Part
16
.
“Hei!”
Luke kaget
dan terbangun dari tidurnya. Kelas geografi yang sangat membosankan. Walau Luke
pintar dan mencintai pelajaran, tapi Luke lemah di pelajaran sosial, termasuk
geografi. Entah apa alasan Luke untuk tetap memilih kelas geografi.
“Kau
mengganggu tidurku! Aku mengantuk sekali.” Ucap Luke.
Michael
tertawa. “I like your style! Wajah
malasmu menandakan bahwa kau murid yang sesungguhnya. Apa yang kau lakukan
semalaman?” Ucapnya.
Tiba-tiba
Luke teringat pertemuannya dengan Calum, dan dua teman Calum, Niall dan Ahston.
Ya. Mereka sudah menjadi temannya dan Luke rasa keputusannya kali ini tidak
salah. Juga Calum, Ashton dan Niall terlihat baik dan ramah padanya.
“Sudahlah.”
Ucap Luke.
“Kau memang
misterius.” Ucap Michael.
***
“Berhenti!”
Tepat di
koridor sekolah, Luke dihadang oleh Rio. Sebenarnya Luke malas berhadapan
dengan Rio, apalagi bicara dengan Rio. Luke hanya ingin menghindar dari Rio
tetapi kali ini ia tidak bisa menghindar.
“What happened last night was so amazing.”
Ucap Rio sambil tersenyum.
Luke
menatap Rio heran. “Aku tidak mengerti yang kau ucapkan.” Ucapnya.
“Ternyata
kau nakal juga. Aku baru tau sisi lain dari dirimu. Diam-diam kau
menghanyutkan.” Ucap Rio.
Tiba-tiba
Luke tersenyum. “Aku akan merubah style-ku saat aku naik ke kelas sebelas.”
Ucapnya.
“Yeah, do that! Kau memang anak yang sangat
beruntung. Aku ingin berada di posisimu.” Ucap Rio.
“Justru
menjadi dirimu adalah impian para cowok.” Ucap Luke.
Rio
tersenyum sedih. “Maybe, you’re the first
person who hear my secret story about her.” Ucapnya.
***
Pulang
sekolah, Disty melihat Michael yang sepertinya sedang serius memainkan gitar.
Mungkin Michael sedang membuat sebuah lagu. Michael pernah bilang padanya kalau
dia ingin sekali membuat lagu. Tapi sayang Michael merasa tidak berjiwa seni
dan susah menyusun lirik lagu. Beda halnya dengan Disty. Apa imajinasi cewek
dengan cowok berbeda ya?
“Makanya
cari cewek biar bisa dapat inspirasi.” Goda Disty lalu duduk di dekat Michael.
“Mungkin
aku ketularan virus-nya Luke, yaitu tidak suka pacaran dan tidak terlalu
memikirkan soal cinta meski kita menyukai seseorang.” Ucap Michael.
“Kak Mike
memang aneh semenjak jadi teman Luke.” Ucap Disty.
“Ya. Aku
sudah lama menjadi teman Luke dan selama itulah aku aneh.” Ucap Michael.
Bulan Mei.
Cepat sekali. Tujuh bulan lagi adalah bulan Desember dan Disty begitu tidak
sabaran menunggu hari jadi mereka yang ke dua tahun. Dua tahun. Lama sekali.
Disty tidak menyangka ternyata ia begitu setia dengan Rio. Rio juga semakin
sayang padanya dan Rio sama sekali tidak pernah membuatnya sedih dan kecewa.
“Kenapa kak
Mike tidak membuat band sih?” Tanya Disty tiba-tiba.
Michael
menatap Disty. “Ku rasa itu hal yang sangat mustahil. Aku tidak seperti James,
dan aku tidak akan pernah bisa menjadi seperti dirinya.” Ucapnya.
“Oh ayolah
kak! Kau sangat hebat! Disty yakin sekali kak Mike lebih hebat di banding kak
James! Jangan merendah gitu.” Ucap Disty.
Michael
tersenyum sedih. “Mungkin kau benar, Dis. Aku hanya menyanyi untuk diriku
sendiri saja dan bukan untuk orang lain. Aku pernah memutuskan membuat band
tapi tidak ada yang mau bergabung denganku. Dan kau pikir apakah membuat band
itu adalah sesuatu yang mudah?” Ucapnya.
“Lebih
mudah dibanding mengerjakan soal matematika.” Ucap Disty.
Michael
tertawa lalu mengacak-acak rambut Disty. “Jika ada kesempatan di depan mata,
aku berjanji untuk tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.” Ucapnya.
“Ya
baguslah. Disty berharap apa yang kak Mike inginkan akan terwujud asalkan itu
baik.” Ucap Disty.
“Kau memang
adik yang baik. Hmm.. Bagaimana hubunganmu dengan Rio?”
“Baik.
Hubungan kami baik-baik aja dan Disty semakin mencintai Rio.” Jawab Disty.
Michael
menghela nafas panjang. “Kalian memang pasangan yang cocok. Semoga kau dan Rio
selalu bahagia dan hubungan kalian akan selalu baik-baik saja seperti yang kau
ucapkan.” Ucapnya.
“Iya
makasih.” Ucap Disty senang. “Tapi Disty takut jika suatu hari nanti Disty
tidak lagi mencintai Rio atau sebaliknya. Atau yang lebih parah lagi Disty
kehilangan Rio.”
“Jangan
begitu. Tidak usah berpikiran negatif. Aku yakin kalian akan baik-baik saja.”
“Yeah, I hope so.”
***
“Kau
benar-benar berubah!”
Tidak
terasa hari-hari berat karena menjalankan tes ujian akhir pun selesai dan
sekarang hanya menunggu hasilnya saja. Luke yakin sekali nilainya tetap bagus
dan tetap menjadi juara kelas dan juara umum. Bukannya Luke sombong, tapi dia
hanya ingin berusaha untuk menjadi yang terbaik dan membuat bangga orangtuanya.
“Aku tidak
berubah. Aku masih Luke yang dulu.” Ucap Luke.
“Kau lebih
terlihat ceria dan bersemangat. Juli nanti umurmu tujuh belas tahun. Mau tidak
mau kau harus mengadakan pesta besar.” Ucap Michael.
‘Pesta
besar?’ Batin Luke jijik. Memangnya ia adalah anak perempuan yang selalu
berharap di hari ulang tahun yang ke-tujuh belas diadakan pesta besar dan
kejutan yang luar biasa? Jujur. Luke tidak mengenal kapan ia lahir. Orangtuanya
tidak pernah mengingat hari kelahirannya dan ia rasa itu tidak masalah.
“Jadilah
seorang pangeran yang tampan. Sebenarnya kau itu menawan, hanya saja kau tidak
pernah memperhatikan siapa dirimu.” Ucap Michael.
Baru saja
Luke membalas ucapan Michael, Calum mengirimnya pesan dan Luke merasa ada yang
tidak beres. Calum menyuruhnya untuk mendatangi rumah Riley dan sepertinya
Riley sedang tidak baik. Terakhir ia dengar, penyakit Riley semakin parah.
Jangan. Riley tidak boleh pergi.
“Aku harus
pergi.” Ucap Luke terburu-buru.
***
Tidak dapat
dipercaya, Riley, sahabat mereka meninggal dunia. Sesampai tiba di rumah Riley,
Luke tidak bisa berkata apa-apa. Hatinya sakit sekali menyaksikan semua orang
menangis meratapi kepergian Riley, terutama Mama Riley. Luke berjalan mendekati
Calum.
“Mungkin
ini yang terbaik untuknya.” Ucap Luke.
“Iya. Aku
lebih senang Riley pergi dibanding dia merasakan kesakitan. Akhirnya Riley bisa
melewati semua ini.” Ucap Calum.
Baru kali
ini Luke merasakan kehilangan seseorang. Selama ini ia tidak pernah merasa kehilangan
seseorang yang benar-benar dekat dengannya. Luke masih memiliki orangtua dan
dua kakak laki-lakinya. Luke masih mempunyai teman-teman yang baik padanya dan
Luke tidak tau bagaimana perasaannya nanti jika salah satu dari mereka pergi
meninggalkannya.
Ternyata
rasanya sakit walau Luke baru mengenal Riley. Meski Riley sakit, cowok itu
tetap ceria dan bersemangat seakan-akan Riley tidak mengidap penyakit apapun.
Riley tidak pernah terlihat lemah, sedih ataupun putus asa. Riley memang anak
yang sangat hebat dan luar biasa.
“Aku jadi
ingat saat kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan dan aku tidak bisa
menahan rasa sedih. Hampir saja aku bunuh diri jika Riley tidak menahanku.”
Ucap Calum.
Luke
menepuk pundak Calum. “Masa lalu biarlah berlalu. Riley memang anak yang hebat
dan kuat. Aku salut dengannya dan aku beruntung berteman dengannya.” Ucapnya.
“Iya, dan
aku beruntung bertemu denganmu. Ku pikir, kau mirip dengan Riley.” Ucap Calum
sambil tersenyum.
Setiap yang
bernyawa memang akan mengalami kematian. Karena itulah kita harus mengingat
kematian dan melakukan banyak kebaikan agar Tuhan memberikan tempat yang indah
di hari nanti. Sebuah tempat untuk membalas mereka yang selalu berbuat baik dan
selalu taat pada-Nya.
***
Semua mata
memandang ke arahnya. Entah apa yang mereka rasakan saat melihat seorang cowok
yang baru saja datang memasuki sekolah. Libur panjang telah usai dan para murid
kembali berkutat dengan buku-buku mereka. Namun di sekolah itu ada yang lain.
Luke. Cowok
itu tengah mencoba untuk cuek dan terus berjalan menuju kelasnya. Ia masih
tetap sekelas dengan Michael. Sesuai janjinya, Luke sudah merubah gaya-nya dan
sekarang terlihat begitu keren. Namun rambutnya tetap pirang kecokelataan.
“Itu Luke?”
Tanya suara-suara sambil menatap Luke dengan heran.
Tiba di
kelas, tentu saja seisi kelas dikagetkan dengan kedatangan Luke yang
benar-benar sangat berbeda. Bahkan Luke jauh terlihat keren dibanding Rio, dan
tubuh Luke lebih tinggi dibanding Rio.
“Luke?”
Tanya Michael heran.
“Kenapa?”
Tanya Luke.
“Aku tidak
percaya kau sudah berubah! Setelah ini, gadis-gadis akan mengejarmu!” Ucap
Michael.
“Aku hanya
mengubah rambutku dan aku tidak tau mengapa aku menjadi seperti ini. Ku rasa
aku tidak berbeda dengan diriku yang dulu.” Ucap Luke.
Michael
tertawa. “Sejak lahir kau memang ditakdirkan menjadi cowok yang ganteng.”
Ucapnya.
***
“Kau memang
sudah berubah! Aku suka gaya rambutmu sekarang!”
Entah yang
keberapa kalinya Disty memuja penampilan Luke dan Luke tidak merespon pujaan
Disty. Sore itu, Luke iseng datang ke rumah Michael dan pada akhirnya keduanya
bermain game. Menurut Disty, Luke sekarang berbeda dengan Luke yang dulu. Hidup
Luke tidak lagi membosankan dan Luke sudah agak liar. Semenjak Luke kelas
sebelas, Luke pernah terlambat datang ke sekolah dan di hukum.
“Kalau
boleh tau, apa yang membuatmu berubah?” Tanya Disty ketika Luke dan Michael
selesai bermain game.
“Tidak.
Tidak ada. Aku hanya ingin berubah saja.” Jawab Luke.
Disty
tersenyum jahil. “Pasti karena seseorang. Aku tau kau lagi menyukai seorang
gadis dan karena penampilanmu yang buruk akhirnya kau mencoba menjadi seorang
pangeran tampan agar gadis yang kau sukai menyukaimu.” Ucapnya.
Luke
tertawa mendengar ucapan Disty. “Sudah ku bilang, penampilan itu bukanlah
segalanya. Aku tidak bilang ingin berubah karena seseorang. Tapi bisa jadi aku
berubah karena paksaanmu.” Ucapnya.
“Paksaan?
Oh ya ampun! Oke-oke. Aku yang memaksamu berubah karena aku bosan dengan gaya
rambut anehmu itu.” Ucap Disty.
“Hei!” Ucap
Michael sambil membawa nampan yang di atasnya ada tiga mangkuk es yang lezat.
“Kau memang
cocok jadi pelayan.” Ucap Disty sambil mengambil mangkuk es itu.
Ketiganya
memakan es lezat itu dengan penuh kenikmatan. Iya. Kali ini Disty benar-benar sudah
menganggap Luke sebagai teman dekatnya sekaligus kakaknya. Baginya, Luke enak
diajak untuk curhat dibanding Michael dan Luke selalu ada untuknya kapanpun ia
membutuhkan. Luke sudah tidak menyebalkan sekarang dan Luke selalu perhatian
dengannya. Entah apa maksud dibalik sikap Luke, yang jelas Disty bahagia karena
Luke benar-benar berubah dan menjadi lebih baik.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar