expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 27 Juli 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 23 )

Part 23

.

.

.

Zevana membawa dua bungkus makanan. Ia berhenti tepat di tempat Shilla duduk. Ya, sepupunya itu kelaparan menunggunya. Zevana melihat layar laptop Shilla yang dipenuhi gaun-gaun yang indah. Hemmm... Dapat ia tebak rancangan itu buatan Shilla.

“Lama banget.” Kata Shilla. Zevana pun duduk disamping Shilla seraya menaruh makanan di samping laptop Shilla.

“Iya, sorry.. Abis tadi aku ketemuan dulu sama bosku.” Kata Zevana. Ia membuka bungkus makanan itu lalu memakannya.

“Bosmu? Siapa?” Tanya Shilla sedikit penasaran.

“Bosku mantan personil blackboy. Orangnya jenius lho walau kuliahnya cuman sebentar. Hebat bukan?”

Mantan personil blackboy? Shilla berpikir sejenak. Ah, lupain deh. Shilla sudah tidak peduli dengan hal seperti itu. Ia pun melanjutkan rancangan gaunnya.

“Umurnya hampir dua tujuh tapi dia masih jomblo. Sebenarnya aku mau sih sama dia, tapi aku kan udah punya Mas Irsyad..” Kata Zevana.

Shilla tidak menanggapi omongan Zevana. Ia menseriuskan diri dengan pekerjaannya, dan makanan yang dibawa Zevana tadi tidak disentuhnya. Dasar Shilla!

“Hei Shilla, gue mau ngomong sesuatu ma Lo.” Kata Alvin yang datang secara tiba-tiba. Shilla kaget melihat kedatangan Alvin. Sepertinya Alvin mau membicarakan hal serius. Apa tentang pernikahan itu? Hihihi... Shilla terlalu banyak berharap. Tetapi ia yakin Alvin pasti melamarnya.

“Bicaranya disana aja ya.” Kata Alvin terkesan dingin. Jarang lho Alvin bicaranya seperti ini. Shilla menjadi merasakan keanehan pada diri Alvin. Diperjalanan pula, Alvin sering batuk-batuk. Shilla juga baru sadar tubuh Alvin menjadi kurus? Ada apa dengan kekasihnya ini?

Keduanya berhenti di sebuah tempat yang cukup sepi. Yang hanya ada ia dan Alvin. Shilla menjadi takut. Alvin.. Lo mau apa sih? Kenapa bicaranya nggak ditempat ramai aja? Perlahan, Alvin mendekati Shilla. Dekat dan dekat.. Shilla memejamkan mata.

CUP.

Sebuah ciuman terindah yang pernah ia rasakan. Shilla jadi tertawa sendiri. Ahaha.. Jadi Alvin mau membicarakan hal tentang hubungan ini? Ayo Vin, gue pasti terima!

“Shilla, gue mau ngomong sesuatu.” Kata Alvin.

Alvin menarik nafas panjang. Ayolah Vin, Lo harus melakukannya. Lo harus melaksanakan keputusan Lo. Setelah itu, Lo dapat pergi dengan tenang. Ayolah Vin, meskipun hati Lo menolak, tapi Lo harus melakukannya. #Nyanyiin lagu ‘Sayang’ Ungu#

“Shill, mulai sekarang.. Kita putus!” Tegas Alvin.

***

Di depan televisi, Dea menontonnya dengan penuh tak minat. Ia sangat penasaran dengan Alvin. Alvin memang aneh, sangat aneh! Dea baru sadar sekarang. Di beberapa novel dan cerpen yang ia baca, seseorang dikatakan aneh atau dingin karena orang itu mengidap suatu penyakit berbahaya. Benarkah? Apa benar Alvin mengidap suatu penyakit berbahaya?

Tidak! Dea tidak ingin Alvin sakit. Dea tak mau kakaknya pergi meninggalkannya. Tapi, apa benar Alvin sakit? Jarang ia lihat Alvin mengunjungi rumah sakit. Tapi dilihat dari tingkah laku Alvin yang wajahnya sering pucat, batuk darah, badan lemas...

Jadi.. Jadi Alvin terkena penyakit?

Dea mengambil ponselnya lantas mencari kontak yang bertuliskan ‘My Brother’. Setelah dapat, Dea menekan tombol hijau.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.

Ck, sial! Alvin.. Lo kenapa sih? Baru kali ini ia khawatir pada seseorang, dan baru kali ini ia merasa kasian. Selama ini, ia egois, cuek, dan nggak mau peduli dengan keadaan orang lain. Termasuk kakaknya.

“Permisi..” Kata suara dari luar sana.

Suara itu.. Dea hafal dengan suara itu. Suara itu ada sejak tadi. Dea tak mempedulikan suara itu karena pikirannya berada pada keadaan kakaknya. Dea pun bangkit lalu menuju pintu rumah dan membukanya.

Astaga! Ify! Sedang apa cewek itu kesini? Dea sadar. Tujuan Ify kesini demi bertemu Rio. Astaga Dea.. Rio kan.. Rio kan...

“Cari siapa mbak?” Tanya Dea kikuk. Jujur, hatinya merasakan sebuah dosa besar. Tidak tau mengapa ia begitu ciut berhadapan dengan Ify. Ify pun sama seperti dirinya.

“Dea..” Kata Ify tak percaya. Dea berusaha menjadi seperti dulu. Menjadi Dea yang kejam jika bertemu Ify.

“Mau apa Lo kesini?” Bentak Dea.

Deg! Jantung yang tadinya berdegup kencang seakan ingin berhenti. Ify merasakan tidak ada oksigen disekitarnya. Dadanya sesak, ini kan.. Ini kan rumah Rio? Kok Dea ada disini?

“Dea.. Ada siapa?” Kata sebuah suara. Ify tau suara itu. Suara itu suara orang yang sangat dirindunya. Rio...

Ia melihatnya. Ya, Ify melihat Rio. Rio tampak berbeda. Tapi, ada yang lain dari wajahnya. Tak ada senyum manis yang bisa ia lihat seperti dulu. Ify takut, Rio memang sudah melupakannya.

“Siapa?” Tanya Rio menunjuk ke arahnya. Ify serasa ditusuk belati tajam. Tuhan... Apa Rio sudah tak mengingatnya lagi... Rio.. Ini aku.. Ify kekasihmu...

“Orang gila Yo. Ayo ah masuk.” Kata Dea. Ia menarik tangan Rio dan Rio nurut saja.

“Rio, tunggu!” Teriak Ify. Dea dan Rio urung masuk ke dalam rumah.

Rio menatap Dea seakan ingin mendapatkan jawaban. “Siapa cewek itu?” Tanya Rio. Dea mengangakat bahu. Ternyata, Dea tidak kenal. Itu yang dirasakan Rio. Rio pun memilih melihat wajah cewek yang datang dirumahnya itu. Wajah cewek itu tampak pucat. Rio dapat menyimpulkan bahwa cewek itu sedih. Tapi, sedih karena apa? Rio sama sekali tak tau.

“Anda siapa?” Tanya Rio sopan. Dan saat itulah, Ify menangis. Ia tak sanggup membendung air matanya. Ify menangis dan Rio jadi bingung. Siapa cewek itu? Mengapa cewek itu menangis dengan alasan tak jelas?

“Rio.. Aku Ify Yo.. Ify.. Kekasihmu..” Kata Ify tersengal-sengal.

Kekasih? Rio menatap cewek yang mengaku sebagai Ify. Ify? Kekasihnya? Apa iya? Bukannya kekasihnya saat ini adalah Dea? Ya, Dea adalah kekasihnya, bukan Ify.

“Anda bukan pacar saya. Maaf, anda salah orang.” Kata Rio.

Di belakang, Dea tersenyum puas. Akhirnya ia dapat memecahkan RiFy. Tapi, sisi hatinya yang lain merasa perbuatan ini adalah salah. Ya, sejak ia khawatir pada Alvin, rasa salahnya pada Ify sudah ia rasakan.

“Tidak Yo! Kamu Rio, kamu kekasih Ify!” Kata Ify dengan nada sedikit membentak.

“Saya memang Rio, tapi saya bukan kekasih Ify!” Jawab Rio. Sama seperti Ify, nada bicaranya sedikit membentak.

Kembali Ify menangis. Rio.. Kamu udah lupain aku.. Kamu jahat Yo.. Jahat.. Ada apa dengan kamu Yo? Pasti ada alasan kuat kenapa kamu bisa lupain aku...

“Sebaiknya Anda pergi saja.” Kata Rio melunak.

Tangis Ify mulai reda. Ia mendongakkan kepalanya, melihat Rio. Rio yang bukan kekasihnya, Rio yang bukan lagi orang yang selalu menjaganya, menemaninya, menghiburnya.

“Baiklah. Saya pergi.” Kata Ify berat. Ia pun meninggalkan Rio. Masih dengan air mata yang tidak mau berhenti menetes.

Rio beralih melihat Dea. Kekasihnya itu diam saja. Seperti tidak menganggap kedatangan Ify. “Siapa cewek itu?” Tanya Rio sekali lagi.

“Dea nggak tau.” Jawab Dea.

Dea memilih masuk ke dalam. Sementara itu, Rio melihat punggung cewek tadi. Cewek itu masih berada di luar pintu gerbang. Rio ingin menemui cewek itu, tapi tidak berani. Rio pun memilih masuk ke dalam rumah.

***

Seperti bunyi kembang api yang sering ia dengar saat pergantian tahun. Perkataan Alvin tadi di luar perkiraannya. Apa tadi dia bilang? Alvin mau memutuskannya? Alvin pasti bercanda.

“Lo nggak serius kan?” Tanya Shilla.

“Gue serius. Karena dari dulu gue benci sama Lo.” Jawab Alvin.

Pukulan telak untuk Shilla. Ia tidak percaya. Jadi, selama ini Alvin tidak mencintainya, selama ini Alvin hanya mempermainkannya?

“Lo.. Lo serius?” Tanya Shilla. Setetes demi setetes air matanya turun membasahi pipinya.

“Yap. Gue nembak Lo dan jadi pacar Lo biar Lo cinta sama gue. Itulah rencana gue untuk balas dendam. Terus, gue mutusin Lo biar Lo sedih seumur hidup. Gue tau gue emang jahat, dan Lo juga jahat ma gue dulu.”

Tuhan.. Jadi semua ini adalah bentuk pembalas dendaman Alvin padanya? Argh! Alvin jahat! Coba sejak awal ia tau rencana Alvin, tentu Shilla tidak akan menerima Alvin. Sialan Lo Alvin!

“Oke, kalo itu mau Lo, fine. Gue nggak akan ganggu Lo lagi. Makasih karena Lo udah jadi pangeran gue, makasih karena udah mau temenin gue. Makasih atas segala kebohongan Lo!” Bentak Shilla lalu meninggalkan Alvin.

‘Jangan pergi..’ Batin Alvin. Sekarang, ia sendiri. Cewek yang ia sayangi dan cintai sepenuh hati telah meninggalkannya. Alvin tau, ini semua salahnya. Tapi ia lega sudah putusin Shilla. Alvin sangat lega. Ia dapat pergi dengan tenang, tanpa ada tangisan Shilla, karena tentunya Shilla pasti membencinya. Dan, Alvin mendapatkan suatu kesimpulan. Ia memutusi Shilla bukan karena ingin balas dendam.

Tapi Alvin tak ingin Shilla sedih saat ia meninggal.

***

Danau...

Danau yang menjadi kenangan pahitnya. Danau yang menjadi saksi cinta mereka. RiFy.. Sepertinya tak ada lagi RiFy di dunia ini. Ify yakin sekali. Dulu, ia berangan-angan. Jika ia resmi menjadi istri Rio, dan memiliki anak, Ify akan menamakan anaknya dengan nama Rify jika cewek, dan Fio jika cowok. Ya, namun semuanya hanyalah mimpi.

“SEMUANYA HANYALAH MIMPI !!!” Teriak Ify keras-keras. Tak ada siapapun yang mendengarkan. Danau pun seperti tak mau mendengarkan keluh kesalnya. Mungkin ia salah menumpahkan kesedihannya di tempat ini. Salah!

“Fy..” Lirih seseorang.

***
TBC.....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar