Part 22
.
.
.
“Gabriel...”
Teriak Pricilla kegirangan. Gabriel yang sedang serius membaca koran
mendadak kaget. Pricilla? Tunangannya itu selalu saja membuat hidupnya
sengsara. Gabriel ingin bebas memilih cewek yang ia sukai.
“Ada apa?” Tanya Gabriel.
“Gue punya berita menggembirakan.” Jawab Pricilla senang.
“Berita apa?” Gabriel mulai serius.
“Kata Mama, perjodohan kita dibatalkan. Pertunangan kita dibatalkan. Mama tau hubungan kita nggak pernah serius.”
Apa
gue salah dengar? Perjodohan itu dibatalkan dan ia dapat memilih cewek
yang ia sukai? Oh God! Thanks! Inilah saat-saat yang paling ditunggunya.
Pricilla juga tampak senang. Memang, hubungan keduanya nggak cocok.
Pricilla bukan tipe cewek Gabriel.
Sekarang, imipiannya
untuk memiliki cewek yang ia cintai mungkin saja berhasil. Gabriel
mencoba meminta maaf pada Ify dan memperbaiki hubungan dulu yang sempat
hancur. Ya, Ify tak bisa tergantikan dalam hidupnya. Hanya Ifylah cewek
yang sangat ia cintai.
Masalahnya hanya ada satu. Mario
Stevano, kekasih Ify. Hubungan mereka baik-baik aja. Gabriel tau Ify
sangat mencintai Rio dan sebaliknya Rio sangat mencintai Ify dan nggak
mau kehilangan Ify. Apalagi, lima tahun mereka telah berpisah. Ify
kuliah di Bandung dan Rio sendiri kuliah di Jakarta. Gabriel tau info
ini dari Sivia.
“Ify kangen sama Rio, udah lima tahun dia nggak ketemu Rio..” Jelas Sivia.
Tentu
Gabriel nggak mau dikatakan sebagai cowok pengganggu hubungan orang.
Seperti Dea. Setaunya, Dea itu sering ganggu hubungan RiFy. Dan ia nggak
mau seperti Dea. Ia ikhlas Ify bersama Rio. Ia bahagia asalkan Ify
bahagia. Gabriel juga tidak merasa menyesal, mengutuk perjodohan itu.
“Oh ya Yel, gue rencananya mau balik ke Korea. Disana ada cowok gue, hehe..” Kata Pricilla.
Gabriel tersenyum. “Iya, selamat deh. Kalo Lo nikah, jangan lupa undang gue ya. Awas kalo nggak.” Ancam Gabriel.
Giliran
Pricilla yang tersenyum. “Masalah itu gampang, tapi Lonya yang harus
ngeluarin uang untuk terbang ke Korea. Hehe.. Lo sendiri sama siapa?”
“Entahlah,
gue masih bingung.” Jawab Gabriel. Ia beralih melihat langit biru
cerah. Disana ada awan putih yang bentuknya berubah-ubah. Tiba-tiba
bayangan Ify muncul dibenaknya. Ify memang bukan untuknya, Gabriel harus
menerima kenyataan yang sebenarnya.
***
Enam tahun yang lalu...
Rio
memandang lurus danau yang luas itu. Disampingnya ada Ify, cewek yang
sebentar lagi akan meninggalkannya. Kata Ify, ia disuruh kuliah di
Bandung sama orangtuanya. Soalnya, disana ada tantenya yang siap
membiayainya. Kalo disini sih, mungkin orangtuanya nggak sanggup.
Angin
sepoi-sepoi menerpa rambutnya. Ify, cewek itu terdiam, tak bisa berkata
apa-apa. Sungguh, ia tak ingin meninggalkan kekasihnya, Rio.. Hampir
tiga tahun ia bersama Rio, dan, apa ia tega meninggalkan Rio demi masa
depannya?
“Fy, kamu lebih baik kuliah di Bandung. Kamu mau kan? Kalo tidak ya kamu nggak akan kuliah..” Jelas Mama.
Tuhan..
Aku harus bisa. Harus bisa! Ini kesempatanku. Perlahan, Ify melirik Rio
yang sedang menatap lurus ke danau. Ify tau apa yang dipikirkan Rio.
Rio tak ingin ia pergi, tak ingin!
“Rio..” Lirih Ify.
“Iya?” Jawab Rio. Ia beralih menatap wajah cantik Ify. Wajah yang selama ini menghiasi hari-harinya.
“Maafin Ify ya, Ify harus pergi meninggalkan Rio..”
Rio tersenyum seraya membelai lembut rambut Ify.
“Rio nggak bisa egois Fy, kalo Ify mau ke Bandung, Rio ikhlas.” Kata Rio.
“Iya
Yo.. Tapi Ify takut. Ify takut disini Rio melupakan Ify.” Kata Ify
takut. Entah firasatnya mengatakan jika ia kembali ke kota ini, Rio
sudah melupakannya. Ify takut.
“Rio
nggak akan lupain Ify. Ify adalah bidadari Rio. Rio sayang Ify, Rio
cinta Ify, Rio bersabar menunggu Ify kembali ke Jakarta.” Kata Rio.
Titik-titik
air matanya mulai turun saat mendengar ucapan itu. Rio.. Aku nggak rela
tinggalin kamu.. Rio tau Ify menangis, Rio pun memeluk Ify.
“Rio
janji Fy, Rio nggak akan lupain Ify. Ify adalah cinta pertama dan cinta
terakhir Rio. Rio nggak akan ingkar janji Rio. Ify milik Rio
selama-lamanya. Ify juga, jangan lupain Rio. Ini adalah sebuah cobaan
Fy. Rio yakin, lima tahun kedepan kita mampu keluar dari cobaan ini.
Saat Ify kembali kesini, Rio langsung lamar Ify. Kita akan menjadi
sepasang kekasih yang halal. Hanya Ify calon Ibu dari anak-anak Rio. I
Love you Fy.. Forever..”
Pelukan itu
makin erat, dan tangisan Ify semakin keras. Rio benar, ia harus kuat
menghadapi cobaan ini. Ify yakin, suatu saat nanti Rio datang padanya,
mengucapkan janji untuk hidup bersama selamanya. I Love you Rio.. Jangan
pernah lupain Ify...
***
Jakarta.. Tahun ini...
Cewek
itu membuka kaca matanya. Dilihatnya pemandangan disekitarnya. Sebuah
bangunan tua yang baginya adalah tempat tinggal yang paling nyaman.
Cewek itu berjalan, mendekati bangunan tua itu. Bangunan itu tidak
berubah. Hanya saja catnya yang berganti. Hari ini, ia ingin memberi
kejutan pada pemilik rumah. Ya, orangtuanya.
Pintu itu ia
ketuk. Sambil menunggu pintu terbuka, ia mengembangkan senyum manis yang
ia miliki. Yang membuat siapa saja suka melihatnya. Beberapa menit
kemudian, pintu terbuka. Seorang wanita kira-kira berumur hampir empat
puluh delapan tahun tersenyum menyambut kedatangan putrinya.
“Ify!
Kamu sudah pulang nak..”Kata wanita itu yang tak lain adalah ibunya.
Ify, cewek itu bersimpuh di kaki ibunya. Ia rindu dengan ibunya ini.
“Ify sudah selesai kuliah Ma..”Kata Ify bangga. Perkiraan umurnya yaitu kurang lebih dua puluh empat tahun.
“Iya sayang, ayo masuk.” Kata Mama. Ify mengangguk.
Sementara
Mama masuk ke dalam, Ify mencoba mengingat masa lalunya. Masa lalunya
yang begitu indah. Masa lalunya bersama seorang kekasih bernama Mario
Stevano. Ah ya, dimana sekarang lelaki itu? Apa lelaki itu masih
mengingatnya? Masalahnya, Ify kehilagan kontaknya setahun terakhir ini.
Ya semoga Rio masih mengingatnya.
“Papa..” Kata Ify. Ia
melihat lelaki yang terlihat agak tua. Namun Ify menganggap Papa masih
muda. Papa yang dulu, Papa yang selalu menjaganya.
“Gimana
Fy kuliahmu?” Tanya Papa. Ify menceritakan pengalamannya ketika berada
di Bandung. Disana, banyak teman-teman yang baik padanya. Ah, Ify jadi
teringat sahabatnya, Shilla. Bagaimana kabarnya? Apa Shilla masih sama
Alvin?
“Kamu sudah punya pacar Fy? Umur kamu udah cocok tau untuk menikah.” Goda Mama.
“Ah Ma, masih dua empat. Tunggu tiga atau empat tahunlah.” Cuek Ify.
“Hus! Menikah sekarang itu baik lho.” Kata Mama.
Ify
tersenyum menanggapi perkataan Mama. Menikah? Hemmm.. Secepatnya Ify
ingin menemui kekasihnya, Rio. Tapi, ia merasakan suatu keanehan.
Seharusnya Rio pasti tau kalo ia udah pulang kesini. Ah, mungkin Rio
sibuk. Ifylah yang harus menemui Rio. Sekarang juga.
“Ma, Ify keluar bentar ya.” Kata Ify.
Ify
emang rindu setengah mati sama Rio. Ia rindu suara Rio, ia rindu
tingkah Rio, ia rindu semua yang pernah dilakukan Rio padanya, ia rindu
sama Rio. Ify berjalan pelan. Rumah Rio agak jauh dari rumahnya. Ify
dapat menyetop bemo untuk dapat pergi ke rumah Rio.
***
Penyakit
kanker paru-paru adalah penyakit paru-paru yang paling berbahaya. Alvin
telat memeriksanya ke dokter. Ia ingat perkataan dokter tadi.
“Penyakitmu
ini sudah parah. Kenapa kamu baru memeriksanya sekarang? Coba dulu kamu
rutin ke dokter, saya yakin hari ini kamu sembuh. Tapi sekarang, saya
tidak tau. Berdoalah pada Tuhan agar penyakitmu ini sembuh.”
Ya, ia akui dirinya emang bodoh. Alvin menertawai dirinya sendiri. Vin.. Alvin.. Apa Lo bosan berada di dunia ini?
“Hei mas!” Sapa Dea.
“Oh, hai juga.” Jawab Alvin. Dea mendekati Alvin lalu duduk disamping Alvin.
“Lo baru darimana? Kenapa wajah Lo pucat?” Tanya Dea.
“Gue nggak papa.” Jawab Alvin. Entah seribu kali ia berbohong pada Dea, dan Dea selalu mempercayai omongan dustanya.
“Ukh..Ukh..”
Tiba-tiba Alvin batuk. Parahnya, batuknya mengeluarkan darah, dan dadanya terasa sesak. Dea begitu kaget melihat kakaknya.
“Mas, Lo nggak papa?” Tanya Dea panik.
“Gue cuman lelah aja.” Jawab Alvin.
Hanya
lelah saja ya? Alvin teringat Shilla. Kemarin, cewek itu memeluknya
senang karena lulus dengan nilai yang memuaskan. Sekarang Shilla bekerja
sebagai designer terkenal. Ya, Alvin bangga sama Shilla. Tapi, ada
sebaris perkataan Shilla yang membuat hatinya perih.
“Vin, kapan nih kita nikah?”
Umurnya
emang cukup buat menikah. Ya mungkin lagi setahunlah jika umurnya ini
masih dianggap muda. Tapi Alvin takut, Shilla sedih saat ia meninggal.
Oh, apa aku kembali pada rencana awalku? Balas dendam? Tapi, aku begitu
sayang sama Shilla. Dia adalah bidadariku. Tidak mungkin aku berdusta
padanya.
“De, gue akan mutusin Shilla.” Kata Alvin
tiba-tiba. Entah darimana ia mendapatkan kekuatan untuk membicarakan hal
menyakitkan itu.
“Yang bener?”
“Iya.” Jawab Alvin ragu.
Dea
tersenyum senang. Akhirnya, Alvin mau juga putuisn Shilla. Hei! Dea
baru menyadari, rencananya untuk membalas dendam berjalan lancar. Dea
yakin Rio nggak akan mau sama Ify karena Rio sudah menjadi miliknya.
Haha.. Dea tak mau tau gimana reaksi Ify saat bertemu Rio. Dea tak mau
tau.
***
“Baiklah, mulai dari sekarang,
perjodohan itu dibatalkan.” Kata Pak Jindo-Ayah Pricilla-tegas. Pricilla
maupun Gabriel tersenyum lega. Akhirnya, bebas juga!
“Makasih Pa..” Kata Pricilla senang. Yeah! Besok ia siap terbang ke Korea demi bertemu sang pujaan hati.
“Eh, Lo enak udah punya pacar, lha gue?” Kata Gabriel bercada. Semua di ruangan itu tertawa mendengar ucapan Gabriel.
Setelah
semua dirasa beres, keluarga Pricilla meninggalkan rumah Gabriel.
Terakhir kali ia melihat Pricilla. Ya, ia yakin di Korea nanti Pricilla
bahagia bersama pasangannya.
“Mas, udah dapat kabar kalo Rio sudah keluar dari rumah sakit?” Tanya Sivia.
Gabriel mengangguk.
“Tapi mas, yang gue rasa aneh, kenapa Rio jadiin Dea sebagai kekasihnya? Dan Ify dikemanain?”
Gabriel
juga tak mengerti kronologi kejadian. Setaunya, polisi menemukan Rio
yang terbaring lemah disuatu tempat sepi. Tubuh Rio dilmuri darah,
terutama bagian kepalanya. Ah, entahlah. Gabriel yakin Rio menjadikan
Dea sebagai kekasih hanyalah bohongan. Tidak mungkin Rio melupakan Ify.
Tidak mungkin!
***
Rumah
yang ia lihat adalah rumah pemilik yang sangat ia rindukan. Ify ragu
mengetuk pintu. Jantungnya saja udah dek-dekan. Jika pintu terbuka, dan
ia melihat seseorang yang dirindunya tersenyum padanya, menyambutnya...
Tok..Tok..Tok...
Pintu
belum terbuka. Ify menunggunya dengan sabar. Satu suara yang ia dengar,
detak jantungnya yang berdegup kencang. Tuhan.. Normalkan jantungku...
Ify tak yakin saat melihat Rio ia baik-baik saja.
Pintu
tak kunjung terbuka. Pikiran negatifnya mucul diotaknya. Apa Rio sudah
tak lagi tinggal disini? Atau mungkin... Apa Rio tidak mau bertemu
dengannya? Apa mungkin Rio sudah memilik kekasih baru? Atau...
KREKK...
Pintu
terbuka. Ify menjadi tenang. Pikiran negatifnya hilang entah kemana.
Tapi, otaknya masih bisa digunakan untuk berpikir. Melihat orang yang
membuka pintu itu, Ify dapat menyimpulkan suatu fakta.
“Cari siapa mbak?” Tanya orang itu.
***
TBC.....
Nah lho, apakah Rio masih mengingat Ify atauuu....
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit ( http://risedirectioners.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar