expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 30 )



Part 30

.

            Disty terbangun dari mimpinya. Anehnya, ia memimpikan Rio dan dalam mimpi itu, Disty lebih memilih Rio ketimbang Harry. Apa maksudnya semua ini? Disty tau kemarin ia dan Rio sudah baikan dan Rio janji untuk tidak lagi menganggunya. Tapi entah kenapa perasaan-perasaan saat dulu masih bersama Rio seakan-akan hadir dan membuat Disty bingung.

            Apakah ia kembali mencintai Rio hanya karena kemarin Rio meminta maaf padanya? Padahal Disty sangat membenci Rio. Entahlah. Yang jelas, ia harus tetap memilih Harry dan menomor satukan Harry dari cowok-cowok lain.

            Di sekolah, Disty tidak terlalu konsen mendengar penjelasan guru. Mimpinya dengan Rio terus saja menjadi beban pikirannya. Disana Rio terlihat romantis dan Disty tidak bisa berpaling dari Rio, meski Harry memaksanya untuk kembali ke pelukannya, tetapi Disty tidak peduli.

            “Yang sudah baikan sama Rio. Jangan-jangan cinta lama kembali bersemi.” Goda Miley.

            “Apaan sih? Aku dan Rio menjadi teman baik dan aku masih mencintai Harry.” Ucap Disty.

            “Tapi Dis kau lebih cocok bersama Rio dibanding Harry.” Ucap Miley.

            Disty tersenyum. “Iya tapi itu dulu. Now, my future is Harry Styles. Not Mario Haling, okay?” Ucapnya.

            Sepulang sekolah, Disty tidak langsung pulang. Gadis itu ingin membeli makanan yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Kali ini Disty bisa menjaga dirinya sendiri. Lagipula tempatnya ramai dan tidak akan ada dua makhluk aneh seperti beberapa minggu yang lalu.

            Setelah membeli makanan dan minuman, tiba-tiba Disty menghentikan langkahnya. Seketika itu juga aliran darahnya berhenti mengalir. Tanpa sadar, minuman yang dibawanya jatuh berserakan di atas tanah. Melihat apa yang dilihatnya cukup membuatnya tidak yakin dan seperti sedang berada di mimpi buruk.

            Harry. Cowok itu dengan mesranya memegang tangan lalu memegang erat pinggang seorang cewek yang pakaiannya….. Tidak usah dijelaskan. Disty begitu muak melihat cewek itu yang jelas-jelas adalah cewek nakal dan tidak benar. Harry? Apakah itu Harry? Tidak! Itu bukan Harry. Mungkin itu orang yang mirip Harry. Tapi sudah jelas disana senyum Harry saat menatap cewek itu dan hati Disty menjadi sakit.

            Beginilah kisah cintanya yang menyakitkan dan begitu buruk? Harry. Mengapa cowok itu tega melakukan itu padanya? Apa selama ini Harry selalu bermain-main dibelakangnya? Dan benarkah ucapan cowok yang mengaku pacarnya direbut oleh Harry? Benarkah itu semua?

***

            Di teras, Michael mendapati wajah Disty yang murung. Disty masuk ke dalam pintu gerbang dan rasanya ingin membanting kepalanya di tembok. Tetapi Michael lebih dulu menarik tangannya sehingga Disty tidak bisa masuk ke dalam rumah.

            “Ada apa sih kak?” Tanyanya ketus.

            Pasti ada yang tidak beres dengan Disty. Michael bisa menebak melalui wajah adiknya itu. Apa Disty sedang ada masalah dengan Harry? Harry lagi. Michael selalu tidak bisa menahan emosi tatkala mengingat nama yang tidak jauh-jauh dari iblis.

            “Duduk Dis. Ceritakan padaku.” Pinta Michael.

            Disty menatap Michael dengan malas. “Kakak mau cerita apa? Tentang keburukan Harry agar kakak memaksa Disty mengakhiri hubungan dengan cowok setan itu?” Bentaknya.

            “Jadi kau benar-benar ada masalah besar dengan Harry?” Tanya Michael.

            “Sudahlah kak. Disty malas membicarakan Harry.” Jawabnya dan Michael membiarkan adiknya masuk ke dalam rumah.

            Sementara itu, Disty sudah mengganti pakaiannya dan gadis itu tanpa sadar menjambak-jambak rambutnya. Sambil menangis, Disty mencoba menahan emosi dan kesedihannya. Apa yang sudah dilihatnya tadi lebih buruk dari apa yang telah Harry lakukan padanya. Tapi Disty masih tidak bisa membenci Harry. Rasa cintanya pada Harry begitu besar dan Disty tidak bisa move on dari Harry.

            Harry. Sebuah nama yang sangat cepat membuatnya bahagia, dan sangat cepat membuat hatinya sakit. Kenapa Harry tega melakukan itu padanya? Berkali-kali Harry meminta maaf padanya dan Disty maafkan. Tapi Harry tetap melakukan hal-hal buruk dan sepertinya perminta maafan itu hanyalah sebuah bulshit yang hanya untuk membuat hatinya tenang.

            Seharusnya ia membenci Rio. Tapi Disty tidak bisa melakukannya. Rasa cintanya pada Harry mengalahkan segalanya. Mengalahkan semua kesakitan yang ia rasakan. Beginilah cara Tuhan memberi anugerah cinta padanya? Bukankah cinta itu adalah saling melengkapi untuk menjadi sempurna? Bukankah cinta itu adalah sesuatu yang indah dan merupakan anugerah dari Tuhan untuk makhluknya?

             Dan bukankah cinta itu adalah sebuah pengorbanan demi orang yang kita cintai?

***

            Pagi yang buruk. Harry sudah tidak lagi mengirimnya pesan. Apakah ini merupakan sebuah pertanda bahwa sebentar lagi hubungannya dengan Harry akan berakhir? Jika saja Harry mau berubah… Jika saja Harry bisa menjadi seperti apa yang ia inginkan.. Dan jika saja Harry mau sedikir berkorban untuknya.

            Tapi Disty bersyukur bertemu Harry karena berkat Harry, Disty jadi suka baca novel. Sekarang Disty sudah memakai kacamata tetapi Disty menggunakan kacamata itu di saat tertentu. Matanya tidak terlalu buruk juga dan Disty bisa melihat dengan jelas. Hanya saja penglihatannya tidak bagus jika melihat dari jarak yang jauh.

            “Jadi Travis akan tampil dengan band-nya dan akan menyanyikan lagu-lagu askutik?” Tanya Donna.

            “Iya.. Pasti penampilan mereka keren. Nonton ya besok..” Jawab Miley sambil memegang pundak Donna.

            “Tentu saja! Rugi tidak menonton cowok-cowok cakep nan keren.” Ucap Donna.

            Disty bisa mendengar percakapan antara Miley dan Donna. Penampilan askutik dari band Clouds. Travis… Pacar Miley… Disty sudah tau semua itu dari Rio. Katanya Rio akan tampil tapi entahlah. Sudah lama Rio tidak pernah tampil mengisi acara-acara penting yang diadakan sekolah sebagai acara pembuka.

            “Hai Dis! Besok kau harus nonton acara itu dengan kami. Harus!” Ucap Miley setengah mengancam.

            Disty memaksakan diri untuk tersenyum. “Acara yang menarik but I’m so sorry. I can’t come tomorrow. Sorry.” Ucapnya.

            Why? Kau selalu saja menghindari acara itu.” Ucap Miley.

            “Bukannya begitu Mi. Aku ingin tenang dan menyendiri. Aku cukup sedih dan sakit melihat hubunganku dengan Harry yang ku rasa sebentar lagi akan berakhir.” Ucap Disty.

            Mendengar ucapan Disty, Donna langsung memegang pundak Disty seakan-akan memberikan gadis itu kekuatan. “Sabar Dis. Aku yakin sekali kau bisa melewati semua itu. Ada kami yang selalu ada untukmu.” Ucapnya.

            Disty tersenyum. “Terimakasih. Aku sayang kalian.” Ucapnya lalu memeluk tubuh Donna dan Miley ikutan memeluk tubuh dua sahabatnya.

            Yang menjadi pertanyaannya, manakah yang lebih berharga, sahabat atau pacar?

***

            Disty merasa dirinya agak baikan karena nasehat dan dukungan dari Donna dan Miley. Saat jam istirahat, Disty iseng melewati ruang musik. Entah mengapa ia sangat merindukan tempat itu dan melihat berbagai macam alat musik. Masa lalu yang terlalu indah. Disty sudah bisa melupakan masa lalunya karena Harry. Lantas, ketika Harry menyakitinya, akankah ia akan kembali ke masa lalunya?

            Sayup-sayup Disty mendengar suara gitar dari dalam ruang musik. Hatinya langsung bergetar hebat dan ingin sekali air matanya turun. Jantung Disty berdebar-debar tidak karuan mendengar nada yang benar-benar lembut. Sungguh. Nada-nada itu sangat berbeda dari nada-nada yang sebelumnya pernah ia dengar. Kira-kira, siapa sosok yang memainkan gitar itu?

            Pelan-pelan Disty membuka pintu itu dan menyadari siapa sosok yang memainkan gitar itu. Disty terdiam sambil memandangi punggung cowok itu. Tiba-tiba air matanya turun membasahi pipinya yang pucat. Ia benar-benar merindukan masa lalunya. Masa lalunya yang indah. Dan cowok itu.. Mengapa.. Mengapa rasanya ingin sekali memeluk punggung cowok itu?

            Mario Haling. Sudah berapa lamakah Disty tidak melihatnya bermain gitar? Itulah satu-satunya yang membuatnya bahagia. Rio. Ya. Disty merasa menyesal karena telah memutusi hubungannya dengan Rio hanya karena Harry. Tapi bagaimanapun juga, senyum Harry dan lesung pipit Harry mampu mengalahkan segala-galanya. Disty masih tidak bisa move on dari Harry sekalipun melihat Rio bermain gitar dengan gaya khasnya.

            Disty tidak bisa bilang kalau rasa cintanya pada Rio kembali tumbuh. Tapi Disty sangat menyayangkan hubungannya dengan Rio dan Disty begitu cemburu melihat kemesraan Miley dengan Travis. Travis sama seperti Rio dan Disty sangat cemburu. Harry. Kenapa Harry tidak mau berkorban untuknya? Kenapa Harry selalu jahat padanya dan perminta maafannya hanyalah sebuah kebohongan untuk meluluhkan hatinya? Kenapa?

             You got holes in your jeans and few in your heart

            You don’t know what it means to me to watch you fall apart
           
Cause you’re broken and bruised but I can hold you through

            I’ll take you in my arms tonight just me and you..

            Suara Rio memang sedikit berubah tapi lebih bagus dibanding dulu. Air matanya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Jujur. Disty sangat merindukan Rio dan merindukan semua hal-hal yang telah ia lakukan bersama Rio. Termasuk bernyanyi bersama Rio dengan mesra.

            Baby in a heart beat I’ll take you with me

            I just wanna get you to know me you’re throwing me off beat

            So I can’t breathe I just wanna get to show you

            If we’re falling apart I will fight for your heart

            I can be your shield I’ll fight on the field

            Baby when life gets colder I’ll be your soldier…

            Lagu terbaik yang pernah ada meski baru pertama kali Disty mendengarkannya. Gadis itu pun berlari menjauhi ruang musik lalu tiba-tiba bertabrakan dengan seorang cowok yang tidak lain adalah Luke. Langsung saja Disty menghambur ke pelukan Luke dan Luke memeluk Disty dengan erat. Luke memang tidak tau apa masalah Disty sehingga membuat gadis itu menangis. Tapi ingin sekali Luke mengobati kesedihan gadis itu dengan cara apapun.

            “Luk, aku rindu Rio. Aku rindu melihatnya bermain gitar. Aku rindu mendengar suaranya. Aku rindu semua yang pernah kami lakukan bersama. Tapi.. Tapi aku tidak bisa karena Harry. Aku..” Ucap Disty tersengal-sengal.

            Sebisa mungkin Luke menenangkan Disty. “Tenang-lah, Dis. Semuanya akan baik-baik saja. Ada aku disini.” Ucapnya.

            Kali ini Disty tidak bisa berbuat apapun karena Disty tidak bisa menebak perasaannya yang sebenarnya. Tapi pelukan hangat Luke mampu membuat hatinya tenang dan Disty tidak mau melepaskan diri dari pelukan itu. Tidak mau.

***

            ‘Aku sedang dibayang-bayangi oleh masa laluku, dan aku tidak tau harus melakukan apa.’

            Disty duduk bersila di luar pagar sekolah dan rasanya malas untuk pulang ke rumah. Sekolah sudah agak sepi. Ada beberapa murid yang menunggu jemputannya dan ada yang makan di warung yang tidak jauh dari sekolah.

            Oh ayolah Dis! Lupakan semuanya, lupakan! Lupakan kejadian tadi dan kau tidak boleh menyimpan sedikit saja perasaan untuk Rio. Rio adalah masa lalumu dan akan tetap menjadi masa lalumu. Harry. Entahlah. Cowok itu seakan-akan telah melupakannya dan tidak menyadari bahwa Disty adalah miliknya.

            “Dis..”

            Suara itu.. Disty menoleh ke samping kanan dan melihat Harry yang wajahnya sedikit pucat dan ada beberapa bekas luka di wajahnya. Harry memilih duduk di sampingnya dan Disty malas bicara dengan Harry. Bisa ia tebak. Pasti Harry akan meminta maaf padanya.

            “Maafkan aku. Aku tau aku salah. Kamu mau kan maafkan aku?” Ucap Harry sambil menggenggam tangan kanan Disty.

            Langsung saja Disty melepaskan genggaman tangan itu dan menatap Harry dengan linangan air mata di matanya. “Aku bosan mendengar perminta maafanmu. Percuma meminta maaf kalau kau masih melakukan hal-hal buruk yang dapat menyakitiku. Percuma Harr, percuma.” Ucapnya.

            “Kau harus mengerti perasaanku, Dis. Kasihlah aku kebebasan untuk mempelampiaskan amarah dan kekesalanku. Aku hampir gila Dis, hampir gila!” Ucap Harry.

            “Kenapa sih kau tidak mau berkorban untukku? Kalau kau mencintaiku, kau pasti mau melakukan apapun untukku.” Ucap Disty.

            Harry menarik nafas dalam-dalam. Tapi entah kenapa rasanya begitu susah untuk bernafas. “Kau terlalu baik untukku. Aku tidak bisa berkorban untukmu karena aku adalah seorang anak yang bodoh. Sangat bodoh. Aku tak memiliki apa-apa lagi selain dirimu. Aku minfa maaf Dis.” Ucapnya.

            “Tapi kenapa kau tidak mau menjadi anak yang baik? Kenapa kau tidak mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan burukmu? Dan cewek itu. Cewek yang cantik yang sudah membuatmu lupa padaku.” Ucap Disty.

            Harry terdiam sesaat. “Aku tidak tau Dis. Aku ingin sekali menjadi anak yang baik tapi aku tidak bisa menahan emosiku. Aku ingin saja terus melakukan hal-hal buruk yang kau bencikan dan aku senang melakukannya. Masalah tentang cewek itu, cewek itu yang terus memengaruhiku jadi aku tidak bisa menahan…”

            “Cukup! Aku tidak mau melihatmu lagi kecuali kalau kau mau berubah secara benar-benar dan mau berkorban untukku.” Ucap Disty lalu berdiri dan meninggalkan Harry.

            “Disty!” Teriak Harry. Tapi apa iya Disty mau mendengarkannya?

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar