Sebelumnya, happy birthday buat pangeran kita "Riostevadit" dan aniv RFM ,,
Rasanya hari ini gak ingin cepat" berlalu, hihihi...
Part 13
.
.
.
Teriakan
itu telah menyadarkannya dari pikirannya. Awalnya, Rio nggak
mempedulikan teriakan itu dan terus saja melanjutkan permainannya. Tapi,
sepertinya orang yang berteriak itu menyebut namanya deh.
“Huaa.. Kak Rio keren amat!”
Suara
cewek! Rio yakin, cewek itu salah satu dari sekian ribu cewek yang
ngefans padanya. Buktinya, teriakan cewek itu lebay amat. Akhirnya, Rio
memberhentikan permainan basketnya didukung rasa capeknya, dan Rio
berniat mencari suara cewek itu. Siapapun cewek itu, Rio nggak bakal
marah atau apa. Rio ntu sayang banget ama fansnya ( Yaiyalah, siapa itu?
Rise ya? ) #purapuranggaktau#
Rio berjalan menuju sebuah
tempat yang rindang, tepatnya di bawah pohon. Di bawah pohon itu ada
seorang cewek yang sedang mengutak-atik kamera. Diam-diam Rio mendekati
cewek itu sambil berusaha melihat foto yang ada di kamera itu. Untunglah
si pemilik kamera tidak menyadari ada cowok yang memerhatikannya.
Foto?
Bukannya itu cewek yang pernah ia temui di ruang musik? Ya! Rio ragu
berada di tempat ini. Dan cewek itu, ia tidak tau rasa yang ia rasakan
sekarang. Pastinya, cewek itu jago dalam bidang pemotoan. Coba lihat
hasil dari pengambilan foto itu. Perfect! Rio ingin terus tersenyum saja
melihat foto-foto yang adalah foto dirinya sendiri.
“Wau! Seorang photograper sejati.”
Entah
darimana ia mendapatkan dorongan untuk memuji cewek itu. Tentu si cewek
mendadak kaget. Cewek itu membalikkan badan. Kekagetannya semakin
menjadi-jadi ketika tau siapa cowok yang ada dibelakangnya. OMG! Kak
Rio! Mati gue. Kamera yang ia pegang langsung dibuang. Rio menatap cewek
itu aneh. Kamera sebagus itu kok dibuang sih?
Sementara
cewek yang bernama Ify itu grogi setengah mati. Sial, ia tertangkap
basah. Ify rela dibentak atau dimarahi Rio. Semua itu pantas ia
dapatkan. Dan kamera itu, semoga saja rusak agar kesalahannya tidak
bertambah banyak. Namun, apa yang terjadi selanjutnya?
“Ini
kamera lo. Kenapa lo lempar?” Tanya Rio sembari memberikan kamera itu
pada pemiliknya. Ya, Ify. Tentu wajah Ify melongo. Kak Rio nggak marah?
Gosip dari anak-anak lain sih mengatakan kalo Rio nggak pernah marah.
Senyum ramah selalu menghiasi wajahnya, membuat siapa saja tertarik
padanya. Termasuk dirinya sendiri.
Tangannya gemetaran
mengambil kamera itu. Sudah dipastikan. Keringat dingin, jantung berpacu
cepat, dan rasa malu yang luar biasa. Tuhan... Mengapa disini ada Kak
Rio?
“Jangan gugup gitu dong.” Kata Rio lalu memilih duduk disamping Ify.
Kyaaa!!
Kak Rio duduk disamping gue? Mimpikah ini? Ingin saja Ify loncat-loncat
girang. Tapi, ia tau diri. Cewek seperti dirinya nggak pantas
mengidolakan Rio. Walau kata Sivia dan Alvin semua orang boleh menyukai
Rio. Kucing pun boleh-boleh saja ngefans ama Rio.
“Gue
lupa, nama lo siapa? I siapa? Huruf depan lo I kan?” Tanya Rio. Cowok
itu menatap Ify yang sedang menunduk. Kalo diperhatikan baik-baik, cewek
itu seperti...
Tidak. Pikirannya kacau ketika melihat
cewek disampingnya itu. Rio merasakan cewek itu memiliki ikatan batin
yang kuat dengan pacarnya yang ada di Singapura. Oh, apa cewek itu
menyukai pelangi juga?
“Siapa nama lo?” Tanya Rio. Tuh cewek nggak mau noleh-noleh juga. Kerjaannya daritadi nunduk aja sambil meremas jari-jarinya.
Karena
nggak mau noleh-noleh juga, tangannya memegang dagu cewek itu, lalu ia
gerakkan tepat di depan matanya. Wajah cewek itu sedikit takut. Rio..
Apa diri lo seperti orang jahat yang ingin menghancurka cewek itu?
“Ka..Kak
Ri..Rio..” Kata cewek itu. Cukup lama mereka saling pandang memandang.
Ify dapat menyimpulkan. Rio pasti dapat mendengar detakan jantungnya
yang nakal. Hei! Kalo boleh nanya, kenapa sih kalo kita liat cowok yang
sangaaaaaat kita sukai, jantung kita berdegup kencang? Ada yang tau
nggak? Komen yaaaa...
“Nama kamu siapa?” Tanya Rio lembut dan masih menatap cewek itu.
“I..Ify.” Jawab Ify.
“Siapa?” Tanya Rio. Suara Ify yang lirih nggak dapat ia dengar. Padahal tadi teriakan Ify keras banget tuh.
“Ify.
Ify Alyssa.” Kata Ify. Kak Rio.. Lepasin apa tangan itu dari dagu ku..
Benar. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Masih pagi udah mandi
keringat. Ckckckc...
Rio tersenyum, lalu melepas tangannya
dari dagu itu. Cepat-cepat Ify kembali menunduk lagi. “Sorry ya karna
udah lupain nama lo.” Kata Rio. Pandangannya ia alihkan ke arah langit
yang cerah, dan tanpa pelangi. Gila apa kalo ada pelangi di pagi ini.
Hujannya aja nggak ada, gimana mau munculin pelangi?
Kak
Rio minta maaf ama aku? Seharusnya, ia sendiri yang minta maaf ke Rio,
bukan Rio yang minta maaf ke dia. Satu lagi. Ngapain juga Rio ingat
namanya? Nggak masuk akal banget cowok macam Rio mengingat namanya.
“Hasil
foto kamu bagus. Rio suka. Kamu emang cewek sempurna. Udah jago main
piano ditambah jago motret. Rio bisa nebak kalo kamu pasti udah punya
pacar, ya kan?” Kata Rio.
Coba ulangi perkataan Rio tadi
karena pendengarannya sulit menerima dan mencerna informasi itu. Karena
nggak ada yang memberitahu, Ify tak menjawab. Ia kembali meremas-remas
tangannya dan berusaha menganggap cowok disampingnya adala maya, bukan
nyata.
“Sulit banget bicara sama kamu. Santai aja Fy,
jangan gugup gitu. Apa Rio kurang ramah sama kamu? Kalo memang Rio
kurang ramah, gimana caranya agar Rio bisa ramah ke kamu?” Kata Rio.
Jangan
banyak mikir deh. Lebih baik meminta maaf ke Rio karena telah memotret
Rio diam-diam tanpa seizin Rio lalu pergi. Mudah bukan?
“Ngg..
Maafin Ify ya kak karena Ify sudah motret kakak tanpa seizin kakak.
Terserah deh kalo kakak marah atau pengin bentakin Ify. Ify mau kok.”
Kata Ify.
Rio mengangkat alisnya sebelah kiri. Cewek ini..
Lucu juga. “Nggak papa kok Fy. Rio nggak marah kok. Sebaliknya Rio
beruntung banget ketemu sama cewek kayak kamu.”
Beruntung? Rio beruntung bertemu cewek macam dia? Apa cowok disampingnya itu bukan Rio? Siapa kek gitu yang lain.
“Kamu kelas sepuluhkan? Sepuluh berapa?” Tanya Rio mengalihkan pembicaraan.
“Mmm, ID.”
“ID? Kamu kenal sama Via? Cewek yang pake kacamata itu? Eh, bukannya kamu yang anterin buku itu? Via kan cewek yang cool itu?”
Ify
mulai bisa mengendalikan detakan jantungnya. Keringat dingin tadi juga
udah mulai hilang. Ify harus bisa santai berhadapan ama Rio.
“Iya. Sivia namanya, adeknya Kak Dayat.” Jawab Ify.
“Ooo, kalo boleh tau, dia kok nolak ya cinta Alvin?”
Kembali
Ify teringat saat tadi bertemu ama Sivia. Wajah Sivia kelihatan sedih.
Sivia ada dimana sekarang? Berdosa sekali ia tidak mempedulikan Sivia
tadi.
“Ify nggak tau kak.”
“Oh, Sivia itu sahabat kamu ya?”
Ify
mengangguk. Sahabat? Ify teringat sahabat lamanya yang telah lama
meninggalkannya. Oh, kapan kamu balik ke Indonesia? Aku udah kangen tau
ama kamu.
“Kok jadi sedih gitu?” Tanya Rio.
“Ngg..
Sedikit teringat sahabat Ify yang tinggal di Singapura.” Jawab Ify. Oh
no! Kenapa ia bisa keceplosan bicara tentang sahabatnya itu?
Singapura? Jadi Ify memiliki sahabat yang tinggal di Singapura? Kebetulan juga pacarnya ada di Singapura.
“Dia orang Indoneia kan?” Tanya Rio.
Ify mengangguk. “Sampai sekarang ini Ify belum tau bagaimana kabar teman Ify itu.” Kata Ify sedih. Rio ikut prihatin.
“Oh, siapa nama sahabat kamu itu?”
Belum
sempat Ify menjawab, HP Rio berbunyi. Wajahnya pun berubah menjadi
cemas. Sepertinya telpon tadi memberikan efek yang dahsyat.
“Maaf Fy, Rio harus pergi.” Kata Rio sedih lalu meninggalkan Ify.
Kalo
boleh jujur, Ify ingin tau apa masalah Rio. Tapi, ia juga tidak berhak
mengetahui kehidupan Rio. Terpenting, pagi ini adalah sebuah keajaiban.
Ify teringat dengan perkataan sahabatnya.
“Seandainya kamu
naksir ama cowok, tapi kamu merasa dirimu nggak pantas ama cowok itu,
buanglah segala rasa ketidak percayaan dirimu itu. Aku yakin, suatu hari
nanti cowok itu bakal ngajak kamu ngobrol bareng. Intinya, jangan mudah
menyerah untuk mendapatkan apapun yang kita inginkan, asalkan itu
baik.”
***
“ACHAAA !!!” Teriak seorang wanita paruh baya.
Wanita
itu hampir saja pingsan melihat putri sematawayangnya tak sadarkan diri
di atas lantai yang dingin. Darah segar keluar dari hidung putrinya
itu. Beberapa menit kemudian, suami wanita itu datang dan langsung
membawa putrinya ke rumah sakit.
“Pa, apa anak kita kali ini bisa diselamatkan?” Tanya Asri, wanita tadi.
“Berdoalah. Semoga Tuhan dapat menyembuhkan kanker itu, walau mustahil untuk dilakukan.” Jawab Iqbal, suami Asri.
Larissa
Safanah Arif, nama putri mereka yang kini sedang di rawat di Mount
Elizabeth Hospital, salah satu rumah sakit ternama di Singapura. Banyak
pasien asal Indonesia yang menjalani pengobatan di rumah sakit ini,
umumnya mereka yang sudah berumur dan memiliki penyakit yang cukup
serius, sehingga dokter-dokter di Indonesia menyarankan mereka berobat
di rumah sakit ini. ( Nyontek dikit di novel ‘Cinta di Atas Awan’ )
“Kita harus beri tau..” Perkataan Asri dipotong ama Iqbal.
“Jangan. Nanti dia pasti khawatir.”
“Tapi aku tidak tenang Mas..”
Iqbal
menyerah juga. Akhirnya ia mengizinkan Asri memberi tahu seseorang yang
sangat penting dalam hidup putrinya. Ya, orang itulah yang membuat
putrinya kuat dan masih bertahan melawan penyakit putrinya itu. Orang
yang setiap hari selalu menemani putrinya yang kesepian, walau jarak
memisahkan mereka.
***
Cewek berwajah sendu
itu menselonjorkan kakinya di atas rumput yang luas. Pagi menjelang
siang itu ia habiskan di tempat ini. Tempat kesayangannya. Biarpun
tempat ini jarang dikunjungi orang, baginya, tempat ini adalah tempat
yang paling cocok digunakan untuk menenangkan diri.
Ia
ingat betul kemarin malam. Alvin, cowok itu menembaknya dan ia menolak.
Bukan, bukan karena ia nggak suka ama Alvin, tapi ia takut kalo-kalo
suatu hari Alvin memutusinya. Tapi, kemarin malam itu Alvin berkata
dengan serius. Cap playboynya udah nggak ada. Artinya, Alvin termasuk
cowok yang baik dan tidak suka mempermainkan perasaan cewek.
“VIAAA !!! KENAPA LO TEGA NOLAK KAK ALVIN ???” Teriaknya keras-keras.
Teriakan
itu sedikit menghilangkan beban yang dialaminya. Benar kata Ify. Kalo
kita punya masalah besar, tinggal teriak aja keras-keras, dijamin beban
kita berkurang .( Bener nggak? )
“KAK ALVIIIIN !!! KENAPA
GUE HARUS SUKA SAMA KAKAK? DAN KENAPA KAKAK HARUS SUKA SAMA GUE ??? APA
CANTIKNYA SIH GUE ??? GUE HANYA CEWEK SEDERHANA, YANG NGGAK SUKA DANDAN
SEPERTI KEBANYAKAN CEWEK LAINNYA, LANTAS, KENAPA KAKAK HARUS SUKA SAMA
GUE ???”
Seandainya ia tidak mengenal Alvin. Oh, mengapa
sih kehidupan ini mesti ada cinta? Sebenarnya, pengertian cinta yang
sesungguhnya itu apa sih? ( Yang tau komen ) Sivia nggak terlalu paham
mengenai cinta. Cinta itu... Lebih susah dipahami dibanding jutaan soal
matematika. Cinta itu... Salah satu kata yang membuatnya pusing
memikirkannya.
Tapi, kalo nggak ada cinta, tentu dunia ini
nggak akan damai. Selalu terjadi peperangan yang tak ada habisnya.
Tuhan pun menciptakan langit, bumi, alam semesta, juga manuia dengan
penuh cinta. Cinta itu emang indah, namun kita tidak boleh menyalah
gunakan.
“CINTA ITU INDAH KATA ORANG... APA SIH CINTA ITU ??? GUE CAPEK MIKIRIN TERUS TENTANG CINTA..”
Suaranya
mulai serak. Teriakan tadi menguras energi dan suaranya. Sivia mengubah
duduk sambil bersandar di pohon yang lumayan lebat. Ia pejamkan mata
dan berharap. Suatu keajaiban datang dan menuntunnya untuk bisa dan kuat
menghadapi cinta yang membingungkan. Keajaiban? Pelangi? Dasar Ify!
Pelangi lo percayain.
“Sudah capek nih teriaknya?” Kata sebuah suara.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Follow : @uny_fahda19
@FahdaDamayanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar