Part 24
.
Kalau kau
mencintainya, maka kau harus melakukan apapun sekalipun itu termasuk
pengorbanan hanya untuk kebahagiaan orang yang kau cintai…
Disty merasa resah.
Hatinya begitu gelisah. Tidak biasanya ia merasakan perasaan seperti ini. Tapi kenapa
ia yang harus berkorban? Kenapa bukan Harry saja? Biasanya kan cowok yang
berkorban untuk ceweknya? Toh Disty tidak pernah bernyanyi di hadapan Harry
atau membicarakan soal musik dengan Harry.
Tapi itu sama saja..
Sama saja menghancurkan Harry. Disty tak lebih-lebihnya seperti mantan Harry,
ya, Taylor. Harry sangat membenci tipe cewek seperti Taylor. Artinya, Harry
membencinya karena ia sama seperti Taylor. Lantas, apa yang harus ia lakukan?
Apa?
Tak sengaja Disty
melihat gitar-nya yang sudah lama menemaninya di kala ia sedang sedih, senang,
gelisah ataupun marah. Satu-satunya yang mau mengerti perasaannya. Apa ia harus
melupakannya? Apa ia harus membuang gitar itu? Sekaligus membuang satu-satunya
kenangan dari Lintar yaitu berupa stiker berbentuk huruf ‘L’ yang menempel di
gitar itu?
Tapi bukankah ia
berjanji untuk melakukan apapun demi kebahagiaan Harry sekaligus itu
mengorbankan kebahagiaannya?
***
“Mau kemana?” Tanya
Michael melihat Disty dengan gitar yang ia taruh di punggungnya.
Detak jantung Disty
semakin meningkat melihat Michael yang mendekat ke arahnya. Tapi secepat
mungkin Disty keluar berusaha menjauh dari Michael. Sementara itu Michael
menatapnya dengan heran. Pasti ada yang tidak beres dengan Disty.
Ya. Disty sudah
memutuskan suatu keputusan. Ia akan menjual gitarnya. Tidak peduli laku berapa,
yang penting Disty sudah tidak mau melihat benda ini lagi. Setibanya di jalan
raya, Disty tidak sengaja bertemu Luke yang sedang mengendarai motornya.
“Mau kemana? Mau beli
senar baru?” Tanya Luke.
Disty tidak menjawab
pertanyaan Luke dan gadis itu langsung naik motor Luke tanpa seizin Luke. Tapi
Disty memang sudah sering melakukannya dan Luke sudah menganggap biasa hal itu.
Motor itu pun melaju dan Luke tau kemana arah tujuan Disty.
Sesampai di tempat
tujuan yaitu sebuah toko musik langganan Disty, Disty turun dari motor Luke dan
berjalan ke dalam dengan langkah lebar dan tidak peduli Luke yang terus saja
memanggilnya. Di kasir sana, ada Jade yang adalah penjaga toko musik itu dan Disty
sudah berteman baik dengan Jade. Juga umur Jade masih muda, yaitu dua puluh
tahun.
“Long time not to
see you. What do you want?” Tanya Jade ramah.
Lagi-lagi Disty tidak
menjawab pertanyaan. Tampaknya gadis itu sedang tidak ingin bicara dan membiarkan
anggota tubuhnya yang lain bekerja selain mulutnya. Disty pun menaruh gitarnya
tepat di depan Jade dan Jade menatapnya dengan heran. Tidak biasanya Disty
seperti ini. Setiap kali Disty datang kemari, Disty selalu ceria dan tidak
pernah menampilkan wajah aneh seperti ini.
“Jade, kau ambil saja
gitarku ini. Aku kasih. Free.” Ucap Disty tanpa ekspresi apapun.
Tentu saja Jade
menganggap permintaan Disty adalah sebuah lelucon yang mampu membuatnya
tertawa. Tetapi karena ekspresi Disty yang benar-benar aneh, Jade berusaha
untuk tidak tertawa dan mencoba mencari tau apa maksud di balik ekspresi wajah
aneh Disty itu.
“Jangan bercanda. Aku
tidak mungkin mau menerima soulmate-mu itu.” Ucap Jade.
“Aku serius, Jade! Aku
sudah tidak membutuhkan gitar ini!” Ucap Disty dengan suara yang cukup keras.
Karena suara Disty
yang cukup keras dan terdengar tidak ramah, Luke langsung berlari menuju Disty
dan heran dengan sikap Disty dan wajah keheranan Jade. Apa sebenarnya yang
sedang terjadi?
“Tapi maaf. Aku tidak
bisa menerimanya. Kau cari saja tempat lain.” Ucap Jade.
“Hei apa yang
terjadi?” Tanya Luke heran.
Jade pun menjelaskan
keinginan Disty yang ingin memberinya gitar itu karena Disty sudah tidak
membutuhkannya lagi. Luke beralih menatap Disty dan ekspresi wajah gadis itu
sulit untuk di tebak. Apa karena… Harry? Semenjak pacaran dengan Harry sikap
Disty sedikit berubah dan tidak seperti Disty biasanya. Dan sekarang Disty
berani menjual gitarnya? Satu-satunya barang kesukaannya sejak kecil?
“Aku tidak peduli. Kau
ambil saja.” Ucap Disty lalu pergi meninggalkan toko itu. Tapi Luke langsung
menghalanginya tepat di pintu masuk.
“Dis apa yang sudah
kau lakukan?” Tanya Luke.
“Kau sudah melihatnya
sendiri kan.” Jawab Disty.
“Iya tapi kenapa kau
berani menjual gitarmu? Ada apa denganmu? Ayo beri aku alasan!” Ucap Luke.
Disty terdiam. Ingin
sekali ia menceritakan kisah Harry. Tapi ia takut jika ia memberitahu ke Luke,
maka ia dianggap sebagai seseorang yang tidak mau menjaga rahasia. Bukankah
Harry mengatakan dia adalah orang pertama yang mengetahui kisah masa lalu Harry
yang pilu?
“Harry hates music.
He hates everything about music. He hates girl who loves music and can plays
guitar. So, ini adalah bukti cintaku ke Harry. Kalau aku masih menyimpan
semua hal yang berbau musik, artinya aku menyakiti Harry. Masa lalu Harry
sangat kelam dan itu semua diakibatkan oleh musik.” Jelas Disty.
“Tapi bukan berarti
kau harus menjual gitarmu dan ikut membenci musik juga. Ingat Dis, kau lahir
dengan musik. Kau dan musik sudah menjadi satu dan kalian tidak bisa
dipisahkan. Oke. Aku tau kalau kau sangat mencintai Harry dan ingin melakukan
apapun demi kebahagiaan Harry. Tapi bukan begitu caranya. Kau pernah bilang
kalau musik itu segala-galanya. Tapi kau lebih mementingkan Harry dibanding
apapun.” Ucap Luke.
Disty menatap Luke
dengan tajam. “Itu dulu, bukan sekarang. Kau juga tidak menyukai musik jadi
kenapa kau malah menasehatiku?” Ucapnya.
“Aku tidak pernah
mengatakan kalau aku benci musik.” Ucap Luke.
“Terserah. Tapi ini
keputusanku. Dan ini sebagai bentuk rasa cintaku ke Harry. Aku tidak mau
dikatakan gadis yang tidak setia. Aku sudah benar-benar cinta dengan Harry dan
aku berjanji untuk tidak akan meninggalkannya seperti aku meninggalkan Rio. Aku
bahkan mengorbankan kebahagiaanku, itu sebagai tanda kalau aku setia dengan
Harry.” Ucap Disty.
“Tidak ada yang abadi
di dunia ini. Perasaanmu pada Harry sewaktu-waktu bisa berubah.” Ucap Luke.
Cukup sesak memang
mendengar ucapan Luke. Tapi Disty berjanji untuk tidak akan meninggalkan Harry.
Apapun yang terjadi. Ia ingin terus setia dan mencintai Harry. Dan Disty rasa
Harry juga setia padanya dan benar-benar mencintainya.
“Ya. Tidak ada yang
abadi di dunia ini. Aku punya hobi baru, yaitu membaca dan aku membenci musik.
Kenapa aku berubah? Karena tidak ada yang abadi di dunia ini.” Ucap Disty lalu
pergi meninggalkan Luke dan Luke tidak bisa berbuat apapun. Namun ia
mendapatkan suatu ide. Tidak mungkin Disty selama-lamanya seperti itu.
Ya. Luke tidak ingin
melihat Disty sedih dan selalu ingin melihat Disty bahagia.
***
“Aku tidak menyangka
kau tega menjual gitar itu. Sebenarnya maumu apa sih?”
Sudah lama Michael
kesal terhadap Disty dan Disty diam aja. Gadis itu sama sekali tidak membalas
atau menjawab ucapan Michael. Seakan-akan Disty membiarkan kakaknya itu
mengomel sendiri. Sementara itu Michael mondar-mandir tidak jelas sambil
menggaruk-garuk rambutnya. *Style.Michael.yang.paling.aku.suka*
“Kau tidak ingat Dis
dengan ceritamu sendiri? Kau pernah bercerita caramu mendapatkan gitar itu
penuh dengan perjuangan. Kau rela tidak membelanjakan uangmu hanya karena ingin
mendapatkan gitar itu. Dan saat Mom tau kalau kau sudah membeli gitar, dia
marah dan kau menangis semalamam. Tapi akhirnya Mom tidak marah karena ternyata
kau berbakat bermain gitar. Apa kau tidak ingat semua itu?” Ucap Michael.
Kali ini Disty
mengomentari ucapan Michael. “Aku ingat. Tapi itu masa lalu yang tidak berarti
lagi. Masa depanku adalah Harry.” Ucapnya.
“Cowok sialan itu
lagi! Cowok yang sudah mengubahmu menjadi seperti ini! Kau boleh pacaran dengan
Harry, tapi jangan mengorbankan kebahagiaanmu.” Ucap Michael.
“Karena Harry membenci
musik! Masa lalunya kelam karena musik!” Bentak Disty dan air matanya turun
membahasi pipinya yang pucat.
Michael terdiam. Baru
kali ini ia melihat Disty mengeluarkan air mata. “Aku akan mengambil gitar itu
kembali. Besok.” Ucapnya.
“Terserah.” Ucap
Disty. Namun di hati kecilnya berharap bahwa gitar itu masih ada. Ya.
***
Pagi hari yang buruk.
Disty masuk ke kelasnya dengan wajah yang berantakan dan kantung mata berwarna
hitam. Tampaknya semalaman Disty tidur dengan tidak nyenyak. Disty duduk
dibangkunya sambil memikirkan sesuatu. Apa ia salah? Tapi Disty tidak mau
menyalahkan diri sendiri. Yang ia lakukan adalah benar. Ya. Dan ini semua
karena Harry.
“Michael sudah cerita
dan aku tidak menyangka kau sudah menjual gitarmu hanya karena Harry.” Ucap
Miley sambil memegang tangan Disty dan tangan Disty terasa dingin.
“Please dukung
aku Mi. Beri aku kekuatan. Ku mohon..” Ucap Disty.
Miley tersenyum. “Oke.
Aku dukung semua keputusanmu asalkan kau tidak merasa menyesal dan sedih
seperti ini.” Ucapnya.
Disty menghela nafas
panjang. “Iya. Aku tau rasanya susah melupakan hobi yang sejak kecil sudah
melekat di tubuh kita. Tapi aku siap menjalani semua ini. Aku sayang Harry. Aku
tidak mau menyakiti Harry.” Ucapnya.
“Tapi kau tidak perlu
melupakan musik. Kau sembunyikan saja dari Harry.” Ucap Miley.
Disty tersenyum.
“Tidak ada rahasia apapun diantara kami berdua.” Ucapnya.
***
Sepulang sekolah,
Disty berpapasan dengan Harry dan Disty langsung menghambur ke pelukan Harry.
Sama seperti sebelumnya. Pelukan Harry begitu hangat dan nyaman. Tentu Harry
tau apa yang sudah Disty lakukan hanya untuknya. Harry benar-benar tidak
menyangka ada gadis seperti Disty dan sebaik Disty.
“Harry janji akan
selalu ada di samping Disty.” Ucap Harry menenangkan Disty.
“Terimakasih Harr.
Saat ini yang Disty butuhkan hanyalah Harry. Jangan bosan mencintai Disty ya
dan jangan pernah mengecewakan Disty.” Ucap Disty.
“Tentu saja. Karena
Disty yang paling spesial di hati Harry dan satu-satunya cahaya hidup Harry.
Tidak mungkin Harry membuat kecewa sang pembuat cahaya itu.” Ucap Harry.
Disty dan Rio
sangatlah romantis. Siapapun cemburu melihat keduanya. Mereka juga pasangan
yang serasi. Sama-sama manis dan sama-sama saling pengertian satu sama lain.
Tiba-tiba, dari atas sana, setitik demi setitik air turun membahasi keduanya.
Disty sadar. Hujan gerimis mulai tiba, tapi matahari masih menampakkan diri di
langit dan sebentar lagi akan ditutupi awan.
“Hujan. Aku jadi ingat
ketika kita mandi hujan bersama dan besoknya kau sakit.” Ucap Disty.
Tentu saja Harry tidak
akan melupakan momen indah itu. “Ayo kita main hujan lagi!” Ajak Harry
semangat.
Disty
menggeleng-gelengkan kepala pertanda tidak setuju. “Aku tidak mau kau sakit
lagi.” Ucapnya.
Harry tersenyum.
“Tidak. Aku tidak akan sakit, asalkan…” Ucapnya menggantung.
“Asalkan apa?” Tanya
Disty penasaran.
“Asalkan kau bersedia
melindungiku dari air hujan.” Jawab Harry lalu dibalas pukulan kecil dari Disty
di bahunya. Harry ada-ada aja, ucapnya dalam hati.
***
Hujan deras membuat
Michael merelakan seragam sekolahnya yang basah kuyup. Tumben hujan. Untunglah
seragam sekolahnya tidak di pakai besok dan di pakai seminggu lagi. Michael
tidak langsung pulang ke rumah. Michael janji untuk mengambil kembali gitar
Disty di toko musik langganan Disty. Michael yakin sekali gitar itu masih ada
disana. Mana ada yang mau membeli gitar tua itu?
Sesampai di toko
musik, Michael melihat ada Jade disana. Tentu saja Jade kaget melihat Michael
yang basah kuyup. Hujan-hujan begini sempat mampir kemari.
“Hai Mike! Cari apa?”
Sapa Jade ramah.
“Kemarin Disty memberimu
gitar kan?” Tanya Michael.
“Iya.” Jawab Jade.
Syukurlah! Batin
Michael. Jade tidak berbohong. “Dimana gitar itu sekarang?” Tanyanya.
Jade tidak langsung
menjawab. Namun ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa gitar itu masih ada di
tokoknya dan sebentar lagi Michael akan mengamuk dan marah.
“Sudah tidak ada.”
Jawab Jade.
“Tidak ada? Siapa yang
mengambilnya? Mengapa kau mau menerima gitar Disty? Kenapa kau tidak memaksa
Disty untuk mengambil kembali gitarnya? Dan kenapa kau tidak mau menjaga gitar
itu agar tidak diambil orang lain?” Tanya Michael berturut-turut dengan cepat
sehingga ada beberapa kata yang tidak jelas di dengar oleh Jade.
“Maaf Mike. Aku saja
heran kenapa Disty sampai bisa menjual gitarnya. Setelah dia pergi, ada orang
yang membeli gitar itu tapi langsung aku kasih gratis.” Ucap Jade.
Langsung saja Michael
memukul meja itu dengan keras sehingga membuat Jade kaget. “Gitar itu sangat
berharga dan langka! Gitar itu satu-satunya barang kenang-kenangan Disty dari
Indonesia! Kenapa kau begitu bodoh sekali memberikan gitar itu kepada orang
lain?” Tanyanya kesal.
“Maafkan aku. Aku kira
kau tidak akan semarah ini. Tapi kenapa kau yang marah? Gitar itu kan milik
Disty, bukan milikmu.” Ucap Jade.
Michael menatap Jade
tajam. “Aku lebih mengerti Disty dibanding dirimu! Sebenarnya Disty masih
menginginkan gitar itu. Aku bisa mengetahui isi hatinya. Sekarang, siapa yang
mengambil gitar itu? Ku harap aku kenal dengan orangnya.” Ucapnya.
Tiba-tiba Jade
tersenyum. “Kau akan tau Mike dan orang itu sudah menyimpannya dengan baik dan
di tempat yang aman, sampai Disty sadar siapa dirinya yang sebenarnya dan apa
isi hatinya yang sebenarnya.” Ucapnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar