakit mendengar Cakka mengucapkan ‘Agni’. Sepertinya, Agni butuh pelajaran.

Itu Agni! Cewek tomboi itu lagi ngobrol ama tiga temannya. Cakka berjalan dengan harapan supaya Agni mau bicara halus ama dia. Bukan bicara kasar dan membentak.

“Gue perlu bicara serius sama elo.” Kata Cakka dengan mimik muka yang serius.

Keempat cewek itu mendadak kaget melihat kedatangan salah satu anggota CRAG, bukan, ketua CRAG. Agni yang paling kaget. Cowok itu lagi..

“Mau apa lo kesini?” Bentak Agni.

Ify dan Sivia heran melihat Agni. Kakak kelas yang menurut mereka berwatak ramah, baik, dan murah senyum berubah menjadi kasar karena kedatangan Cakka. Apa Agni punya masalah ama Cakka?

“Gue bicaranya baik-baik. Kenapa lo balas kasar sih?” Tanya Cakka.

“Terserah gue. Suka-suka gue!” Ketus Agni.

“Ayolah Ag, jawab pertanyaan gue. Kenapa lo tiba-tiba benci gue gitu? Kalo gue punya salah ma lo, maafin gue ya.” Kata Cakka lembut.

Sekarang, yang Agni rasakan hanya perasaan yang sulit dijelaskan. Hidupnya ini memang tidak pernah bahagia. Selalu menderita. Dimulai dari kepergian kedua orangtua dan numpang tinggal bersama tante Seni.

“Permisi..” Kata Agni meninggalkan Cakka. Cakka ingin mengejar Agni, tapi dihadang ama Zevana.

“Tolong, jangan ganggu dia.” Kata Zevana sedikit sedih.

“Emangnya Agni kenapa?”

“Dia bukan seperti yang lo pikirkan.”

Selama-lamanya mungkin ia tidak akan pernah bisa berbicara ama Agni dan mengetahui jawaban mengapa Agni selalu membentakinya. Cakka pergi dengan perasaan yang gantung. Entah hatinya ingin sekali bisa membuat Agni tersenyum. Sekali saja. Cakka ingin melihat Agni tersenyum manis.

“Kak Agni kenapa? Kok dia marah-marahan ama kak Cakka?” Tanya Sivia.

Zevana terdiam.

“Ya udah. Itu bukan urusan Via, maafin Via deh kak..”

“Nggak papa kok. Emang Via nggak berhak tau masalah Agni. Tapi lambat laun Via pasti tau.”

Bel masuk berbunyi. Murid-murid yang berada di kantin, perpustakaan, lapangan atau dimana saja berlari menuju kelas masing-masing. Demi melanjutkan ilmu yang dipotong ama bel keluar main tadi.

***

“Jadi lo udah berani dekat ama dia?” Kata suara cewek.

“Nggak.” Jawab Agni ketus.

“Sialan lo!”

Cewek itu hampir aja menjambak-jambak rambut Agni kalo saja bel masuk nggak berbunyi dan kalo saja Shilla dan Febby nggak menahannya.

“Udahlah Ik, kita balik aja.” Kata Febby.

“Tapi gue nggak suka tau. Coba, tadi Cakka pengen nyari Agni. Gue tau, pasti mereka punya hubungan khusus.” Kata Oik.

Agni menatap Oik tajam. “Denger ya, gue ama Cakka nggak punya hubungan apapun. Dan gue janji, selama-lamanya gue nggak akan pernah suka ama cowok yang bernama Cakka!” Bentak Agni.

Oik tersenyum sinis. “Gue pegang janji lo. Ayo cabut!” Kata Oik merangkul dua sahabatnya itu.

Dalam hati, ingin saja ia menangis. Tapi ia harus kuat. Janji itu tidak boleh ia ingkari. Janji yang sudah lama ia keluarkan. Aku harus kuat! Tekad Agni.

***

Pulang sekolah, seluruh badan Cakka lemesnya minta ampun. Cakka duduk termenung di pinggiran sekolah. Saat ini, ia butuh ketenangan dan mencoba membetulkan pikirannya yang salah. Apa.. Apa gue suka sama Agni? Tidak! Rasa itu tidak boleh ada. Aneh bukan kalo ia suka ama Agni padahal ia baru kenal Agni.


Bentakan dan galaknya Agni membuatnya sedang mengalami sebuah tantangan besar. Agni harus menjelaskan semuanya. Ia harus tau mengapa Agni selalu membentaknya.

“Nggak pulang lo?” Tanya Gabriel.

“Malas.” Jawab Cakka cuek.

“Lo sama seperti Rio. Ada apa?”

“Agni.”

Ini baru cowok yang terbuka, nggak kayak Rio yang sifatnya tertutup. Mudah saja Cakka menceritakan masalah yang dialaminya.

“Kenapa Agni?” Tanya Gabriel.

“Yel..” Cakka menghadap Gabriel. “Agni cewek aneh deh. Gue nanya baik-baik, eh malah dianya yang kasar.” Lanjut Cakka.

“Terus? Itu kan bukan urusan lo.”

“Ya sih, tapi gue penasaran kan dengan sifat dia yang begitu.”

Gabriel menatap sahabatnya itu dengan penuh arti. “Artinya, lo tertarik sama Agni. Dan makin lama, lo suka sama Agni.”

Benar Yel, benar. Gue ngerasa gue emang benar-benar suka ama Agni. Tapi, gimana caranya naklukin cewek kasar itu?

“Jangan khawatir. Gue bisa kok bantu lo untuk memecahkan masalah ini. Kita kan sahabat. Nggak kayak Rio yang sekenanya sendiri rasain masalahnya tanpa berbagi ke kita.”

Ya, sahabat adalah orang yang tepat untuk berbagi cerita. Beruntung Cakka memiliki sahabat seperti Gabriel, Rio dan Alvin. Walau kadang-kadang bikin kesel juga.

***

Halaman sekolah mulai sepi. Cuman ada beberapa anak yang lagi nunggu jemputan. Sivia menjadi takut. Jam segini kok belum ada yang jemput ya? Tadi sih ia ditawarin ama Ify untuk pulang bareng. Tapi Sivia nolak ajakan Ify. Jadinya, ia rugi sendiri.

Kesialannya bertambah ketika HP yang ia bawa nggak berguna di saat waktu yang penting. HPnya kehabisan baterai. Pasti kerjaan Ify yang tadi asyik mainin HPnya pake internetan. Kak Dayat juga udah pulang ama pacarnya. Duh.. Kakak macam apa sih dia? Duluin pacar daripada adeknya yang manis ini. Kata kak Dayat, ia disuruh jadian ama cowok biar pulangnya gampang.

Pacaran? Oh, no! Idenya untuk naklukin cowok playboy aja hancur, dan ia nggak mau lagi laksanain ide konyol itu. Bukan Alvin yang kena, tapi dirinya sendiri. Ngaca dong Vi! Alvin itu bukan cowok sembarangan. Dia itu most wanted boy, nyadar dong!

Bosan juga ya nunggu di tempat sepi ini. Sivia memutuskan masuk ke dalam sekolah. Dapat ditebak, seisi sekolah sepi. Tapi ia heran, diparkiran tadi ada motor kok. Siapa ya pemilik motor itu? Pak Joe? Nggak mungkinlah. Motor sekeren yang cocok dipake ama anak muda dipake ama Pak Joe yang udah nggak muda lagi. Terus, siapa? Jangan-jangan, itu motor jadi-jadian lagi. Motornya jin. Hiii, serem ah!

Kelas juga sepi. Dari lantai atas hingga lantai bawah. Sivia lantas pergi ke belakang sekolah tuk sekedar melihat-lihat pemandangan yang ada disana. Siapa tau kan ada cowok cakep? Hehehe... Ada satu pemandangan yang lain daripada yang lain. Lab biologi! Kok pintunya kebuka ya? Apa Pak Zayn belum pulang dan masih berada di lab serta motor keren itu milik Pa Zayn? Jangan ngaco deh. Pak Zayn ama keluarganya lagi pulang kampung demi bertemu personil lain one direction. Ah Vi, itu kan bukan Zayn ID. Dasar lo! Pikirannya kemana-mana.

Tiba-tiba, suara berisik terdengar dari dalam lab itu. Bulu kuduk Sivia merinding. Lab itu ada hantunya! Kakak kelas dulu pernah cerita di lab itu ada penampakan jin. Tapi, Sivia penasaran juga. Rasa penasarannya itu mengalahkan rasa takutnya. Dengan berbekal rasa penasaran, Sivia berjalan pelan memasuki lab.

Yes! Sivia udah ada di dalam lab. Tapi, kok sepi juga ya? Kemana suara berisik tadi?

BRUAKK !!!!

“MAMAAAAA !!!” Teriak Sivia takut.

Dasar pintu sialan! Bikin kaget aja. Pintu yang terbuka itu menjadi tertutup rapat. Aneh ya, kan nggak ada angin, kok bisa ketutup gitu ya? Sivia berusaha membuka pintu itu. Oh tidak! Pintunya rusak dan ia terjebak di dalam lab yang mengerikan ini. Salahnya sendiri kan masuk ke dalam lab yang menakutkan ini.

Suara itu lagi! Ada suara berisik di sekitar sini. Hantu? Setan? Jin? Pocong? Iblis? Drakula? Kuntilanak? Mak lampir? Pikirannya dipenuhi makhluk-makhluk gaib yang sering ia tonton di televisi. Dimana? Di trans TV itu kan? Mama... Tolongin Via dong...

“Ngapain lo disini?” Kata sebuah suara. Si pemilik suara datang mendekati cewek yang sedang menangis ketakutan.

“AAAA... SETAAAANNN !!!” Teriak Sivia lalu pingsan begitu saja.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , follback just mention (:


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar