expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 21 Juli 2015

Towers ( Epilog )



Epilog

.

            “Ayo kejar aku!” Seru Tristan.

            Luke yang sepertinya sudah tidak sanggup lagi mengejar Tristan akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah untuk mengambil air putih karena Luke kehausan. Baginya, Luke sangat payah dibanding Tristan. Berlari sedikit saja sudah merasa lelah seperti ini sedangkan Tristan walau berlari sampai berjam-jam lamanya hanya merasa sedikit lelah, dan terkadang Luke suka iri dengan Tristan. Namun walau begitu, Luke sangat menyayangi Tristan melebihi apapun.

            Ia dan Tristan adalah saudara kembar dan susah membedakan antara dirinya dengan Tristan. Mungkin orang-orang bisa membedakan mereka melalui tinggi tubuh mereka. Tristan lebih tinggi lima centi dibanding Luke. Mereka juga dijuluki dengan sebutan menara kembar karena mereka memang kembar dan terlihat bagaikan menara.

            Setibanya di dapur, Luke yang berniat mengambil segelas air putih tiba-tiba tidak sengaja menyenggol lilin yang pada saat itu menyala terang. Hanya satu lilin. Satu lilin tentu tidak akan membahayakannya. Namun walau lilin itu terlihat lemah, sayangnya lilin itu jatuh di tempat yang berbahaya. Tepatnya di sebuah botol besar yang berisi minyak tanah. Salah Liza yang menaruh botol itu sembarangan.

            Tentu saja Luke merasa kaget. Yang ia lihat hanyalah kobaran api yang semakin besar, yang membuatnya ketakutan dan ingin menangis. Luke tidak tau dimana jalan keluar dan bagaimana cara menyelamatkan diri. Semua itu terjadi secara tiba-tiba dan tanpa di duganya.

            “Tristan! Tristan! Tristan!”

            Percuma Luke berteriak. Tristan tidak bisa mendengar teriakan dan tangisannya. Api semakin besar dan Luke merasa nyawanya sebentar lagi akan berpisah dari raganya. Luke meringkuk sambil menatap kobaran api yang sudah membuatnya panas dan sulit bernafas. Asap api yang berwarna hitam itu juga membuat kulitnya menjadi abu dan berkeringat.

            Namun Luke merasa belum siap untuk mati. Hidupnya masih panjang dan masa depan menunggunya. Akhirnya Luke berdiri dan berpikir keras untuk menyelamatkan diri.

            Satu-satunya jalan keluar adalah jendela belakang yang jarang dibuka. Kata Liza, jendela itu berbahaya dan di luar jendela itu ada sebuah jurang yang dalam. Rumah Luke memang tidak strategis dan berbahaya. Jika ia keluar dari jendela itu, sama saja membunuh dirinya sendiri. Tetapi entah apa yang membuat Luke nekat memanjat menuju jendela itu dan keluar.

            Untuk sementara ini Luke berhasil menaiki jendela yang baginya mengerikan itu. Api semakin besar dan ia harus segera keluar dari tempat ini. Memang sulit rasanya namun jika Luke melakukannya dengan hati-hati, tentu ia akan selamat.

            Namun terkadang Tuhan memutuskan kehendak lain yang tidak sesuai dengan keinginan manusia. Luke terpeleset di jendela itu dan terjatuh ke bawah. Hanya sakit yang ia rasakan. Luke merasa tubuhnya seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum tajam dan kepalanya sukses terbentur batu yang keras. Setelah itu Luke pingsan dan sudah tidak ingat apa-apa lagi.

            Dan Luke tidak tau ada seorang laki-laki yang diam-diam membawanya. Laki-laki itu terlihat bahagia.

            “Aku sudah menemukan bocah yang kau inginkan! Apa kau sudah puas, Sara?”

***
THE END!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar