expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 02 Agustus 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 27 )

Hy all !!!

Ini part 27 nyaaa....

Maap kalo ceritanya kurang bagus :)




Part 27

.

.

.

“Aku cinta kamu Shilla..”

Terjawab sudah. Cakka berhasil mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Ia mencintai Shilla. Sejak pandangan pertama, dulu. Sekarang, yang menjadi masalahnya, apa Shilla juga mencintainya? Tapi kata Zevana, tentu Shilla menerima cintanya. Mana ada sih cewek yang menolak cinta dari cowok tampan seperti dirinya? Tapi ia tidak yakin. Cakka tidak yakin dengan dirinya sendiri. Ah, biarlah. Terpenting ia sudah menyatakan perasaannya.

“Kamu...” Shilla bingung mau jawab apa. Ia sendiri tidak tau apa yang ia rasakan. Apakah senang atau tidak?

“Maaf ya lancang.” Kata Cakka.

“Oh, nggak papa kok.” Kata Shilla.

“Jadi.. Jadi bagaimana pendapatmu?” Tanya Cakka.

“Pendapat apa?”

“Mmm, entahlah.”

Sepertinya, Shilla tidak tertarik padanya. Cakka ingat. Dulu, Shilla pernah memarahinya karena ia telah memecahkan permata itu. Apa karena hal itu Shilla sampai sekarang membencinya? Apa lebih baik membahas tentang pecahan permata itu?

“Shill..”

“Ya?”

“Apa.. Apa kamu masih ingat permata yang dulu aku pecahkan itu?”

Wajah Shilla berubah menjadi pucat. Pecahan permata... Alvin... Seseorang yang masih dicintainya? Argh! Kenapa Alvin datang di waktu yang tidak tepat?

“Shill..”

“Oh, ya ya. Permata itu emang pecah.” Jawab Shilla.

“Kamu masih ingat kalo aku yang pecahin permata itu?”

“Mmm.. Iya. Tapi udah nggak apa-apa. Permata itu nggak berharga lagi.”

“Maaf ya..”

“Nggak papa kok Kka, kamu nggak salah. Waktu itu aku sedang kesal. Tapi lama kelamaan aku baik-baik aja. Memang sih permata itu sangat berharga, tapi itu dulu. Sekarang tidak.”

Syukurlah, batin Cakka. Tapi ia masih penasaran dengan permata itu. Dulu, ia sanggup mengganti permata itu dengan permata yang lain. Tapi Shilla keburu pergi.

“Memangnya, siapa yang memberimu permata itu?” Tanya Cakka.

Shilla tidak langung menjawab. Ia teringat Alvin. Sedang apa dia sekarang? Kabar Alvin sudah tak dapat ia lacak. Di rumah Alvin sepi. Ia tidak pernah melihat Alvin ataupun Dea. Apa mereka sudah pindah rumah?

“Alvin. Mantanku.” Jawab Shilla akhirnya.

“Ooo, maaf ya. Kamu pasti masih mencintai mantanmu itu.”

Tiba-tiba nyalinya menciut. Ya, mengapa ia tidak pernah memikirkan hal itu? Shilla pasti memiliki seseorang yang dicintainya yang ia yakini bukan dirinya. Cakka begitu menyesal mengucapkan tiga kata tadi.

“Tidak. Aku tidak mencintainya lagi.” Jawab Shilla. Tapi jujur, ia masih mencintai Alvin. Shilla tidak bisa membohongi perasaannya.

“Kenapa? Aku saja masih mencintai mantanku.” Kata Cakka.

Hei! Kenapa jadi lari ke Oik sama Agni? Cakka yakin dua mantannya itu bahagia. Oik bahagia di alam sana dan Agni mungkin sudah menikah dan hidup bahagia. Ah Kka, andaikan kamu tidak terlambat menyatakannya.

“Dia yang putusin aku. Selama ini dia hanya pura-pura mencintaiku. Tentu aku pantas membencinya. Padahal, hubungan kami sangat lama. Ya, mungkin dia bukan jodohku.”

“Oh, maaf ya mengingatkanmu dengan dia. Aku juga begitu sedih mengingat dua mantanku. Apalagi Oik. Dia sudah meninggal.”

“Tidak apa. Kok kita ngomongin soal mantan ya? Sebenarnya kamu mau bilang apa? Katanya penting.”

Shilla seakan-akan menyuruhnya mengatakan hal itu. Tentu Cakka tidak berani. Mulutnya tak sanggup lagi mengatakan tiga kata itu. Ya Kka, kamu memang tidak pantas dicintai. Kamu harus siap hidup sendiri, tanpa seorang wanita. Itulah takdir yang harus kamu terima.

“Oh tidak. Ohya, kita pulang saja ya. Besok aku harus kerja.” Kata Cakka akhirnya. Shilla mengangguk meski ia rasa ada sebuah keinginan Cakka yang belum disebutkannya. Apa itu? Aku cinta kamu? Shilla yakin. Tadi Cakka cuman bercanda.

***

Hanya Dea katanya yang dipercayainya. Hanya Dea, orang yang sangat ia percayai. Jadi, Rio hanya mempercayai omongan Dea? Fy, ingat, sebentar lagi pernikahan itu dilangsungkan. Lupakan Rio. Rio adalah masa lalumu, dan Gabriel adalah masa depanmu. Undangan pernikahan sudah dibuat. Jadi tinggal disebarkan saja. Oh...

Drtrdrtrdrt...

Message From : Iyel

Sayang.. lg apa??? :*

Dari Gabriel. Ify berharap pesan itu dari Rio. Ah Fy, bukannya kamu berjanji untuk melupakan Rio?

Message To : Iyel

Lg mikirin kmuuu :*

Disebrang sana, Gabriel tertawa ngakak. Ify.. Kamu sudah kembali seperti Ify yang dulu. Ify yang ceria. Fy.. aku janji akan membahagiakan kamu.

Message From : Iyel

Ahaha.. tebakan q bnr juga. Aq kn cakep, kmu gg bsa brhenti mikirin tampang aq itu. Hahaha :D

Gabriel... Maafin aku, maaf. Aku tidak rela meninggalkan Rio. Tidak. Sekarang kamu merasa aku sudah dapat melupakan Rio. Maaf Yel, tapi aku janji untuk nggak nangis lagi. Aku harus bisa mencintaimu.

“Ify..” Kata Mama.

“Ya Ma? Ada apa?”

Mama mendekati Ify dan duduk disamping Ify. Ia membelai rambut putrinya itu. Sebenarnya, Mama nggak setuju Ify dibawa ke Makassar sama Gabriel. Tapi demi kebahagiaan putrinya itu, ia sanggup melakukan apa saja.

“Kamu siap menjadi istri Gabriel?” Tanya Mama.

“Iya Ma.” Jawab Ify.

“Bohong. Kamu pasti masih mencintai Rio.”

Tebakan yang benar. Ia masih mencintai Rio. Tapi, pernikahan itu tidak boleh dibatalkan. Pernikahan itu harus dilaksanakan. Ify tidak mau membuat Gabriel sedih karena ia membatalkan pernikahan itu.

“Tidak Ma. Rio sudah bahagia sama Dea.”

“Ya sudah. Mama ingin kamu tersenyum. Belakang-belakangan ini, Mama jarang lihat kamu senyum. Ada apa?”

“Tidak Ma. Ify baik-baik aja.”

Ify pun mencoba tersenyum. Senyuman yang dipaksakan. Tuhan... Kalau begini caranya, lebih baik aku mati. Aku tidak sanggup Tuhan menjalani hidup ini. Aku tidak sanggup. Rio... Selamat tinggal..

***

“Apa?”

Zevana kaget mendengar penjelasan Cakka. Jadi, Cakka memutuskan mundur saja? Dan memilih menjomblo seumur hidup? Pilihan yang salah. Sangat salah.

“Pak.. Maaf Pak, bapak jangan mundur gitu saja. Gini saja, saya yang akan menjelaskannya pada Shilla. Saya yakin Shilla mencintai bapak.”

“Terserah kamu. Yang penting saya tidak ada hubungannya lagi sama sepupumu itu. Baiklah. Selamat sore..”

Tut...Tut...Tut...

Sambungan diputuskan. Zevana menelpon Cakka kembali. Tapi hasilnya nihil. Nomor HP Cakka tidak bisa dihubungi. Ia pun membanting HPnya keras-keras. Cakka... Kamu harus sama Shilla... Aku yakin kalian adalah pasangan sejati...

Sementara Cakka, ia melempar HPnya asal. Lalu ia rebahan di kasurnya. Pertemuan kemarin adalah pertemuan terburuk. Artinya, ia masih trauma menghadapi cinta. Oh, seharusnya kamu tak usah mengajak Shilla waktu itu.

Matanya pun melihat dua buah bingkai cantik. Disana, ada foto dua mantannya. Oik dan Agni. Oh, mengapa ia masih menyimpan foto itu? Cakka mengambil dua bingkai foto itu. Ia memandangi kedua foto itu.

“Kalian.. Kalian..”

PLANG !!!

Hancur sudah dua bingkai itu. Tuhan... Mengapa begini takdirku? Kau ingin aku menderita. Ya, aku memang menderita. Pertama, aku tidak tau siapa orangtuaku. Kedua, aku ditinggalkan oleh dua mantanku itu. Ketiga, mengapa aku jadi trauma dengan cinta? Mengapa? Bukannya cinta itu indah? Tapi aku tidak merasakan keindahan itu.

“Shilla... Aku... Aku cinta kamu..”

Setelah mengucapkan kalimat singkat itu, ia pun tak sadarkan diri.

***

“Ayolah Shill.. Kamu suka Cakka kan?” Desak Zevana.

“Kak, Shilla nggak tau.” Jawab Shilla.

“Kenapa nggak tau? Cakka itu cinta sama kamu. Dia mundur karena kamu nggak jawab perasaannya.”

“Nggak jawab apa? Cakka cuman bilang ‘aku cinta kamu’ aja. Bukan ‘mau nggak kamu jadi pacarku’.”

“Ya tapi, Cakka itu suka sama kamu Shilla... Terimalah cinta Cakka..”

Shilla tidak sanggup lagi berdebat sama Zevana. Memikirkan masalah Cakka membuat kepalanya pusing. Kalo Cakka suka padanya, ya boleh-boleh saja. Tapi ia nggak tau suka Cakka atau tidak. Shilla masih mencintai Alvin walau membencinya. Sekarang, yang ia lakukan adalah mencari Alvin.

“Tapi Alvin kak.. Shilla..”

“Alvin? Mantanmu itu? Sebaiknya kamu lupakan dia. Ngapain kamu mengingat mantanmu itu? Aku aja udah lupa sama mantan-mantanku...”

‘so,get out get out get out of my head..’

HPnya berbunyi. Zevana melihat layar HPnya. Sebuah nomor asing menelponnya. Karena penasaran, Zevana menerima panggilan dari nomor itu.

“Ya.. Hallo? Siapa? Adik Cakka? Apa? Rumah sakit rise sentausa? Oke, aku akan segera kesana.”

“Siapa?” Tanya Shilla.

“Rio. Katanya, Cakka sedang ada di rumah sakit. Ayo!” Jawab Zevana panik. Shilla pun ikutan panik. Tuhan... Semoga Cakka baik-baik saja.

@RS Rise Sentausa

Dua cewek itu berlari mencari ruang 4E. Sesampai di ruang 4H, mereka segera masuk. Mereka penasaran betul dengan keadaan Cakka. Di dalam ruang itu, mereka melihat seorang cowok yang panik. Shilla mengenali cowok itu.

“Kamu Shilla kan?” Tanya Rio.

“Ya. Ada apa?” Jawab+Tanya Shilla.

“Itu, tadi Cakka menyebut namamu. Mungkin lebih dari sepuluh kali. Setelah itu dia nggak bicara lagi.” Jelas Rio.

Shilla mendekati Cakka. Cowok itu terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Perlahan, Shilla memegang tangan Cakka. Ajaib! Tangan itu bergerak. Tangan itu menggenggam tangan Shilla.

“Shilla..” Lirih Cakka.

“Ya Kka? Ini aku, Shilla.” Kata Shilla. Sungguh, ia begitu khawatir melihat keadaan Cakka. Ia takut, ia kehilangan Cakka.

“Shilla.. Cakka cinta Shilla..”

Bukan pertama kalinya Cakka mengatakan kalimat itu. Cakka.. Apakah kamu memang mencintaiku? Apa kemarin itu kamu tidak bercanda?

“Iya.. Shilla juga cinta Cakka. Makanya Cakka cepat sembuh. Ayo, buka matamu.” Kata Shilla. Ia memang tidak bohong. Ia memang mencintai Cakka. Bahkan dulu.. Ia bukan hanya ngefans sama Cakka. Tapi ia menyukai Cakka.

Perlahan, kedua mata itu terbuka. Pertama kali yang ia lihat adalah wajah seorang gadis cantik yang sangat ia cintai. Shilla.. Aku mencintaimu...

“Shilla..” Lirih Cakka.

“Iya, ini aku, Shilla.” Jawab Shilla tersenyum. Cakka pun ikutan tersenyum.

“Aku cinta kamu Shill.. Kali ini aku tidak salah pilih orang. Kamulah bidadari yang dikirimkan Tuhan untukku. Kamu mau kan menemaniku selamanya?”

Andai aku bisa menjawab ‘iya’. Alvin... Bayangan cowok itu kembali hadir di waktu yang tidak tepat. Oh Vin, dimana kamu? Aku tidak tenang kalo aku belum mengetahui kabarmu. Tapi, melihat keadaan Cakka, Shilla kasian. Tuhan... Apakah Cakka jodohku? Benarkah Tuhan Cakka jodohku?

“I..Iya Kka.. Shilla mau kok..” Shilla menjawab walau sedikit ragu.

Cakka tersenyum mendengar jawaban Shilla. Di belakang sana, Zevana melihatnya sambil tersenyum. Yeah! Berhasil juga! Semoga kalian bisa menyatu. Aku ingin melihat kalian bersanding dipelaminan nanti. Rio pun tak kalah senangnya. Ia jadi teringat Dea. Kapan ya ia menikahi gadis itu? Rio tak henti-hentinya tersenyum.

“Mmm, Shilla balik dulu ya. Ntar Shilla kesini lagi.” Kata Shilla.

“Iya. Hati-hati ya, Cakka baik-baik saja disini.” Jawab Cakka.

Shilla dan Zevana meninggalkan ruangan itu. Kalau memang benar Cakka adalah jodohnya, apa salahnya juga ia menerima cinta Cakka? Ya, Shilla tidak boleh terus-terusan menangis karena Alvin. Disampingnya ada Zevana yang selalu mendukungnya.

Mereka pun melewati ruang demi ruang. Tepat di luar ruangan 4F, Shilla mendengar sebuah tangisan. Tangisan yang tidak pernah ia dengar. Sebuah tangisan yang langka. Karena penasaran, Shilla memasuki ruangan itu. Zevana ikut-ikutan karena penasaran melihat tingkah Shilla tadi.

Dan... Sekarang ia tau. Ia tau siapa yang menangis itu.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar