Part 22
.
.
.
Raut
wajah cowok itu kelihatan kecewa. Tadi, ia menelpon Papa. Ia ingin
segera terbang ke Singapura. Tapi Papa nggak memberinya izin. Katanya,
tunggu beberapa waktu lagi baru boleh ke Singapura.
Rio
melempar HPnya asal. Cowok itu nggak peduli HPnya pecah atau rusak.
Intinya, ia kecewa banget. Rasa rindunya nggak bisa di tahan. Telah lama
ia berusaha untuk bertahan dan bersabar, tapi tidak kali ini. Apa lebih
baik diam-diam pergi tanpa sepengetahuan Papa? Bodoh! Papanya kan
diplomat di Singapura. Tentu Papa bakalan tau.
Intinya, ia
harus bersabar. Rio yakin, hari selanjutnya ia diperbolehkan ke
Singapura dan menemui Acha. Oh, kapan hari itu akan terjadi? Kapan ia
bisa bertemu Acha?
***
Sekolah nggak aktif.
Murid dibebaskan sekolah atau tidak. Karena nggak ada kerjaan di rumah,
lebih baik sekolah saja. Sivia, cewek itu mulai menata hidupnya kembali.
Ia harus melupakan Alvin walau sejujurnya ia masih mencintai Alvin.
Rasa cintanya itu harus ia buang sejauh mungkin.
Di
perpustakaan, cuman ada lima anak yang sedang baca buku. Sivia
tersenyum. Suasana inilah yang paling dicarinya. Tenang dan nyaman.
Sivia masuk ke dalam perpus lalu mencari-cari bacaan yang menurutnya
menarik untuk dibaca.
Ketemu! Novel sejarah Majapahit.
Biasanya, murid-murid pada muntah kalo disuruh baca novel ini, tapi
tidak dengan Sivia. Membaca sejarah menambah wawasannya. Ketika ia
mengambil novel itu, ada tangan yang juga ikut mengambil novel yang udah
ia ambil. Sivia mengangkat wajahnya dan kaget melihat siapa pemilik
tangan itu.
‘Kak Alvin!’ Batin Sivia. Kenapa dia masuk? Bukannya Alvin termasuk murid yang malas di sekolah ini?
“Kamu mau baca ya?” Tanya Alvin.
Sivia mengangguk. Tapi moodnya untuk membaca hilang gara-gara makhluk didepannya ini. Alvin, cowok yang harus ia lupakan.
“Ambil aja. Aku cari novel yang lain.” Kata Alvin tersenyum lalu meninggalkan Sivia yang kini sedang melongo.
Alvin
berbeda! Apa cowok tadi bukan Alvin? Nggak ada gosip yang mengatakan
kalo Alvin hobi baca novel, terutama sejarah! Nggak mungkin juga ada
tugas sejarah wong udah nggak ada pelajaran lagi. Ah, bukan urusan gue!
Sivia mencari tempat duduk yang pas menurutnya. Tepatnya di teras perpus
yang berada di luar. Jika kita berdiri disana, kita dapat melihat
lapangan utama, dan tempat-tempat sekitar lapangan itu.
Kacamata
yang sedikit nggak tepat ia benarkan. Mulailah ia membaca kata demi
kata. Hmm, asyik juga ya cerita ini! Sivia jadi tau bagaimana kisah
Raden Wijaya membangun sebuah Kerajaan bernama Majapahit. Lalu banyak
terjadi pemberontakan dan peperangan.
“Lagi serius baca
ya? Maaf ganggu. Aku boleh kan duduk disini? Di dalam panas.” Kata suara
cowok. Mood Sivia hilang lagi. Alvin! Kenapa cowok itu kemari? Mau apa
dia?
“Terserah.” Kata Sivia seraya mencari tempat yang jauh dari Alvin.
Sivia
melanjutkan bacaannya. Tapi otaknya nggak bisa menerima informasi dari
novel itu. Selalu saja bayangan Alvin yang merusaknya. Diam-diam Sivia
memerhatikan Alvin baik-baik. Cowok itu serius membaca novel sejarah
yang berjudul Brawijaya Moksa. Hmm, aneh! Cowok macam dia suka baca
sejarah gituan. Sivia udah sih baca novel itu, ceritanya mengenai
hancurnya Kerajaan Majapahit dan munculnya Kerajaan Islam beserta para
sunan.
Kalo begini caranya, lebih baik pergi aja. Sivia
bangkit dari duduknya. Setelah hampir dekat dengan Alvin, tiba-tiba
kakinya terasa sakit. Sivia tau kakinya bermasalah karena kemarin ia
jatuh naik motor. Alhasil, tubuhnya nggak seimbang dan jatuh menimpa
tubuh Alvin. Spontan Alvin kaget. Jaraknya ama Sivia cuman beberapa
senti aja.
Kini, keduanya saling pandang-memandang. Alvin
maupun Sivia nggak berkedip. Setelah cukup lama, Sivia mengalihkan
pandang dan menahan rasa malunya.
“Sorry ya kak.” Kata Sivia sebelum meninggalkan Alvin.
“It’s okay.” Jawab Alvin tersenyum.
Sesaat,
Sivia tertegun ama senyuman itu. Oh Vin, sekuat apapun gue melupakan
lo, tapi gue nggak akan bisa. Cinta gue sangat besar untuk lo dan cinta
itu nggak akan bisa tergantikan.
“Ada apa?” Tanya Alvin.
Sivia tersadar. “Eh kak, ng..nggak ada kok.” Jawab Sivia salting.
Alvin tersenyum. Ide berjalan lancar. Tinggal tunggu waktu yang tepat aja. “Santai aja Vi, nggak usah saltingan gitu.”
Sial!
Alvin tau kalo dirinya salting. Sivia jadi mengurungkan niat
meninggalkan perpus. Ia duduk manis di samping Alvin ditemani detakan
jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Bahkan lebih cepat
dibanding sewaktu ia ditembak Alvin.
“Kakak baca novel ya?” Tanya Sivia ramah.
“Iya, kamu juga ya?”
“Yaiyalah,
bukan Via namanya kalo nggak suka baca novel. Wah, Via baru tau kalo
ada anak basket yang doyan baca sejarah kayak gituan.” Puji Sivia.
Alvin
tertawa. Tawanya itu lho, dapat bikin hati Sivia bahagia. “Semua anak
suka baca kok Vi, cuman mereka nggak punya waktu luang untuk baca novel.
Kamu tau kan Rio, sebenarnya dia doyan banget baca novel. Tapi karena
kegiatannya yang full, makanya dia jarang baca novel, komik aja yang
sempat.” Jelas Alvin.
Mungkin Alvin tau mengenai Acha! “Mmm, kakak tau dimana keberadaan Acha?” Tanya Sivia pelan.
Alvin
nggak langsung jawab. Cowok itu terdiam sambil menatap wajah cantik di
depannya. Sivia takut melihat tatapan itu. Tapi ia memberanikan diri
menatap Alvin lebih lama. Tanpa di duga dan tanpa bisa di cegah, gerakan
itu amatlah cepat. Sivia seperti berada di sebuah tempat yang sulit
dijangkau oleh siapapun.
Jantungnya nggak bisa di ajak kompromi. Setelah semua kembali normal dan Alvin kembali pada kegiatannya, Sivia baru menyadari.
Bahwa barusan tadi ia bibirnya dicium ama Alvin!
***
Memang
nggak ada kerjaan sekolah hari ini, tetapi Shilla memaksakan diri untuk
sekolah. Beruntung, dia bertemu Agni walau ia nggak akrab ama Agni.
Ternyata, Agni anaknya asyik juga! Ia bukan hanya bertemu Agni, tapi
bertemu Oik juga!
Ketiganya memutuskan ngobrol di kantin.
Kantin sepi. Hanya ada enam orang yang ada disana. Shilla cs mencari
tempat yang strategis.
“Ik, siapa gebetan baru lo?” Goda Shilla. Ia menyeruput moccacinonya.
“Ng..”
“Obiet Shill!
Lah, kok Agni sih yang jawab? Tentu Oik langung menjitak Agni. Belum lagi wajahnya yang udah seperti kepiting rebus.
“Kalo lo Ag? Kapan nih jadiannya ama Cakka?” Tanya Shilla.
Giliran Oik yang bales dendam. “Tadi subuh! Ohya, Agni janji lho mau neraktir kita ke KFC sepulang sekolah.”
“OIK!!” Geram Agni. Salah besar tuh! Dia ama Cakka belum jadian.
“Asyik!!!” Girang Shilla.
Shilla
dan Oik tertawa sementara Agni cemberut. Tawa keduanya berhenti ketika
sesosok cowok sedang memerhatikan mereka. Merasa diperhatikan, Shilla,
Oik, dan Agni menengok ke cowok itu. Ya, cowok itu yang dicari Shilla
sejak tadi! Setelah ia mengetahui Gabriel ama Rio udah baikan, tinggal
dirinya saja yang meminta maaf dan berkata jujur tentang perasaannya.
“Gue ke Gabriel dulu ya.” Kata Shilla.
Oik
dan Agni saling berbisik. Wah, ada apa ya dengan Shilla? Bukannya dulu
Gabriel yang sering deketin Shilla? Sekarang, Shillanya yang malah
deketin Gabriel.
Ketika cewek itu datang, Gabriel menatap tajam. Shilla yang tau perubahan wajah Gabriel menunduk dan tentu merasa bersalah.
“Maafin gue.”
Itulah
kalimat yang ia ucapkan pertama kali. Shilla berharap Gabriel mau
memaafkan kebodohannya. Shilla menyesal karena telah mencuekkan Gabriel.
Sangat menyesal.
“Lo nggak salah.” Kata Gabriel dingin.
Shilla
mengangkat wajahnya dan matanya bertemu mata Gabriel. Oh, sepertinya
cowok itu nggak ikhlas memaafkannya. Lihat aja ekspresi di wajahnya.
Seperti memendam rasa kebencian yang luar biasa.
“Gue.. Gue suka ama elo. Maaf.”
Sedikit
Gabriel terenyak mendengar pengakuan Shilla. Andaikata Shilla
mengatakan sejak dulu. Sekarang bukan waktu yang tepat Shilla
mengucapkan pengakuan itu.
“Gue tau, lo nggak suka gue
lagi. Gue sadar, kebodohan gue yang membuat gue kehilangan elo. Jujur,
waktu lo berusaha deketin dan taklukin gue, gue seneng sekali. Gue suka
liat tampang melas lo. Tapi sayang, semuanya terlambat. Andai gue nggak
maksa Rio jadi pacar gue. Gue menyesal.”
Shilla berusaha
menahan air matanya. Baginya, cukup Gabriel memaafkannya dengan ikhlas,
ia bahagia. Walau pengakuannya ditolak Gabriel, Shilla berjanji nggak
akan sedih.
“Tidak ada kata menyesal.” Kata Gabriel
misterius lalu berlalu dihadapan Shilla. Shilla nggak bisa menebak
maksud dari kalimat itu.
Mungkinkah Gabriel masih mencintainya dan ada kesempatan kedua untuknya?
***
CRAG
kumpul di markas seperti biasanya. Mereka amat lega dan senang karena
ulangan semester yang mengerikan udah selesai. Namun, satu wajah yang
sedari tadi menampakkan ekspresi sedih dan perasaan rindu.
Alvin menepuk bahu Rio. “Acha lagi?” Tanyanya.
Rio mengangguk lemah. Sampai kapan ia bisa bertahan?
“Apapun
masalah lo, hadapi dengan senyuman. Sekarang, lo harus cerita ke gue
dan lainnya. Lo pernah bilang kalo Acha itu pacar lo. Terus, masalahnya
apa? Apa Acha udah nggak mencintai lo lagi? Dan Ify, apa lo benar-benar
suka sama dia? Kalo lo suka, segera putuskan hubungan lo dengan Acha.
Kasian Ify, dia terlalu berharap banyak.”
“Gue dan Acha saling mencintai.” Kata Rio.
“Lantas, apa masalahnya?”
“Lo
akan tau.” Kata Rio sambil melirik Gabriel. Cowok itu mengedipkan mata
agar tidak memberitahu tentang Acha pada siapapun. Termasuk Alvin!
Alvin
menghela nafas. “Cinta dapat membuat hidup menjadi gila. Tapi ketika
kita menemukan cinta sejati, hidup terasa indah.” Gumam Alvin. Ia ingat
betul saat ia mencium Sivia tanpa sadar.
“Gue sependapat dengan lo. Ohya, gue butuh bantuan kalian. Kalian mau bantu kan?” Tanya Gabriel berharap.
***
Alvin
nyium gue.. Alvin nyium gue.. Alvin nyium gue.. Begitulah yang ada
dipikirkan cewek manis ini. Sivia berjalan tanpa arah. Sial sekali tadi
ia sekolah. Lebih sialnya lagi ia bertemu Alvin yang udah berubah jadi
maniak novel. Ah! Apa Alvin masih mencintainya? Dan apa Febby hanya
sebagai penghancur hubungannya ama Alvin?
Argh! Love make
me crazy! Tapi kan Via, lo masih mencintai Alvin dan nggak mau
kehilangan Alvin, ya kan? Lo harus berjuang dong! Ingat, Alvin cinta
pertama lo dan harus menjadi yang terakhir. Biarpun seribu cewek
berusaha merusak hubungannya, ia tetap bertahan.
Alvin... Lo yang pertama dan terakhir!
Ciuman
itu masih terasa di bibirnya. Ciuman lembut yang membuat jantungnya
berdetak lebih cepat dari biasanya. Oh, apa maksudnya dari ciuman itu?
Apa Alvin cuman mempermainkannya saja dan ia selalu menderita dibuatnya?
Apa martabak, eh maksudnya martabat lo dapat sekenanya diinjak-injak
Alvin? Lo harus lawan dia! Cari cowok yang lebih baik dari Alvin.
Tapi....
Dari balik pohon yang nggak terlalu lebat, Sivia
menangkap sebuah pemandangan dua manusia yang lagi.. Pacaran gitu. Dari
pemandangan yang ia lihat ini, Sivia menemukan suatu simpulan.
Cepat-cepat ia berlari meninggalkan tempat itu dan memaksa supirnya mengantarnya ke rumah seseorang.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Follow : @uny_fahda19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar