Part 9
.
.
.
BRUAK !!!!!
Seorang
cowok menendang pintu itu sampai pintu itu sedikit hancur. Tentu orang
yang berada di dalam ruangan itu kaget bukan main. Masalahnya, cowok
yang nendang pintu itu bukan orang biasa. Dia salah satu most wanted boy
disini. Wajah cowok itu jika diamati sangat menyeramkan. Seperti
harimau yang ingin mencari mangsa.
“Ngapain lo siksa cewek tak berdosa itu?” Bentak si cowok.
Semua
begitu takut melihat cowok itu. Ingin saja mereka melarikan diri tapi
nggak berani. Shilla saja ketakutan setengah mati. Kecuali Sivia. Cewek
itu tersenyum melihat pujaannya datang menyelamatkannya dan Ify. Hei!
Apa ia benar-benar menyukai cowok itu?
“Lepaskan cewek itu ato kalian gue laporin ke Bu Ivon!” Bentak cowok itu lagi.
“Eng..
I..Iya Vin, maaf.” Kata Shilla takut. Ia emang cewek yang paling
berkuasa di sekolah ini, tapi jika berhadapan ama salah satu anggota
CRAG, jangan harap deh hidupnya aman. CRAG baginya sebuah geng cowok
yang sangat ia takutkan. Nggak tau kenapa.
Ify dan Sivia
bebas dan langsung berterimakasih pada cowok yang telah menyelamatkan
mereka. Alvin. Cowok cakep itu tersenyum melihat kedua cewek yang
berterimakasih padanya. Hah! Betapa bergunanya ia, Alvin baru sadar.
Menolong orang yang sedang membutuhkan bantuan adalah kegiatan yang
mulia dan juga dapat membahagiakan diri sendiri. Selama ini, ia tak
pernah menolong siapapun.
“Ada masalah apa lo sama cewek ini?” Tanya Alvin melunak.
“Emm, umm, nggak ada kok Vin.” Jawab Shilla.
Alvin
menatap tajam ke arah Shilla. “Gue tau hal yang membuat lo benci sama
cewek ini. Ingat Shill, Rio nggak akan pernah suka sama cewek macam lo.
Sombong, manja, egois, sok berkuasa. Lebih baik Rio pacaran sama cewek
ini daripada lo!”
Kurang ajar! Alvin menghacurkan
segalanya. Shilla takut. Apa bidadari itu adalah Ify? Mungkin saja
benar. Mengapa tadi Rio menatap Ify dengan tatapan lain? Tatapan yang
mempunyai arti tersendiri bagi Rio. Tapi, nggak mungkin juga kan
bidadari Rio itu adalah cewek seperti Ify. Nggak mungkin!
“Maaf Vin. Kita boleh pergi kan?” Kata Shilla.
Sementara
Shilla berbicara ama Alvin, Febby menatap cewek berkacamata itu.
Sepertinya cewek itu naksir ama Alvin dan sebaliknya. Coba lihat!
Mengapa Alvin merangkul cewek itu? Bukannya ia cemburu atau apa.
Masalahnya, nggak mungkin kan cowok secakep Alvin menyukai cewek seperti
Sivia? Ini harus diselesaikan sebelum waktunya terlambat.
“Lo
boleh pergi asalkan lo janji nggak akan gangguin cewek ini. Biarkan
cewek ini menyukai Rio, ataupun cewek ini jadian sama Rio, lo nggak
boleh marah. Lo nggak punya hak ngelarang Rio menyukai siapapun.”
Janji?
Dia bilang janji? Oke. Ia berjanji untuk nggak lagi ngejar-ngejar Rio
dan gangguin cewek itu. Padahal, Shilla ingin sekali membuat cewek itu
menderita. Haha.. Janji palsu kan mudah juga dibuat. Gampang juga kan
diam-diam nyiksa cewek itu tanpa sepengeahuan Alvin dan lainnya? Hanya
saja ia membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.
“Oke. Gue janji.” Kata Shilla mantap.
“Baiklah. Gue pegang janji lo. Sana pergi!” Kata Alvin.
Keempat
cewek itupun pergi meninggalkan tempat itu. Ify maupun Sivia
berkali-kali mengucapkan kalimat syukur. Alvin, pahlawan itu datang pada
saat waktu yang tepat. Dan, kekaguman Sivia pada Alvin semakin
bertambah. Oh, Alvin... Apa gue salah mencintai lo? Apa gue salah sekali
saja bisa menjadi bagian dari hidup lo?
“Sorry Vi, gue rangkul lo. Hehe..” Cengir Alvin. Ia melepaskan rangkulan itu.
Pipi Sivia merona merah. Wah, Ify dikacangin nih! Ify berdehem dan membuat Alvin dan Sivia salah tingkah.
“Lo suka sama Rio?” Tanya Alvin pada Ify.
“Ng..”
“Suka, suka!” Lha, kok Sivia yang jawab? Giliran pipi Ify yang merona merah.
“Gue
doain lo bisa jadi pacar Rio. Sementara ini, gue nggak bisa menebak apa
isi hati Rio. Gue juga nggak tau masalah apa yang dialami Rio.” Jelas
Alvin.
Memang. Keajaiban itu tiba-tiba datang. Pelangi?
Apa keajaiban itu datang dari pelangi? Tadi, ia berbicara ama Rio,
sekarang, sahabat dekat Rio mendoakannya agar bisa jadian ama Rio? Oh...
“Emang kak Rio kenapa?” Tanya Sivia.
Alvin
mengela nafas. “Dia berubah. Rio yang dulu ramah kadang-kadang suka
menyendiri dan sedikit cuek. Dan sampai sekarang ia belum menceritakan
masalahnya itu.”
Tuh kan, Alvin saja tidak tau apa yang menyebabkan Rio berubah. Apalagi dirinya yang nggak akrab ama Rio?
***
Hari
ini, Shilla sebal setengah mati. Bayangkan, rencanya untuk menghabisi
adek kelas itu hancur karena Alvin. Siapa juga sih adek kelas itu? Tadi,
Shilla nggak sengaja mendengar dentingan piano di ruang musik.
Tertarik, Shilla menuju ruang musik itu. Dan, ada sebuah suara yang
tidak asing lagi banginya. Suara cowok!
Apa hari ini
jadwal Rio latihan nyanyi? Nggak mungkin. Emang mau ada lomba apa?
Shilla mengintip ke dalam ruangan itu. Disana terlihat jelas! Seorang
cewek yang sedang menekan-nekan tuts piano dengan sepuluh jarinya dan
seorang cowok yang sedang bernyanyi.
Bukannya itu cewek
yang ikut photograper itu? Kok jago banget sih main piano? Setelah lagu
itu selesai, Rio ngobrol ama cewek itu. Betapa cemburunya Shilla melihat
wajah ramah Rio melihat cewek itu. Ya! Cewek itu harus diberi
pelajaran. Cewek itu bukan tipe Rio, dan tidak pantas menjadi cewek Rio.
Apa.. Apa cewek itu bidadari Rio? Shilla nggak yakin.
“Kak..” Kata Dea menyadarkan Shilla.
“Eh De, ajarin gue maen piano dong!” Pinta Shilla.
Dea
menatap Shilla heran. Nggak salah dengar kan? Dea emang pinter main
piano dan dulu pernah mendapatkan juara tiga. “Nggak salah denger kan
gue?” Kata Dea.
“Enggak Dea...” Kata Shilla gemes.
“Kenapa lo mau bisa main piano?”
“Ada deh pokoknya. Yang penting, ajarin gue ya...”
Tentu
Dea menolak mentah-mentah. Dulu, ia pernah mengajari kakaknya main
piano dan hasilnya? Sama sekali tidak membuahkan apapun. Piano bukan
bakat Shilla. Shilla itu cocoknya ngedance. Dia kan ikut cheers juga?
“Nggak. Males. Banyak hal yang lebih berguna gue lakukan daripada terus ajarin lo piano sampe gue mati.”
“Ya.. Pelit amat lo.” Kata Shilla kesal.
“Gimana? Lo udah dapetin Rio?” Tanya Dea mengubah topik.
Tiba-tiba
sebuah ide muncul dibenaknya. Wajahnya yang tadi muram dan kesal
berubah menjadi terang dan bercahaya. Ya! Nggak usah susah-susah belajar
main piano kalo ada ide yang lebih mudah dilakukan? Ngapain juga kan
belajar piano yang bukan bakatnya itu? Shilla.. Shilla.. Mungkin tadi
pikiran lo belum sepenuhnya connect.
“Kenapa wajah lo berubah gitu?” Tanya Dea.
Shilla
tersenyum penuh misterius. Begitulah sifat kakaknya yang sering
membuatnya penasaran. Dea hanya bisa menahan diri agar rasa penasarannya
tidak muncul. Ingat De, cuek! Kan hidup-hidup Shilla juga.
“Gimana hubungan lo ama Rio?” Tanya Dea.
“Udah
deh. Jangan tanya Rio melulu. Bosen gue.” Kata Shilla cuek seraya
memasang earphone. Dunianya sekarang adalah musik. Jadi, omelan Dea atau
suara lain tak bisa ia dengar.
***
Malam itu...
Di
malam yang sunyi, ia menatap berjuta bintang di atas langit sana. Malam
ini langit tampak terang. Bulan sabit membentuk lengkungan yang indah.
Seperti membentuk sebuah senyuman terindah. Pertemuannya tadi dengan Rio
membuat jantungnya sampai sekarang masih berdebar-debar tak karuan.
Kak
Rio.. Sebegitu istimewanya kakak.. Kakak adalah cowok yang sangat Ify
kagumi sekaligus Ify sukai. Tapi apakah Ify bisa mendapatkan kakak?
Jawabannya
adalah tidak. Ify ingat betul saat tadi disiksa ama Shilla karena sudah
ngobrol ama Rio di ruang musik. Parahnya, mungkin Shilla melihatnya
duet ama Rio. Rio yang nyanyi dan ia yang main piano. Memalukan bukan?
Tapi semua itu sudah terjadi. Makanya, Ify harus berhati-hati agar
kejadian itu tak akan terulang lagi. Meskipun ia ingin sekali ngobrol
lagi ama Rio.
Oh.. Mengapa hidupnya menjadi seperti ini?
Mengapa ia bisa menyukai seorang cowok yang melebihi sempurna? Mengapa
ia bisa jatuh cinta pada Rio? Apa karena Rio tampan? Atau karena sikap
Rio yang ramah? Semuanya mungkin yang menjadikan alasannya untuk
mencintai Rio.
Baiklah. Boleh saja ia mencintai Rio walau
Shilla melarangnya. Benar juga kata Sivia dan Alvin. Shilla nggak punya
hak melarang siapapun untuk mencintai Rio. Siapapun boleh menyukai Rio.
Walau seorang cewek sederhana seperti dirinya menyukai Rio, tentu tak
ada yang melarang. Ayolah Fy! Semangat! Rio emang bukan untukmu, tapi
kamu harus yakin.
Suatu hari nanti ada keajaiban yang bisa
menyatukannya dengan Rio. Ya, warna indah pelangi itu selalu
mendukungnya. Dan sahabatnya yang disana juga selalu mendukungnya. Ayo!
Jangan menyerah. Never give up!
***
Pagi hari....
Tepatnya di kelas 2IPS-1, Shilla menghampiri sahabat-sahabatnya itu. Ide yang semalaman ia pikirkan udah mantap ia laksanakan.
“Lo kenapa? Habis ditembak Rio?” Tanya Febby.
“Nggak.” Jawab Shilla.
“Udahlah
Shill, lo jangan ngejer Rio lagi. Apa lo nggak bosen ngejer tuh cowok?
Tampangnya aja yang manis, tapi dia nggak mau nyeritain masalahnya ke
orang. Apa jangan-jangan dia terkena sebuah penyakit, terus dia nggak
mau pacaran ama cewek?”
Ngaco benar Febby itu! Rio kan
udah punya cewek yang katanya bidadari penasaran itu. Nggak tau tapi apa
status cowok itu. Apakah jomblo atau apa. Intinya, Rio masih normal
lah. Dia tertarik kok ama lawan jenis.
“Dia sehat kok, ngaco lo!”
“Ya ya.. Tapi, lo nggak bosen apa ngejer-ngejer tuh cowok?”
Shilla
tersenyum misterius. Lalu, ia membisikkan sesuatu di telinga Febby.
Mendengar bisikan Shilla, Febby tertawa kecil. Shilla.. Shilla.. Aneh
banget lo. Tapi gue suka kok ide lo yang artinya lo udah bosen ama tuh
cowok.
“Gue setuju. Tapi apa ide ini berhasil?” Tanya Febby.
“Harus berhasil.” Jawab Shilla yakin.
Suara
sepatu Pak Deni mengubah seisi kelas menjadi sunyi. Semua murid-murid
kembali ke asalnya dan siap menerima pelajaran hari ini. Walau sedikit
malas karena biasanya Pak Deni sering ngasih soal-soal yang mengerikan.
Yang dapat membuat otak kita pusing tujuh pulau.
***
KRINGG !!!!!
Inilah
waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh semua murid. Jam istirahat.
Biasanya mereka nyerbu kantin demi merasakan kelezatan nasi goreng,
soto, bakso, dan lain-lain ( Huh, jadi lapar ). Shilla cs berjalan
menuju tempat biasa di jam seperti ini. Markas mereka. Tapi kali ini,
Shilla meminta izin nggak datang ke markas. Dia malas aja katanya.
“Ya udah, emangnya lo mau kemana?” Tanya Oik.
“Gue mau menyendiri.” Jawab Shilla.
“Ciee.. Move on nih yee..” Goda Febby yang membuat wajah Shilla merah padam.
“Hah? Lo berhenti ngejer-ngejer Rio lagi?” Tanya Pricilla heran.
“Gue
pergi dulu yaa..” Kata Shilla seraya meninggalkan ketiga sahabatnya
itu. Pricilla dan Oik menatap Febby dengan penuh tanda tanya. Yang
ditatap cuman angkat bahu.
Shilla berjalan menelusuri
belakang sekolah. Sempat ia menengok markas CRAG. Hmmm, sedang apa ya
mereka? Dan Alvin.. Dasar cowok itu! Tiba-tiba, dari arah yang
berlawanan, seorang cowok berlari kencang dan tanpa sengaja menabrak
Shilla. Tentu Shilla yang tadinya berdiri sekarang jadi jatuh ke tanah
plus badan yang kesakitan.
“Lo..” Kata cowok itu menunjuk Shilla.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
@uny_fahda19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar