expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 02 Agustus 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 28 )

Part 28

.

.

.

Di dalam ruangan 4F, seorang cewek menangis tersedu-sedu. Siapapun yang melihatnya, pasti ikut menangis. Hal ini juga dirasakan oleh cewek yang bernama Shilla. Sekarang ia tau. Sekarang ia sudah menemukan jawabannya. Alvin... Jadi selama ini kamu... Kamu terbaring di ranjang rumah sakit? Kenapa kamu tidak bilang ke aku?

Melihat siapa yang datang, wajah Dea berubah menjadi ganas. Orang itu, mengapa bisa ada disini? Ia hanya ingin sendiri. Dea tidak suka melihat kedatangan Shilla.

“Mau apa Lo kesini?” Bentak Dea. Shilla mundur dua langkah.

“Aku.. Alvin..”

“Alvin? Lo puas lihat kakak gue menderita?”

Kamu salah Dea.. Aku sedih melihat Alvin dalam keadaan seperti ini. Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak kemarin-kemarin? Zevana menarik tangannya pertanda sebaiknya meninggalkan tempat ini. Tapi Shilla menolak.

“Alvin kenapa De? Alvin sakit apa?” Tanya Shilla. Air matanya mulai menyeruak turun. Zevana yang tadi cuek saja ikutan simpati. Ia tau, cowok yang sedang terbaring itu mantan Shilla. Mantan yang ia yakini masih dicintai sepupunya itu.

“Alvin.. Alvin.. Dia..”

“Alvin kenapa Dea? Alvin kenapa? Dia baik-baik aja kan?” Kata Shilla dengan nada ditinggikan.

Belum sempat Dea menjawab, terdengar lirihan suara. Suara yang sangat ia rindukan. “Shilla..”

***

Undangan sudah disiapkan, tinggal disebarkan saja. Baju pengantin juga sudah disiapkan. Ketika melihat wajahnya di depan cermin dengan gaun itu, air matanya mulai turun. Tidak. Bukan air mata bahagia. Tapi air mata kesedihan. Seharusnya yang keluar adalah air mata kebahagiaan. Bukan kesedihan.

Gaun cantik berwarna putih ini adalah pemberian dari calon suaminya-Gabriel-yang dibeli di Toko Shivers-toko milik Shilla-dengan harga cukup murah. Gabriel mendapat diskon dari Shilla. Mungkin sekitar tiga puluh persen.

Bahagialah Fy.. Sebentar lagi kamu memiliki suami.. Lupakan Rio, lupakan.. Dia adalah masa lalumu. Ify mencoba untuk tersenyum. Ia harus kuat. Ia tidak boleh menangis lagi. Bukannya ia berjanji untuk tidak menangisi Rio?

“Manis..” Kata seseorang.

“Gabriel?”

Gabriel mendekati Ify, lalu merangkul Ify. Hari ini, ia begitu bahagia. Sangat bahagia. Gadis yang ia cintai sekarang sudah menjadi miliknya. Semoga saja pernikahan nanti berjalan lancar. Ia takut. Sesuatu yang menghancurkan pernikahan itu.

“Gimana? Kamu siap nggak lusa?” Tanya Gabriel. Ia mempererat rangkulannya.

“Ify siap kok.” Jawab Ify tersenyum. Tentu senyum yang ia paksaan.

“Perfect. Kamu akan jadi milikku Fy.. Selamanya..”

Selamanya? Selamanya ia menjadi milik Gabriel? Adakah kalimat lain yang lebih baik dari kalimat itu? Fy, kamu salah memberi keputusan. Seharusnya kamu menolak cinta Gabriel dan menjomblo seumur hidup. Tapi.. Ify tidak mau membatalkan pernikahan ini. Ia tidak mau membuat Gabriel sedih. Biarlah dirinya sendiri yang merasakan kesedihan, asalkan Gabriel bahagia.

“Ohya, gaunmu bagus banget. Shilla yang memilih gaun itu. Katanya itu rancangannya. Shilla hebat ya.” Kata Gabriel.

Ify tidak menanggapi ucapan Gabriel. Pandangannya kosong ke arah cermin besar itu. Ekspresi kesedihan ia tunjukan di cermin itu. Sebenarnya Gabriel tau, ia tau Ify masih mencintai Rio. Lalu, mengapa Ify mau menerima cintanya dan mempercepat pernikahan?

“Fy, kamu yakin masih mencintai Rio?” Tanya Gabriel.

“Eh..” Ify kembali sadar. Sial! Gabriel dapat menebak bahwa ia sedang sedih karena Rio. “Mmm, iya sih, tapi lambat laun Ify bisa melupakan Rio. Makanya, buat Ify jatuh cinta Yel..”

“Sama siapa?” Goda Gabriel.

“Sama siapa ya..” Ify sengaja berpikir-pikir. Dan saat itulah, Gabriel mencium pipinya. Mendadak Ify kaget. Baru kali ini ia dicium laki-laki selain Ayahnya. Oh, tapi kan, itu cuman ciuman pipi. Jadi tidak bisa dikatakan sebagai ciuman pertamanya.

“Kaget ya?” Tanya Gabriel.

“Mmm, iya sih.. hehe..”

Lihat! Gabriel begitu bahagia. Ia ingin sekali bahagia seperti Gabriel. Tuhan... Buat aku bahagia walau tidak bersama Rio, buat aku bahagia bersama Gabriel. Ify yakin. Ia pasti bisa bahagia bersama Gabriel. Yakinlah Fy, kamu pasti bisa bahagia!

***

Malam ini, Shilla menemani Alvin, setelah memaksakan Dea istirahat di rumahnya. Kemarin, Alvin sudah sadar. Tapi cuman sebentar saja. Dan ia sekarang tau penyakit apa yang diderita Alvin. Oh.. Seandainya aku tau dari awal..

Ohya, Cakka sudah diperbolehkan pulang berhubung keadaannya baik. Cakka cuman pingsan saja. Dokter menasehatinya supaya tidak berpikir terlalu keras. Tangan Shilla memegang jemari tangan Alvin yang dingin. Oh Vin.. Sadarlah..

“Shilla..” Kata seseorang. Shilla menoleh ke belakang.

“Cakka? Kenapa kesini? Bukannya kamu harus istirahat?” Tanya Shilla bingung. Cakka mendekati Shilla.

“Aku khawatir padamu.” Kata Cakka lembut.

Baru pertama kalinya Shilla melihat Cakka setenang ini. Cakka tidak cemburu atau apa, dan Shilla yakin. Pasti semua ini karena Zevana. Zevana telah merubah Cakka menjadi cowok normal. Maksudnya berani menghadapi cinta dan cemburu.

“Dia sadar Shilla...” Kata Cakka.

Tangan itu bergerak secara perlahan, lalu tangan itu menggenggam tangan Shilla. Kedua matanya pun terbuka. Yang ia lihat adalah seorang cewek cantik yang sangat ia rindukan. Shilla..

“Kau sadar Vin!” Kata Shilla senang.

 Sementara Cakka diam melihat pemandangan itu. Menurutnya, Shilla sangat mencintai cowok itu dan ingin bersama cowok itu. Kalau itu memang takdir, Cakka menerimanya tanpa ada beban sedikitpun. Banyak pelajaran yang ia ambil dari Zevana. Dan ia berjanji akan mencari cintanya.

“Shilla..” Lirih Alvin.

“Iya Vin, ini aku, Shilla.” Kata Shilla.

Sekuat tenaga ia mengumpulkan seluruh penglihatannya. Setelah ia rasa cukup, Alvin tersenyum. Tuhan masih mengizinkannya melihat Shilla, sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat ini.

“Alvin cinta Shilla.. Ma..Maaf.. Al..Alvin mutusin Shi..Shilla..”

“Iya Vin iya, Shilla juga masih mencintai Alvin. Alvin harus sembuh.”

Shilla membelai rambut Alvin dan terus menatap Alvin dengan senyuman termanisnya. Cowok disampingnya terharu melihat pemandangan itu. Shilla.. Aku yakin Alvin sembuh, aku mendukung hubungan kalian.. Aku janji kok tidak akan cemburu..

“Maafin Alvin ya Shilla ka..kalo Alvin pu..punya banyak sa..salah sama Shilla..”

“Iya Vin. Alvin janji ya sembuh. Setelah itu Alvin harus jadi pacar Shilla. Sama seperti dulu. Alvin mau kan?”

‘Aku mau Shilla, aku mau..’ Alvin tidak kuasa mengatakan kalimat itu. Baginya, umurnya ini tidak lama lagi. Ia lelah menjalani hidup di dunia ini. Maafin aku Shilla.. Aku harus meninggalkanmu..

“Mmm, Shilla keluar dulu ya, ntar Shilla balik lagi. Ohya, ini Cakka, teman Shilla.” Kata Shilla.

***

Tut..Tut..Tut..

“Halo?” Terdengar suara disebrang sana. Ia jadi lega.

“Bagaimana keadaan Alvin?” Tanyanya.

“Baik. Tadi dia sadar.”

Dalam hati, ia bersyukur. Tuhan baik padanya, dan ia merasa jahat pada Tuhan. Oh, apa aku harus memberitahu kepada Rio yang sebenarnya? Haruskah?

“Oh, syukurlah. Aku yakin Alvin sembuh.”

“Iya, aku..”

Tut..Tut..Tut..

Sambungan diputuskan. Mengapa Shilla memutuskan panggilannya? Perasaannya menjadi tidak enak. Alvin.. Apakah dia...

***

“Shilla.. Alvin..” Teriak Cakka. Shilla yang sedang telponan secara refleks menekan tombol merah. Ia penasaran sekali apa yang terjadi di dalam ruangan itu.

“Alvin kenapa?” Tanya Shilla.

Cakka menggeleng. Padahal ia tau apa yang terjadi dengan Alvin. Shilla pun melihat keadaan Alvin. Sama seperti tadi. Tapi.. tapi...

***

“Ayo angkat.. ayo angkat..”

Argh! Dea frustrasi. Shilla tidak mau mengangkat telponnya. Shilla.. Apa yang terjadi pada Alvin? Perasaannya menjadi tidak enak.

“Dea!” Teriak seseorang.

“Rio? Alvin..”

“Alvin... Dia..”

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar