expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 24 )



Part 24
.

            Kalau kau mencintainya, maka kau harus melakukan apapun sekalipun itu termasuk pengorbanan hanya untuk kebahagiaan orang yang kau cintai…

            Disty merasa resah. Hatinya begitu gelisah. Tidak biasanya ia merasakan perasaan seperti ini. Tapi kenapa ia yang harus berkorban? Kenapa bukan Harry saja? Biasanya kan cowok yang berkorban untuk ceweknya? Toh Disty tidak pernah bernyanyi di hadapan Harry atau membicarakan soal musik dengan Harry.

            Tapi itu sama saja.. Sama saja menghancurkan Harry. Disty tak lebih-lebihnya seperti mantan Harry, ya, Taylor. Harry sangat membenci tipe cewek seperti Taylor. Artinya, Harry membencinya karena ia sama seperti Taylor. Lantas, apa yang harus ia lakukan? Apa?

            Tak sengaja Disty melihat gitar-nya yang sudah lama menemaninya di kala ia sedang sedih, senang, gelisah ataupun marah. Satu-satunya yang mau mengerti perasaannya. Apa ia harus melupakannya? Apa ia harus membuang gitar itu? Sekaligus membuang satu-satunya kenangan dari Lintar yaitu berupa stiker berbentuk huruf ‘L’ yang menempel di gitar itu?

            Tapi bukankah ia berjanji untuk melakukan apapun demi kebahagiaan Harry sekaligus itu mengorbankan kebahagiaannya?

***

            “Mau kemana?” Tanya Michael melihat Disty dengan gitar yang ia taruh di punggungnya.

            Detak jantung Disty semakin meningkat melihat Michael yang mendekat ke arahnya. Tapi secepat mungkin Disty keluar berusaha menjauh dari Michael. Sementara itu Michael menatapnya dengan heran. Pasti ada yang tidak beres dengan Disty.

            Ya. Disty sudah memutuskan suatu keputusan. Ia akan menjual gitarnya. Tidak peduli laku berapa, yang penting Disty sudah tidak mau melihat benda ini lagi. Setibanya di jalan raya, Disty tidak sengaja bertemu Luke yang sedang mengendarai motornya.

            “Mau kemana? Mau beli senar baru?” Tanya Luke.

            Disty tidak menjawab pertanyaan Luke dan gadis itu langsung naik motor Luke tanpa seizin Luke. Tapi Disty memang sudah sering melakukannya dan Luke sudah menganggap biasa hal itu. Motor itu pun melaju dan Luke tau kemana arah tujuan Disty.

            Sesampai di tempat tujuan yaitu sebuah toko musik langganan Disty, Disty turun dari motor Luke dan berjalan ke dalam dengan langkah lebar dan tidak peduli Luke yang terus saja memanggilnya. Di kasir sana, ada Jade yang adalah penjaga toko musik itu dan Disty sudah berteman baik dengan Jade. Juga umur Jade masih muda, yaitu dua puluh tahun.

            Long time not to see you. What do you want?” Tanya Jade ramah.

            Lagi-lagi Disty tidak menjawab pertanyaan. Tampaknya gadis itu sedang tidak ingin bicara dan membiarkan anggota tubuhnya yang lain bekerja selain mulutnya. Disty pun menaruh gitarnya tepat di depan Jade dan Jade menatapnya dengan heran. Tidak biasanya Disty seperti ini. Setiap kali Disty datang kemari, Disty selalu ceria dan tidak pernah menampilkan wajah aneh seperti ini.

            “Jade, kau ambil saja gitarku ini. Aku kasih. Free.” Ucap Disty tanpa ekspresi apapun.

            Tentu saja Jade menganggap permintaan Disty adalah sebuah lelucon yang mampu membuatnya tertawa. Tetapi karena ekspresi Disty yang benar-benar aneh, Jade berusaha untuk tidak tertawa dan mencoba mencari tau apa maksud di balik ekspresi wajah aneh Disty itu.

            “Jangan bercanda. Aku tidak mungkin mau menerima soulmate-mu itu.” Ucap Jade.

            “Aku serius, Jade! Aku sudah tidak membutuhkan gitar ini!” Ucap Disty dengan suara yang cukup keras.

            Karena suara Disty yang cukup keras dan terdengar tidak ramah, Luke langsung berlari menuju Disty dan heran dengan sikap Disty dan wajah keheranan Jade. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?

            “Tapi maaf. Aku tidak bisa menerimanya. Kau cari saja tempat lain.” Ucap Jade.

            “Hei apa yang terjadi?” Tanya Luke heran.

            Jade pun menjelaskan keinginan Disty yang ingin memberinya gitar itu karena Disty sudah tidak membutuhkannya lagi. Luke beralih menatap Disty dan ekspresi wajah gadis itu sulit untuk di tebak. Apa karena… Harry? Semenjak pacaran dengan Harry sikap Disty sedikit berubah dan tidak seperti Disty biasanya. Dan sekarang Disty berani menjual gitarnya? Satu-satunya barang kesukaannya sejak kecil?

            “Aku tidak peduli. Kau ambil saja.” Ucap Disty lalu pergi meninggalkan toko itu. Tapi Luke langsung menghalanginya tepat di pintu masuk.

            “Dis apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Luke.

            “Kau sudah melihatnya sendiri kan.” Jawab Disty.

            “Iya tapi kenapa kau berani menjual gitarmu? Ada apa denganmu? Ayo beri aku alasan!” Ucap Luke.

            Disty terdiam. Ingin sekali ia menceritakan kisah Harry. Tapi ia takut jika ia memberitahu ke Luke, maka ia dianggap sebagai seseorang yang tidak mau menjaga rahasia. Bukankah Harry mengatakan dia adalah orang pertama yang mengetahui kisah masa lalu Harry yang pilu?

            Harry hates music. He hates everything about music. He hates girl who loves music and can plays guitar. So, ini adalah bukti cintaku ke Harry. Kalau aku masih menyimpan semua hal yang berbau musik, artinya aku menyakiti Harry. Masa lalu Harry sangat kelam dan itu semua diakibatkan oleh musik.” Jelas Disty.

            “Tapi bukan berarti kau harus menjual gitarmu dan ikut membenci musik juga. Ingat Dis, kau lahir dengan musik. Kau dan musik sudah menjadi satu dan kalian tidak bisa dipisahkan. Oke. Aku tau kalau kau sangat mencintai Harry dan ingin melakukan apapun demi kebahagiaan Harry. Tapi bukan begitu caranya. Kau pernah bilang kalau musik itu segala-galanya. Tapi kau lebih mementingkan Harry dibanding apapun.” Ucap Luke.

            Disty menatap Luke dengan tajam. “Itu dulu, bukan sekarang. Kau juga tidak menyukai musik jadi kenapa kau malah menasehatiku?” Ucapnya.

            “Aku tidak pernah mengatakan kalau aku benci musik.” Ucap Luke.

            “Terserah. Tapi ini keputusanku. Dan ini sebagai bentuk rasa cintaku ke Harry. Aku tidak mau dikatakan gadis yang tidak setia. Aku sudah benar-benar cinta dengan Harry dan aku berjanji untuk tidak akan meninggalkannya seperti aku meninggalkan Rio. Aku bahkan mengorbankan kebahagiaanku, itu sebagai tanda kalau aku setia dengan Harry.” Ucap Disty.

            “Tidak ada yang abadi di dunia ini. Perasaanmu pada Harry sewaktu-waktu bisa berubah.” Ucap Luke.

            Cukup sesak memang mendengar ucapan Luke. Tapi Disty berjanji untuk tidak akan meninggalkan Harry. Apapun yang terjadi. Ia ingin terus setia dan mencintai Harry. Dan Disty rasa Harry juga setia padanya dan benar-benar mencintainya.

            “Ya. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Aku punya hobi baru, yaitu membaca dan aku membenci musik. Kenapa aku berubah? Karena tidak ada yang abadi di dunia ini.” Ucap Disty lalu pergi meninggalkan Luke dan Luke tidak bisa berbuat apapun. Namun ia mendapatkan suatu ide. Tidak mungkin Disty selama-lamanya seperti itu.

            Ya. Luke tidak ingin melihat Disty sedih dan selalu ingin melihat Disty bahagia.

***

            “Aku tidak menyangka kau tega menjual gitar itu. Sebenarnya maumu apa sih?”

            Sudah lama Michael kesal terhadap Disty dan Disty diam aja. Gadis itu sama sekali tidak membalas atau menjawab ucapan Michael. Seakan-akan Disty membiarkan kakaknya itu mengomel sendiri. Sementara itu Michael mondar-mandir tidak jelas sambil menggaruk-garuk rambutnya. *Style.Michael.yang.paling.aku.suka*

            “Kau tidak ingat Dis dengan ceritamu sendiri? Kau pernah bercerita caramu mendapatkan gitar itu penuh dengan perjuangan. Kau rela tidak membelanjakan uangmu hanya karena ingin mendapatkan gitar itu. Dan saat Mom tau kalau kau sudah membeli gitar, dia marah dan kau menangis semalamam. Tapi akhirnya Mom tidak marah karena ternyata kau berbakat bermain gitar. Apa kau tidak ingat semua itu?” Ucap Michael.

            Kali ini Disty mengomentari ucapan Michael. “Aku ingat. Tapi itu masa lalu yang tidak berarti lagi. Masa depanku adalah Harry.” Ucapnya.

            “Cowok sialan itu lagi! Cowok yang sudah mengubahmu menjadi seperti ini! Kau boleh pacaran dengan Harry, tapi jangan mengorbankan kebahagiaanmu.” Ucap Michael.

            “Karena Harry membenci musik! Masa lalunya kelam karena musik!” Bentak Disty dan air matanya turun membahasi pipinya yang pucat.

            Michael terdiam. Baru kali ini ia melihat Disty mengeluarkan air mata. “Aku akan mengambil gitar itu kembali. Besok.” Ucapnya.

            “Terserah.” Ucap Disty. Namun di hati kecilnya berharap bahwa gitar itu masih ada. Ya.

***

            Pagi hari yang buruk. Disty masuk ke kelasnya dengan wajah yang berantakan dan kantung mata berwarna hitam. Tampaknya semalaman Disty tidur dengan tidak nyenyak. Disty duduk dibangkunya sambil memikirkan sesuatu. Apa ia salah? Tapi Disty tidak mau menyalahkan diri sendiri. Yang ia lakukan adalah benar. Ya. Dan ini semua karena Harry.

            “Michael sudah cerita dan aku tidak menyangka kau sudah menjual gitarmu hanya karena Harry.” Ucap Miley sambil memegang tangan Disty dan tangan Disty terasa dingin.

            Please dukung aku Mi. Beri aku kekuatan. Ku mohon..” Ucap Disty.

            Miley tersenyum. “Oke. Aku dukung semua keputusanmu asalkan kau tidak merasa menyesal dan sedih seperti ini.” Ucapnya.

            Disty menghela nafas panjang. “Iya. Aku tau rasanya susah melupakan hobi yang sejak kecil sudah melekat di tubuh kita. Tapi aku siap menjalani semua ini. Aku sayang Harry. Aku tidak mau menyakiti Harry.” Ucapnya.

            “Tapi kau tidak perlu melupakan musik. Kau sembunyikan saja dari Harry.” Ucap Miley.

            Disty tersenyum. “Tidak ada rahasia apapun diantara kami berdua.” Ucapnya.

***

            Sepulang sekolah, Disty berpapasan dengan Harry dan Disty langsung menghambur ke pelukan Harry. Sama seperti sebelumnya. Pelukan Harry begitu hangat dan nyaman. Tentu Harry tau apa yang sudah Disty lakukan hanya untuknya. Harry benar-benar tidak menyangka ada gadis seperti Disty dan sebaik Disty.

            “Harry janji akan selalu ada di samping Disty.” Ucap Harry menenangkan Disty.

            “Terimakasih Harr. Saat ini yang Disty butuhkan hanyalah Harry. Jangan bosan mencintai Disty ya dan jangan pernah mengecewakan Disty.” Ucap Disty.

            “Tentu saja. Karena Disty yang paling spesial di hati Harry dan satu-satunya cahaya hidup Harry. Tidak mungkin Harry membuat kecewa sang pembuat cahaya itu.” Ucap Harry.

            Disty dan Rio sangatlah romantis. Siapapun cemburu melihat keduanya. Mereka juga pasangan yang serasi. Sama-sama manis dan sama-sama saling pengertian satu sama lain. Tiba-tiba, dari atas sana, setitik demi setitik air turun membahasi keduanya. Disty sadar. Hujan gerimis mulai tiba, tapi matahari masih menampakkan diri di langit dan sebentar lagi akan ditutupi awan.

            “Hujan. Aku jadi ingat ketika kita mandi hujan bersama dan besoknya kau sakit.” Ucap Disty.

            Tentu saja Harry tidak akan melupakan momen indah itu. “Ayo kita main hujan lagi!” Ajak Harry semangat.

            Disty menggeleng-gelengkan kepala pertanda tidak setuju. “Aku tidak mau kau sakit lagi.” Ucapnya.

            Harry tersenyum. “Tidak. Aku tidak akan sakit, asalkan…” Ucapnya menggantung.

            “Asalkan apa?” Tanya Disty penasaran.

            “Asalkan kau bersedia melindungiku dari air hujan.” Jawab Harry lalu dibalas pukulan kecil dari Disty di bahunya. Harry ada-ada aja, ucapnya dalam hati.

***

            Hujan deras membuat Michael merelakan seragam sekolahnya yang basah kuyup. Tumben hujan. Untunglah seragam sekolahnya tidak di pakai besok dan di pakai seminggu lagi. Michael tidak langsung pulang ke rumah. Michael janji untuk mengambil kembali gitar Disty di toko musik langganan Disty. Michael yakin sekali gitar itu masih ada disana. Mana ada yang mau membeli gitar tua itu?

            Sesampai di toko musik, Michael melihat ada Jade disana. Tentu saja Jade kaget melihat Michael yang basah kuyup. Hujan-hujan begini sempat mampir kemari.

            “Hai Mike! Cari apa?” Sapa Jade ramah.

            “Kemarin Disty memberimu gitar kan?” Tanya Michael.

            “Iya.” Jawab Jade.

            Syukurlah! Batin Michael. Jade tidak berbohong. “Dimana gitar itu sekarang?” Tanyanya.

            Jade tidak langsung menjawab. Namun ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa gitar itu masih ada di tokoknya dan sebentar lagi Michael akan mengamuk dan marah.

            “Sudah tidak ada.” Jawab Jade.

            “Tidak ada? Siapa yang mengambilnya? Mengapa kau mau menerima gitar Disty? Kenapa kau tidak memaksa Disty untuk mengambil kembali gitarnya? Dan kenapa kau tidak mau menjaga gitar itu agar tidak diambil orang lain?” Tanya Michael berturut-turut dengan cepat sehingga ada beberapa kata yang tidak jelas di dengar oleh Jade.

            “Maaf Mike. Aku saja heran kenapa Disty sampai bisa menjual gitarnya. Setelah dia pergi, ada orang yang membeli gitar itu tapi langsung aku kasih gratis.” Ucap Jade.

            Langsung saja Michael memukul meja itu dengan keras sehingga membuat Jade kaget. “Gitar itu sangat berharga dan langka! Gitar itu satu-satunya barang kenang-kenangan Disty dari Indonesia! Kenapa kau begitu bodoh sekali memberikan gitar itu kepada orang lain?” Tanyanya kesal.

            “Maafkan aku. Aku kira kau tidak akan semarah ini. Tapi kenapa kau yang marah? Gitar itu kan milik Disty, bukan milikmu.” Ucap Jade.

            Michael menatap Jade tajam. “Aku lebih mengerti Disty dibanding dirimu! Sebenarnya Disty masih menginginkan gitar itu. Aku bisa mengetahui isi hatinya. Sekarang, siapa yang mengambil gitar itu? Ku harap aku kenal dengan orangnya.” Ucapnya.

            Tiba-tiba Jade tersenyum. “Kau akan tau Mike dan orang itu sudah menyimpannya dengan baik dan di tempat yang aman, sampai Disty sadar siapa dirinya yang sebenarnya dan apa isi hatinya yang sebenarnya.” Ucapnya.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar