expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 27 Juli 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 26 )

Part 26

.

.

.

Ya, ia telah menemukan sebuah keputusan. Keputusan yang ia rasa adalah keputusan finalnya. Ify meyakinkan diri supaya tidak menyesal mengambil keputusan ini.

Tok..Tok..Tok..

“Cari siapa?” Tanya seseorang.

“Gabrielnya ada?”

“Oh, anda Ify ya? Calon istri tuan Gabriel? Ayo masuk. Tuan ada di dalam.”

Ify menghela nafas panjang. Tuhan.. Kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini. Mantapkanlah hati hamba.. Tuhan.. Jika jodohku adalah Gabriel, aku ikhlas kok. Jika Rio bukan jodohku, aku rela. Aku yakin Rio bahagia bersama Dea.

“Ify!” Seru Gabriel senang. Ify tersenyum menanggapi seruan Gabriel. Tentu dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.

“Nunggu lama?” Tanya Gabriel. Ify menggeleng.

“Kamu itu, jangan sedihlah. Tersenyumlah! Pesta pernikahan kita akan segera dilaksanakan. Dan itu semua kan kemauanmu. Aku tidak bisa menolak atau apa.” Gabriel memberhentikan perkataannya. “Fy, apa kamu masih mencintai Rio?” Lanjutnya.

Tentu Ify kaget mendengar pertanyaan Gabriel yang sangat ia hindari. “Ti..Tidak Yel. Ify kan sekarang cinta sama kamu.” Jawab Ify tak rela.

“Ya udah. Gabriel percaya ama omonganmu.”

Tuhan.. Semua ini memang benar terjadi. Ia akan menjadi istri Gabriel, bukan istri seseorang yang sangat dicintainya. Rio... Ingat aku Yo.. Tolong ingat aku.. Ah, ayolah Fy! Jangan sedih lagi. Kamu harus bahagia. Ingat, pernikahan itu segera dilaksanakan, dan ia tidak boleh menangis lagi.

“Ohya Fy, kalo kamu nggak keberatan, kamu mau kan ikut aku tinggal di Makassar? Aku ditugaskan kerja disana. Kamu mau kan?” Tanya Gabriel.

Ke Makassar? Dan ia tak akan pernah lagi melihat wajah manis Rio? Oh.. Tapi bukankah itu hal baik? Di Makassar nantinya tentu ia dapat melupakan Rio.

“Baiklah. Ify kan istri Gabriel. Ify setia nemanin Gabriel kemanapun Gabriel pergi.” Jawab Ify mencoba tersenyum.

Gabriel tertawa mendengar jawaban Ify. Lalu ia mencium rambut Ify dan memeluknya. “Fy, aku cinta kamu, aku sayang kamu, aku janji akan membahagiakan kamu..”

***

Dea begitu kaget melihat siapa yang datang menemuinya. Bahkan ia tau telah mendengar semua perkataannya tadi. Dea mencoba kembali tenang dan terus menatap Alvin yang sejak kemarin belum sadar.

“Katamu, kamu nggak kenal Ify. Kok kamu tadi ngomongin Ify sih?”

Apa ia harus menjelaskan yang sebenarnya? Tidak! Tidak boleh! Dea tidak mau kehilangan Rio, ia tidak mau.

“Siapa yang omongin Ify?” Tanya Dea.

“Tadi itu. Aku jadi bingung. Tadi kamu bilang Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio? Maksudnya apa?”

Sial! Rio tidak berhenti bertanya mengenai masalah itu. Sekarang, apa yang harus ia jelaskan? Dea tidak mungkin menjelaskan yang sebenarnya.

“Mungkin Rio salah dengar. Sebaiknya Rio pergi. Dea pengin sendiri.” Kata Dea seperti nada mengusir.

“Baiklah. Tapi kalo ada apa-apa kasih tau Rio ya?” Kata Rio seraya pergi meninggalkan Dea. Dea menatap punggung Rio yang semakin menghilang dari penglihatannya.

‘Maafin aku Yo.. Maafin aku..’

***

Jadi, apakah ia benar-benar merasakan jatuh cinta? Pada gadis yang bernama Shilla itu? Sungguh, ia tidak yakin. Hampir dua jamman ia smsan sama Shilla, dan selama dua jam itu ia merasakan sebuah kebahagiaan. Jadi, apakah ia benar-benar jatuh cinta?

Harus Kka, harus! Kamu harus menikah. Lihat, umurmu berapa? Apa kamu tidak ingin menjadi seorang Ayah? Tentu Cakka menginginkan hal itu, ia ingin sekali. Jadi, apa ia akan melamar Shilla? Sebegitu cepatkah ia melakukannya? Cakka jadi tersenyum sendiri.

Drtdrtrdrt...

Message From : Anne

Cieee, yg lg jatuh cinta :D

Dasar Zevana! Cakka masih bingung sama anak buahnya itu. Sebenarnya, nama aslinya siapa sih? Anne atau Zevana?

Message To : Anne

Sbnrnya nmmu siapa sih? Anne ato Zevana?

Di sebrang sana, Zevana tertawa ngakak. Ahahaha.. Masalah kecil itu ditanyakan? Anne itu salah satu dari nama panjangnya. Zevana Arga Anne Angesti.

Message From : Anne

Dua2nya J ohya, gmn nih? Apa pak Cakka mw melamar sepupu sy?

Cakka tidak membalas pesan Zevana. Ia masih memikirkan perasaannya yang sebenarnya. Apakah ia memang menyukai Shilla atau tidak? Pertanyaan ini harus ia selesaikan. Sebelum semuanya terlambat. Cakka tidak mau hal itu terulang lagi. Setelah Agni meninggalkannya.

***

Mungkin... Mungkin ini terkahir kalinya ia mengunjungi tempat ini. Danau.. Ify mencoba tersenyum, menatap danau itu tanpa air mata. Namun, air mata itu tetap tak bisa dikalahkan. Walau ia menahannya dengan susah payah, air mata itu tidak mau berhenti mengalir. Tak apa, Ify yakin air mata ini adalah air matanya yang terakhir. Setelah itu tidak ada air mata lagi. Ify cukup bahagia bersama Gabriel, calon suaminya.

Dilihatnya tempat itu. Tempat yang paling romantis yang pernah ditemuinya. Di tempat itu, Rio menembaknya. Di tempat itulah ia menjadi kekasih Rio. Sekarang, tempat itu sudah tidak berguna. Tempat itu adalah masa lalunya. Masa depannya berada di Makassar bersama Gabriel. Danau... Apa aku harus meninggalkanmu? Aku tau kamu tidak salah, tapi aku harus meninggalkanmu.

Menangis lagi. Ify berjanji ini tangisannya yang terakhir. Biarlah sore ini ia menangis sendiri bersama danau. Tiba-tiba, rintik-rintik air hujan menetes membahasi tempat ini. Langit sedang simpati padanya. Ya, Ify ingin menghabiskan sore ini dengan tangisan terakhirnya. Meskipun bajunya basah. Ify tidak peduli.

“Menangis lagi?” Kata seseorang yang sedang menutupinya dengan jaket hitam.

***

Ya! Cakka sudah menemukan jawabannya. Cakka yakin dengan jawaban ini. Dan jawaban ini tidak akan ia ubah. Cepat-cepat ia menelpon seseorang.

Tut...Tut...Tut...

Disebrang sana, seorang cewek mengangkat telepon dengan malas. Tetapi, melihat siapa yang menelponnya, cewek itu tersenyum.

“Ya? Oo, saya bisa kok.” Kata cewek itu.

Entah mengapa hatinya berbunga-bunga. Cewek itu terus saja tersenyum. Namun, ia ingat dengan sahabatnya. Ify.. Apa aku jahat kalo aku bahagia dan kamu tidak? Tapi ia yakin. Ify tidak sedih lagi. Ia dapat info dari Sivia bahwa kakaknya akan melamar Ify, dan katanya, Ify menerimanya. Hmmm, apa.. apa Gabriel hanya dijadikan pelampiasan? Entahlah, ia tak ambil pusing.

“Kemana?” Tanya Mama.

“Ketemu someone.” Jawabnya.

“Ehem, cepat kenalin Mama ama dia ya.. Mama pengin cepat-cepat punya cucu.” Goda Mama.

“Ih Mama..”

“Terus, kamu udah putus ama Alvin?”

Ctar! Baru saja ia dapat melupakan Alvin, dan ia kembali mengingat mantannya itu. Mantan yang masih dicintainya, walau sangat dibencinya. Shilla ragu meneruskan langkahnya bertemu Cakka.

“Kenapa?” Tanya Mama.

“Mmmm, nggak papa kok.” Jawab Shilla.

Benar kan, ia jadi malas bertemu Cakka. Ia takut, Cakka memutusinya, sama seperti Alvin. Ah Shilla, kamu sama saja seperti Ify. Tapi kan, ia dan Cakka sudah besar. Ia yakin Cakka langsung menikahinya. Shilla tau keadaan Cakka yang sebenarnya. Ia tau semuanya dari Zevana.

‘Oh, apa aku harus bertemu Cakka?’

***

Sekarang, yang ia rasakan adalah kehangatan dari jaket itu. Ify melihat siapa gerangan yang memasangakan jaket ke tubuhnya. Hah? Ri..Rio? Mau apa dia kemari? Dan, mengapa Rio tersenyum gitu? Ia ingat pesta pernikahannya dengan Gabriel yang segera dilaksanakan.

“Menangis lagi?” Tanya Rio.

Tuhan... Mengapa Kau kirim dia kesini? Ke tempat ini? Mengapa Tuhan, mengapa? Ify ingin saja protes. Rio.. dia selalu datang tiba-tiba dan selalu membuat air matanya mengalir.

“Pergi sana!” Bentak Ify. Ia melepas jaket hitam yang membaluti tubuhnya.

“Salah ya aku disini?” Tanya Rio polos. Ia mengambil jaket malang itu.

“Ya. Kamu udah lupa ma aku Yo.. Kamu jahat.. Kamu jahat..”

Tangisan itu terdengar semakin keras. Rio bingung mendapati Ify yang menangis tiba-tiba. Gadis aneh! Batinnya. Tapi tak tau kenapa, ia begitu nyaman berada di samping Ify. Dan tempat ini, ia merasa tak asing lagi dengan tempat ini.

“Kamu... Aku jadi bingung.” Kata Rio.

“Bingung? Kamu udah lupain aku Yo.. Tau tidak, sebentar lagi aku mau nikah. Dan ini semua salah kamu!”

Baru kali ini ia dibentaki oleh seorang gadis. Rio sedikit menjauhi Ify. Ia mencoba mencerna kalimat yang diucapkan Ify tadi. Kamu udah lupain aku Yo... Memangnya, apa ia telah melupakan Ify? Bukannya ia tidak pernah mengenali Ify?

“Pergi Yo.. Pergi..” Kata Ify mulai melunak.

Rio teringat sesuatu. “Fy, apa benar Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio?”

Mendengar kalimat itu, jantungnya serasa berhenti berdetak. Apa.. Apa Rio sudah mengingatnya? Apa Rio sudah mengingatnya lagi? Tapi, Ify teringat pernikahan itu yang tidak mungkin ia batalkan. Tidak, Rio tidak mungkin mengingatnya lagi.

“Ya. Tapi itu dulu. Sekarang Rio menjadi kekasih Dea, bukan Ify.” Jawab Ify.

“Ooo, apa Rio pernah pacaran sama Ify?” Tanya Rio lagi.

Sebentar, yang Rio maksudkan adalah Rio siapa? Rio dirinya atau Rio orang lain? Ify jadi bingung sendiri.

“Rio siapa maksud kamu?” Tanya Ify.

“Rio.. Sebentar, nama aku bukannya Rio? Apa aku.. Ah.. Pusing! Aku nggak bisa mengingat masa laluku. Kata orang sih aku amnesia, benar nggak aku amnesia?”

Rio terlihat seperti orang kebingungan yang sedang tersesat di tengah hutan. Fy, sadarlah Fy. Ini bukan salah Rio, wajarlah Rio lupa. Terus, siapa yang telah membuat Rio selupa ini? Siapa yang menghajar Rio waktu itu? Dan kenapa ada Dea waktu itu? Ify yakin, Rio juga tidak mengingat kejadian itu.

“Kamu Rio.. Namamu Mario Stevano.. Coba diingat-ingat. Kenapa kamu bisa selupa ini? Apa yang terjadi padamu? Lalu, kejadian apa saja yang kamu ingat?”

Kejadian.. Hmmm.. Rio cuman ingat Dea saja. Ia menganggap Dea adalah kekasih yang sangat dicintainya. Apa hanya itu saja? Rio memutar pikirannya. Tiba-tiba, kepalanya menjadi sakit. Ia ingat nasehat dokter,

“Jangan memaksakan dirimu untuk mengingat apapun.”

Tapi, jujur saja, ia ingin mengingat masa lalunya. Apa.. Apakah Ify ada kaitannya dengan masa lalunya itu? Apa iya?

“Yo...” Kata Ify menyadarkan Rio.

“Oh, aku nggak ingat apa-apa lagi. Kata dokter, aku nggak boleh memaksakan diri untuk mengingat masa laluku. Yang ku ingat ya cuman Dea aja. Dea itu pacarku.” Kata Rio.

“Pacar? Kenapa kamu bisa menyimpulkan Dea itu pacarmu?”

Benar juga sih, Rio tidak tau mengapa ia yakin bahwa Dea itu adalah kekasihnya. Tapi kata Dea, memang benar. Ia adalah kekasih Dea.

“Ya memang begitulah kenyataannya. Dea juga bilang kalo dia adalah pacarku. Gitu Fy, terus, kamu siapa?”

Ify memukul jidatnya. Apa ini kerjaan Dea? Apa semua ini adalah rencana Dea? Apa ini bentuk pembalasan Dea padanya? Jawabannya adalah ‘iya’. Siapa lagi kalo bukan Dea? Alvin? Bukannya Alvin.. Eh, mereka kan sudah putus. Jadi, pemutusan itu bentuk pembalasan Alvin pada Shilla? Argh! Bingung...

“Aku Ify Alyssa Mariooo... Percaya deh ama aku, kamu itu dulu adalah pacar aku. Tapi, Dea nggak suka kita bahagia. Akhirnya, Dea yang membuatmu seperti ini. Dea yang sudah membuatmu lupa seperti ini..”

“Dea? Aku tidak percaya. Dan kamu bukan pacar aku, bukan! Aku hanya percaya sama satu orang. Orang yang sangat aku percayai perkataannya.”

“Siapa?” Tanya Ify penasaran.

***

@restoran saji

Kemana ya cewek itu? Kemana dia? Apa cewek itu tidak datang? Tapi, katanya tadi cewek itu janji untuk datang kemari. Cakka menyesap kopi panasnya yang ia pesan tadi. Sudah tiga kopi yang ia habiskan. Shilla.. Kemana kamu? Cakka takut, kejadian dulu terulang lagi.

“Maaf ya telat.” Kata sebuah suara.

“Shilla?” Tanya Cakka.

“Iya, kalo bukan Shilla siapa lagi?” Jawab Shilla sambil tersenyum. Cakka mempersilahkan Shilla duduk. Lalu ia memanggil pelayan.

“Mau pesan apa? Biar aku yang bayarin.” Kata Cakka.

“Mmm, sama kayak kamu saja.” Jawab Shilla.

Cakka menangguk lalu menyebutkan makanan yang ia pesan. Setelah itu, Cakka menyesap kopinya lagi dan menghabiskannya. Shilla memerhatikannya tanpa berkedip.

“Kenapa? Ada yang aneh dengan aku?” Tanya Cakka.

Shilla tersadar. “Oh, tidak. Ayo lanjutkan.” Jawab Shilla. Pipinya sudah memerah. Ah, benar kata Zevana. Cakka sangat tampan. Shilla berani bertaruh ntar malam ia mimpiin Cakka.

Pesanan datang. Cakka memakan makanan itu dengan lahap. Sementara Shilla masih ragu melihat makanan lezat yang ada di piringnya.

“Kenapa nggak dimakan? Halal kok makanan itu.” Kata Cakka.

“Oh.. Ya..” Kata Shilla cepat-cepat memakan makanan itu. Lagi-lagi, Cakka tertawa melihat tingkah gadis itu. Shilla.. Hanya kamu yang bisa buat aku sebahagia ini..

Setelah makanan habis, Cakka memulai pembicaraannya dengan raut muka serius. Shilla mendengarkannya ditemani jantung yang berdetak tak karuan.

“Shilla..” Kata Cakka.

“Ya?”

“Mmm...”

“Kenapa sih?” Tanya Shilla. Ia tau kalo Cakka sedang gugup.

“Aku... Aku..”

“Aku apa?” Tanya Shilla tak mengerti.

“Aku...”

***
TBC.....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@uny_Fahda19      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar