expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 25 )



Part 25

.

            Mario Haling sangat tidak menyangka bahwa hubungan Disty dengan Harry semakin hari semakin baik. Meski sudah berkali-kali ia menyindir Harry dan membuat kata-kata yang dapat menyakiti Disty, Disty cuek saja dan menganggap status-statusnya itu hanyalah sesuatu yang tidak penting. Rio dapat menyimpulkan bahwa Disty memang benar-benar mencintai Harry. Terbukti dari pengorbanan Disty menjual gitar kesayangannya hanya demi Harry, padahal bagi Disty gitar itulah sesuatu yang paling penting dalam hidupnya dan Disty tidak bisa hidup tanpa benda kesayangannya itu.

            Mantera apa yang Harry beri pada Disty sehingga gadis itu dapat berubah seperti itu? Lama-lama Rio jadi curiga dengan Harry. Rio yakin sekali Harry tidak benar-benar mencintai Disty. Harry hanya memanfaatkan Disty dan jika waktunya sudah tepat, Harry akan memutus hubungan itu sehingga Disty menjadi sedih dan menangis, dan Rio tidak mau hal itu terjadi.

            Rio hanya ingin Disty. Hanya menginginkan Disty, bukan gadis lain. Disty-lah satu-satunya gadis yang ada di hatinya dan Rio tidak bisa mencari gadis lain. Hanya Disty. Tapi Tuhan tidak mau mengerti perasaannya. Tuhan ingin hidupnya menderita dan ia tidak sedikitpun bisa merasakan kebahagiaan.

            Kapan ia memberitahu rahasia itu ke Disty? Kapan? Kalaupun ia sudah menceritakan ke Disty, gadis itu tidak akan sedih. Gadis itu malah bahagia karena sudah tidak lagi mencintainya dan menginginkannya. Sedangkan ia? Kalau begini caranya, apa gunanya hidup? Apa gunanya hidup jika tidak pernah merasakan kebahagiaan?

            Oke. Rio akui bahwa dirinya seperti tidak pernah mensyukuri apapun. Ia tidak pernah bersyukur memilik wajah yang tampan dan segudang talenta, rumah yang besar dan kedua orangtua yang sangat menyayanginya. Rio tidak pernah menyadari semua itu. Sebenarnya hidupnya lebih dari kata cukup. Tapi Rio hanya menginginkan Disty di sampingnya. Tidak peduli dengan rumah, kekayaan, wajah ataupun lainnya. Rio hanya menginginkan Disty. Itu saja.

            Tapi tunggu saja. Rio sudah bersumpah bahwa pada akhirnya Disty akan menyesal dan mau kembali padanya. Tidak tau bagaimana cara yang ia lakukan asalkan Disty tidak lagi mencintai Harry dan kembali mencintainya, meski itu adalah sebuah kesalahan yang besar.

***

            Sudah tiga bulan Disty pacaran dengan Harry. Sekarang memasuki bulan April. Disty memang sudah memulai kehidupan barunya bersama Harry dan Disty sanggup menjalaninya. Meski terkadang ia begitu rindu dengan masa lalunya dan segala hal yang berbau musik. Disty selalu menghindari segala hal yang berbau musik agar hatinya tidak menjadi sakit dan Disty sudah tidak lagi mengikuti kelas musik. Disty yang sekarang sangat berbeda dengan Disty yang dulu. Disty sekarang agak kalem dan tidak banyak bicara. Di sekolah, Disty suka menghabiskan waktu di perpustakaan sambil membaca buku apapun asalkan menarik.

            Harry. Jika hatinya merasa sedih, kesepian ataupun gelisah, Disty selalu mengingat nama Harry dan semuanya menjadi baik-baik saja. Harry sering mengirimnya pesan dan sering menelponnya. Hampir setiap malam. Harry memang berbeda dari Rio. Walau rasanya Harry adalah cowok yang lemah, tapi bagi Disty Harry sangatlah hebat, bahkan lebih hebat dibanding Rio atau dibanding segalanya.

            Pagi yang cerah. Disty bersiap-siap untuk sekolah. Tapi karena Disty bangun lebih awal dan waktu masih banyak, Disty iseng membuka laptop-nya dan browsing internet. Hidupnya memang tidak bisa tanpa internet dan jika kuotanya habis, mau tidak mau Disty harus membeli di saat itu juga. Entah apa yang membuatnya membuka email yang sudah lama tidak dibukanya. Email yang mengingatkannya pada Lintar. Dan ketika ia membuka kotak masuk, Disty kaget setengah mati karena ada satu pesan masuk dari alamat email yang tidak dikenal dan isinya mampu membuatnya gemetaran.

            To: Disty <distyC224@yahoo.com>

            From: Star <skyfull888@yahoo.com>

            Subject: -

            Aku akan kembali padamu. Aku akan kembali padamu.

            L

***

            Karena email itu, sedari tadi Disty melamun dan sudah berkali-kali di tegur oleh guru. Tapi Disty tidak peduli. Ia begitu penasaran dengan email itu. Disty sudah membalas email itu tetapi si pemilik akun email itu tidak mau membalasnya. L. Siapa lagi kalau bukan Lintar? Tapi Disty tidak percaya jika Lintar masih mengingatnya atau masih mengharapkannya. Salahnya Lintar sendiri yang tidak mau membalas emailnya dan seakan-akan melupakannya.

            “Kau aneh deh hari ini. Ada apa?” Tanya Donna.

            Mau tidak mau Disty menceritakan kejadian tadi pagi. Donna dan Miley mendengarkan cerita Disty dengan heran sekaligus penasaran. Apa iya si pemilik akun itu Lintar? Atau orang lain? Atau seseorang yang iseng saja? Tapi kalau iseng, darimana orang itu mengetahui email Disty?

            “Aku jadi penasaran. Tapi dia tidak mau membalas emailmu?” Tanya Miley.

            “Iya. Kalau dia balas dan memberitahu namanya padaku, tentu aku tidak seperti ini. Aku akan konsen belajar dan tidak memikirkan email itu.” Jawab Disty.

            “Cuekkan saja deh. Kalaupun Lintar, dia kan sudah menjadi masa lalumu dan kau sudah tidak mencintainya lagi.” Ucap Donna.

            Ucapan Donna ada benarnya. Lintar adalah masa lalunya dan Disty tidak akan kembali ke masa lalunya. Semua itu salah Lintar. Salah Lintar. Meski ia yang meninggalkan Lintar, tapi Disty selalu memberi kabar ke Lintar sedangkan Lintar tidak mau membalas emailnya dan memberinya kabar. Itu semua salah Lintar.

            Kalau ternyata si pemilik email itu adalah Lintar, Disty janji untuk tidak kaget. Kalaupun Lintar akan memenuhi janjinya untuk menyusulnya ke Inggris, Disty mengatakan bahwa Lintar sudah terlambat. Ya. Cinta pertamanya itu sudah terlambat dan telah mengecewakannya.

***

            “Hubunganmu dengan cowok berlesung pipit itu semakin baik ya.”

            Mendengar sebuah suara yang sudah tidak asing lagi, mendadak jantung Disty berdebar-debar. Rio! Mengapa ia dan Rio bisa bertemu? Untung Disty tidak bersama Harry. Kalau bersama Harry, tentu Disty merasa tidak enak dengan Harry.

            “Aku tidak mengenalmu.” Ucap Disty.

            Rio tersenyum lalu berjalan memutari Disty sehingga membuat gadis itu bingung. “Oke. Aku menyerah. Kau tidak akan mempan dengan umpatan, ejekan, dan kata-kata yang khusus ku buat untukmu dan Harry. Ku kira kau akan marah atau lebih baik sadar bahwa cowok seperti Harry tidak cocok untukmu.” Ucapnya.

            Jaga emsosi Dis, jaga emosi. “You don’t know how special Harry is, you don’t know what he has done to my heart, you can’t say anything you want cause you don’t know about us.” Ucapnya sambil tersenyum santai.

            Entah mengapa mendadak Rio tertawa. “Aku heran deh. Apa yang membuatmu menyukai Harry dan mengatakan bahwa Harry sangat spesial? Apa karena senyumannya? Apa karena lesung pipitnya yang bodoh itu?” Ucapnya.

            “Bilang saja kau cemburu pada Harry dan ingin memiliki apa yang Harry miliki. Jujur, aku sangat kecewa padamu. Ku kira kau adalah cowok yang baik. Tapi sayangnya kau sangat jahat. Kau tega menganggu hubunganku dengan Harry.” Ucap Disty.

            “Justru kau yang jahat denganku. Kau tega mengakhiri hubungan kita yang indah hanya karena cowok bodoh itu.” Ucap Rio.

            Selalu saja kata-kata itu yang menjadi andalan Rio dan setelah Rio mengucapkan kata-kata itu, Disty tidak bisa berkomentar apapun. Salahnya memang yang sudah terlanjur tertarik dengan Harry. Salahnya memang yang berani minta putus dengan Rio. Tapi beginilah jalan hidupnya. Jika ia tetap mempertahankan hubungannya dengan Rio, maka hatinya akan semakin sakit.

            Whatever you wanna say about me. Kalau itu salahku, aku hanya bisa minta maaf dan kau harus memaafkanku. Kalau kau cowok yang baik, seharusnya kau mau menerima apapun keputusanku dan jangan jadi cowok yang egois dan tidak mau mengerti perasaan orang lain.” Ucap Disty.

            “Ohya? Aku maafkan kau.” Ucap Rio lalu menatap Disty dengan dalam. Dulu, tatapan itu sangat mematikan, tetapi sekarang itu sudah tidak berlaku lagi bagi Disty. “Dan satu lagi, cowok berlesung pipit seperti Harry adalah cowok yang lemah. Ingat itu.” Sambungnya lalu pergi meninggalkan Disty.

            Rio memang sangat-sangat keterlaluan tapi Rio sampai saat ini tidak pernah menyakiti Harry. Rio hanya berani mencurahkan emosi, kekesalan dan kemarahannya melewati tulisan. Ya. Di jejaring sosial tepatnya.

***

To: Disty <distyC224@yahoo.com>
           
From: Star <skyfull888@yahoo.com>

            Subject: -

            Tunggu aku. Sebentar lagi aku akan datang padamu.

            L

            Lagi-lagi kotak masuk dari si L yang Disty yakini adalah Lintar. Lagipula menggunakan bahasa Indonesia jadi Disty sudah dapat menyimpulkan bahwa si pemilik email adalah Lintar. Tapi kenapa Lintar ingin datang menemuinya? Lupakan saja janji yang tidak berguna itu. Disty sudah ada Harry sekarang dan tidak mengharapkan Lintar lagi. Tapi bagaimana kalau Lintar nekat datang ke Inggris hanya untuk menemuinya? Lintar kan tidak tau alamat rumahnya.

            Berkali-kali Disty membalas bahwa dirinya sudah tidak mengharapkan Lintar karena sudah ada Harry dan melarang Lintar menemuinya. Tapi Lintar cuek saja dan itu membuat Disty bingung. Sekarang Disty jadi di landa masalah. Tuhan… Kenapa banyak sekali cobaan-cobaannya? Apa sebenarnya salahnya?

            Tiba-tiba seseorang memegang pundaknya. Siapa lagi kalau bukan Michael. “Aku tau apa yang sedang kau rasakan. Jangan salahkan diri sendiri. Berpikir menggunakan logika saja. Mana mungkin Lintar bisa datang ke Inggris dalam waktu yang sedekat ini? Kalaupun iya, tentu dia tidak datang sendirian. Kalau Lintar memaksamu untuk menemuinya, sebaiknya kau temui dia saja dan bilang ke Lintar kalau kau sudah tidak mencintainya lagi.” Ucapnya.

            “Tapi kalau Lintar memaksaku untuk kembali padanya bagaimana? Bagaimana kalau Lintar masih mencintaiku? Aku tidak ingin menyakiti lebih banyak orang. Cukup Rio saja yang aku sakiti.” Ucap Disty.

            Sebenarnya Michael tidak pernah menyangka bahwa kisah adiknya akan itu serumit ini. Kenapa Lintar tidak mengikhlaskan Disty saja? Masih banyak sekali gadis-gadis di luar sana yang lebih baik dari Disty. Dan Rio. Kenapa cowok itu tidak ikhlas juga melihat Disty bahagia bersama Harry dan memilih menganggu hubungan Disty dengan Harry?

            “Sekali lagi itu bukan salahmu. Tidak peduli hati siapa yang kau sakiti. Kau sudah mengatakan yang sejujur-jujurnya mengenai perasaanmu dan aku yakin Lintar akan mengerti. Berdo’a saja semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Michael.

            “Ya. I hope everything will be alright.” Ucap Disty.
***

            Mencoba untuk baik-baik saja sangatlah sulit. Memasang senyum palsu sangatlah sulit. Tentu begitu mudah bagi seseorang menebak topeng kebohongan kita. Disty berjalan menuju kelasnya dengan keadaan yang lesu. Sebenarnya hari ini ia kurang sehat tapi Disty memaksakan diri untuk sekolah.

            “Hai Dis apa kabar? Lama tidak berjumpa. Aku jarang ke rumahmu belakang-belakangan ini.” Ucap Luke yang tidak sengaja berpapasan dengan Disty.

            Tapi Disty tidak mempedulikan Luke dan terus saja berjalan. Sesampai di kelas, Disty mendapati Miley yang kelitahannya sedang bahagia. Dari wajahnya saja sudah bisa ditebak kalau Miley seperti sedang mendapat rezeki nomplok. Donna pun kelihatan bahagia juga. Karena itulah sebisa mungkin Disty memasang wajah cerianya dan tidak ingin terlihat sedih di hadapan teman-temannya.

            “Ada apa ini kok kebahagiaan kalian tidak dibagi-bagi?” Tanya Disty.

            Menyadari kehadiran Disty, Miley langsung memegang pundak Disty dan Disty menatap Miley dengan heran. “Kau tau? Semalaman aku di ajak jalan-jalan sama si Travis. Ah dia manis sekali. Dan akhirnya aku telah menemukan pangeran yang selama ini aku cari.” Ucap Miley.

            Siapa sih yang tidak kenal dengan Travis? Cowok manis berambut pirang yang tergabung dalam band baru bernama Clouds. Dan tampang Travis tidak jauh berbeda dari Rio. Yang membedakan hanyalah rambut Travis yang pirang sedangkan Rio hitam. Travis juga jago bermain gitar dan alat musik lainnya. Band-nya sering tampil di acara sekolah setelah Boys 124 bubar dan penampilan mereka sangatlah luar biasa walau tidak sesempurna Boys 124.


            “Dan kau tau? Travis membawakanku lagu romantis dan dia bermain gitar di hadapanku. Rasanya itu seperti…. Ah susah sekali dijelaskan yang penting aku bahagia sekali. Dan ku lihat Travis tertartik padaku.” Ucap Miley.

            Disty terdiam mendengar cerita Miley. Seharusnya ia ikut bahagia. Tapi cerita Miley mengingatkannya pada masa lalunya. Miley adalah dirinya dan Travis adalah Rio. Masa-masa yang indah.

            “Sudah ku bilang, cowok yang jago main gitar itu yang paling perfect deh dan yang paling romantis. Akhirnya impianku terwujud juga ya.” Ucap Miley.

            Apa Miley tidak sadar mengucapkan kalimat itu? Disty masih diam dan entah mengapa hatinya merasa sakit. Sakit sekali. Entah kenapa. Tapi Disty langsung teringat dengan Harry. Jika saja Harry… Ah sudahlah. Disty mencoba menerima seseorang apa adanya seperti yang pernah dikatakan Luke padanya.

            “Kau benar. Tapi itu dulu. Bagiku, cowok seperti itu sudah tidak berharga lagi bagiku.” Ucap Disty.

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar