Part 3
.
.
.
SMP Kartini....
Di
perpustakaan, Ify mencari tempat duduk yang nyaman. Setelah menemukan
tempat duduk yang pas, Ify mulai membuka buku IPA nya. Dengan teliti ia
mencoba mengerjakan beberapa soal fisika karena walaupun Ify pintar,
tapi cewek ini lemah dibidang fisika. Makanya mulai hari ini Ify harus
bisa menaklukan satu pelajaran itu.
Hari pertama masuk
sekolah tanpa pelajaran. Semua murid bebas melakukan apapun. Boleh
nongkrong, ke kantin, ke perpus, ke lab dan lain sebagainya. Kalo Agni
dan Zevana biasanya gosip di kantin.
“Ify!” Kata suara seorang cewek.
Ify
yang sedang serius mengerjakan soal kalor langsung mendongakkan kepala.
Mendapati Zevana tersenyum manis ke arahnya. Tumben-tumbennya Zevana
mau mencarinya di perpus. Zevana duduk di samping Ify.
“Ada apa?” Tanya Ify.
“Lagi belajar ya?”
“Yaiyalah Zev. Masa gue dugem disini.”
Zevana tertawa kecil. Lalu ia mulai serius. “Lo yakin masih tetap nolak cinta Kak Cakka?” Tanya Zevana mencari kepastian.
Lagi-lagi
Cakka. Bisa nggak sih sehari saja ia nggak mendengar nama Cakka? Cakka
emang cakep. Banyak cewek yang naksir sama Cakka. Tapi tidak dengan Ify.
Ia berusaha menghilangkan perasaan itu, karena ia nggak mau jatuh cinta
dengan Cakka.
“Gue nggak suka sama Kak Cakka.” Jawab Ify.
“Why? Apa Cakka kurang sempurna di mata lo?”
Ify
menarik nafas dalam-dalam. “Ada alasan yang kuat gue nolak Cakka dan
cowok lainnya. Lo perhatikan gue. Gue nggak pernah pacaran. Suka sama
cowok pun nggak pernah.”
Ya! Ify cewek unik. Dia nggak
pernah merasakan yang namanya cinta. Tapi sebuah alasan kuat tadi itu
apa? Zevana yakin Ify nggak bakal menceritakan kepadanya.
“Hmmm..
Tapi rugi lho Fy lo nolak Kak Cakka. Gue aja bersusah payah mendapatkan
Kak Cakka. Tapi, ujung-ujungnya Cakka nolak gue. Lha ini, Kak Cakka
nembak lo dan lo sekenanya nolak.”
“Mungkin Kak Cakka bukan jodoh lo.” Kata Ify tersenyum. Kemudian ia berkutat lagi dengan soal-soal fisika.
Sementara
Ify serius mengerjakan soal, Zevana berpikir keras. Ia harus tau alasan
itu. Alasan yang membuat Ify nggak bisa mencintai cowok manapun. Apa
Ify udah punya pacar? Kayaknya nggak deh. Ia dan Ify sudah bersahabat
dari SD. Mustahil banget anak SD pacaran. Apalagi masih kelas dua SD.
“Fy..” Kata Zevana.
“Hmmm..”
“Ke.. Kenapa sih lo nggak mau jatuh cinta?” Tanya Zevana.
Jangan!
Air mata itu tidak boleh keluar lagi. Ify berusaha menahan agar air
matanya tidak keluar. Ia nggak boleh lemah. Ia harus kuat dan tetap
setia untuk menunggu. Walau mungkin penantiannya tak membuahkan hasil.
Tapi ia tetap menunggu dengan sabar.
“Kalo gue tanya kayak gitu, lo malah nangis. Gimana sih lo ini?”
“Gue nggak papa kok Zev. Mungkin pas SMA baru gue bisa menyukai seseorang.”
“SMA?” Zevana meninggikan suara. “Ntar pas kita SMA, lo bilang, ‘ntar pas kuliah baru gue bisa menyukai seseorang’ gitu?”
“Maybe.” Jawab Ify.
Zevana
kesal banget dengan Ify. Ia merasa ia nggak berguna bagi Ify. Apa Ify
nggak menganggap dirinya sebagai sahabat Ify? Apa selama ini Ify
menganggapnya tidak ada?
“Sorry Zev. Biarkan masalah ini gue pendam sendiri. Maaf.” Kata Ify tau apa yang dipikirkan Zevana.
Zevana
pun akhirnya paham. “Oke. Tapi kalo lo mau cerita, cerita aja. Gue
selalu ada untuk lo dan selalu mendengarkan curhatan lo.”
Sahabat
lah orang yang paling Ify butuhkan. Jika tidak ada sahabat, Ify berani
bertaruh. Jiwanya mungkin akan rapuh dan ia sudah putus asa. Biarpun
Zevana maupun Agni nggak tau apa permasalahannya, nasehat demi nasehat
dari Zevana dan Agni membuatnya tegar.
Dan sampai sekaran ini ia tegar. Selamanya ia harus tegar.
***
SMA Sunrise...
Pulang
juga akhirnya. Rio bisa bernafas lega. Ia tidak pulang dulu. Rio
mencari tempat duduk yang nyaman. Tepatnya di sebuah tempat duduk di
dekat pohon yang cukup rindang. Tempat ini sangatlah sejuk.
“Siang hari yang indah.” Gumamnya.
Rio
menyilangkan kedua tangannya di kepala, dan bersandar di sandaran
bangku itu. Cukup lama ia duduk di bangku, dan Rio merasakan ada
seseorang yang memanggilnya.
“Ternyata lo disini.” Kata orang itu seraya duduk di samping Rio.
“Oh, elo Vin. Dapat kelas berapa?” Tanya Rio.
Alvin
adalah teman MOSnya sekaligus teman SMPnya. Mereka berdua akrab sekali.
Jarak rumah mereka pun nggak jauh-jauh amat. Jadi Rio dan Alvin bisa
saja sering bertemu di luar sekolah.
“X.1. Lo?”
“X.3. Udah dapat gebetan baru belum?” Tanya Rio.
Wajah
Alvin berubah jadi mendung. Dua bulan yang lalu ia putus dengan Febby.
Ternyata, Febby sama sekali tidak mencintainya dan hanya memanfaatkannya
saja. Alvin berjanji untuk tidak pacaran. Tapi... Diam-diam ia sedang
mencintai seorang cewek.
“Sudah. Tapi kayaknya tuh cewek nggak suka sama gue.” Jawab Alvin.
“Hahaha..
Lasingan lo jelek. Gantengan dikit apa kayak gue. Tau nggak, hari ini
gue udah dapat tiga cewek. TIGA CEWEK VIN!!! NGGAK NYANTE!!!”
Alvin
menutup telinganya gara-gara teriakan nggak jelas Rio. Dasar Rio! Cowok
itu lama-kelamaan jadi playboy. Bukannya kemarin Rio ngajak Angel
jalan-jalan? Sekarang, Rio udah dapet tiga cewek.
“Siapa?” Tanya Alvin, walau sebenarnya ia malas bertanya.
“Hmmm.. Keke, Bu Grecia daann... Kak Shilla!”
“APA? BU GRECIA? GILA LO!” Kata Alvin.
Sekarang
giliran Rio yang menutup telinga. “Emangnya kenapa? Bu Grecia oke juga.
Kak Shilla juga cantik. Hei! Gue lupa cerita ke elo kalo tadi gue
ngobrol sama Kak Shilla di UKS. Sumpah Vin! Kak Shilla cantiiiik
banget.” Kata Rio sambil membayangkan sosok Shilla.
“Playboy lo! Terus Angel lo apain?”
“Kasih ke elo aja deh.” Jawab Rio sekenanya lalu pergi begitu saja meninggalkan Alvin yang sedang kesal.
“DASAR RIOOO!!! PLAYBOY KELAS KAKAP!!!”
Rio berlari sambil tertawa. Dan tak sengaja menabrak seorang cewek manis berpipi chubby. Rio dan cewek itu sama-sama salting.
“Eh, maaf ya, maaf.” Kata cewek itu.
“Nggak papa. Gue yang salah.” Kata Rio lalu melanjutkan perjalannya.
Cewek yang tadi ditabrak Rio tersenyum sendiri. “Cakep banget.” Gumam cewek itu.
Tempat
parkiran adalah tujuan Rio. Ia mengeluarkan motornya. Motornya berhasil
keluar dan sekarang berada di luar gerbang. Dan Rio menangkap sesosok
cewek yang sedang menunggu di area jemputan.
“Keke!” Teriak Rio.
Yang dipanggil menoleh. Kekek tersenyum melihat Rio. Cewek itu mendekati Rio dan menyapa Rio.
“Hai! Kita ketemu lagi, hehe..” Sapa Keke.
“Iya..
Lo nggak pulang? Eh, lo kan belum tau nama gue. Kenalin, gue Mario
Stevano. Cukup panggil Rio aja.” Kata Rio menjabat tangan Keke.
Keke membalas jabatan tangan itu dengan senyuman.
“Ng.. Jemputan gue belum dateng.” Jawab Keke lemas.
Sepertinya
Rio bisa merasakan suasana hati Keke saat ini. Tentu Keke sedang marah
dan kesal karena jemputannya belum juga nongol.
“Pulang sama gue aja yuk!” Ajak Rio.
“Hah?”
“Kenapa? Cuman anter lo pulang aja. Emangnya gue mau apain lo juga?”
Ikut
Rio nggak ya? Tanya Keke dalam hati. Sejujurnya, ia mau banget nerima
ajakan Rio. Tapi di lain hatinya, ia takut kalo Rio macam-macam padanya.
Ia dan Rio kan baru saling mengenal. Keke belum tau siapa itu Rio dan
sikap sifat dari cowok itu.
“Jangan mikir deh. Gue janji kok anter lo sampe rumah dengan selamat.” Kata Rio memberi keyakinan pada Keke.
Akhirnya,
Keke memutuskan pulang bareng Rio. Toh nggak ada salahnya kan pulang
sama cowok itu? Menurut pengamatannya sih Rio itu cowok baik. Dan ia
yakin di jalan nanti Rio nggak akan macam-macam padanya.
Banyak
cewek yang melihat dua manusia itu. Ada satu cewek yang melihat
pemandangan itu dengan hati yang tertusuk-tusuk. Dugaannya benar. Cowok
yang tadi menabraknya itu sudah memiliki pacar. Seharusnya ia menyadari
dari awal.
***
“Nggak mampir dulu Yo?” Tanya Keke ketika keduanya udah sampai di rumah Keke.
Rumah
Keke sederhana. Namun indah dan bersih. Siapapun pasti betah tinggal di
rumah itu. Beraneka macam bunga tumbuh di pot-pot yang sengaja di taruh
di samping teras. Mama Keke memang suka mengoleksi aneka macam bunga.
“Mmmm, gu..”
“MBAK KEKE !!!” Teriak suara anak kecil dari dalam sana. Anak itu berlari ria menuju tempat Keke berada.
Keke
menatap adiknya itu dengan penuh kesal. Wah, bisa gawat nih! Selama
ini, ia nggak pernah diajak cowok pulang ke rumah. Dan hari ini, ia
diantar oleh cowok. Bahkan cowok itu cakep banget.
“Pacar Mbak Keke ya?” Goda Chelsea, adik Keke yang baru berumur delapan tahun.
“Pacar? Bu..”
“Iya. Mbakmu pacaran sama kakak.” Kata Rio tenang sedikit melirik ke arah Keke yang tiba-tiba aja memerah.
Chelsea
meloncat gembira. Akhirnya! Kakaknya itu punya pacar juga. Kasih
bintang plus aja deh karena udah dapet cowok yang cakep plus manis.
“HOREEE!!! MBAK KEKE UDAH PUNYA PACAR... HOREEEE!!!” Teriak Chelsea lalu kembali ke dalam rumah.
“Eh..” Kata Keke salting. Rio sudah keterlaluan!
“Hahaha.. Lucu banget adek lo. Ya udah deh, gue pulang aja. Besok ketemu lagi yaaa..” Kata Rio.
Coba
saat ini Keke bisa menahan rasa malunya, ia berani melarang Rio pulang
karena cowok itu benar-benar keterlaluan. Berani-beraninya Rio
membohongi Chelsea. Sekarang, ia harus bisa menjelaskan kepada Chelsea
kalo ia sebenarnya bukan pacar Rio. Tapi, mana mungkin anak seumur
Chelsea bakal percaya?
***
Cuaca Kota
Bandung tidak terlalu panas. Ify berjalan dan tentu saja sambil membawa
buku menuju taman di dekat rumahnya. Ayunan berukuran sedang adalah
tempat favoritnya. Disana Ify merasakan ketenangan dan hatinya tidak
merasa sedih untuk sementara.
Angin menerpa rambutnya yang belum ia ikat. Tapi Ify nggak peduli. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai di tiup angin sore.
“Aku
cinta kamu.” Kata Ify miris. Merasakan kesakitan yang luar biasa. “Tapi
aku nggak bisa bersamamu. Maafkan aku. Aku harus meneruskan
penantianku.”
Sebuah penantian panjang yang ia tidak tau
apakah akan berakhir atau tidak. Yang jelas, ia akan terus menanti dan
menanti. Semua rasa, cinta, suka ia hapus. Semua rasa-rasa itu tidak
boleh bersamanya. Karena Ify berjanji untuk tidak jatuh cinta kepada
siapapun.
“Kak..I..Iyel..” Lirih Ify.
Air
matanya menetes. Membasahi buku yang ia bawa. Ify menangis dalam
kesunyian yang dirasakan di hatinya. Walau taman ini lumayan ramai, bagi
Ify, semuanya terasa sepi dan sunyi. Hidupnya memang tak jauh dari kata
SENDIRI.
“Aku rindu kakak.. Mana janji kakak..”
Andai
kata orang yang ditunggunya datang menemuinya, menyatakan kalo orang
itu sangat rindu padanya. Tapi semua itu hanyalah mimpi. HANYALAH MIMPI.
“Kapan
kakak menemuiku? Mana janji kakak dulu untuk mencariku? Aku lelah kak
menungu..” Ify mengusap air matanya. “Kak.. Asal kakak tau, aku berusaha
untuk tidak mencintai cowok. Aku hanya mencintai kakak dan selalu
menunggu kakak..”
“Jadi, itu alasanmu Fy?” Kata suara sesorang yang membuat jantung Ify berhenti berdetak.
***
TBC.....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja (:
Follow: @uny_fahda19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar