expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 21 Juli 2015

Towers ( Part 9 )



Part 9

.

            Ashley tidak menduga dengan apa yang dilihatnya, juga Liza! Malam itu Tristan tampak berbeda dari Tristan yang biasanya. Penampilan Tristan cukup rapi dan rambut Tristan sudah tidak awut-awutan. Tristan yang baru ini seperti…. Astaga! Tidak! Tidak mungkin! Ashley teringat dengan Luke dan rasa kebingungannya dengan sosok bernama Luke. Apakah sosok bernama Luke itu nyata?

            “Kau tampak rapi. Mama senang dengan penampilanmu seperti ini. Apa kamu sudah berani bercermin?” Tanya Liza hati-hati.

            Tristan melahap menu makan malam yang sederhana itu sebelum menjawab pertanyaan Liza. “Tidak juga. Tapi Tristan sudah tidak takut lagi melihat cermin. Ternyata Tristan cukup tampan juga, dan manis.” Jawabnya.

            Jika saja Ashley tidak tau apa-apa tentang Luke, mungkin saat itu juga ia tertawa terbahak-bahak. Tentu saja Ashley merasa heran dengan perubahan sikap kakaknya. Jangan-jangan… Ashley sadar ia mendadak meninggalkan rumah dan tidak mengunci kamarnya. Kemungkinan besar Tristan yang ada di rumah memasuki kamarnya dan menemukan foto Luke disana. Tapi Tristan kelihatan baik-baik saja kok.

            Sementara itu Liza tersenyum mendengar jawaban Tristan. “Kamu memang menawan. Wajahmu mirip Ayah. Sama-sama tampan dan manis.” Ucapnya.

            “Kalau boleh tau, mengapa kak Tris sudah berani menatap cermin? Bukannya sama saja kak Tris melihat kak Luke disana?” Tanya Ashley tanpa memikirkan resiko akan pertanyaannya itu.

            Baik Tristan maupun Liza langsung menatap Ashley. Sepertinya Liza kurang suka dengan pertanyaan Ashley yang tentunya dapat menyakiti Tristan. Ya. Selama ini Tristan memang tidak berani menatap dirinya di cermin karena takut ia melihat Luke disana dan Tristan menjadi sedih.

            “Ashley, jaga bicaramu!” Ucap Liza setengah membentak.

            “Luke..” Gumam Tristan.

            Giliran Liza dan Ashley yang menatap Tristan dengan heran. Tristan sudah berani mengucapkan nama yang dianggap haram diucapkan oleh Tristan. Ashley yakin sekali Tristan memang benar-benar masuk ke dalam kamarnya dan menemukan foto-foto disana. Foto-foto jika dilihat secara teliti memiliki banyak kemiripan dengan Tristan.

            “Luke.. Dia masih hidup..” Ucap Tristan.

***

            Tami mengajak Luke menuju rumahnya yang letaknya cukup jauh dari keramaian kota. Untunglah mobil mereka tidak ketahuan dan tidak ada yang bisa mengikuti mereka. Sopir pribadi Tami memang cukup cerdik dalam menipu wartawan tadi. Luke yang asli mengantuk sempat tertidur di samping Tami. Tentu Tami merasa beruntung bisa dekat dengan Luke, si bintang baru yang banyak digemari oleh para gadis. Tetapi Tami tahu diri. Dia hanyalah asisten manager Luke dan Tami sudah berjanji untuk tidak akan jatuh cinta pada Luke sekalipun ia ingin.

            Setelah tiba di rumah, saat itulah Luke terbangun dan sempat mendapatkan mimpi aneh. Luke bermimpi tentang anak kembar yang ia lihat di acara TV itu. Anak kembar yang sedang bermain bersama dalam kebahagiaan. Entahlah apa maksud dari mimpinya itu yang jelas Luke merasa mimpinya cukup aneh dan sedikit misterius.

            “Rumahmu bagus juga. Aku bakal betah tinggal disini.” Ucap Luke.

            Tami tersenyum mendengar pujian Luke dan mengajak Luke masuk ke dalam. Kebetulan disana ada orangtuanya dan adik perempuannya yang memang tergila-gila dengan Luke. Untunglah adiknya itu sudah tidur dan Tami bisa menjadi tenang.

            “Kami turut berduka cita atas meninggalnya Sara. Semoga Sara diterima di sisi Tuhan.” Ucap Ibu Tami.

            Keduanya pun memutuskan untuk pergi ke balkon kamar Tami dan disana Luke bisa merasakan kesejukan yang luar biasa walau tempat ini jauh dari pantai. Tami bersyukur Luke senang berada di rumahnya ini.

            “Kau tidak sedih?” Tanya Tami.

            Mendengar suara Tami, Luke tersadar. “Sedih? Apa aku harus menangisi seseorang yang bukan menjadi ibu kandungku dan tidak bertanggung jawab dengan apa yang telah diperbuatnya?” Tanyanya.

            Luke masih sama. Luke yang keras kepala. Luke yang tidak mau mengerti perasaan orang lain. Luke yang hatinya begitu keras. Tami pikir Luke bisa mengertikan Sara dan merasa sedih dengan meninggalnya Sara. Bagaimanapun juga, meski Sara bukanlah Ibu kandung Luke tetapi Sara mau membiayai hidup Luke hingga Luke bisa menjadi orang yang sukses sampai detik ini.

            “Tapi Sara sudah membiayai hidupmu dan membuatmu mencintai musik. Seharusnya kau berhutang budi padanya. Dasar keras kepala!” Ucap Tami sedikit kesal.

            “Memang itu kewajibannya.” Ucap Luke.

            Tami menjadi kesal dengan Luke dan merasa selalu kalah dengan Luke. Bagi Tami, Luke itu adalah orang teraneh yang pernah ia temui sekaligus cowok tertampan yang pernah ia temui dan sangat berbakat. Diam-diam Tami merupakan salah satu fans gila Luke dan di handphone-nya ia sudah banyak menyimpan foto Luke.

            “Coba ceritakan apa yang kau dengar dari percakapan Sara.” Ucap Tami.

            Awalnya Luke enggan menceritakan pada Sara. Takut nantinya jika Sara membongkar aibnya dan menyebarkannya melalui internet dan semua orang akan tau siapa dia. Luke, yang jelas-jelas bukan anak dari Sara melainkan adalah bocah berusia lima tahun yang terlantar.

            “Namaku bukan Luke Flemmings. Flemmings bukanlah nama belakangku tetapi kata Sara nama asliku memang Luke. Entah Luke siapa. Dan ternyata aku bukan berasal dari sini. Aku bukan warga Amerika.” Ucap Luke.

            “Ohya? Terus asalmu darimana?” Tanya Tami.

            Luke tidak menjawab pertanyaan Tami. Dia malah melanjutkan ceritanya. “Saat itu Sara ingin sekali memiliki anak tetapi dia tidak akan bisa memiliki anak karena rahimnya sudah diangkat. Karena itulah dia menyuruh suruhannya untuk mencari bocah apa saja yang bisa dijadikannya sebagai anak angkatnya. Dan ternyata Sara memilihku.

            Intinya, aku itu bagaikan seorang anak yang dibuang dan tidak pernah dianggap. Bahkan ketika Sara mengadopsiku dia sama sekali tidak menunjukkan rasa kasih sayangnya. Aku tidak perlu mencari tahu siapa Ibuku. Tapi rasanya… Aku harus mencari tahu siapa keluargaku dan bagaimana latar belakangku.”

            “Kau benar-benar tidak ingat siapa keluargamu?” Tanya Sara.

            “Aku amnesia.” Jawab Luke.

            Tami sedikit tertawa mendengar jawaban yang diberikan Luke. Ya, amnesia, lagu favoritnya. Ternyata selama ini Luke berhasil mengalami amnesia. Seharusnya Luke merasa senang karena lagu yang dibawakannya akhirnya terwujud juga.

            “Akan ku hapus lagu itu!” Ucap Luke kesal.

            “Oke-oke. Aku hanya bercanda saja. Tapi apakah kau sama sekali tidak mengingat masa lalumu? Atau apakah kau tau dimana Sara menemukanmu?” Tanya Tami.

            Luke tidak langsung menjawab. “Aku tidak tau bagaimana Sara bisa menemukanku. Aku tidak bisa mengingat masa laluku.” Jawabnya.

            Entah mengapa Tami menjadi gemas. “Bodoh sekali aku menyukai lagu Amnesia karena jelas-jelas aku sangat membenci orang yang terkena amnesia.” Ucapnya.

            “Amnesia itu hanya ibaratnya saja, bukan hilang ingatan secara permanen! Di lagu itu hanya ingin bisa move on dan melupakan semua yang sudah terjadi bersama seseorang yang dicintainya. Siapapun pasti tidak menginginkan amnesia, bahkan aku juga sangat tidak ingin mengalami amnesia dan ingin mengembalikan ingatanku.” Ucap Luke.

            “Lantas, apa rencanamu?” Tanya Tami.

***

            Pagi-pagi sekali Ashley sudah siap dengan seragam sekolahnya. Entah mengapa pagi itu dia begitu semangat. Namun ada satu pikirannya yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Yaitu perkataan Tristan yang mengatakan bahwa Luke masih hidup. Tiba-tiba bulu kuduk Ashley merinding. Tidak mungkin Luke yang Tristan maksud adalah Luke Flemmings, si penyanyi terkenal itu. Tapi jika diperhatikan baik-baik, antara Tristan dan Luke memang ada banyak kemiripan. Jika saja Tristan mau merubah penampilannya dan memakai pakaian yang bagus dan rambutnya di buat gaya mirip seperti Luke. Pasti Ashley tidak akan bisa membedakan antara Tristan dengan Luke.

            Semalaman Liza juga kaget dengan ucapan Tristan. Luke masih hidup? Menurutnya Luke sudah mati karena dilahap api besar itu bersama sang Ayah. Mungkin Tristan waktu itu sedang tidak sadar bicaranya jadi bicara yang aneh-aneh.

            Tiba-tiba ada tangan yang menyentuhnya. Otomatis Ashley menjadi kaget dan ternyata Tristan yang menyentuh pundaknya. Sebisa mungkin Ashley tersenyum dan mengagumi penampilan baru kakaknya itu yang sudah mulai rapi. Wajah Tristan pun semakin manis.

            “Aku tidak yakin apakah Luke masih hidup. Mungkin kemarin pikiranku sedang tidak baik. Tapi sekarang aku sudah mengikhlaskan semuanya.” Ucap Tristan.

            Ashley mengangguk-angguk mendengar ucapan Tristan lalu pergi menuju sekolahnya. Setiba di sekolah tepatnya di kelas, terjadi keributan dan Ashley menjadi penasaran. Khusunya Eleanor dan kawan-kawan. Sepertinya mereka sedang memicarakan soal Luke.

            “Ada apa?” Tanya Ashley pada Vee.

            “Kau ini payah! Padahal kau fans gilanya Luke dan kau tidak tau apa-apa tentangnya. Apa boleh ku panggil kau fake fan?” Ucap Vee.

            Tampaknya Ashley tidak menyukai perkataan Vee. “Aku bukannya fake fan atau apa. Hanya saja aku kudet. Jadi mengertilah diriku.” Ucapnya.

            Vee menghela nafas panjang-panjang. “Aku dapat info katanya Luke mau ngadain konser di Australia dan tujuan utamanya yaitu Sydney.” Ucapnya.

            Mendengar ucapan Vee yang sebelumnya tidak pernah di duga Ashley, Ashley langsung melebarkan matanya dan detakan jantungnya terasa tidak normal. Luke mau datang ke negaranya? Ia memang tinggal di Sydney tetapi hanya tinggal di pinggiran Kota dan mustahil rasanya jika bisa pergi ke pusat Kota yang ramai. Apalagi menonton konser Luke. Kalaupun bisa, dimana ia mendapatkan tiketnya?

            “Kok bisa Luke datang kemari secepat ini?” Tanya Ashley.

            Vee mengangkat bahu. “Aku juga tidak tau. Padahal seharusnya jadwal konser Luke ada di Eropa, bukan di Australia. Dan katanya Luke mau break untuk beberapa bulan dan tempat break-nya itu disini, di Sydney. Entah apakah itu hanya gosip atau memang beneran.” Ucapnya.

            Ashley terdiam dan mencoba mencermati kata demi kata yang diucapkan Vee. Tidak ada salahnya memang Luke datang kemari. Tapi mengapa rasanya seperti ada sebuah keganjilan? Ashley yakin sekali ada Luke punya maksud lain selain konser. Entah itu apa. Tapi rasanya, mau tidak mau Ashley harus menonton konser itu atau kalau bisa ia harus bertemu Luke secara langsung.

            Harus!

***

            Sydney.

            Luke sama sekali tidak pernah berpikiran sampai disana. Jelas sudah Sara mengatakan bahwa ternyata ia berasal dari Sydney, bukan Los Angeles. Sara menemukannya di Sydney dan langsung membawanya menuju Los Angeles. Betapa jahatnya Sara menyembunyikan kewarganegaraannya yang sebenarnya. Tapi Luke tidak merasa marah atau kesal karena mendapati kenyataan bahwa ia adalah warga Australia. Itu bukan menjadi masalah baginya. Yang jelas, setelah ia sukses mengadakan konser disana, baru Luke mulai melakukan pencariannya. Atau mungkin disana nanti sedikit demi sedikit ia bisa mengembalikan ingatannya.

            Permintaannya untuk mengadakan konser di Australia mendapat persetujuan dari manager-nya dan meng-cancel jadwal konsernya di Eropa. Kalaupun Sony tidak mengizinkannya, mudah bagi Luke untuk kabur. Setelah itu, Luke akan break dalam waktu yang cukup lama. Kalau ini sih Sony tidak setuju, tetapi Luke tetap teguh pendirian dan Sony tidak bisa berbuat apa-apa.

            “Jika kau menemukan keluargamu, apa yang akan kau lakukan?” Tanya Tami.

            Luke tidak langsung menjawab. “Entahlah.” Jawabnya.

            “Pesanku, siapapun keluargamu, kau tidak boleh marah pada mereka. Kalaupun mereka mengaku telah membuangmu, kau jangan marah.” Ucap Tami.

            “Itu tidak penting. Terpenting aku harus mengembalikan ingatanku.” Ucap Luke.

            “Memangnya sejak umur berapa sih kau mengalami amnesia? Kalau Sara berbohong dan ternyata kau bukan warga Australia bagaimana?” Tanya Tami.

            Luke menatap Tami. “Menurutmu, wajahku ini menandakan kalau aku berasal dari Negara mana?” Tanyanya.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar