expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 15 Desember 2013

Forever Love ( Prolog )


Tampak kesedihan menghiasi wajah kedua bocah itu. Terutama wajah anak perempuan yang manis itu tertutupi kesedihan yang mendalam. Akankah ia harus meninggalkan sahabat kecilnya itu? Sahabat yang selalu menemaninya sebulan belakangan ini? Jika ada dua pilihan dan pilihan kedua ia diberi izin tinggal di Surabaya tempatnya ini, tentu ia akan pilih pilihan kedua. Tapi, apakah memang ada pilihan kedua?

“Jangan nangis. Kamu jelek kalo nangis.” Hibur anak laki-laki itu. Umurnya kira-kira dua tahun lebih tua dari anak perempuan itu. Sedangkan umur anak perempuan itu sekitar enam tahun.

Si anak perempuan berusaha tersenyum. Ya, senyum hambar. Bukan senyum bahagia yang selama ini ia tebarkan pada siapapun. Senyum bahagia itu terkunci rapat di suatu tempat yang sulit dijangkau, yang ia sendiri nggak bisa menemukan tempat itu.

“Iya, kak. Aku janji nggak nangis. Tapi, aku nggak ingin ninggalin kakak. Kakak mau kan ikut ke Bandung sama aku? Ya ya..”

Suara manjanya yang ia sukai. Tetapi anak laki-laki itu membuangnya jauh-jauh. Sahabat kecilnya itu tidak lama lagi akan meninggalkannya. Jauh dan selamanya tak bisa lagi ia temukan. Bandung.. Apa ia berani mencari sahabatnya itu ke Bandung?

Anak laki-laki itu tersenyum. “Kakak nggak bisa ikut. Maaf ya, aku tau kita nggak bisa bersama lagi. Tapi kakak janji akan mencarimu, dimanapun. Hanya saja waktunya belum cukup.”

Keduanya berpelukan dan air mata keduanya keluar deras. Apa mereka sanggup berpisah? Padahal mereka baru bertemu kurang lebih dua bulan. Ya, mungkin mereka tidak ditakdirkan bertemu di tempat ini, melainkan bertemu di tempat lain, tempat yang lebih baik.

“Aku janji nggak akan melupakanmu. Kamu juga janji ya nggak akan melupakanku dan setia menunggu kedatanganku?”

“Iya kak, aku janji nggak akan melupakan kakak. Aku juga janji, nggak akan menyukai laki-laki lain selain kakak, aku janji. Karena aku, mengharapkan kakak menjadi pelindungku dan cinta sejatiku. Jika kita besar nanti.”

Dan, apakah bocah perempuan itu selama-lamanya mengharapkan kedatangan sahabatnya itu? Apakah ia sanggup bertahan dan berjanji untuk tidak melupakan wajah sahabatnya itu? Entahlah...

***
Go To Part 1 (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar