expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 21 Juli 2015

Towers ( Part 12 )



Part 12

.
                       
            “Serius?”

            Bagaikan mimpi yang indah. Pagi-pagi sekali Ashley sudah mendapat sesuatu yang tidak di duganya. Bahkan sesuatu yang baru saja ia impikan dan sekarang ia dapatkan. Vee memberikannya satu tiket konser Luke Flemmings dan tiketnya lumayan. Ashley berada di bagian festival A dan B dan Ashley tentu bisa melihat Luke secara jelas karena berdiri di paling depan. Tentu saja Ashley berterimakasih pada Vee karena Vee mau memberikannya tiket berharga ini.

            “Tugasmu hanyalah menghafal lagu Luke dan jangan menjadi fake fan!” Ucap Vee.

            Ashley menggaruk-garukkan rambutnya. “Iya ya. Tapi bagaimana cara menghafalinnya? Handphone-ku tidak bisa diisi lagu.” Ucapnya.

            Kemudian Vee mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Yaitu handphone nokia sederhana yang sudah terlihat tua namun masih bisa digunakan. Vee memberikan handphone itu pada Ashley. Awalnya Ashley ragu menerima tetapi ia pun menerima handphone itu sambil tersenyum. Handphone sederhana tetapi bisa diisi lagu dan ada kameranya.

            “Thanks banget ya Vee! Aku tidak nyangka kau sudah memberikanku tiket dan handphone ini.” Ucap Ashley.

            Vee tersenyum mendengar ucapan Ashley. “Ya sama-sama. Di handphone itu sudah ada kok lagu-lagunya Luke, dan foto-fotonya Luke.” Ucapnya.

            Langsung saja Ashley memeluk tubuh Vee. Vee, satu-satunya sahabatnya yang selalu ada untuknya dan melakukan apapun demi kebahagiaannya. Vee selalu mengerti tentangnya di saat semuanya pada cuek dan merasa jijik padanya. Ashley merasa beruntung mempunyai sahabat sebaik Vee.

            “Kau nonton konser juga?” Tanya Ashley.

            Vee menggeleng. “Aku tidak di kasih sama Mama.” Jawabnya.

            Ashley tersenyum sedih. “Darimana kau dapat tiket itu?” Tanyanya.

            “Ah tidak penting asalkan kau sudah mendapatkan tiket.” Ucap Ashley.

            Tiket sudah ia terima. Hambatan lain yaitu izin Ibunya. Mana mungkin Ibunya mau mengizinkannya menonton konser seperti itu? Lagipula, mana berani ia pergi ke pusat kota sendirian? Memang butuh perjuangan. Usia Ashley masih di bawah umur dan sepertinya Ashley harus pergi di temani orang dewasa. Tapi siapa? Tristan?

            “Tapi Vee, aku tidak yakin dapat izin Mama.” Ucap Ashley sedih.

            “Iya juga. Ajak aja kak Tristan. Pasti dia mau.” Ucap Vee.

            “Tapi kak Tris tidak ada tiket.” Ucap Ashley.

            “Suruh aja dia anter kamu.” Ucap Vee.

            Ashley berpikir sesaat. Ia yakin sekali Tristan tidak akan mengizinkannya menonton konser itu. Lebih baik ia kabur saja secara diam-diam. Mungkin inilah dosa terbesarnya. Menonton konser diam-diam tanpa seizing orangtua. Entahlah.

***

            Sydney….

            Inilah Sydney. Luke bersyukur dirinya bisa selamat sampai di tujuan. Saat ini ia, Tami dan kru lainnya sudah tiba di bandara Sydney dan disana sudah banyak fans yang berteriak menyebut namanya. Ada juga yang membawa spanduk bertuliskan namanya atau kata-kata untuknya seperti ‘I Love You Luke!’ atau ‘Thank you for come to Australia!’ Tentu saja Luke tak henti-hentinya tersenyum walau dirinya terasa lelah akibat penerbangan dari Amerika ke Australia dan Luke sempat ketakutan di atas sana.

            “Luke! Luke! Luke! Luke!”

            Setelah masuk dan melihat puluhan fansya, Luke menyempatkan diri untuk berfotoan dengan fans-nya dan memberikan tanda tangan. Beberapa dari mereka menangis karena telah bertemu dengan sang idola. Ada juga yang terlihat seperti orang gila dan kesetanan karena melihatnya. Banyak sekali security yang menjaga-nya agar tidak di serang oleh fans.

            “Wau! Lukers Australia lebih gila dibanding Amerika.” Puji Tami.

            “Ya. Mereka tidak sadar bahwa aku ternyata berasal dari Australia, bukan Amerika. Kejutan yang mengagetkan bagi Lukers Aussie.” Ucap Luke.

            Tami tersenyum. “Lusa nanti kau akan konser. Aku harap kau bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.” Ucapnya.

            Konser lagi. Tentu saja Luke merasa senang dan bersemangat. Walau sangat lelah dan membuat tenggorokannya sakit, tetapi Luke begitu bahagia melihat fans-nya yang senang dan ada yang menangis karenanya. Inilah hidupnya dan Luke sangat mencintai hidupnya.

            “Kau pasti lelah. Sony sudah menyewa apartemen khusus untukmu yang akan kau tinggali selama kau free.” Ucap Tami.

            Ya, setelah konser di Sydney selesai, Luke meminta free walau seharusnya ia mengadakan konser di Kota lain seperti Melbourne, Brisbane, Adelaide dan Perth. Mungkin Luke mengkhususkan hanya untuk Sydney saja. Luke memang begitu. Semuanya harus berjalan sesuai keinginannya meskipun salah dan bertentangan dengan apa yang diinginkan Sony.

***

            Ashley memutuskan untuk pergi ke konser sendirian tanpa ditemani oleh siapapun. Maafkan Ashley, Ma.. Untunglah uang tabungannya lumayan banyak dan Ashley bisa pergi dengan tenang. Kata Vee, sebaiknya ia pergi pagi-pagi sekali. Mudah saja untuk kabur. Lusa adalah hari Rabu. Ashley berpura-pura berangkat sekolah tetapi sebenarnya ia pergi menonton konser. Ya. Konsernya diadakan jam setengah sembilan malam. Artinya Ashley harus menunggu dengan sabar. Sekali lag, maafkan Ashley, Ma..

            “Kak Tris..” Ucap Ashley kaget mendapati kakaknya yang sudah ada di sampingnya.

            Tristan terdiam sesaat sebelum berbicara. “Kau suka… musik?” Tanyanya.

            Ashley sedikit kaget mendengar pertanyaan Tristan. Dulu sebelum mengenal Luke, Ashley tidak terlalu menyukai musik. Tetapi setelah mengenal Luke dan mendengar lagu-lagu Luke, Ashley sangat menyukai musik dan ingin sekali bisa bermain gitar. Ashley sudah melihat video clip Luke yang berjudul End Up Here dan Luke terlihat keren disana walau disana ada seorang model cantik yang membuatnya cemburu.

            “Suka.” Jawab Ashley.

            Since when?” Tanya Tristan.

            “Sejak kenal Luke.” Jawab Ashley.

            “Luke… Bukannya dia mau adain konser lusa malam?” Tanya Tristan.

            Apa? Darimana Tristan tau kalau Luke akan mengadakan konser? Sejak kapan Tristan peduli soal gituan? Apa jangan-jangan Tristan tertartik dengan Luke dan ingin menyelidiki Luke? Melihat wajah heran adiknya, Tristan bisa mengerti.

            “Aku punya tiga teman baru. Mereka adalah Ashton, Calum dan Michael. Mereka sangat mengagumi Luke, tapi sayang mereka tidak bisa menonton konser Luke.” Ucap Tristan.

            “Ohya? Sejak kapan kak Tris punya teman?” Sindir Ashley.

 Memang selama ini Tristan tidak pernah memiliki seorang teman. Maksudnya benar-benar teman. Kalau Brandon dan lainnya sih emang teman tapi bukan teman dekat karena bagi Ashley, Brandon dan lainnya itu ‘tidak benar’.
           
Tristan tersenyum mendengar sindirian Ashley. “Bukan hanya teman. Tetapi aku akan gabung dengan mereka. Ya lumayanlah menambah uang.” Ucapnya.

            “Ohya? Seperti apa mereka?” Tanya Ashley.

            ‘Ohya’ untuk yang kedua kalinya. Tristan benar-benar membuat kejutan untuknya. Sudah mendapat tiga teman baru dan seperti mendapat pekerjaan. Apapun pekerjaannya, asalkan halal dan tidak berbahaya.

            “Mereka itu seperti band. Pekerjaan mereka menyanyi dan dapat uang.” Jawab Tristan.

            Apa? Kali ini Ashley benar-benar kaget dengan jawaban Tristan. Band? Tristan bergabung ke dalam band? Yang benar saja! Apa Tristan bisa nyanyi? Apa Tristan bisa memainkan alat musik seenggaknya gitar? Kalau Tristan bisa bermain gitar, mungkin hidup Ashley bakal bahagia punya cowok ganteng yang jago main gitar. Ashley emang suka sama cowok yang jago main gitar semenjak kenal dengan Luke.

            “Emangnya kak Tris bisa nyanyi?” Tanya Ashley.

            Tristan mengangkat bahu. “Entahlah. Aku heran dengan mereka yang langsung saja mengajakku gabung di band mereka.” Jawabnya.

            “Duh, pasti ada alasannya deh kak. Ashley yakin itu.” Ucap Ashley.

            Ada alasannya ya? Tristan teringat dengan mereka yang mengatakan bahwa ia mirip dengan Luke Flemmings. Tristan sudah tau gimana wajah Luke karena tak sengaja menemukan foto-foto Luke di kamar Ashley. Tristan juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia emang mirip dengan Luke. Banyak sekali kemiripannya dengan Luke. Mungkin ia harus menanyakan lebih banyak tentang Luke pada Calum dan lainnya.

            “Tapi aku akan berusaha agar suaraku terdengar bagus. Mereka suka banget dengan lagu-lagu rock.” Ucap Tristan.

            “Bagus itu. Ashley juga suka, hehe.. Termasuk lagu-lagunya Luke..” Ucap Ashley.

            Tidak sengaja Ashley menyebut nama ‘Luke’ dihadapan Tristan. Tentu saja ekspresi wajah Tristan agak berbeda. Seperti heran gitu. Mungkin dipikiran Tristan, darimana Ashley tau lagu-lagu Luke dan bagaimana Ashley bisa mendengarkan lagu-lagu Luke sedangkan ponselnya saja tidak bisa diisi lagu.

            “Darimana kau tau lagunya?” Tanya Tristan.

            “Ng… Ashley dikasih Vee handphone.” Jawab Ashley jujur.

            Vee memang baik. Vee begitu baik dengan keluarganya. Sama seperti Novela. Walau Vee tidak secantik dan sekaya Novela, tetapi Vee lebih terlihat sempurna dan spesial dibanding Novela. Lho kok jadi membicarakan Novela? Bukannya Tristan sudah merasa tenang sekarang?

            “Ng.. “ Ucap Tristan dan ia tampak ragu untuk mengatakannya. “Boleh aku pinjam handphone-mu?” Tanyanya.

***

            Di tangannya kini sudah ada tiket konser Luke Flemmings yang akan diadakan lusa malam. Tentu saja Novela mendapat tiket ini atas seizin Ibunya dan harus ditemani Albert. Katanya, Albert sanggup menemani Novela menonton konser Luke dan mau tidak mau Novela harus menerima karena ia penasaran akan sosok Luke.

            Sosok Luke yang mirip dengan sosok Tristan. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang mengatakan bahwa Tristan mirip dengan Luke. Orang-orang yang begitu dekat dengan Tristan atau yang begitu mengidolakan Luke. Sebenarnya Novela malas menonton konser seperti itu. Pasti ramai dan sesak. Tetapi Novela tidak peduli. Ia bukannya jatuh cinta dengan Luke, tetapi penasaran dengan Luke.

            “Mama heran deh kenapa kamu mau nonton konser seperti itu.” Ucap Ibunya yang sedang duduk santai di ruang tamu.

            Novela tidak menjawab ucapan Ibunya. Gadis lebih memilih memakan camilan yang tadi di belinya di supermarket. Tidak seharusnya Ibunya tau tentang Luke yang mirip dengan Tristan. Tentu saja jawabannya adalah tidak. Mana mungkin Tristan mirip dengan Luke? Tristan itu seorang pemuda yang miskin dan sangat berbeda jauh dari Luke.

            Merasa dicuekka, Ibunya bicara lagi. “Setau Mama kamu mau nonton konser Luke. Memangnya kamu mengidolakannya? Selama ini Mama tidak pernah melihatmu mengidolakan seseorang.” Ucapnya.

            Akhirnya Novela bicara. “Vela emang bukan tipe cewek seperti itu. Vela tidak mengidolakan Luke. Hanya saja…”

            Entah mengapa Novela menjadi ragu untuk melanjutkan pembicaraannya. Novela merasa dirinya panas dingin. Sementara itu Ibunya menanti jawabannya dengan penasaran. Benar kan. Pasti ada alasannya. Tidak mungkin Novela menonton konser seperti itu kalau tidak ada alasan yang jelas.

            “Kasih tau Mama. Kamu kira Mama-mu ini apa?” Ucap Ibunya setengah memaksa.

            “Ng… Vela ingin melihat Luke secara langsung hanya untuk memastikan.” Ucap Novela.

            “Memastikan apa?” Tanya Ibunya penasaran.

            Lama-kelamaan Novela menjadi kesal. “Mama ini tukang penasaran.” Ucapnya.

            “Ya Mama kan heran sama kamu. Tapi tidak apa-apa kok asalkan kamu jangan jauh-jauh dari Albert. Nonton konser seperti itu bahaya.” Ucap Ibunya.

            Novela mendengus kesal. “Emangnya Mama kira Vela masih kecil?”

***

            Malam pertamanya di Sydney. Luke rasa ia lebih nyaman berada di tempat ini. Apartemen yang di sewa Sony memuaskannya dan lengkap seperti apartemen lamanya ketika ia tinggal di Los Angeles. Di tambah lagi, Luke tidak jauh dari suasana pantai. Kota Sydney berada di pinggir dan dekat dengan laut sehingga Luke merasa tenang. Luke memang tidak bisa hidup tanpa melihat laut.

            Seorang pelayan masuk ke kamarnya dan memberikannya teh hangat berikut roti bakar isi cokelat kesukaannya. Luke sering membakar roti sendiri dan itu sudah menjadi kebiasannya. Luke memang biasa hidup mandiri walau keras kepala.

            Di depan sana, ada acara TV yang menayangkan acara Family Guy, salah satu acara TV favoritnya. Sesekali Luke menyeruput teh hangatnya. Sebenarnya Luke sangat mengantuk dan ingin tidur. Namun Luke ingin menonton TV dulu barang sejam-man.

            Ketika berganti menjadi iklan, tiba-tiba muncul berita singkat. Berita itu menayangkan kebakaran rumah yang memakan dua korban. Pertama Ayah korban dan yang kedua anak pertama korban. Untunglah api itu bisa dipadamkan. Luke menyaksikan kobaran api itu dengan perasaan aneh. Rasanya sama seperti ketika ia melihat acara TV berupa dua bocah kembar. Dan lagi. Kepalanya menjadi pusing dan dunia berputar-putar. Di pikirannya seperti ada suatu gambaran masa lalu yang mengerikan, tetapi tidak jelas.

            Cukup lama Luke merasakan keanehan dan Luke sudah membaik. Acara TV itu kembali menayangkan siaran TV Family Guy. Luke terdiam sesaat. Apa semua itu ada hubungannya dengan masa lalunya? Pertama, dua bocah kembar dan yang kedua, rumah terbakar. Tampaknya Luke benar-benar tidak sabaran untuk menyelesaikan misteri ini.

            Akhirnya Luke mulai merasakan kantuk yang luar biasa. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh dan saatnya untuk tidur. Besok ia boleh menikmati suasana Kota Sydney tentu dengan penyamarannya karena Luke takut jika ada yang mengenalinya dan semuanya akan menjadi kacau.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar