expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 28 Juni 2015

Like Rain of Hearts ( Part 10 )



Part 10

.

            Mimpikah ia? Perlahan Disty membuka kedua matanya. Baru saja ia memimpikan hal indah tentunya bersama Rio. Rio? Bukankah ia dan Rio sudah pacaran? Disty tersenyum. Gadis itu megecek ponselnya. Wallpapernya adalah foto Rio yang sedang bermain gitar dan itu adalah foto favoritnya. Ada beberapa pesan masuk. Disty tidak berhenti tersenyum saat menemukan nama My Prince ‘Rio’ mengirimnya pesan.

            Good morning my princess! See you soon. I will come to your house and we go to school together J

            Disty menaruh ponsel di atas meja belajar lalu bergegas untuk mandi. Setelah mandi dan berpakaian rapi, Disty berjalan menuju ruang makan. James orang pertama yang menggodanya pagi itu.

            “Adik cantikku sudah punya pacar. Selamat ya. Kau beruntung bisa mendapatkan Rio. Kau memang selalu mendapat cowok yang keren dan terkenal.” Ucap James.

            Disty tersenyum. “Rasanya seperti mimpi. Ternyata nyata. Baru kali ini Disty dibuat kaku dan seperti sudah mati karena cowok. Rio memang romantis. Sangat romantis. Semoga hubungan Disty dengannya baik-baik saja.” Ucapnya.

            Diantara keluarganya, hanya Thomas yang tidak menampakkan wajah ceria. Wajah Thomas tampak berbeda dari lainnya. Ada apa dengan Ayah? Disty sempat melihat gaya makan Ayahnya yang seperti tidak berselera. Apa Ayahnya sakit? Atau jangan-jangan.. Apa Ayahnya tidak suka jika ia berhubungan dengan Rio?

            Setelah selesai sarapan, ternyata Rio sudah ada di luar. Aneh. Jantungnya sedaritadi berdetak tak karuan dan Disty seperti malu bertemu Rio. Tapi Disty mencoba untuk baik-baik saja dan tenang. Di luar sana, Rio sama dengan biasanya dengan penampilan yang sangat keren.

            I bet you had a beautiful dream about me.” Ucap Rio sambil mengacak-acak rambut Disty.

            And I bet you had a beautiful dream about me too.” Balas Disty kemudian naik ke motor Rio dan motor itu melaju meninggalkan rumah Disty.

            Sementara itu, di teras Michael kebingungan karena Luke tidak datang ke rumahnya. Apa Luke tidak sekolah? Tapi menurutnya Luke itu anak yang rajin dan selalu hadir meski sakit. Apa Luke tidak mau ikut dengannya seperti biasanya? Apa Luke tidak sanggup melihat kemesraan Disty dengan Rio?

            “Kau telpon saja Luke.” Ucap James sambil melihat jam tangannya.

            “Percuma. Luke tidak mengangkat telponku.” Ucap Michael.

            James menghela nafas panjang. “Artinya kali ini dia tidak ikut dengan kita.” Ucapnya dan bersiap-siap masuk ke dalam mobil.

***

            7.15…

            Cowok itu masih tertidur lelap di meja belajarnya. Entah apa yang membuat cowok itu betah dengan cara tidur seperti itu. Duduk di kursi sambil menjatuhkan wajahnya di meja. Parahnya lagi, laptop yang kemarin ia buka belum dimatikan dan koneksi internet belum ia matikan juga. Otomatis modem yang ia gunakan habis pulsanya dan error.

            Tangan kanannya bergerak sehingga membuat ponselnya terjatuh dengan keras. Seketika itu juga Luke terbangun dengan kaget. Di hadapannya ada cermin sehingga ia bisa melihat wajahnya yang mengerikan. Kemudian Luke melihat laptopnya yang masih ditancap oleh modem.

            “Oh shit! Kenapa aku bisa ketiduran?” Ucap Luke kaget lalu cepat-cepat menekan keyboard laptopnya. Tidak bisa hidup. Laptopnya sedang terkena masalah.

            Luke heran kenapa bisa setelat ini bangun. Kenapa Ayah atau Ibunya tidak mau membangunkannya? Luke teringat dengan pintu kamar yang selalu ia kunci. Tidak mungkin seseorang bisa masuk ke dalam kamarnya. Kemudian Luke menemukan ponselnya yang tergeletak di lantai. Ketika ia membuka ponselnya, ada sepuluh panggilan dari Michael dan lima pesan dari Michael. Pagi ini memang pagi yang paling buruk.

            Setelah mandi dan bersiap-siap, Luke melihat kakaknya, Jack yang sedang menonton TV. Luke merasa kesal sekali.

            “Sudah bangun? Bagaimana kau bisa telat dan mengapa kau selalu mengunci kamarmu? Aku dan Mama sudah lelah menggedor pintu kamarmu tetapi usaha kami sia-sia.” Ucap Jack.

            Luke tidak membalas ucapan Jack dan terus berjalan menuju luar. Namun Jack langsung bicara dengannya. “Sampai kapan kau begini terus? Aku tau kemampuanmu Luk dan kau jangan takut untuk melakukan hal yang kau suka asalkan itu baik.” Ucapnya yang sukses membuat Luke menghentikan langkahnya.

            “Mewakili sekolah untuk kegiatan lomba dalam berbagai mata pelajaran?” Tanya Luke.

            “Bukan. Bukan itu yang aku maksudkan.” Ucap Jack.

            “Ya terimakasih. Luke pergi dulu dan sepertinya Luke akan di hukum kali ini.” Ucap Luke tidak nyambung.

***

            “Apa yang kau perbuat dengan laptopmu?” Tanya Michael saat mendengar cerita Luke.

            Tadi Luke memang terlambat tapi karena satpam sekolah sedang malas, jadinya yang terlambat boleh masuk ke dalam kelas. Luke beruntung. Tapi Luke teringat dengan nasib laptopnya. Kalau rusak bagaimana? Jika semua file-file-nya hilang bagaimana?

            “Kemarin malam aku browsing internet dan tiba-tiba aku mengantuk dan ketiduran.” Jawab Luke.

            Michael menggeleng-gelengkan kepala. “Ternyata orang sejenius sepertimu bisa error juga.” Ucapnya. Tiba-tiba Michael teringat sesuatu. “Aku heran deh. Setiap kali aku ke rumahmu, kau melarangku masuk ke dalam dan kau hanya mengizinkanku di teras saja. Dan aku ke rumahmu di waktu tertentu saja. Memangnya ada apa? Kau kan sudah melihat seisi rumahku.” Sambungnya.

            “Setidaknya rumahku tidak ada bom atau barang-barang terlarang.” Ucap Luke.

            “Aku tidak menuduhmu seperti itu. Hanya saja kau sedikit misterius. Aku sudah menganggapmu sebagai sahabat.” Ucap Michael.

            “Dan terimakasih karena sudah menganggapku sebagai seorang sahabat.” Ucap Luke.

            Michael tidak bisa mengerti jalan pikiran Luke. Selalu. “Ohya, nanti malam kau harus ikut makan malam bersama kami karena aku tidak mau dicuekkan.” Ucapnya.

            “Makan malam dengan siapa?” Tanya Luke. Perasaannya mulai tidak enak.

            Michael tersenyum. “Rio yang akan mentraktir kita.” Ucapnya.

***

            Tidak tau mengapa Luke mau menerima ajakan Michael. Disinilah mereka. Berada di sebuah restoran nomor satu di London. Restoran itu adalah milik Ayah Rio. Pantesan saja Rio kaya karena Ayahnya mempunyai restoring sebagus ini. Biasanya restoran ini banyak didatangi pejabat-pejabat kaya atau artis-artis papan atas Kota London.

            Tentu saja Disty dan Michael kaget mengapa Rio sampai bisa membawa mereka ke restoran ini. Parahnya lagi Luke. Cowok itu memakai baju apa adanya namun terlihat tidak cocok. Tapi Rio tidak mempedulikan penampilan Luke. Tadi Rio dengan diantar supir pribadinya menjemput Disty.

            “Pacaran dengan orang kaya enak juga.” Ucap Michael. Mereka sudah duduk di tempat yang nyaman.

            “Tapi aku bukan tipe cewek yang menginginkan cowok kaya. Aku benci akan hal itu.” Ucap Disty.

            Rio tersenyum. “Aku percaya ke kamu.” Ucapnya.

            Setelah memesan pesanan, kemesraan antara Rio dengan Disty mulai terlihat. Dimulai dari Rio menggenggam tangan Disty dan selalu menampakkan senyuman terbaikknya. Kalau begini caranya, apa gunanya Rio mengajak Michael? Tetapi Rio memang ingin mengajak yang lain mengunjungi restorannya. Di lain waktu Rio bisa mengajak Disty pergi sendiri.

            “Apa yang kau rasakan?” Bisik Michael di telinga Luke.

            Luke tidak langsung menjawab. “Aku tidak merasakan apa-apa. Tetapi aku heran dengan diriku mengapa aku mau menerima ajakanmu. Kenapa kau tidak mengajak James?” Ucapnya.

            “James lagi sibuk. Ya sekali-kali kita diajak makan malam oleh orang kaya. Tidak boleh menolak rezeki.” Ucap Michael.

            “Tapi rasanya kita seperti menganggu pasangan itu.” Ucap Luke. Ia sengaja tidak menyebut nama ‘Rio dan Disty’.

            Michael tersenyum puas. Sebenarnya alasannya mengajak Luke untuk melihat bagaimana reaksi cowok itu. Tetapi Luke sama saja. Cuek dan irit bicara. Luke juga terlihat tenang dan tatapan matanya tidak menandakan tatapan kemusuhan saat melihat Rio. Apa Luke memang tidak menyukai Disty? Sebenarnya bagaimana perasaan Luke? Michael heran dengan dirinya sendiri yang ingin sekali mengetahui kehidupan orang lain. Sudahlah.

            Setelah pesanan datang, keempatnya menyantap makanan itu dengan semangat. Rio tidak segan-segan menyupai Disty. Begitu pula sebaliknya. Intinya pasangan itu sangat mesra. Tetapi selain itu Rio mempunyai maksud lain. Cowok itu ingin memanasi Luke karena diam-diam Rio curiga kalau sebenarnya Luke menyukai Disty. Tapi Luke tampak tenang-tenang saja.

            “Kau memang sangat romantis. Sudah ganteng, baik, keren, pinter nyanyi, jago main gitar, idola seisi sekolah.. Aku beruntung sekali mendapatkanmu meski nyatanya banyak yang membenciku.” Ucap Disty.

            “Dan aku juga beruntung mendapatkan cewek cantik dan spesial seperti dirimu. Jangan pikirkan kata mereka. Mereka tidak akan menganggumu.” Ucap Rio.

            Rio memang cocok untuk Disty. Bahkan sangat cocok, begitu pikir Luke. Cowok itu terus saja melahap makanan di depannya namun tanpa minat karena nafsu makannya hilang. Luke berharap semua ini cepat berakhir.

            Akhirnya, makan malam itu berakhir indah. Disty merasa bahagia sekali. Besok apalagi? Disty tidak bisa membayangkannya. Intinya dia berharap akan selalu bahagia bersama Rio dan perasaannya pada Rio tidak akan pernah hilang. Ya.

            Tetapi siapa yang akan menjamin perasaan seseorang?

***

            Hari-hari Disty begitu indah semenjak pacaran dengan Rio. Hubungannya dengan Rio sudah sebulan dan mereka semakin lengket. Banyak sekali yang iri dan membenci Disty sehingga Disty banyak mempunyai musuh. Tetapi Disty cuek. Disty masih banyak mempunyai sahabat-sahabat yang menyayanginya seperti Miley dan Donna. Dua sahabatnya itu mendukung hubungannya dengan Rio dan selalu berdoa Rio dan Disty akan selalu bersama.

            Di malam yang damai itu, seperti biasa Disty bermain gitar di balkon kamarnya ditemani semilir angin yang lembut. Tampaknya gadis itu semakin berbakat. Disty sudah banyak membuat lagu. Tapi Disty sama sekali tidak pernah menyanyi di hadapan banyak orang. Rio pernah menyuruhnya untuk tampil mengisi acara tetapi Disty menolak. Disty menyanyi hanya untuk dirinya sendiri.

            Tanpa sengaja Disty melihat stiket bertuliskan huruf ‘L’ di gitarnya. Gadis itu terdiam sesaat. Lintar. Bagaimana kabar cowok itu? Beberapa hari yang lalu Disty mengecek facebook Lintar dan tersenyum bahagia. Disana Lintar mengganti foto profil facebooknya. Lintar yang berfotoan bersama teman-temannya. Wajah Lintar sama seperti terakhir kali ia lihat. Disty menyimpulkan Lintar memang sudah melupakannya. Kalau Lintar pernah aktif di facebook saat kepergiannya, seharusnya Lintar mengirimnya pesan. Tetapi ini tidak. Barangkali Lintar sudah mempunyai pacar.

            Lintar adalah masa lalunya dan Disty sudah tidak mencintai Lintar lagi. Dulu ia memang sangat mencintai Lintar. Tetapi sekarang tidak lagi. Disty takut hal yang sama yang akan terjadi pada Rio. Bagaimana jika perasaannya pada Rio akan berubah? Atau bagaimana jika perasaan Rio yang berubah? Entah mengapa Disty menjadi galau. Rio. Cowok itu membuatnya khawatir dan takut. Disty tidak mau kehilangan Rio. Apapun yang terjadi. Bahkan jika ia harus pindah tempat tinggal Disty berjanji untuk tetap berada disini, di samping Lintar.

            “Be my forever be my forever..”

            Gadis itu kembali menyanyikan lagu yang pernah ia nyanyikan saat bersama Rio di ruang musik. Lagu favoritnya, dan Disty berharap seperti lirik lagu itu. Rio akan menjadi miliknya untuk selama-lamanya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar