expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 04 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 16 )



Part 16

.

            “Hei!”

            Luke kaget dan terbangun dari tidurnya. Kelas geografi yang sangat membosankan. Walau Luke pintar dan mencintai pelajaran, tapi Luke lemah di pelajaran sosial, termasuk geografi. Entah apa alasan Luke untuk tetap memilih kelas geografi.

            “Kau mengganggu tidurku! Aku mengantuk sekali.” Ucap Luke.

            Michael tertawa. “I like your style! Wajah malasmu menandakan bahwa kau murid yang sesungguhnya. Apa yang kau lakukan semalaman?” Ucapnya.

            Tiba-tiba Luke teringat pertemuannya dengan Calum, dan dua teman Calum, Niall dan Ahston. Ya. Mereka sudah menjadi temannya dan Luke rasa keputusannya kali ini tidak salah. Juga Calum, Ashton dan Niall terlihat baik dan ramah padanya.

            “Sudahlah.” Ucap Luke.

            “Kau memang misterius.” Ucap Michael.

***

            “Berhenti!”

            Tepat di koridor sekolah, Luke dihadang oleh Rio. Sebenarnya Luke malas berhadapan dengan Rio, apalagi bicara dengan Rio. Luke hanya ingin menghindar dari Rio tetapi kali ini ia tidak bisa menghindar.

            What happened last night was so amazing.” Ucap Rio sambil tersenyum.

            Luke menatap Rio heran. “Aku tidak mengerti yang kau ucapkan.” Ucapnya.

            “Ternyata kau nakal juga. Aku baru tau sisi lain dari dirimu. Diam-diam kau menghanyutkan.” Ucap Rio.

            Tiba-tiba Luke tersenyum. “Aku akan merubah style-ku saat aku naik ke kelas sebelas.” Ucapnya.

            “Yeah, do that! Kau memang anak yang sangat beruntung. Aku ingin berada di posisimu.” Ucap Rio.

            “Justru menjadi dirimu adalah impian para cowok.” Ucap Luke.

            Rio tersenyum sedih. “Maybe, you’re the first person who hear my secret story about her.” Ucapnya.

***

            Pulang sekolah, Disty melihat Michael yang sepertinya sedang serius memainkan gitar. Mungkin Michael sedang membuat sebuah lagu. Michael pernah bilang padanya kalau dia ingin sekali membuat lagu. Tapi sayang Michael merasa tidak berjiwa seni dan susah menyusun lirik lagu. Beda halnya dengan Disty. Apa imajinasi cewek dengan cowok berbeda ya?

            “Makanya cari cewek biar bisa dapat inspirasi.” Goda Disty lalu duduk di dekat Michael.

            “Mungkin aku ketularan virus-nya Luke, yaitu tidak suka pacaran dan tidak terlalu memikirkan soal cinta meski kita menyukai seseorang.” Ucap Michael.

            “Kak Mike memang aneh semenjak jadi teman Luke.” Ucap Disty.

            “Ya. Aku sudah lama menjadi teman Luke dan selama itulah aku aneh.” Ucap Michael.

            Bulan Mei. Cepat sekali. Tujuh bulan lagi adalah bulan Desember dan Disty begitu tidak sabaran menunggu hari jadi mereka yang ke dua tahun. Dua tahun. Lama sekali. Disty tidak menyangka ternyata ia begitu setia dengan Rio. Rio juga semakin sayang padanya dan Rio sama sekali tidak pernah membuatnya sedih dan kecewa.

            “Kenapa kak Mike tidak membuat band sih?” Tanya Disty tiba-tiba.

            Michael menatap Disty. “Ku rasa itu hal yang sangat mustahil. Aku tidak seperti James, dan aku tidak akan pernah bisa menjadi seperti dirinya.” Ucapnya.

            “Oh ayolah kak! Kau sangat hebat! Disty yakin sekali kak Mike lebih hebat di banding kak James! Jangan merendah gitu.” Ucap Disty.

            Michael tersenyum sedih. “Mungkin kau benar, Dis. Aku hanya menyanyi untuk diriku sendiri saja dan bukan untuk orang lain. Aku pernah memutuskan membuat band tapi tidak ada yang mau bergabung denganku. Dan kau pikir apakah membuat band itu adalah sesuatu yang mudah?” Ucapnya.

            “Lebih mudah dibanding mengerjakan soal matematika.” Ucap Disty.

            Michael tertawa lalu mengacak-acak rambut Disty. “Jika ada kesempatan di depan mata, aku berjanji untuk tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.” Ucapnya.

            “Ya baguslah. Disty berharap apa yang kak Mike inginkan akan terwujud asalkan itu baik.” Ucap Disty.

            “Kau memang adik yang baik. Hmm.. Bagaimana hubunganmu dengan Rio?”

            “Baik. Hubungan kami baik-baik aja dan Disty semakin mencintai Rio.” Jawab Disty.

            Michael menghela nafas panjang. “Kalian memang pasangan yang cocok. Semoga kau dan Rio selalu bahagia dan hubungan kalian akan selalu baik-baik saja seperti yang kau ucapkan.” Ucapnya.

            “Iya makasih.” Ucap Disty senang. “Tapi Disty takut jika suatu hari nanti Disty tidak lagi mencintai Rio atau sebaliknya. Atau yang lebih parah lagi Disty kehilangan Rio.”

            “Jangan begitu. Tidak usah berpikiran negatif. Aku yakin kalian akan baik-baik saja.”

            “Yeah, I hope so.”

***
            “Kau benar-benar berubah!”

            Tidak terasa hari-hari berat karena menjalankan tes ujian akhir pun selesai dan sekarang hanya menunggu hasilnya saja. Luke yakin sekali nilainya tetap bagus dan tetap menjadi juara kelas dan juara umum. Bukannya Luke sombong, tapi dia hanya ingin berusaha untuk menjadi yang terbaik dan membuat bangga orangtuanya.

            “Aku tidak berubah. Aku masih Luke yang dulu.” Ucap Luke.

            “Kau lebih terlihat ceria dan bersemangat. Juli nanti umurmu tujuh belas tahun. Mau tidak mau kau harus mengadakan pesta besar.” Ucap Michael.

            ‘Pesta besar?’ Batin Luke jijik. Memangnya ia adalah anak perempuan yang selalu berharap di hari ulang tahun yang ke-tujuh belas diadakan pesta besar dan kejutan yang luar biasa? Jujur. Luke tidak mengenal kapan ia lahir. Orangtuanya tidak pernah mengingat hari kelahirannya dan ia rasa itu tidak masalah.

            “Jadilah seorang pangeran yang tampan. Sebenarnya kau itu menawan, hanya saja kau tidak pernah memperhatikan siapa dirimu.” Ucap Michael.

            Baru saja Luke membalas ucapan Michael, Calum mengirimnya pesan dan Luke merasa ada yang tidak beres. Calum menyuruhnya untuk mendatangi rumah Riley dan sepertinya Riley sedang tidak baik. Terakhir ia dengar, penyakit Riley semakin parah. Jangan. Riley tidak boleh pergi.

            “Aku harus pergi.” Ucap Luke terburu-buru.

***

            Tidak dapat dipercaya, Riley, sahabat mereka meninggal dunia. Sesampai tiba di rumah Riley, Luke tidak bisa berkata apa-apa. Hatinya sakit sekali menyaksikan semua orang menangis meratapi kepergian Riley, terutama Mama Riley. Luke berjalan mendekati Calum.

            “Mungkin ini yang terbaik untuknya.” Ucap Luke.

            “Iya. Aku lebih senang Riley pergi dibanding dia merasakan kesakitan. Akhirnya Riley bisa melewati semua ini.” Ucap Calum.

            Baru kali ini Luke merasakan kehilangan seseorang. Selama ini ia tidak pernah merasa kehilangan seseorang yang benar-benar dekat dengannya. Luke masih memiliki orangtua dan dua kakak laki-lakinya. Luke masih mempunyai teman-teman yang baik padanya dan Luke tidak tau bagaimana perasaannya nanti jika salah satu dari mereka pergi meninggalkannya.

            Ternyata rasanya sakit walau Luke baru mengenal Riley. Meski Riley sakit, cowok itu tetap ceria dan bersemangat seakan-akan Riley tidak mengidap penyakit apapun. Riley tidak pernah terlihat lemah, sedih ataupun putus asa. Riley memang anak yang sangat hebat dan luar biasa.

            “Aku jadi ingat saat kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan dan aku tidak bisa menahan rasa sedih. Hampir saja aku bunuh diri jika Riley tidak menahanku.” Ucap Calum.

            Luke menepuk pundak Calum. “Masa lalu biarlah berlalu. Riley memang anak yang hebat dan kuat. Aku salut dengannya dan aku beruntung berteman dengannya.” Ucapnya.

            “Iya, dan aku beruntung bertemu denganmu. Ku pikir, kau mirip dengan Riley.” Ucap Calum sambil tersenyum.

            Setiap yang bernyawa memang akan mengalami kematian. Karena itulah kita harus mengingat kematian dan melakukan banyak kebaikan agar Tuhan memberikan tempat yang indah di hari nanti. Sebuah tempat untuk membalas mereka yang selalu berbuat baik dan selalu taat pada-Nya.

***

            Semua mata memandang ke arahnya. Entah apa yang mereka rasakan saat melihat seorang cowok yang baru saja datang memasuki sekolah. Libur panjang telah usai dan para murid kembali berkutat dengan buku-buku mereka. Namun di sekolah itu ada yang lain.

            Luke. Cowok itu tengah mencoba untuk cuek dan terus berjalan menuju kelasnya. Ia masih tetap sekelas dengan Michael. Sesuai janjinya, Luke sudah merubah gaya-nya dan sekarang terlihat begitu keren. Namun rambutnya tetap pirang kecokelataan.

            “Itu Luke?” Tanya suara-suara sambil menatap Luke dengan heran.

            Tiba di kelas, tentu saja seisi kelas dikagetkan dengan kedatangan Luke yang benar-benar sangat berbeda. Bahkan Luke jauh terlihat keren dibanding Rio, dan tubuh Luke lebih tinggi dibanding Rio.

            “Luke?” Tanya Michael heran.

            “Kenapa?” Tanya Luke.

            “Aku tidak percaya kau sudah berubah! Setelah ini, gadis-gadis akan mengejarmu!” Ucap Michael.

            “Aku hanya mengubah rambutku dan aku tidak tau mengapa aku menjadi seperti ini. Ku rasa aku tidak berbeda dengan diriku yang dulu.” Ucap Luke.

            Michael tertawa. “Sejak lahir kau memang ditakdirkan menjadi cowok yang ganteng.” Ucapnya.

***

            “Kau memang sudah berubah! Aku suka gaya rambutmu sekarang!”

            Entah yang keberapa kalinya Disty memuja penampilan Luke dan Luke tidak merespon pujaan Disty. Sore itu, Luke iseng datang ke rumah Michael dan pada akhirnya keduanya bermain game. Menurut Disty, Luke sekarang berbeda dengan Luke yang dulu. Hidup Luke tidak lagi membosankan dan Luke sudah agak liar. Semenjak Luke kelas sebelas, Luke pernah terlambat datang ke sekolah dan di hukum.

            “Kalau boleh tau, apa yang membuatmu berubah?” Tanya Disty ketika Luke dan Michael selesai bermain game.

            “Tidak. Tidak ada. Aku hanya ingin berubah saja.” Jawab Luke.

            Disty tersenyum jahil. “Pasti karena seseorang. Aku tau kau lagi menyukai seorang gadis dan karena penampilanmu yang buruk akhirnya kau mencoba menjadi seorang pangeran tampan agar gadis yang kau sukai menyukaimu.” Ucapnya.

            Luke tertawa mendengar ucapan Disty. “Sudah ku bilang, penampilan itu bukanlah segalanya. Aku tidak bilang ingin berubah karena seseorang. Tapi bisa jadi aku berubah karena paksaanmu.” Ucapnya.

            “Paksaan? Oh ya ampun! Oke-oke. Aku yang memaksamu berubah karena aku bosan dengan gaya rambut anehmu itu.” Ucap Disty.

            “Hei!” Ucap Michael sambil membawa nampan yang di atasnya ada tiga mangkuk es yang lezat.

            “Kau memang cocok jadi pelayan.” Ucap Disty sambil mengambil mangkuk es itu.

            Ketiganya memakan es lezat itu dengan penuh kenikmatan. Iya. Kali ini Disty benar-benar sudah menganggap Luke sebagai teman dekatnya sekaligus kakaknya. Baginya, Luke enak diajak untuk curhat dibanding Michael dan Luke selalu ada untuknya kapanpun ia membutuhkan. Luke sudah tidak menyebalkan sekarang dan Luke selalu perhatian dengannya. Entah apa maksud dibalik sikap Luke, yang jelas Disty bahagia karena Luke benar-benar berubah dan menjadi lebih baik.

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar