Part 30
.
Disty terbangun dari mimpinya.
Anehnya, ia memimpikan Rio dan dalam mimpi itu, Disty lebih memilih Rio
ketimbang Harry. Apa maksudnya semua ini? Disty tau kemarin ia dan Rio sudah
baikan dan Rio janji untuk tidak lagi menganggunya. Tapi entah kenapa
perasaan-perasaan saat dulu masih bersama Rio seakan-akan hadir dan membuat
Disty bingung.
Apakah ia kembali mencintai Rio
hanya karena kemarin Rio meminta maaf padanya? Padahal Disty sangat membenci
Rio. Entahlah. Yang jelas, ia harus tetap memilih Harry dan menomor satukan
Harry dari cowok-cowok lain.
Di sekolah, Disty tidak terlalu
konsen mendengar penjelasan guru. Mimpinya dengan Rio terus saja menjadi beban
pikirannya. Disana Rio terlihat romantis dan Disty tidak bisa berpaling dari
Rio, meski Harry memaksanya untuk kembali ke pelukannya, tetapi Disty tidak
peduli.
“Yang sudah baikan sama Rio.
Jangan-jangan cinta lama kembali bersemi.” Goda Miley.
“Apaan sih? Aku dan Rio menjadi
teman baik dan aku masih mencintai Harry.” Ucap Disty.
“Tapi Dis kau lebih cocok bersama
Rio dibanding Harry.” Ucap Miley.
Disty tersenyum. “Iya tapi itu dulu.
Now, my future is Harry Styles. Not Mario
Haling, okay?” Ucapnya.
Sepulang sekolah, Disty tidak
langsung pulang. Gadis itu ingin membeli makanan yang letaknya tidak jauh dari
sekolah. Kali ini Disty bisa menjaga dirinya sendiri. Lagipula tempatnya ramai
dan tidak akan ada dua makhluk aneh seperti beberapa minggu yang lalu.
Setelah membeli makanan dan minuman,
tiba-tiba Disty menghentikan langkahnya. Seketika itu juga aliran darahnya
berhenti mengalir. Tanpa sadar, minuman yang dibawanya jatuh berserakan di atas
tanah. Melihat apa yang dilihatnya cukup membuatnya tidak yakin dan seperti
sedang berada di mimpi buruk.
Harry. Cowok itu dengan mesranya memegang
tangan lalu memegang erat pinggang seorang cewek yang pakaiannya….. Tidak usah
dijelaskan. Disty begitu muak melihat cewek itu yang jelas-jelas adalah cewek
nakal dan tidak benar. Harry? Apakah itu Harry? Tidak! Itu bukan Harry. Mungkin
itu orang yang mirip Harry. Tapi sudah jelas disana senyum Harry saat menatap
cewek itu dan hati Disty menjadi sakit.
Beginilah kisah cintanya yang
menyakitkan dan begitu buruk? Harry. Mengapa cowok itu tega melakukan itu
padanya? Apa selama ini Harry selalu bermain-main dibelakangnya? Dan benarkah
ucapan cowok yang mengaku pacarnya direbut oleh Harry? Benarkah itu semua?
***
Di teras, Michael mendapati wajah
Disty yang murung. Disty masuk ke dalam pintu gerbang dan rasanya ingin
membanting kepalanya di tembok. Tetapi Michael lebih dulu menarik tangannya
sehingga Disty tidak bisa masuk ke dalam rumah.
“Ada apa sih kak?” Tanyanya ketus.
Pasti ada yang tidak beres dengan
Disty. Michael bisa menebak melalui wajah adiknya itu. Apa Disty sedang ada
masalah dengan Harry? Harry lagi. Michael selalu tidak bisa menahan emosi
tatkala mengingat nama yang tidak jauh-jauh dari iblis.
“Duduk Dis. Ceritakan padaku.” Pinta
Michael.
Disty menatap Michael dengan malas.
“Kakak mau cerita apa? Tentang keburukan Harry agar kakak memaksa Disty
mengakhiri hubungan dengan cowok setan itu?” Bentaknya.
“Jadi kau benar-benar ada masalah
besar dengan Harry?” Tanya Michael.
“Sudahlah kak. Disty malas
membicarakan Harry.” Jawabnya dan Michael membiarkan adiknya masuk ke dalam
rumah.
Sementara itu, Disty sudah mengganti
pakaiannya dan gadis itu tanpa sadar menjambak-jambak rambutnya. Sambil
menangis, Disty mencoba menahan emosi dan kesedihannya. Apa yang sudah
dilihatnya tadi lebih buruk dari apa yang telah Harry lakukan padanya. Tapi
Disty masih tidak bisa membenci Harry. Rasa cintanya pada Harry begitu besar
dan Disty tidak bisa move on dari Harry.
Harry. Sebuah nama yang sangat cepat
membuatnya bahagia, dan sangat cepat membuat hatinya sakit. Kenapa Harry tega
melakukan itu padanya? Berkali-kali Harry meminta maaf padanya dan Disty
maafkan. Tapi Harry tetap melakukan hal-hal buruk dan sepertinya perminta
maafan itu hanyalah sebuah bulshit yang hanya untuk membuat hatinya tenang.
Seharusnya ia membenci Rio. Tapi
Disty tidak bisa melakukannya. Rasa cintanya pada Harry mengalahkan segalanya.
Mengalahkan semua kesakitan yang ia rasakan. Beginilah cara Tuhan memberi
anugerah cinta padanya? Bukankah cinta itu adalah saling melengkapi untuk
menjadi sempurna? Bukankah cinta itu adalah sesuatu yang indah dan merupakan
anugerah dari Tuhan untuk makhluknya?
Dan bukankah cinta itu adalah sebuah
pengorbanan demi orang yang kita cintai?
***
Pagi yang buruk. Harry sudah tidak
lagi mengirimnya pesan. Apakah ini merupakan sebuah pertanda bahwa sebentar
lagi hubungannya dengan Harry akan berakhir? Jika saja Harry mau berubah… Jika
saja Harry bisa menjadi seperti apa yang ia inginkan.. Dan jika saja Harry mau
sedikir berkorban untuknya.
Tapi Disty bersyukur bertemu Harry
karena berkat Harry, Disty jadi suka baca novel. Sekarang Disty sudah memakai
kacamata tetapi Disty menggunakan kacamata itu di saat tertentu. Matanya tidak
terlalu buruk juga dan Disty bisa melihat dengan jelas. Hanya saja
penglihatannya tidak bagus jika melihat dari jarak yang jauh.
“Jadi Travis akan tampil dengan
band-nya dan akan menyanyikan lagu-lagu askutik?” Tanya Donna.
“Iya.. Pasti penampilan mereka
keren. Nonton ya besok..” Jawab Miley sambil memegang pundak Donna.
“Tentu saja! Rugi tidak menonton
cowok-cowok cakep nan keren.” Ucap Donna.
Disty bisa mendengar percakapan
antara Miley dan Donna. Penampilan askutik dari band Clouds. Travis… Pacar
Miley… Disty sudah tau semua itu dari Rio. Katanya Rio akan tampil tapi
entahlah. Sudah lama Rio tidak pernah tampil mengisi acara-acara penting yang
diadakan sekolah sebagai acara pembuka.
“Hai Dis! Besok kau harus nonton
acara itu dengan kami. Harus!” Ucap Miley setengah mengancam.
Disty memaksakan diri untuk
tersenyum. “Acara yang menarik but I’m so
sorry. I can’t come tomorrow. Sorry.” Ucapnya.
“Why?
Kau selalu saja menghindari acara itu.” Ucap Miley.
“Bukannya begitu Mi. Aku ingin
tenang dan menyendiri. Aku cukup sedih dan sakit melihat hubunganku dengan
Harry yang ku rasa sebentar lagi akan berakhir.” Ucap Disty.
Mendengar ucapan Disty, Donna
langsung memegang pundak Disty seakan-akan memberikan gadis itu kekuatan.
“Sabar Dis. Aku yakin sekali kau bisa melewati semua itu. Ada kami yang selalu
ada untukmu.” Ucapnya.
Disty tersenyum. “Terimakasih. Aku
sayang kalian.” Ucapnya lalu memeluk tubuh Donna dan Miley ikutan memeluk tubuh
dua sahabatnya.
Yang menjadi pertanyaannya, manakah
yang lebih berharga, sahabat atau pacar?
***
Disty merasa dirinya agak baikan
karena nasehat dan dukungan dari Donna dan Miley. Saat jam istirahat, Disty
iseng melewati ruang musik. Entah mengapa ia sangat merindukan tempat itu dan
melihat berbagai macam alat musik. Masa lalu yang terlalu indah. Disty sudah
bisa melupakan masa lalunya karena Harry. Lantas, ketika Harry menyakitinya,
akankah ia akan kembali ke masa lalunya?
Sayup-sayup Disty mendengar suara
gitar dari dalam ruang musik. Hatinya langsung bergetar hebat dan ingin sekali
air matanya turun. Jantung Disty berdebar-debar tidak karuan mendengar nada
yang benar-benar lembut. Sungguh. Nada-nada itu sangat berbeda dari nada-nada
yang sebelumnya pernah ia dengar. Kira-kira, siapa sosok yang memainkan gitar
itu?
Pelan-pelan Disty membuka pintu itu
dan menyadari siapa sosok yang memainkan gitar itu. Disty terdiam sambil memandangi
punggung cowok itu. Tiba-tiba air matanya turun membasahi pipinya yang pucat.
Ia benar-benar merindukan masa lalunya. Masa lalunya yang indah. Dan cowok
itu.. Mengapa.. Mengapa rasanya ingin sekali memeluk punggung cowok itu?
Mario Haling. Sudah berapa lamakah
Disty tidak melihatnya bermain gitar? Itulah satu-satunya yang membuatnya
bahagia. Rio. Ya. Disty merasa menyesal karena telah memutusi hubungannya
dengan Rio hanya karena Harry. Tapi bagaimanapun juga, senyum Harry dan lesung
pipit Harry mampu mengalahkan segala-galanya. Disty masih tidak bisa move on
dari Harry sekalipun melihat Rio bermain gitar dengan gaya khasnya.
Disty tidak bisa bilang kalau rasa
cintanya pada Rio kembali tumbuh. Tapi Disty sangat menyayangkan hubungannya
dengan Rio dan Disty begitu cemburu melihat kemesraan Miley dengan Travis.
Travis sama seperti Rio dan Disty sangat cemburu. Harry. Kenapa Harry tidak mau
berkorban untuknya? Kenapa Harry selalu jahat padanya dan perminta maafannya
hanyalah sebuah kebohongan untuk meluluhkan hatinya? Kenapa?
“You got
holes in your jeans and few in your heart
You
don’t know what it means to me to watch you fall apart
Cause you’re broken and bruised but I
can hold you through
I’ll
take you in my arms tonight just me and you..”
Suara Rio memang sedikit berubah
tapi lebih bagus dibanding dulu. Air matanya sudah tidak bisa ia tahan lagi.
Jujur. Disty sangat merindukan Rio dan merindukan semua hal-hal yang telah ia
lakukan bersama Rio. Termasuk bernyanyi bersama Rio dengan mesra.
“Baby
in a heart beat I’ll take you with me
I
just wanna get you to know me you’re throwing me off beat
So I
can’t breathe I just wanna get to show you
If
we’re falling apart I will fight for your heart
I can
be your shield I’ll fight on the field
Baby
when life gets colder I’ll be your soldier…”
Lagu terbaik yang pernah ada meski
baru pertama kali Disty mendengarkannya. Gadis itu pun berlari menjauhi ruang
musik lalu tiba-tiba bertabrakan dengan seorang cowok yang tidak lain adalah
Luke. Langsung saja Disty menghambur ke pelukan Luke dan Luke memeluk Disty
dengan erat. Luke memang tidak tau apa masalah Disty sehingga membuat gadis itu
menangis. Tapi ingin sekali Luke mengobati kesedihan gadis itu dengan cara
apapun.
“Luk, aku rindu Rio. Aku rindu
melihatnya bermain gitar. Aku rindu mendengar suaranya. Aku rindu semua yang
pernah kami lakukan bersama. Tapi.. Tapi aku tidak bisa karena Harry. Aku..”
Ucap Disty tersengal-sengal.
Sebisa mungkin Luke menenangkan
Disty. “Tenang-lah, Dis. Semuanya akan baik-baik saja. Ada aku disini.”
Ucapnya.
Kali ini Disty tidak bisa berbuat
apapun karena Disty tidak bisa menebak perasaannya yang sebenarnya. Tapi
pelukan hangat Luke mampu membuat hatinya tenang dan Disty tidak mau melepaskan
diri dari pelukan itu. Tidak mau.
***
‘Aku sedang dibayang-bayangi oleh
masa laluku, dan aku tidak tau harus melakukan apa.’
Disty duduk bersila di luar pagar
sekolah dan rasanya malas untuk pulang ke rumah. Sekolah sudah agak sepi. Ada
beberapa murid yang menunggu jemputannya dan ada yang makan di warung yang
tidak jauh dari sekolah.
Oh ayolah Dis! Lupakan semuanya,
lupakan! Lupakan kejadian tadi dan kau tidak boleh menyimpan sedikit saja
perasaan untuk Rio. Rio adalah masa lalumu dan akan tetap menjadi masa lalumu.
Harry. Entahlah. Cowok itu seakan-akan telah melupakannya dan tidak menyadari
bahwa Disty adalah miliknya.
“Dis..”
Suara itu.. Disty menoleh ke samping
kanan dan melihat Harry yang wajahnya sedikit pucat dan ada beberapa bekas luka
di wajahnya. Harry memilih duduk di sampingnya dan Disty malas bicara dengan
Harry. Bisa ia tebak. Pasti Harry akan meminta maaf padanya.
“Maafkan aku. Aku tau aku salah.
Kamu mau kan maafkan aku?” Ucap Harry sambil menggenggam tangan kanan Disty.
Langsung saja Disty melepaskan
genggaman tangan itu dan menatap Harry dengan linangan air mata di matanya.
“Aku bosan mendengar perminta maafanmu. Percuma meminta maaf kalau kau masih
melakukan hal-hal buruk yang dapat menyakitiku. Percuma Harr, percuma.” Ucapnya.
“Kau harus mengerti perasaanku, Dis.
Kasihlah aku kebebasan untuk mempelampiaskan amarah dan kekesalanku. Aku hampir
gila Dis, hampir gila!” Ucap Harry.
“Kenapa sih kau tidak mau berkorban
untukku? Kalau kau mencintaiku, kau pasti mau melakukan apapun untukku.” Ucap
Disty.
Harry menarik nafas dalam-dalam.
Tapi entah kenapa rasanya begitu susah untuk bernafas. “Kau terlalu baik
untukku. Aku tidak bisa berkorban untukmu karena aku adalah seorang anak yang
bodoh. Sangat bodoh. Aku tak memiliki apa-apa lagi selain dirimu. Aku minfa
maaf Dis.” Ucapnya.
“Tapi kenapa kau tidak mau menjadi
anak yang baik? Kenapa kau tidak mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan burukmu?
Dan cewek itu. Cewek yang cantik yang sudah membuatmu lupa padaku.” Ucap Disty.
Harry terdiam sesaat. “Aku tidak tau
Dis. Aku ingin sekali menjadi anak yang baik tapi aku tidak bisa menahan
emosiku. Aku ingin saja terus melakukan hal-hal buruk yang kau bencikan dan aku
senang melakukannya. Masalah tentang cewek itu, cewek itu yang terus
memengaruhiku jadi aku tidak bisa menahan…”
“Cukup! Aku tidak mau melihatmu lagi
kecuali kalau kau mau berubah secara benar-benar dan mau berkorban untukku.”
Ucap Disty lalu berdiri dan meninggalkan Harry.
“Disty!” Teriak Harry. Tapi apa iya
Disty mau mendengarkannya?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar