expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 27 Juni 2015

Like Rain of Hearts ( Part 3 )



Part 3

.

            Sekolah. Disty sudah siap dengan seragamnya dan sekarang ia sudah berada di depan pintu gerbang sekolahnya. Tentu saja bersama Michael dan James. Tapi James duluan masuk karena katanya ada urusan. Sekarang Disty sudah kelas delapan sementara Michael kelas sembilan. Kalau James kelas dua belas. Ya, Michael memang terlambat sekolah. Sekarang umurnya empat belas tahun dan sebentar lagi berumur lima belas tahun.

            Banyak pasang mata melihatnya. Disty melihat tatapan-tatapan itu dengan risih. Apa ini cara menyambut kedatangan murid baru? Disty mulai merasa tidak enak. Akankah ia sanggup berada di sekolah ini? Tetapi kata Michael semuanya akan baik-baik saja dan anak-anak disini juga baik dan tidak bermusuhan. Tapi tetap saja Disty ragu.

            “Kelasmu ada di 8E. Semoga berhasil.” Ucap Michael sambil tersenyum lalu meninggalkan Disty.

            Perlahan, Disty memasuki kelas barunya itu dan mendapatkan teman-teman baru disana. Beda sekali dengan kelas lamanya yang satu kelas berjumlah empat puluhan dan duduknya berdua. Sedangkan disini isinya ada dua puluhan dan duduknya satu-satu. Kursi dan mejanya juga digabungkan. Seperti anak kuliahan.

            Disty pun memutuskan duduk di bangku paling belakang yang ia rasa tidak ada penghuninya. Lagi-lagi Disty menatap dengan risih teman-teman barunya. Perasaannya mulai tidak enak.

            Welcome to our class!!” Seru Donna kemudian diikuti oleh anak-anak lainnya. Tentu saja Disty merasa kaget.

            “Hei jangan kaget. Disini kami menerimamu apa adanya. Aku sudah tau kisahmu dari Michael. Dia kan kakakmu.” Ucap Donna. Ternyata Donna duduk tepat di depan bangkunya.

            Sebisa mungkin Disty tersenyum. “Terimakasih. Semoga aku betah disini.” Ucapnya.

            “Hmmm.. Kau sudah lama ya tinggal di Indonesia? Pasti seru sekali disana. Aku juga mau kesana.” Ucap Donna.

            “Iya. Aku selalu merindukan Indonesia.” Ucapnya. ‘Dan Lintar’, tambahnya dalam hati. Tadi pagi ia sempatkan diri membuka email tetapi Lintar belum juga membalasnya. Ada apa dengan Lintar? Apa Lintar sudah melupakannya? Atau Lintar sudah mendapatkan cewek baru sekarang?

            Kemudian, seorang guru datang memasuki kelas itu dan memulai pelajaran. Sebelumnya, guru itu menyuruh Disty maju ke depan untuk memperkenalkan diri. Disty pun maju ke depan dengan sedikit rasa malu.

            “Hai, namaku Adisty Christina Clifford. Panggil Disty saja.” Ucapnya seadanya.

            Pelajaran pun dimulai. Ternyata tidak buruk-buruk amat dan Disty mampu menangkap dengan baik penjelasan guru itu. Apa karena emang pada dasarnya ia sudah bisa bahasa Inggris karena memang darahnya dominan ke Inggris?

***

            Baru saja menjadi murid baru, Disty sudah mendapatkan dua teman. Donna dan Miley. Yang paling membuatnya senang, Miley ada darah Indonesia. Ibunya blasteran Indo-Aussie-Inggris, sementara Ayahnya blasteran Inggris-Prancis. Banyak banget ya makanya wajahnya Miley unik sekali. Matanya berwarna abu-abu dan rambutnya hitam legam.

            “Aku sering ke Indonesia. Tapi itu dulu setelah keluargaku memutuskan untuk menetap di Inggris.” Ucap Miley.

            Saat ini mereka sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka yang kelaparan. Disty hanya memesan kentang goreng saja karena ia tidak terlalu lapar. Tapi porsinya banyak banget. Apa porsi makanan orang Inggris lebih besar dari porsi makanan orang Indonesia?

            “Ssstt.. Aku sudah lama lho mengagumi kakakmu, Michael.” Bisik Donna.

            “Ohya?” Tanya Disty.

            “Iya. Michael itu ganteng sekali. Pokoknya dia sempurna deh. Beruntung aku kenal kau dan mungkin kita akan menjadi sahabat baik.” Ucap Donna.

            “Hahaha… Michael memang menyenangkan. Pertama kali bertemu aja kami sudah akrab.” Ucap Disty.

            Tentu saja Donna dan Miley merasa heran. Pertama kali bertemu? Memangnya Disty dan Michael tidak pernah bertemu sebelumnya? Melihat wajah penasaran Donna dan Miley, langsung saja Disty menceritakan tentang kisahnya yang sama persis Bella ceritakan padanya. Donna dan Miley mendengar dengan seksama.

            “Aku tak menyangka hidupmu seperti itu. Sudah belasan tahun kau tidak bertemu Ayahmu.” Ucap Donna.

            “Tapi kau tidak marah kan pada Ayahmu?” Tanya Miley.

            “Awalnya sih aku marah dan kesal kenapa Ayah tega melakukan semua itu. Tapi Ayah hanya salah paham dan Mama tidak bersalah. Aku juga kagum dengan Mama. Dia sangat setia dengan Ayah dan selalu menuruti apa kata Ayah.” Jawab Disty.

            Baru saja Donna membuka suara, Parabells datang dengan gaya yang sangat memuakkan. Hal itu membuat Donna dan Miley serasa ingin muntah. Parabells adalah geng cewek yang terkenal sok berkuasa. Kebetulan mereka duduk di kelas dua belas dan tidak memiliki kakak kelas. Parahnya lagi, ketuanya yang bernama Eleanor berkali-kali mencoba menaklukan hati James yang adalah kakak Disty sendiri.

            Parabells berjalan mendekati meja mereka. Sebisa mungkin Donna dan Miley bersikap biasa. Tentu saja mereka tidak mau bermasalah dengan kakak kelas apalagi mereka masih kelas delapan. Eleanor menatap murid baru itu secara teliti dan dia menemukan sesuatu di wajah murid baru itu.

            “Kau pasti adiknya James. Bagus.” Ucap Eleanor.

            Disty yang tadi menunduk langsung mengangkat wajahnya. Jujur saja, ia kagum dengan wajah Eleanor yang benar-benar menandakan khas wajah gadis britsh. Rambutnya berwarna cokelat, menyerupai matanya.

            “Iya. Namaku Disty.” Ucap Disty pelan.

            Eleanor sedikit tertawa. “Beruntung aku bertemu denganmu. Aku hanya ingin meminta bantuanmu agar aku bisa dekat dengan James.” Ucapnya.

            Disty bingung. Kenapa banyak sekali gadis-gadis yang menyukai kakaknya? Tadi Donna yang menyukai Michael dan sekarang Eleanor yang menyukai James. Katanya mereka beruntung bertemu dengannya.

            “Aku tidak tau.” Ucap Disty.

            “Ohya? Apa kakakkmu sudah punya seseorang untuk ditunggu?” Tanya Eleanor.

            Donna yang tadi diam langsung bicara. “Kak, Disty baru saja datang kemari. Selama ini dia tinggal di Indonesia. Disty belum pernah bertemu dengan James atau Michael. Baru saja Disty pindah ke Inggris.” Ucapnya.

            Tiba-tiba, orang yang mereka bicarakan pun datang. Kedua mata Eleanor melebar tatkala melihat pujaan hatinya datang. Ya, James. Gitaris The Vamps yang banyak sekali dipuja oleh gadis-gadis disini, termasuk Eleanor.

            “Jangan ganggu adikku!” Ucap James.

            Eleanor menjadi salah tingkah. Dia memang yang paling berkuasa disini. Tetapi dia tidak berani jika berhadapan dengan James.

            “Sorry. Aku tidak ganggu adikmu. Ngg.. Aku pergi aja deh.” Ucapnya lalu diikuti oleh teman-temannya yang lain.

            “Wau. Kakakkmu keren banget sih.” Ucap Miley.

            James tertawa. “Kalian tenang aja. Kalau kalian diganggu sama siapapun, tinggal panggil aku saja.” Ucapnya.

            “Huuu.. Kak James memang pengen jadi pahlawan sih..” Ucap Disty sambil tertawa.

***

            Kosong. Tidak ada pesan masuk dari Lintar. Disty menutup laptopnya. Kecewa. Ya, dia sangat kecewa. Padahal dia sudah meng-upload lagunya di soundcloud. Tetapi Lintar tak kunjung membalas pesannya. Disty beralih menuju facebook. Tetapi Lintar tidak pernah on. Juga twitter. Ada apa dengan Lintar? Apa Lintar sudah melupakannya?

            Disty akui London adalah kota yang cantik dan ia betah tinggal disini. Keluarganya sangat rukun dan ia mempunyai dua kakak cowok yang sangat sayang padanya. Di sekolah pun ia mulai banyak dikenal. Donna dan Miley juga baik padanya. Tapi kenapa hatinya masih terasa tidak enak? Disty merasa hatinya masih berada di Indonesia.

            “Hai Dis..”

            Michael datang sambil membawa dua gelas susu cokelat yang masih panas. Cowok itu memberikan satu gelas pada Disty. Disty menerimanya sambil tersenyum.

            “Masih menunggu balasan cinta pertamamu itu?” Tanya Michael.

            Disty menghela nafas panjang. “Ya. Sampai sekarang Lintar belum juga membalas emailku.” Jawabnya.

            Michael tersenyum sambil membelai rambut adiknya. “Artinya, kau harus melupakannya. Kau jangan terus hanyut olehnya. Masih banyak sekali cinta yang harus kau temukan. Lintar bukanlah satu-satunya orang yang ada di hatimu.” Ucapnya.

            “Tapi susah sekali melupakan cinta pertama. Aku dan Lintar sudah berhubungan selama sepuluh bulan. Sepuluh bulan bukanlah waktu yang singkat.” Ucap Disty.

            “Iya aku tau. Aku juga pernah merasakannya. Ingat lagu yang kau buat? Disana kita harus tetap bergerak dan jangan diam saja. Hidupmu masih panjang Dis. Masih banyak hal-hal yang belum kau tau.” Ucap Michael.

            “Iya deh kak terimakasih. Kalau memang ini yang terbaik untuk Disty, Disty akan mencoba untuk melupakan Lintar walau rasanya susah. Terkadang Disty suka merindukannya. Tapi Disty yakin sekali suatu hari nanti Lintar akan datang ke Disty sambil membawa gitar dan menyanyikan lagu untuk Disty sesuai dengan janjinya.”

            Ponsel Michael berbunyi. Cowok itu membuka ponselnya. “Hai Luk? Ohya? Oke I’m ready for tomorrow!”

            Entah apa yang dibicarakan oleh Michael. Disty rasa itu tidak penting. Kemudian Disty tidak sengaja menemukan bingkai fotonya dengan Lintar. Apa bingkai foto itu harus dibuang? Tapi ia tidak tega membuang bingkai itu. Itu adalah hasil foto terindahnya dengan Lintar.

            “Kau ingat Luke?” Tanya Michael.

            “Luke? Memangnya ada apa? Dia teman kelasmu juga?” Tanya Disty.

            Michael tersenyum misterius. “Telpon Donna dan Miley dan suruh mereka bersiap-siap besok.” Ucapnya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar