expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 12 )



Part 12

.

            Benar saja! Seisi sekolah pada heboh membicarakan Disty yang katanya pulang berdua bersama Luke. Tidak tau siapa yang membocorkan berita itu dan bisa sampai didengar oleh seisi sekolah. Tentu saja Rio mengetahui berita itu. Tetapi ekspresi cowok itu tidak menandakan kalau ia sedang kesal atau ekspresi marah lainnya. Rio hanya diam. Entah apa yang dipikirkannya.

            “Jangan salahkan Disty. Salahkan aku saja. Disty tidak salah apapun.” Ucap Luke saat melihat sikap Rio yang berbeda.

            Rio menatap Luke. “Aku percaya dengan Disty. Gadis itu hanya mencintaiku. Jadi aku tidak perlu khawatir kalau dia dekat dengan cowok termasuk kau.” Ucapnya.

            Dalam hati Luke bersyukur ternyata Rio tidak sensitif. Tapi sewaktu Rio pacaran dengan Cara, Rio selalu kesal dan marah jika Cara jalan berdua dengan cowok lain. Dan sekarang? Pasti ada sesuatu yang membuat Rio tidak marah. Lihat saja Rio yang seperti sedang memikirkan sesuatu dan sepertinya cukup berat.

            Sementara itu, di kelas Disty ditatap dengan penuh rasa ketidaksukaan oleh teman-temannya. Hampir semua yang menatapnya dengan cara seperti itu. Disty menelan ludahnya. Sebegitunyakah mereka? Kenapa mereka berlebihan sekali? Rio saja tidak marah dengannya dan mengapa mereka yang marah?

            “Mereka hanya cemburu denganmu Dis.” Ucap Donna sambil menenangkan Disty.

            “Iya Dis. Rio saja tidak marah kenapa mereka harus marah? Tapi kau beneran tidak tertartik dengan Luke kan?” Ucap Miley.

            Disty menatap Miley dengan tatapan aneh. “Aku tertartik dengan Luke? Tentu saja tidak. Luke sudah aku anggap sebagai teman dekat dan kakakku sendiri. Semenjak James pergi, Luke seakan-akan bisa menggantikan peran James walau berbeda. Lagipula aku masih cinta sama Rio. Tidak akan aku biarkan hal-hal kecil seperti itu merusak hubunganku dengan Rio.” Ucapnya.

            “Betul itu Dis. Kalian memang pasangan yang cocok.” Ucap Donna.

            “Tapi.. Aku lagi ada masalah penting dan aku bingung, tapi tidak ada hubungannya dengan Rio.” Ucap Disty.

            “Apa itu?” Tanya Miley.

            “Mama menyuruhku mengikuti kelas tambahan matematika agar nilai matematika-ku meningkat. Tapi aku malas.” Jawab Disty.

            That’s so terrible! Tapi bagaimanapun juga kau harus merubah nilaimu Dis.” Ucap Donna.

            Tiba-tiba Disty teringat dengan ide Michael. “Tapi ada jalan lain yang Michael usulkan.” Ucapnya.

            “Apa?” Tanya Miley.

            Disty menghela nafas dalam-dalam. “Aku akan belajar matematika bersama Luke dan dia nantinya yang akan menjadi guruku.” Jawabnya.

***

            Di kantin, banyak yang heboh membicarakan Disty dengan Luke. Terutama saat Luke dan Michael datang ke kantin. Semua pada berbisik-bisik sesekali mencuri pandang ke arah Luke. Tentu saja Luke dapat mendengar desas-desus dari murid-murid yang melihatnya.

            “Eh itu tuh Luke. Cowok seperti dia kok bisa ya pulang sama Disty. Jangan-jangan Luke mau merebut Disty dari Rio lagi.”

            “Iya benar. Tapi Luke ngaca dulu dong cowok seperti apa dia dan sesuai tidak dengan tipe Disty.”

            Sebisa mungkin Luke tenang dan menghiraukan ucapan-ucapan itu. Berusaha merebut Disty dari Rio? Secepat itukah mereka menyimpulkannya? Seharusnya mereka berpikir dulu dan tidak perlu menuduh seperti itu. Kalau seandainya mereka berada di posisinya, bagaimana perasaan mereka?

            “Disini memang gila, Luk. Aku percaya kalau kau tidak sedang menjauhkan Disty dari Rio. Aku sudah lama mengenalmu dan aku tau bagaimana sifatmu.” Ucap Michael.

            “Iya. Mereka cepat sekali menyimpulkan sesuatu. Anehnya, Rio tidak marah denganku atau menatapku dengan rasa ketidaksukaan. Aku heran. Dulu saat Rio pacaran dengan Cara, ada cowok yang dekat dengan Cara, Rio langsung membuat perhitungan dengan cowok itu.” Ucap Luke.

            Michael membenarkan ucapan Luke. “Kau benar. Mungkin Rio sekarang sudah dewasa dan mengerti.” Ucapnya.

            “Tapi aku sedikit merasa aneh dengan Rio. Dia seperti sedang mempunyai masalah yang ada hubungannya dengan Disty. Semenjak mereka pacaran, ku lihat wajah Rio jarang menampakkan keceriaan dan agak pendiam.” Ucap Luke.

            “Sudahlah. Tidak baik membicarakan hubungan orang lain. Ohya, aku mempunyai satu tawaran padamu dan aku berharap kau mau menerimanya.”

            “Apa itu?” Tanya Luke.

            Michael tersenyum. “You’ll be a Disty’s Math Teacher!” Ucapnya.

***

            “Rio!” Seru Disty.

            Sepulang sekolah, Disty tidak sengaja melihat Rio dan gadis itu langsung berlari menuju Rio. Rio tersenyum melihat kedatangan Disty. Kali ini ia bisa pulang dengan gadis itu.

            “Ng.. Rio tidak marah kan dengan Disty?” Tanya Disty tiba-tiba.

            Rio menatap Disty. “Marah? Untuk apa aku marah? Karena banyak yang membicarakan kau dengan Luke? Aku pikir itu hal yang biasa. Kalian kan juga dekat.” Jawabnya. Tanpa sedikitpun menandakan ekspresi kemarahan atau kecemburuan.

            Disty menatap Rio heran. “Aku dan Luke tidak dekat. Aku akrab dengan Luke karena Luke sahabat kakakku. Ku kira kau akan marah tapi syukurlah tidak.” Ucapnya.

            Rio tersenyum lalu mengacak-ngacak poni Disty. “Dasar dari sebuah hubungan adalah sebuah kepercayaan. Aku percaya denganmu kalau kau hanya mencintaiku meski kau banyak bergaul dengan cowok lain. Kalau aku marah, artinya aku egois. Aku membebaskanmu untuk dekat dengan siapa saja sekalipun itu Luke. Aku juga percaya dengan Luke kalau dia tidak bermaksud untuk mengambilmu dariku.” Ucapnya.

            Apa yang dikatakan Rio memang benar. Dasar dari sebuah hubungan adalah kepercayaan. Bagaimanapun juga kita harus saling percaya satu sama lain agar hubungan kita baik-baik saja. Banyak lho hubungan yang hancur karena saling tidak percaya. Diam-diam Disty kagum dan sangat beruntung mempunyai pacar seperti Rio yang tidak terlalu posesif padanya dan tidak terlalu banyak mengaturnya.

            Keduanya pun pulang bersama. Sesampai di rumah, Disty menawarkan Rio untuk masuk ke dalam rumahnya tetapi Rio menolak. Disty merasa ada yang berbeda dengan Rio. Entah itu apa. Apa ucapan Rio tadi bohong? Bagaimana jika sebenarnya Rio tidak suka jika ia bersama Luke?

            “Hai Dis!” Sapa Michael. Sepertinya Michael sudah pulang sejak tadi. Disty pun duduk di samping Michael.

            “Aku mau kok belajar sama Luke asalkan dia sabar mengajariku.” Ucap Disty.

            Michael tertawa. “Tentu saja! Luke mau mengajarimu dan dia akan sabar menghadapimu. Hitung-hitung biar Luke punya pekerjaan lain.” Ucapnya.

            “Hmm.. Aku heran apa yang dilakukan Luke di rumah. Menurutmu apa? Apa Luke selalu belajar tanpa henti?” Ucap Disty.

            Michael mengangkat bahu. “Luke itu masih misterius bagiku dan aku selalu tidak bisa menebak jalan pikirannya yang kadang-kadang aneh dan tidak nyambung.” Ucapnya.

***

            Luke memang sudah menjadi guru bagi Disty. Setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at Luke selalu datang ke rumah Disty dan mengajari gadis itu matematika. Ada juga pelajaran yang lain. Tetapi bagi Disty hal itu sama sekali tidak memengaruhinya. Disty tidak akan pernah paham dengan apa yang diajarkan Luke. Awalnya sih memang paham tapi besoknya pasti lupa. Tapi kalau ada tugas dari sekolah tentu Disty mudah mengerjakannya karena Luke mau membantunya. Ternyata punya teman yang pintar itu enak sekali walau rada-rada aneh.

            “Aku heran deh Luk. Kenapa matematika susah sekali.” Keluh Disty.

            Saat itu keduanya sedang istirahat sambil memakan pizza yang tadi dibeli oleh Michael. “Karena kau tidak ada niat untuk mempelajarinya. Coba kalau kau berniat sungguh-sungguh, pasti kau akan bisa.” Jawab Luke.

            “Aku memang tidak punya niat sih hehe. Tapi sejak dulu aku tidak suka pelajaran hitung-hitungan, tapi Mama-ku memaksaku untuk tetap mengikuti kelas matematika. Menyebalkan sekali.” Ucap Disty.

            Itulah yang membuat Luke senang. Luke senang melihat ekspresi wajah Disty yang sedang kesal. Sejak menjadi guru bagi Disty, Luke semakin dekat dengan Disty dan bisa mengetahui bagaimana sifat Disty yang sesungguhnya. Disty anaknya menyenangkan, ceria dan jarang sedih. Hidupnya bersemangat dan tetap tersenyum dikala banyak yang membencinya.

            Luke tau semenjak Disty pacaran dengan Rio banyak sekali yang membencinya. Hubungan Disty dengan Rio semakin hari semakin membaik dan Luke rasa Rio adalah cowok yang tepat untuk Disty. Ya. Sebentar lagi hubungan mereka akan mencapai satu tahun. Ya, Desember nanti.

            Waktu memang berjalan begitu cepat. Luke sadar umurnya semakin bertambah. Perasaan baru kemarin ia berumur sepuluh tahun dan sekarang umurnya enam belas tahun. Bagaimanapun juga ia harus bisa bersikap dewasa dan tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Ia harus bisa menyelesaikan sekolahnya dengan baik dan membuat bangga Ayah dan Ibunya.

            Tanpa keduanya sadari, sebuah motor berhenti di luar pagar Disty. Ternyata itu Rio. Tentu saja Disty berlari menuju Rio sambil membuka pagar. Gadis itu pun menyuruh Rio duduk di teras. Disana ada Luke. Entah hal apa yang selanjutnya terjadi. Tapi Rio tau kalau Luke sudah lama menjadi guru matematika bagi Disty dan Rio tidak keberatan.

            “Disty semakin pintar ya. Beruntung dia punya guru sepertimu.” Ucap Rio.

            Sifat dan sikap Rio memang berubah. Dia sudah tidak lagi menampakkan wajah ketidaksukaan pada Luke. Rio lebih sering merendahkan dirinya. Tetapi pesona Rio di sekolah tetap menjadi nomor satu dan banyak yang berharap agar Rio putus dengan Disty.

            “Aku juga ingin pintar sepertimu.” Ucap Rio.

            “Banyak-banyak belajar Yo biar jadi seperti Luke. Besok Luke ingin menjadi professor dan akan menemukan penemuan-penemuan baru.” Ucap Disty.

            Rio tertawa mendengar ucapan Disty. Tidak. Tetapi itu tawa yang sepertinya dipaksakan. Tawanya terhenti saat melihat seorang laki-laki yang berjalan keluar teras. Thomas, ya, Ayah Disty. Cepat-cepat Rio menunduk dan berusaha untuk tidak melihat Ayah Disty.

            “Ayah mau kemana?” Tanya Disty.

            “Mau keluar sebentar.” Jawab Thomas dengan nada yang kurang ramah.

            Tentu saja Disty heran dengan sikap Ayahnya. Terlebih saat ia bersama Rio. Sebenarnya ada apa sih? Apakah Ayahnya mengenal Rio? Apa mereka mempunyai hubungan? Disty mengalihkan pandang ke arah Rio yang sedang menunduk. Aneh.

            “Yo..” Ucap Disty.

            “Hmm..” Ucap Rio.

            “Ayah kenapa ya? Kok dia seperti tidak menyukaimu?” Tanya Disty.

            Ingin sekali Rio berteriak sekencang-kencangnya. Ingin sekali ia mengatakan sejujur-jujurnya pada Disty tapi ia tidak sanggup melihat gadis itu menangis. Ia tidak sanggup melihat gadis yang sangat dicintainya itu menangis. Biarlah hanya ia yang merasakan sakitnya.

            “Aku pulang dulu ya.” Ucap Luke yang sepertinya merasa tidak enak karena ada Rio. Luke memang begitu. Jika Disty bersama Rio, Luke memilih untuk pergi karena tidak ingin menganggu Disty dan Rio.

            “Yo..” Ucap Disty menyadarkan Rio.

            “Eh, Ayahmu? Tidak. Aku tidak tau.” Ucap Rio.

            Disty tau Rio sedang menyembunyikan sesuatu. “Kita harus jujur Yo. Kita harus sama-sama jujur dan percaya. Semenjak kita pacaran, sikap Ayah agak berubah. Ayah seakan-akan tidak menyukai Disty pacaran sama Rio. Disty takut apa yang ditakutkan Disty terjadi. Disty tidak ingin kehilangan Rio. Disty sayang sekali sama Rio.” Ucapnya.

            Hati Rio terasa perih begitu mendengar suara Disty. Ya. Rio juga tidak ingin kehilangan Disty. Ia ingin selalu menjadi cowok satu-satunya yang ada di hati Disty. Ia ingin selalu Disty mencintainya untuk selama-lamanya. Inikah yang dinamakan cinta sejati? Selama Rio pacaran, rasanya tidak seperti saat ia pacaran dengan Disty. Baginya Disty sangat berbeda dengan gadis yang lain. Tapi kenapa harus Disty? Kenapa?

            Rio pun menggenggam kedua tangan Disty sambil menatap gadis itu dengan dalam. Tatapan Rio membuat jantung Disty berdetak tak karuan. Tatapan Rio sangat mematikan baginya, dan genggaman tangan Rio membuat aliran darahnya berhenti mengalir.

            No matter what happens. I’ll always beside you and I’ll always love you. Jangan takut. Kita akan selalu bersama. Hubungan kita akan baik-baik saja. Kau dan aku.” Ucap Rio.

            Disty memejamkan matanya. Kau dan aku. Sepertinya ia harus membuat sebuah lagu lain. Lagu yang mengisahkan tentang hubungannya dengan Rio dan tidak ada satupun yang bisa menghancurkan hubungan mereka. Ya.

***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar