expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 24 Oktober 2013

Miracle of Rainbown ( Part 13 )

Sebelumnya, happy birthday buat pangeran kita "Riostevadit" dan aniv RFM ,,
Rasanya hari ini gak ingin cepat" berlalu, hihihi...

Part 13

.

.

.

Teriakan itu telah menyadarkannya dari pikirannya. Awalnya, Rio nggak mempedulikan teriakan itu dan terus saja melanjutkan permainannya. Tapi, sepertinya orang yang berteriak itu menyebut namanya deh.

“Huaa.. Kak Rio keren amat!”

Suara cewek! Rio yakin, cewek itu salah satu dari sekian ribu cewek yang ngefans padanya. Buktinya, teriakan cewek itu lebay amat. Akhirnya, Rio memberhentikan permainan basketnya didukung rasa capeknya, dan Rio berniat mencari suara cewek itu. Siapapun cewek itu, Rio nggak bakal marah atau apa. Rio ntu sayang banget ama fansnya ( Yaiyalah, siapa itu? Rise ya? ) #purapuranggaktau#

Rio berjalan menuju sebuah tempat yang rindang, tepatnya di bawah pohon. Di bawah pohon itu ada seorang cewek yang sedang mengutak-atik kamera. Diam-diam Rio mendekati cewek itu sambil berusaha melihat foto yang ada di kamera itu. Untunglah si pemilik kamera tidak menyadari ada cowok yang memerhatikannya.

Foto? Bukannya itu cewek yang pernah ia temui di ruang musik? Ya! Rio ragu berada di tempat ini. Dan cewek itu, ia tidak tau rasa yang ia rasakan sekarang. Pastinya, cewek itu jago dalam bidang pemotoan. Coba lihat hasil dari pengambilan foto itu. Perfect! Rio ingin terus tersenyum saja melihat foto-foto yang adalah foto dirinya sendiri.

“Wau! Seorang photograper sejati.”

Entah darimana ia mendapatkan dorongan untuk memuji cewek itu. Tentu si cewek mendadak kaget. Cewek itu membalikkan badan. Kekagetannya semakin menjadi-jadi ketika tau siapa cowok yang ada dibelakangnya. OMG! Kak Rio! Mati gue. Kamera yang ia pegang langsung dibuang. Rio menatap cewek itu aneh. Kamera sebagus itu kok dibuang sih?

Sementara cewek yang bernama Ify itu grogi setengah mati. Sial, ia tertangkap basah. Ify rela dibentak atau dimarahi Rio. Semua itu pantas ia dapatkan. Dan kamera itu, semoga saja rusak agar kesalahannya tidak bertambah banyak. Namun, apa yang terjadi selanjutnya?

“Ini kamera lo. Kenapa lo lempar?” Tanya Rio sembari memberikan kamera itu pada pemiliknya. Ya, Ify. Tentu wajah Ify melongo. Kak Rio nggak marah? Gosip dari anak-anak lain sih mengatakan kalo Rio nggak pernah marah. Senyum ramah selalu menghiasi wajahnya, membuat siapa saja tertarik padanya. Termasuk dirinya sendiri.

Tangannya gemetaran mengambil kamera itu. Sudah dipastikan. Keringat dingin, jantung berpacu cepat, dan rasa malu yang luar biasa. Tuhan... Mengapa disini ada Kak Rio?

“Jangan gugup gitu dong.” Kata Rio lalu memilih duduk disamping Ify.

Kyaaa!! Kak Rio duduk disamping gue? Mimpikah ini? Ingin saja Ify loncat-loncat girang. Tapi, ia tau diri. Cewek seperti dirinya nggak pantas mengidolakan Rio. Walau kata Sivia dan Alvin semua orang boleh menyukai Rio. Kucing pun boleh-boleh saja ngefans ama Rio.

“Gue lupa, nama lo siapa? I siapa? Huruf depan lo I kan?” Tanya Rio. Cowok itu menatap Ify yang sedang menunduk. Kalo diperhatikan baik-baik, cewek itu seperti...

Tidak. Pikirannya kacau ketika melihat cewek disampingnya itu. Rio merasakan cewek itu memiliki ikatan batin yang kuat dengan pacarnya yang ada di Singapura. Oh, apa cewek itu menyukai pelangi juga?

“Siapa nama lo?” Tanya Rio. Tuh cewek nggak mau noleh-noleh juga. Kerjaannya daritadi nunduk aja sambil meremas jari-jarinya.

Karena nggak mau noleh-noleh juga, tangannya memegang dagu cewek itu, lalu ia gerakkan tepat di depan matanya. Wajah cewek itu sedikit takut. Rio.. Apa diri lo seperti orang jahat yang ingin menghancurka cewek itu?

“Ka..Kak Ri..Rio..” Kata cewek itu. Cukup lama mereka saling pandang memandang. Ify dapat menyimpulkan. Rio pasti dapat mendengar detakan jantungnya yang nakal. Hei! Kalo boleh nanya, kenapa sih kalo kita liat cowok yang sangaaaaaat kita sukai, jantung kita berdegup kencang? Ada yang tau nggak? Komen yaaaa...

“Nama kamu siapa?” Tanya Rio lembut dan masih menatap cewek itu.

“I..Ify.” Jawab Ify.

“Siapa?” Tanya Rio. Suara Ify yang lirih nggak dapat ia dengar. Padahal tadi teriakan Ify keras banget tuh.

“Ify. Ify Alyssa.” Kata Ify. Kak Rio.. Lepasin apa tangan itu dari dagu ku.. Benar. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Masih pagi udah mandi keringat. Ckckckc...

Rio tersenyum, lalu melepas tangannya dari dagu itu. Cepat-cepat Ify kembali menunduk lagi. “Sorry ya karna udah lupain nama lo.” Kata Rio. Pandangannya ia alihkan ke arah langit yang cerah, dan tanpa pelangi. Gila apa kalo ada pelangi di pagi ini. Hujannya aja nggak ada, gimana mau munculin pelangi?

Kak Rio minta maaf ama aku? Seharusnya, ia sendiri yang minta maaf ke Rio, bukan Rio yang minta maaf ke dia. Satu lagi. Ngapain juga Rio ingat namanya? Nggak masuk akal banget cowok macam Rio mengingat namanya.

“Hasil foto kamu bagus. Rio suka. Kamu emang cewek sempurna. Udah jago main piano ditambah jago motret. Rio bisa nebak kalo kamu pasti udah punya pacar, ya kan?” Kata Rio.

Coba ulangi perkataan Rio tadi karena pendengarannya sulit menerima dan mencerna informasi itu. Karena nggak ada yang memberitahu, Ify tak menjawab. Ia kembali meremas-remas tangannya dan berusaha menganggap cowok disampingnya adala maya, bukan nyata.

“Sulit banget bicara sama kamu. Santai aja Fy, jangan gugup gitu. Apa Rio kurang ramah sama kamu? Kalo memang Rio kurang ramah, gimana caranya agar Rio bisa ramah ke kamu?” Kata Rio.

Jangan banyak mikir deh. Lebih baik meminta maaf ke Rio karena telah memotret Rio diam-diam tanpa seizin Rio lalu pergi. Mudah bukan?

“Ngg.. Maafin Ify ya kak karena Ify sudah motret kakak tanpa seizin kakak. Terserah deh kalo kakak marah atau pengin bentakin Ify. Ify mau kok.” Kata Ify.

Rio mengangkat alisnya sebelah kiri. Cewek ini.. Lucu juga. “Nggak papa kok Fy. Rio nggak marah kok. Sebaliknya Rio beruntung banget ketemu sama cewek kayak kamu.”

Beruntung? Rio beruntung bertemu cewek macam dia? Apa cowok disampingnya itu bukan Rio? Siapa kek gitu yang lain.

“Kamu kelas sepuluhkan? Sepuluh berapa?” Tanya Rio mengalihkan pembicaraan.

“Mmm, ID.”

“ID? Kamu kenal sama Via? Cewek yang pake kacamata itu? Eh, bukannya kamu yang anterin buku itu? Via kan cewek yang cool itu?”

Ify mulai bisa mengendalikan detakan jantungnya. Keringat dingin tadi juga udah mulai hilang. Ify harus bisa santai berhadapan ama Rio.

“Iya. Sivia namanya, adeknya Kak Dayat.” Jawab Ify.

“Ooo, kalo boleh tau, dia kok nolak ya cinta Alvin?”

Kembali Ify teringat saat tadi bertemu ama Sivia. Wajah Sivia kelihatan sedih. Sivia ada dimana sekarang? Berdosa sekali ia tidak mempedulikan Sivia tadi.

“Ify nggak tau kak.”

“Oh, Sivia itu sahabat kamu ya?”

Ify mengangguk. Sahabat? Ify teringat sahabat lamanya yang telah lama meninggalkannya. Oh, kapan kamu balik ke Indonesia? Aku udah kangen tau ama kamu.

“Kok jadi sedih gitu?” Tanya Rio.

“Ngg.. Sedikit teringat sahabat Ify yang tinggal di Singapura.” Jawab Ify. Oh no! Kenapa ia bisa keceplosan bicara tentang sahabatnya itu?

Singapura? Jadi Ify memiliki sahabat yang tinggal di Singapura? Kebetulan juga pacarnya ada di Singapura.

“Dia orang Indoneia kan?” Tanya Rio.

Ify mengangguk. “Sampai sekarang ini Ify belum tau bagaimana kabar teman Ify itu.” Kata Ify sedih. Rio ikut prihatin.

“Oh, siapa nama sahabat kamu itu?”

Belum sempat Ify menjawab, HP Rio berbunyi. Wajahnya pun berubah menjadi cemas. Sepertinya telpon tadi memberikan efek yang dahsyat.

“Maaf Fy, Rio harus pergi.” Kata Rio sedih lalu meninggalkan Ify.

Kalo boleh jujur, Ify ingin tau apa masalah Rio. Tapi, ia juga tidak berhak mengetahui kehidupan Rio. Terpenting, pagi ini adalah sebuah keajaiban. Ify teringat dengan perkataan sahabatnya.

“Seandainya kamu naksir ama cowok, tapi kamu merasa dirimu nggak pantas ama cowok itu, buanglah segala rasa ketidak percayaan dirimu itu. Aku yakin, suatu hari nanti cowok itu bakal ngajak kamu ngobrol bareng. Intinya, jangan mudah menyerah untuk mendapatkan apapun yang kita inginkan, asalkan itu baik.”

***

“ACHAAA !!!” Teriak seorang wanita paruh baya.

Wanita itu hampir saja pingsan melihat putri sematawayangnya tak sadarkan diri di atas lantai yang dingin. Darah segar keluar dari hidung putrinya itu. Beberapa menit kemudian, suami wanita itu datang dan langsung membawa putrinya ke rumah sakit.

“Pa, apa anak kita kali ini bisa diselamatkan?” Tanya Asri, wanita tadi.

“Berdoalah. Semoga Tuhan dapat menyembuhkan kanker itu, walau mustahil untuk dilakukan.” Jawab Iqbal, suami Asri.

Larissa Safanah Arif, nama putri mereka yang kini sedang di rawat di Mount Elizabeth Hospital, salah satu rumah sakit ternama di Singapura. Banyak pasien asal Indonesia yang menjalani pengobatan di rumah sakit ini, umumnya mereka yang sudah berumur dan memiliki penyakit yang cukup serius, sehingga dokter-dokter di Indonesia menyarankan mereka berobat di rumah sakit ini. ( Nyontek dikit di novel ‘Cinta di Atas Awan’ )

“Kita harus beri tau..” Perkataan Asri dipotong ama Iqbal.

“Jangan. Nanti dia pasti khawatir.”

“Tapi aku tidak tenang Mas..”

Iqbal menyerah juga. Akhirnya ia mengizinkan Asri memberi tahu seseorang yang sangat penting dalam hidup putrinya. Ya, orang itulah yang membuat putrinya kuat dan masih bertahan melawan penyakit putrinya itu. Orang yang setiap hari selalu menemani putrinya yang kesepian, walau jarak memisahkan mereka.

***

Cewek berwajah sendu itu menselonjorkan kakinya di atas rumput yang luas. Pagi menjelang siang itu ia habiskan di tempat ini. Tempat kesayangannya. Biarpun tempat ini jarang dikunjungi orang, baginya, tempat ini adalah tempat yang paling cocok digunakan untuk menenangkan diri.

Ia ingat betul kemarin malam. Alvin, cowok itu menembaknya dan ia menolak. Bukan, bukan karena ia nggak suka ama Alvin, tapi ia takut kalo-kalo suatu hari Alvin memutusinya. Tapi, kemarin malam itu Alvin berkata dengan serius. Cap playboynya udah nggak ada. Artinya, Alvin termasuk cowok yang baik dan tidak suka mempermainkan perasaan cewek.

“VIAAA !!! KENAPA LO TEGA NOLAK KAK ALVIN ???” Teriaknya keras-keras.

Teriakan itu sedikit menghilangkan beban yang dialaminya. Benar kata Ify. Kalo kita punya masalah besar, tinggal teriak aja keras-keras, dijamin beban kita berkurang .( Bener nggak? )

“KAK ALVIIIIN !!! KENAPA GUE HARUS SUKA SAMA KAKAK? DAN KENAPA KAKAK HARUS SUKA SAMA GUE ??? APA CANTIKNYA SIH GUE ??? GUE HANYA CEWEK SEDERHANA, YANG NGGAK SUKA DANDAN SEPERTI KEBANYAKAN CEWEK LAINNYA, LANTAS, KENAPA KAKAK HARUS SUKA SAMA GUE ???”

Seandainya ia tidak mengenal Alvin. Oh, mengapa sih kehidupan ini mesti ada cinta? Sebenarnya, pengertian cinta yang sesungguhnya itu apa sih? ( Yang tau komen ) Sivia nggak terlalu paham mengenai cinta. Cinta itu... Lebih susah dipahami dibanding jutaan soal matematika. Cinta itu... Salah satu kata yang membuatnya pusing memikirkannya.

Tapi, kalo nggak ada cinta, tentu dunia ini nggak akan damai. Selalu terjadi peperangan yang tak ada habisnya. Tuhan pun menciptakan langit, bumi, alam semesta, juga manuia dengan penuh cinta. Cinta itu emang indah, namun kita tidak boleh menyalah gunakan.

“CINTA ITU INDAH KATA ORANG... APA SIH CINTA ITU ??? GUE CAPEK MIKIRIN TERUS TENTANG CINTA..”

Suaranya mulai serak. Teriakan tadi menguras energi dan suaranya. Sivia mengubah duduk sambil bersandar di pohon yang lumayan lebat. Ia pejamkan mata dan berharap. Suatu keajaiban datang dan menuntunnya untuk bisa dan kuat menghadapi cinta yang membingungkan. Keajaiban? Pelangi? Dasar Ify! Pelangi lo percayain.

“Sudah capek nih teriaknya?” Kata sebuah suara.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Follow : @uny_fahda19
             @FahdaDamayanti 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar