Part 5
.
.
.
Cowok
bernama Alvin itu baru saja keluar dari kelas. Tepatnya kelas X.1. Dia
berjalan melihat-lihat kelas lain tuk sekedar melepas lelah. Gilee,
pelajaran SMA sulit banget. Apalagi Fisika dan Matematika! Manalagi
gurunya nggak pernah senyum.
Ekor matanya menangkap
seorang cewek yang sedang membawa buku. Alvin memerhatikan cewek itu dan
nggak tau kenapa Alvin mengikuti cewek itu. Ia penasaran betul dengan
cewek itu. Sepertinya cewek itu familiar.
Mereka berada di
koridor. Alvin memilih untuk menghadang cewek itu. Otomatis cewek itu
mendadak kaget. Untung buku yang dibawa cewek itu nggak jatuh. Alvin
juga kaget melihat cewek dihadapannya. Dia kaaannn...
“Hallo.. Kita tidak sedang main selodor..” Kata cewek itu.
Alvin
emang sengaja mengerjai cewek itu. Ia mengikuti arah mana Sivia pindah.
Semisal ke kiri, Alvin juga pindah ke kiri. Lalu, pandangan mereka
bertemu. Alvin mencoba mengingat-ingat masa lalunya. Apakah ia memang
pernah bertemu cewek itu sebelumnya?
“Sepertinya... Sepertinya gue pernah melihat lo sebelumnya..” Kata Alvin.
Cewek
yang bernama Sivia masih menatap Alvin dan masih kaget juga. Tidak! Ia
tidak pernah bertemu cowok itu sebelumnya. Lantas mengapa ia seperti
udah kenal akrab dengan cowok itu?
“Nama lo siapa? Kelas berapa?” Tanya Alvin.
“Ng.. Sivia, dari kelas X.7.” Jawab Sivia.
Sivia?
Alvin memutar balikkan masa lalunya. Sivia? Namanya jarang ia dengar.
Tapi kok wajahnya familiar ya? Apa ia salah mencari seseorang?
“Maaf. Aku harus menaruh buku ini di ruang guru. Permisi.” Kata Sivia. Namun Alvin tetap menghadangnya.
“Biar gue yang taruh buku ini.” Kata Alvin membantu Sivia.
Kebaikan
nggak boleh di tolak kan? Sivia memberikan buku itu pada Alvin. Tapi
nggak semua buku sih. Ia dan Alvin sama-sama setengah.
“Makasih ya..” Kata Sivia ketika mereka udah menaruh buku di ruang guru.
Alvin
tersenyum membalas Sivia. “Nama gue Alvin, X.1. Senang bertemu dengan
lo. Ohya, kayaknya udah mau bel nih. Gue balik ke kelas dulu yaa..”
Sivia
baru sadar sebentar lagi bel berbunyi. Tandanya, ia harus menghadapi
pelajaran yang sulit lagi. Ah, biarkan aja. Yang penting belajar. Mana
mungkin ada orang-orang cerdas kalo tidak belajar, ya kan?
***
Bandung, di rumah pohon Cakka...
Rumah
pohon yang seperti rumah tinggal baginya ia bersihkan lagi. Kalau
tidak, rumah pohon itu bakal kotor. Cakka nggak mau kejadian dulu
terulang. Rumah pohonnya diserang oleh berbagai macam binatang.
Sekarang, nggak akan lagi deh yang berani serang rumah pohonnya.
Jam
di tangannya sudah menunjukkan pukul satu siang. Orang yang ditunggunya
belum juga datang. Agni kemana? Batin Cakka. Seharusnya Agni sudah ada
di rumah pohonnya ini. Ia akan menceritakan perihal tentang Ify kepada
Agni. Karena Cakka sudah tau apa alasan Ify tidak bisa menyukai cowok.
“Eh, elo! Kok ngaret sih?” Tanya Cakka penuh kesal.
Agni
hanya tersenyum kecil saja. Ia duduk di tempat biasa. Sudah sering ia
masuk ke dalam rumah pohon ini. Cakka lah yang menyuruhnya masuk dan
nggak ada orang lain yang boleh masuk ke dalam selain dirinya juga Agni.
Artinya, Agni istimewa dong?
“Sorry kak.” Jawab Agni singkat.
Nggak
ada gunanya juga marah sama Agni. Lebih baik, ia menceritakan kejadian
kemarin. Mungkin Agni bisa membantunya. Selama ini Agni lah yang menjadi
andalannya.
“Gue udah tau apa alasan Ify menghindari cowok-cowok, termasuk gue.” Kata Cakka.
Tentu
Agni langsung menatap Cakka penuh dengan tanda tanya. Cakka tau?
Bagaimana dia bisa tau? Ify kan berisi keras nggak akan memberitahu
kepada siapapun mengenai alasan itu. Apa jangan-jangan Ify dan Cakka
sudah....
“Waktu itu, gue denger dia nyebut nama Iyel. Gue
nggak tau pasti siapa Iyel itu. Intinya, Ify kukuh menunggu kedatangan
Iyel. Mungkin saja Iyel adalah kekasihnya dan Iyel meninggalkan Ify.
Terus Iyel berjanji akan menemui Ify.” Jelas Cakka.
“Oh..” Komen Agni. Tapi syukurlah kalo Ify sudah punya pacar.
“Lo kenapa sih Ag? Kok lo lain deh dari biasanya. Lo kenapa?”
Sial!
Jadi Cakka bisa nebak ya kalo ia sebenarnya sedang memikirkan masalah
lain. Masalah yang besar dan selama ini ia pendam bersama kesakitan yang
luar biasa.
“Gu.. Gue nggak papa. Jadi, apa benar Ify sudah punya pacar?” Tanya Agni.
Shit!
Kenapa pertanyaan itu yang keluar? Sama saja Agni nggak mendukung Cakka
demi mendapatkan Ify. Tapi, Cakka fine-fine aja. Dia nggak terlalu
menganggap penting pertanyaan Agni.
“Gue nggak peduli dia punya atau tidak. Intinya, gue harus tau siapa sebenarnya Iyel itu. Lo mau bantu gue kan Ag?”
Agni
menghela nafas panjang lalu mengangguk. Entah mengapa lama-kelamaan ia
malas membantu Cakka. Agni sudah lelah dengan semuanya.
“Thanks ya Ag! Lo baik banget. Ntar sore gue ajak lo jalan-jalan, oke?”
Lagi-lagi
Agni mengangguk. Cakka memang sering mengajaknya jalan-jalan. Komentar
dari orang-orang saat melihatnya jalan bersama Cakka yaitu ada satu.
Pasangan yang romantis.
Kenyataannya
adalah bukan. Ia sudah berjanji membantu Cakka. Apapun yang terjadi,
dia akan tetap membantu Cakka. Meskipun itu mengorbankan perasaannya.
***
Ify
terbangun dari tidur siangnya. Air mata tak henti-hentinya membasahi
kedua pipinya. Tidurnya kali ini cukup nyenyak. Sampai-sampai nama Iyel
terbawa ke alam mimpinya.
“Kak, kakak Iyel kan?” Tanya Ify tak percaya.
Cowok
yang disebut Iyel oleh Ify tersenyum menatap Ify. Lalu, digenggamnya
tangan mungil itu. Ify merasakan kehangatan mengaliri darahnya. Iyel..
Ku harap semua ini nyata..
“Ada rahasia yang harus kamu tau.” Kata Iyel penuh misteri.
“Apa?”
Rahasia?
Ify memutar kembali mimpinya. Disana, Gabriel atau Iyel tampak penuh
misterius. Sampai-sampai Ify lupa dengan rahasia itu. Ah Fy, ini kan
hanya mimpi. Kau hanya perlu sabar untuk menanti. Cowok yang kamu tunggu
akan menemuimu Fy...
Dilihatnya sebuah bingkai foto. Foto
itu adalah satu-satunya kenangan bersama Gabriel. Disana, Gabriel
merangkulnya dengan penuh kasih sayang. Ify tersenyum sedih mengingat
kenangan itu. Ah Yel.. Apa kamu masih mengingat Ify? Do you still
remember me?
Bingkai foto itu ia ambil, lalu diciumnya
foto itu. Walau gambarnya tampak buram, wajah Gabriel jelas disana.
Gabriel adalah anak laki-laki yang tampan, juga memiliki senyum yang
manis. Ify penasaran betul bagaimana sosok Gabriel yang sekarang.
Pintu kamarnya terbuka. Mama mendekati Ify sambil membelai-belai rambut panjang anaknya itu yang udah lama nggak dipotong.
“Kamu kenapa sayang? Jangan menunggu orang yang nggak jelas asal-usulnya.” Kata Mama.
Ify
menangis mendengar perkataan Mama barusan. Orang nggak jelas? Tidak! Ia
yakin sekali Gabriel pasti menemuinya, dan menyatakan cinta padanya.
Ify selalu menjaga cintanya itu.
“Kasian Cakka, Fy. Dia sangat mencintaimu. Mengapa kamu tidak membuka hatimu untuknya?”
“Ti.. Tidak Ma. Ify yakin kak Iyel kesini. Ify yakin. Kalo Ify menyerah, Ify akan pergi ke Surabaya demi mencari kak Iyel..”
“Surabaya? Mama sering mengajakmu kesana. Hasilnya? Kamu nggak bisa mencari Gabriel. Wajahnya saja kamu nggak tau Fy.”
Tuhaannn...
Sampai kapan aku bertahan? Sampai kapan aku menanti kedatangan orang
yang kata Mama tidak jelas? Mungkin benar. Dulu ia dan Gabriel masih
kecil. Gabriel mungkin hanya bercanda mengatakan janji itu. Ya, benar.
Penantian yang sia-sia.
“Jangan menangis. Ada Mama disini. Kalo Gabriel jodohmu, insyaallah kalian dipertemukan oleh Tuhan.” Hibur Mama.
Mungkin.. Mungkin inilah akhir dari penantiannya.
***
Surabaya, di SMA Sunrise...
Jadi
ketua kelas ternyata ada untungnya juga. Rio jadi bisa dekat dengan Bu
Grecia. Aksi-aksi gilanya selalu membuat Bu Grecia tertawa. Rio bahkan
nggak peduli dengan ejekan orang. Semenjak Rio dekat dengan Grecia, ada
gosip menyebar bahwa Rio naksir sama Grecia. Bahkan ada yang bilang
sebenarnya Rio itu playboy.
Playboy? Tentu yang
menyebarkan Alvin. Rio emang playboy sejak kelas tiga SMP. Dan akan
lanjut di SMA. Tapi biarpun playboy, otak Rio encer. Setiap ulangan yang
diadakan oleh guru, nilai Rio nggak pernah jelek. Nilai delapan yang
paling rendah.
Siang itu, Rio berjalan santai menemui
Grecia. Tepatnya di ruang guru. Rio iseng pergi kesana. Nggak malu apa
ya cowok itu. Kata Alvin sih, Rio itu sedang dirasuki Jin sehingga Rio
berubah menjadi cowok seperti ini. Dulu, waktu ia dan Rio SMP, Rio
anaknya baik kok. Sekarang?
“Apa kabar Bu? Lama nggak ketemu.” Sapa Rio.
Guru-guru
yang ada di ruangan itu berbisik-bisik. Sudah menjadi tradisi mereka
melakukan bisik-bisikan ketika murid aneh itu datang.
“Baik. Ada apa kamu kesini?”
“Mmm.. Saya ingin mengajak Ibu jalan-jalan. Gimana? Mau kan?” Kata Rio tanpa malu.
Dasar
murid kepedean! Semua guru di ruangan itu terpingkal-pingkal. Baru kali
ini ada murid yang berani ngajak gurunya jalan-jalan. Tapi Grecia
tenang-tenang aja tuh.
“Maaf. Saya lagi sibuk. Kapan-kapan saja ya..”
Dipikiran
Grecia, ia ingin sekali kembali pada masa-masa SMA. Kalo boleh jujur,
Grecia memang suka sama Rio. Oh astaga! Guru suka sama muridnya?
Keajaiban dunia keberapa tuh? Mending gurunya cowok dan muridnya cewek.
Atau saja Rio yang udah besar dan siap menikahi Grecia.
“Oh, nggak papa kok Bu. Ya udah, saya balik dulu ya..”
Rio
menghilang di ruangan guru. Asti, guru matematika sekaligus sahabat
Grecia tersenyum jahil menggodai Grecia. Maklum. Dua-duanya masih muda.
“Ehem, brondong lovers.” Goda Asti.
“Kau
apa-apa’an sih? Aku sudah kesal tau tidak sama murid itu. Dia seperti
kehilangan akal. Aku merasakan ada yang tidak beres dengan anak itu.”
“Hmmm.. Suruh aja dia ke rumah sakit. Memang, muridmu yang satu itu aneh banget.”
Sementara
itu, Rio berjalan santai kembali ke kelas. Banyak cewek-cewek yang
menyapa. Kakak kelas pun banyak yang menyapa. Ohya, Rio sudah bebas nih.
Si Dea udah pindah sekolah. Nggak tau dia pindah kemana. Terpenting,
Rio sudah bebas dari cewek itu.
“Hai! Kamu Rio ya?” Sapa seorang cewek.
“Iya, gue Rio. Lo siapa?” Jawab+Tanya Rio.
“Gue Pricilla. Eh, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Mmm, gimana kalo ntar sore kita ketemuan di kaffe Blovers?”
Ketemuan?
Walau Rio nggak mengenali cewek itu, timbul niatnya untuk mengerjai
cewek itu. Yes! Aksi-aksinya pun berjalan. Dan Rio lupa nanti sepulang
sekolah janji akan bertemu dengan seseorang.
***
“Gimana? Rio mau?” Tanya Sivia.
“Ya. Lo yakin Vi lo suka sama cowok itu? Denger-denger, dia itu playboy. Lo kan nggak suka sama cowok playboy.”
Cinta
Sivia kepada Rio sangat besar sehingga gosip yang mengatakan kalo Rio
itu playboy ia cuekkan. Sivia harus mendapatkan Rio sebelum Rio jadian
sama cewek lain.
“Rio masih jomblo kan Pris?” Tanya Sivia meyakinkan Pricilla.
“Sepertinya. Gosipmaniac itu nggak pernah bilang kalo Rio udah punya pacar.”
Syukurlah
jika Rio jomblo. Ada kesempatannya menjadi pacar Rio. Sivia jadi
senyam-senyum sendiri. Ah Yo! Lo bisa bikin gue gila tingkat Dewa!
“Ohya, tadi ada cowok. Katanya dia nitip salam ke gue agar salamnya sampe ke elo.”
“Hah? Siapa?”
***
Sesuai
janjinya dengan cewek yang kemarin resmi jadi pacarnya, Rio menunggu
cewek itu diparkiran. Siang ini ia akan mengajak ceweknya jalan-jalan.
Walau pacarnya itu nggak setuju, tapi Rio tetap memaksa. Akhirnya
ceweknya itu nurut aja.
“Lama banget dia.” Kata Rio mulai
kesal. “Memangnya siapa sih dia? Cantik? Oke. Gue akui dia cantik. Tapi
begonya luar biasa. Mau-maunya dia nerima cinta gue. Ckckc..”
Setengah
jam Rio menunggu. Dan ceweknya itu nggak nongol-nongol juga. Ngapain
sih dia? Kalo ada kegiatan, harusnya dia ngasih kabar dong. Apa
jangan-jangan pacarnya itu tau kalo Rio hanya.. Hanya mempermainkannya
saja?
“Maaf Yo, tadi ada masalah sedikit.” Kata suara seorang cewek.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Follow : @uny_fahda19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar