Part 26
.
.
.
Ya,
ia telah menemukan sebuah keputusan. Keputusan yang ia rasa adalah
keputusan finalnya. Ify meyakinkan diri supaya tidak menyesal mengambil
keputusan ini.
Tok..Tok..Tok..
“Cari siapa?” Tanya seseorang.
“Gabrielnya ada?”
“Oh, anda Ify ya? Calon istri tuan Gabriel? Ayo masuk. Tuan ada di dalam.”
Ify
menghela nafas panjang. Tuhan.. Kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini.
Mantapkanlah hati hamba.. Tuhan.. Jika jodohku adalah Gabriel, aku
ikhlas kok. Jika Rio bukan jodohku, aku rela. Aku yakin Rio bahagia
bersama Dea.
“Ify!” Seru Gabriel senang. Ify tersenyum menanggapi seruan Gabriel. Tentu dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.
“Nunggu lama?” Tanya Gabriel. Ify menggeleng.
“Kamu
itu, jangan sedihlah. Tersenyumlah! Pesta pernikahan kita akan segera
dilaksanakan. Dan itu semua kan kemauanmu. Aku tidak bisa menolak atau
apa.” Gabriel memberhentikan perkataannya. “Fy, apa kamu masih mencintai
Rio?” Lanjutnya.
Tentu Ify
kaget mendengar pertanyaan Gabriel yang sangat ia hindari. “Ti..Tidak
Yel. Ify kan sekarang cinta sama kamu.” Jawab Ify tak rela.
“Ya udah. Gabriel percaya ama omonganmu.”
Tuhan..
Semua ini memang benar terjadi. Ia akan menjadi istri Gabriel, bukan
istri seseorang yang sangat dicintainya. Rio... Ingat aku Yo.. Tolong
ingat aku.. Ah, ayolah Fy! Jangan sedih lagi. Kamu harus bahagia. Ingat,
pernikahan itu segera dilaksanakan, dan ia tidak boleh menangis lagi.
“Ohya
Fy, kalo kamu nggak keberatan, kamu mau kan ikut aku tinggal di
Makassar? Aku ditugaskan kerja disana. Kamu mau kan?” Tanya Gabriel.
Ke
Makassar? Dan ia tak akan pernah lagi melihat wajah manis Rio? Oh..
Tapi bukankah itu hal baik? Di Makassar nantinya tentu ia dapat
melupakan Rio.
“Baiklah. Ify kan istri Gabriel. Ify setia nemanin Gabriel kemanapun Gabriel pergi.” Jawab Ify mencoba tersenyum.
Gabriel
tertawa mendengar jawaban Ify. Lalu ia mencium rambut Ify dan
memeluknya. “Fy, aku cinta kamu, aku sayang kamu, aku janji akan
membahagiakan kamu..”
***
Dea
begitu kaget melihat siapa yang datang menemuinya. Bahkan ia tau telah
mendengar semua perkataannya tadi. Dea mencoba kembali tenang dan terus
menatap Alvin yang sejak kemarin belum sadar.
“Katamu, kamu nggak kenal Ify. Kok kamu tadi ngomongin Ify sih?”
Apa ia harus menjelaskan yang sebenarnya? Tidak! Tidak boleh! Dea tidak mau kehilangan Rio, ia tidak mau.
“Siapa yang omongin Ify?” Tanya Dea.
“Tadi itu. Aku jadi bingung. Tadi kamu bilang Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio? Maksudnya apa?”
Sial!
Rio tidak berhenti bertanya mengenai masalah itu. Sekarang, apa yang
harus ia jelaskan? Dea tidak mungkin menjelaskan yang sebenarnya.
“Mungkin Rio salah dengar. Sebaiknya Rio pergi. Dea pengin sendiri.” Kata Dea seperti nada mengusir.
“Baiklah.
Tapi kalo ada apa-apa kasih tau Rio ya?” Kata Rio seraya pergi
meninggalkan Dea. Dea menatap punggung Rio yang semakin menghilang dari
penglihatannya.
‘Maafin aku Yo.. Maafin aku..’
***
Jadi,
apakah ia benar-benar merasakan jatuh cinta? Pada gadis yang bernama
Shilla itu? Sungguh, ia tidak yakin. Hampir dua jamman ia smsan sama
Shilla, dan selama dua jam itu ia merasakan sebuah kebahagiaan. Jadi,
apakah ia benar-benar jatuh cinta?
Harus
Kka, harus! Kamu harus menikah. Lihat, umurmu berapa? Apa kamu tidak
ingin menjadi seorang Ayah? Tentu Cakka menginginkan hal itu, ia ingin
sekali. Jadi, apa ia akan melamar Shilla? Sebegitu cepatkah ia
melakukannya? Cakka jadi tersenyum sendiri.
Drtdrtrdrt...
Message From : Anne
Cieee, yg lg jatuh cinta :D
Dasar Zevana! Cakka masih bingung sama anak buahnya itu. Sebenarnya, nama aslinya siapa sih? Anne atau Zevana?
Message To : Anne
Sbnrnya nmmu siapa sih? Anne ato Zevana?
Di
sebrang sana, Zevana tertawa ngakak. Ahahaha.. Masalah kecil itu
ditanyakan? Anne itu salah satu dari nama panjangnya. Zevana Arga Anne
Angesti.
Message From : Anne
Dua2nya J ohya, gmn nih? Apa pak Cakka mw melamar sepupu sy?
Cakka
tidak membalas pesan Zevana. Ia masih memikirkan perasaannya yang
sebenarnya. Apakah ia memang menyukai Shilla atau tidak? Pertanyaan ini
harus ia selesaikan. Sebelum semuanya terlambat. Cakka tidak mau hal itu
terulang lagi. Setelah Agni meninggalkannya.
***
Mungkin...
Mungkin ini terkahir kalinya ia mengunjungi tempat ini. Danau.. Ify
mencoba tersenyum, menatap danau itu tanpa air mata. Namun, air mata itu
tetap tak bisa dikalahkan. Walau ia menahannya dengan susah payah, air
mata itu tidak mau berhenti mengalir. Tak apa, Ify yakin air mata ini
adalah air matanya yang terakhir. Setelah itu tidak ada air mata lagi.
Ify cukup bahagia bersama Gabriel, calon suaminya.
Dilihatnya
tempat itu. Tempat yang paling romantis yang pernah ditemuinya. Di
tempat itu, Rio menembaknya. Di tempat itulah ia menjadi kekasih Rio.
Sekarang, tempat itu sudah tidak berguna. Tempat itu adalah masa
lalunya. Masa depannya berada di Makassar bersama Gabriel. Danau... Apa
aku harus meninggalkanmu? Aku tau kamu tidak salah, tapi aku harus
meninggalkanmu.
Menangis lagi.
Ify berjanji ini tangisannya yang terakhir. Biarlah sore ini ia menangis
sendiri bersama danau. Tiba-tiba, rintik-rintik air hujan menetes
membahasi tempat ini. Langit sedang simpati padanya. Ya, Ify ingin
menghabiskan sore ini dengan tangisan terakhirnya. Meskipun bajunya
basah. Ify tidak peduli.
“Menangis lagi?” Kata seseorang yang sedang menutupinya dengan jaket hitam.
***
Ya!
Cakka sudah menemukan jawabannya. Cakka yakin dengan jawaban ini. Dan
jawaban ini tidak akan ia ubah. Cepat-cepat ia menelpon seseorang.
Tut...Tut...Tut...
Disebrang sana, seorang cewek mengangkat telepon dengan malas. Tetapi, melihat siapa yang menelponnya, cewek itu tersenyum.
“Ya? Oo, saya bisa kok.” Kata cewek itu.
Entah
mengapa hatinya berbunga-bunga. Cewek itu terus saja tersenyum. Namun,
ia ingat dengan sahabatnya. Ify.. Apa aku jahat kalo aku bahagia dan
kamu tidak? Tapi ia yakin. Ify tidak sedih lagi. Ia dapat info dari
Sivia bahwa kakaknya akan melamar Ify, dan katanya, Ify menerimanya.
Hmmm, apa.. apa Gabriel hanya dijadikan pelampiasan? Entahlah, ia tak
ambil pusing.
“Kemana?” Tanya Mama.
“Ketemu someone.” Jawabnya.
“Ehem, cepat kenalin Mama ama dia ya.. Mama pengin cepat-cepat punya cucu.” Goda Mama.
“Ih Mama..”
“Terus, kamu udah putus ama Alvin?”
Ctar!
Baru saja ia dapat melupakan Alvin, dan ia kembali mengingat mantannya
itu. Mantan yang masih dicintainya, walau sangat dibencinya. Shilla ragu
meneruskan langkahnya bertemu Cakka.
“Kenapa?” Tanya Mama.
“Mmmm, nggak papa kok.” Jawab Shilla.
Benar
kan, ia jadi malas bertemu Cakka. Ia takut, Cakka memutusinya, sama
seperti Alvin. Ah Shilla, kamu sama saja seperti Ify. Tapi kan, ia dan
Cakka sudah besar. Ia yakin Cakka langsung menikahinya. Shilla tau
keadaan Cakka yang sebenarnya. Ia tau semuanya dari Zevana.
‘Oh, apa aku harus bertemu Cakka?’
***
Sekarang,
yang ia rasakan adalah kehangatan dari jaket itu. Ify melihat siapa
gerangan yang memasangakan jaket ke tubuhnya. Hah? Ri..Rio? Mau apa dia
kemari? Dan, mengapa Rio tersenyum gitu? Ia ingat pesta pernikahannya
dengan Gabriel yang segera dilaksanakan.
“Menangis lagi?” Tanya Rio.
Tuhan...
Mengapa Kau kirim dia kesini? Ke tempat ini? Mengapa Tuhan, mengapa?
Ify ingin saja protes. Rio.. dia selalu datang tiba-tiba dan selalu
membuat air matanya mengalir.
“Pergi sana!” Bentak Ify. Ia melepas jaket hitam yang membaluti tubuhnya.
“Salah ya aku disini?” Tanya Rio polos. Ia mengambil jaket malang itu.
“Ya. Kamu udah lupa ma aku Yo.. Kamu jahat.. Kamu jahat..”
Tangisan
itu terdengar semakin keras. Rio bingung mendapati Ify yang menangis
tiba-tiba. Gadis aneh! Batinnya. Tapi tak tau kenapa, ia begitu nyaman
berada di samping Ify. Dan tempat ini, ia merasa tak asing lagi dengan
tempat ini.
“Kamu... Aku jadi bingung.” Kata Rio.
“Bingung? Kamu udah lupain aku Yo.. Tau tidak, sebentar lagi aku mau nikah. Dan ini semua salah kamu!”
Baru
kali ini ia dibentaki oleh seorang gadis. Rio sedikit menjauhi Ify. Ia
mencoba mencerna kalimat yang diucapkan Ify tadi. Kamu udah lupain aku
Yo... Memangnya, apa ia telah melupakan Ify? Bukannya ia tidak pernah
mengenali Ify?
“Pergi Yo.. Pergi..” Kata Ify mulai melunak.
Rio teringat sesuatu. “Fy, apa benar Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio?”
Mendengar
kalimat itu, jantungnya serasa berhenti berdetak. Apa.. Apa Rio sudah
mengingatnya? Apa Rio sudah mengingatnya lagi? Tapi, Ify teringat
pernikahan itu yang tidak mungkin ia batalkan. Tidak, Rio tidak mungkin
mengingatnya lagi.
“Ya. Tapi itu dulu. Sekarang Rio menjadi kekasih Dea, bukan Ify.” Jawab Ify.
“Ooo, apa Rio pernah pacaran sama Ify?” Tanya Rio lagi.
Sebentar, yang Rio maksudkan adalah Rio siapa? Rio dirinya atau Rio orang lain? Ify jadi bingung sendiri.
“Rio siapa maksud kamu?” Tanya Ify.
“Rio..
Sebentar, nama aku bukannya Rio? Apa aku.. Ah.. Pusing! Aku nggak bisa
mengingat masa laluku. Kata orang sih aku amnesia, benar nggak aku
amnesia?”
Rio terlihat seperti
orang kebingungan yang sedang tersesat di tengah hutan. Fy, sadarlah Fy.
Ini bukan salah Rio, wajarlah Rio lupa. Terus, siapa yang telah membuat
Rio selupa ini? Siapa yang menghajar Rio waktu itu? Dan kenapa ada Dea
waktu itu? Ify yakin, Rio juga tidak mengingat kejadian itu.
“Kamu
Rio.. Namamu Mario Stevano.. Coba diingat-ingat. Kenapa kamu bisa
selupa ini? Apa yang terjadi padamu? Lalu, kejadian apa saja yang kamu
ingat?”
Kejadian.. Hmmm.. Rio
cuman ingat Dea saja. Ia menganggap Dea adalah kekasih yang sangat
dicintainya. Apa hanya itu saja? Rio memutar pikirannya. Tiba-tiba,
kepalanya menjadi sakit. Ia ingat nasehat dokter,
“Jangan memaksakan dirimu untuk mengingat apapun.”
Tapi, jujur saja, ia ingin mengingat masa lalunya. Apa.. Apakah Ify ada kaitannya dengan masa lalunya itu? Apa iya?
“Yo...” Kata Ify menyadarkan Rio.
“Oh,
aku nggak ingat apa-apa lagi. Kata dokter, aku nggak boleh memaksakan
diri untuk mengingat masa laluku. Yang ku ingat ya cuman Dea aja. Dea
itu pacarku.” Kata Rio.
“Pacar? Kenapa kamu bisa menyimpulkan Dea itu pacarmu?”
Benar
juga sih, Rio tidak tau mengapa ia yakin bahwa Dea itu adalah
kekasihnya. Tapi kata Dea, memang benar. Ia adalah kekasih Dea.
“Ya memang begitulah kenyataannya. Dea juga bilang kalo dia adalah pacarku. Gitu Fy, terus, kamu siapa?”
Ify
memukul jidatnya. Apa ini kerjaan Dea? Apa semua ini adalah rencana
Dea? Apa ini bentuk pembalasan Dea padanya? Jawabannya adalah ‘iya’.
Siapa lagi kalo bukan Dea? Alvin? Bukannya Alvin.. Eh, mereka kan sudah
putus. Jadi, pemutusan itu bentuk pembalasan Alvin pada Shilla? Argh!
Bingung...
“Aku Ify Alyssa
Mariooo... Percaya deh ama aku, kamu itu dulu adalah pacar aku. Tapi,
Dea nggak suka kita bahagia. Akhirnya, Dea yang membuatmu seperti ini.
Dea yang sudah membuatmu lupa seperti ini..”
“Dea?
Aku tidak percaya. Dan kamu bukan pacar aku, bukan! Aku hanya percaya
sama satu orang. Orang yang sangat aku percayai perkataannya.”
“Siapa?” Tanya Ify penasaran.
***
@restoran saji
Kemana
ya cewek itu? Kemana dia? Apa cewek itu tidak datang? Tapi, katanya
tadi cewek itu janji untuk datang kemari. Cakka menyesap kopi panasnya
yang ia pesan tadi. Sudah tiga kopi yang ia habiskan. Shilla.. Kemana
kamu? Cakka takut, kejadian dulu terulang lagi.
“Maaf ya telat.” Kata sebuah suara.
“Shilla?” Tanya Cakka.
“Iya,
kalo bukan Shilla siapa lagi?” Jawab Shilla sambil tersenyum. Cakka
mempersilahkan Shilla duduk. Lalu ia memanggil pelayan.
“Mau pesan apa? Biar aku yang bayarin.” Kata Cakka.
“Mmm, sama kayak kamu saja.” Jawab Shilla.
Cakka
menangguk lalu menyebutkan makanan yang ia pesan. Setelah itu, Cakka
menyesap kopinya lagi dan menghabiskannya. Shilla memerhatikannya tanpa
berkedip.
“Kenapa? Ada yang aneh dengan aku?” Tanya Cakka.
Shilla
tersadar. “Oh, tidak. Ayo lanjutkan.” Jawab Shilla. Pipinya sudah
memerah. Ah, benar kata Zevana. Cakka sangat tampan. Shilla berani
bertaruh ntar malam ia mimpiin Cakka.
Pesanan datang. Cakka memakan makanan itu dengan lahap. Sementara Shilla masih ragu melihat makanan lezat yang ada di piringnya.
“Kenapa nggak dimakan? Halal kok makanan itu.” Kata Cakka.
“Oh..
Ya..” Kata Shilla cepat-cepat memakan makanan itu. Lagi-lagi, Cakka
tertawa melihat tingkah gadis itu. Shilla.. Hanya kamu yang bisa buat
aku sebahagia ini..
Setelah
makanan habis, Cakka memulai pembicaraannya dengan raut muka serius.
Shilla mendengarkannya ditemani jantung yang berdetak tak karuan.
“Shilla..” Kata Cakka.
“Ya?”
“Mmm...”
“Kenapa sih?” Tanya Shilla. Ia tau kalo Cakka sedang gugup.
“Aku... Aku..”
“Aku apa?” Tanya Shilla tak mengerti.
“Aku...”
***
TBC.....
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@uny_Fahda19 ( http://risedirectioners.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar