Part 15
.
“Jadi, Luke adalah saudara kembar
Tristan yang sudah meninggal akibat kebakaran rumah?” Tanya Novela.
Novela memutuskan mengajak Ashley
ngobrol di café dan mentraktir Ashley. Tentu saja Ashley merasa senang karena
ini baru yang pertama kalinya diajak makan oleh orang kaya dan di tempat yang
baginya mahal. Dan Ashley bisa meminum vanilla
oreo yang terasa enak dan manis. Cowok yang tadi bersama Novela tidak
bergabung dengan mereka, melainkan duduk di meja yang lain tetapi tidak jauh
dari mereka. Dan sepertinya cowok itu tengah mengawasi Novela.
“Iya kak. Ohya, siapa laki-laki
itu?” Tanya Ashley sambil menunjuk ke arah cowok yang dimaksudnya.
“Bukan orang penting. Kalau begitu,
Luke yang akan kita tonton nanti adalah saudara kembar Tristan?” Tanya Novela.
Ashley menghela nafas panjang.
“Ashley juga tidak tau. Ashley kan sudah bilang kak Luke sudah mati. Tidak
mungkin kak Luke bangkit lagi.” Ucapnya.
“Tapi mereka mirip sekali. Mungkin
kak Luke-mu belum mati.” Ucap Novela.
Ashley bergidik ngeri mendengar
ucapan Novela. Luke belum mati. Kalau Luke belum mati, tentu petugas kebakaran
pasti menemukan Luke. Tapi Luke seakan-akan menghilang di telan bumi. Apa
sewaktu kejadian itu Luke sedang tidak ada di rumah? Atau… Luke sedang di
culik? Tapi jika si Luke Flemmings tau darimana asalnya, tentu sudah sejak dulu
Luke datang menemuinya dan semuanya menjadi beres. Apa jangan-jangan Luke tidak
sudi mempunyai keluarga miskin sepertinya?
“Ashley juga bingung kak. Kak
Tristan juga bingung. Ashley ingin bicara sama Luke tapi bagaimana caranya?
Jika saja Luke tidak terkenal, akan gampang bicara dengan Luke.” Ucap Ashley.
“Jika Luke tidak terkenal, tentunya
akan lebih susah karena kau tidak akan mengenali Luke, aku pun juga. Aku kenal
Luke lewat lagunya yang berjudul Amnesia.” Ucap Novela.
“Terus bagaimana?” Tanya Ashley.
***
Tonight
is the night!
Area konser tampak ramai dan penuh dengan teriakan-teriakan yang
kebanyakan teriakan para gadis. Konser dimulai jam setengah tujuh. Ada band
pembuka konser Luke. Tapi mereka benar-benar tidak sabaran menunggu Luke tampil
di panggung bersama gitar birunya yang keren.
Di luar area konser yang banyak di
jaga oleh para penjaga, Tristan menatap area konser yang megah itu seperti area
pertandingan sepak bola, tapi tertutup. Andaikan ia mempunyai tiket, ia pasti
bisa masuk ke dalam dan melihat Luke. Sedaritadi kerjaan Tristan adalah
bersembunyi dan keberadaannya tidak ingin diketahui oleh orang. Makan pun ia
memilih di pinggiran jalan yang sepi.
Tristan sempat melihat teriakan dan
rasa semangat yang berlebihan terhadap fans-fans Luke. Luke benar-benar
seseorang yang amat sempurna. Penyanyi memang begitu. Selalu dielu-elukan oleh
para fansnya. Dan tentunya Luke sangat kaya dan sukses dengan album pertamanya
yang laris terjual.
“Hai!”
Mendadak Tristan kaget dengan
sentuhan tangan seseorang. Tristan mengelus-elus dadanya dan menatap kesal
Michael. Bagaimana caranya Michael bisa menemukannya di tempat ini?
“Kau ini membuatku kaget saja.”
Kesal Tristan.
Michael tertawa. “Wah kau beda
sekali. Kau memakai kupluk. Aku punya foto Luke yang sedang memakai kupluk dan
kalian memang mirip.” Ucapnya.
Tristan tidak mempedulikan ucapan
Michael. “Ada apa kau kemari?” Tanyanya.
“Aku juga ingin menonton konser Luke
walau dari jarak sejauh ini.” Jawab Michael.
Tristan mengalihkan pandangan ke
depan, tepat di area konser yang tertutup itu. Sekarang sudah jam delapan dan
sebentar lagi Luke akan tampil di panggung. Seandainya ia ada di dalam dan
berdiri di barisan paling depan.. Seandainya….
“Tapi kau tenang saja. Luke sudah
mem follow back twitter-ku dan kami
sudah saling dm-dm-an.” Ucap Michael.
“I
don’t understand.” Ucap Tristan dan di balas tawa oleh Michael.
***
“Ready?”
Tanya Tami.
Band pembuka yang disebut Three
Summers telah selesai tampil di panggung dan mendapat sambutan baik oleh para
penonton. Setelah inilah Luke akan masuk ke panggung dan mulai menciptakan
teriakan yang lebih dahsyat lagi. Sudah jam setengah sembilan dan entah mengapa
Luke merasa deg-degkan. Rasanya aneh dan Luke tidak yakin bisa melakukannya
dengan baik.
“Ada apa? Kau tidak seperti
biasanya?” Tanya Tami khawatir.
Luke menarik nafas dalam-dalam lalu
tersenyum. “Aku baik-baik saja. Wish me
luck.” Ucapnya.
***
Area konser yang tadinya gelap kini
berubah menjadi terang. Lampu-lampu mulai menyala dan musik mulai terdengar.
Ashley. Gadis itu berdiri di barisan paling depan bersama Novela dan cowok yang
ternyata bernama Albert. Ashley memerhatikan Novela yang tampaknya biasa-biasa
saja. Beda dengan penonton lainnya yang berteriak seperti orang gila.
Sebenarnya Ashley sudah merasa lelah
dan takut akan Liza dan Tristan. Pasti mereka sedang khawatir padanya dan takut
jika ia hilang. Tapi anehnya Tristan sama sekali tidak menelponnya atau
mengirimya pesan. Kalau Ibunya sih tidak punya handphone.
Kemudian, sosok itu muncul dan
teriakan semakin terdengar jelas. Luke muncul dengan style-nya yang memukau banyak orang. Cowok itu membawa gitar
birunya dan memainkannya dengan sangat mudah. Luke memang sudah biasa
melakukannya bahkan berjam-jam Luke sanggup meski terkadang jarinya terasa
sakit akibat terlalu sering dan terlalu bersemangat memetik senar gitar itu.
Itu Luke! Itu Luke! Teriak Ashley
dalam hati. Tuhan…. Ashley ingin pingsan. Ternyata Luke terlihat lebih cakep
ketimbang di foto dan Ashley begitu terpesona dengan Luke dan gaya Luke yang
benar-benar sempurna. Sampai-sampai Ashley lupa tentang tujuannya kemari selain
ingin bertemu Luke, Ashley ingin membandingkan antara Tristan dengan Luke.
Ashley benar-benar lupa.
Sementara itu Novela masih tenang.
Menurutnya, wajah Luke dengan Tristan tidak mirip atau karena ia sedang
bingung? Tetapi Novela sempat melihat lesung pipit di kanan Luke yang sering
muncul tatkala Luke menyanyi, dan suara Luke… Mirip dengan suara Tristan!
“How
did we end up talking in the first place?
You said you liked my Cobain shirt
Now we’re walking back to your place
You’re telling me how you love that
song
About living on a prayer
I’m pretty sure that we’re halfway
there
And when I wake up next to you I
wonder how
How did we end up here?”
Bahkan saking teriakan penonton terlalu keras, mereka sampai tidak bisa
mendengar suara Luke. Intinya, penampilan Luke malam itu terlihat begitu
sempurna. Biasanya Luke menyanyikan lima belas lagu. Di awali dengan lagu End
Up Here dan diakhiri dengan lagu She Looks So Perfect.
“Aku heran deh kok ada cowok seperti Luke, atau hanya aku saja yang
terlalu kampungan sehingga jarang menemukan cowok-cowok seperti Luke?” Tanya
Ashley pada dirinya sendiri.
Tapi malam itu benar-benar malam terbaiknya dan untuk sementara waktu
Ashley melupakan Liza dan Tristan.
***
Kembali dengan dua pemuda yang
terlihat kasihan dan duduk pasrah. Kerjaan Michael hanya menggaruk-garuk
rambutnya yang tidak gatal. Sementara itu Tristan berusaha mencari cara agar
bisa bertemu Luke. Tapi bagaimana caranya?
“Mike, bagaimana cara agar kita bisa
bertemu Luke?” Tanya Tristan frustasi.
Mendengar pertanyaan Luke, Michael
memberhentikan kegiatannya kemudian duduk tepat di hadapan Luke. Satu-satunya
cara untuk bertemu Luke yaitu membuat Luke penasaran akan Tristan sampai Luke
berniat ingin bertemu Tristan. Michael harus meyakinkan dirinya bahwa besok
pasti Luke akan mengirimnya pesan.
“Kau tenang saja. Aku pastikan kita
semua bisa bertemu Luke.” Jawab Michael.
“Caranya?” Tanya Tristan.
“Tapi aku tidak yakin juga. Berdoa
saja supaya rencanaku berjalan lancar.” Jawab Michael.
***
“When
we both fall asleep underneath the same sky
To
the beat of our hearts in the same time
So
close but so far away
She
sleeps alone my heart wants to come home
I
wish I was I wish I was beside you
She
lies awake I’m trying find the words to say
I
wish I was I wish I was beside you..”
Kali ini Luke membawa gitar
akustiknya dan menyanyi dengan penuh penghayatan. Lagu yang berjudul Beside You
yang merupakan lagu favoritnya. Nadanya terdengar slow dan bisa membuat siapa
saja menangis mendengarnya. Di panggung sana Luke seperti sedang berusaha menahan
air matanya agar tidak turun.
Lagu ketiga belas yang membuat
Ashley menitikkan air mata. Begitu pula dengan Novela. Lagu yang benar-benar
membuat dadanya sesak. Karena lagu itu, Ashley teringat dengan Luke, kakaknya
yang sudah meninggalkannya. Ashley merasa lagu itu seperti memiliki makna
tersendiri dan lagu itu berbeda dengan lagu lainnya.
Tidak terasa Luke memasuki lagu
terakhir yang berjudul She Looks So Perfect. Ashley tidak terlalu hafal nada
dan liriknya. Tapi menurutnya lagu itu bagus karena semua lagu di album L U K E
tidak ada yang tidak bagus.
Di panggung sana, tampak Luke yang
sedang mengelap keringatnya. Rasanya lelah memang namun Luke merasa senang dan
ini adalah lagu terakhirnya. Setelah itu, Luke akan off untuk beberapa bulan
lamanya dan mencari siapa keluarganya. Luke masih ingat dengan Michael yang
mempunyai teman bernama Tristan.
“Sydney, thankyou for tonight! This is the last song for you. This is She Looks
So Perfect!” Ucap Luke.
Semua penonton pada berteriak
seperti biasa. Ada juga yang terlihat sedih karena merasa belum puas melihat
sang idola. Tentu Luke bisa memahami perasaan fans-nya. Musik pun mulai
terdengar dan sebagian besar penonton bergerak mengikuti nada musik itu.
“Wah aku tidak menyangka akan
berakhir secepat ini.” Ucap Novela.
“Aku juga. Eh, aku lupa. Aku
bingung. Aku sudah melihat Luke secara langsung tapi aku tidak bisa menyamakan
antara Luke dengan kak Tristan.” Ucap Ashley.
“Sama. Kau tenang saja. Setelah ini
kita akan bertemu Luke.” Ucap Novela penuh dengan misterius.
Akhirnya konser berakhir tepat jam
sepuluh dan sebagian besar penonton menangis. Bisakah waktu di ulang? Bisakah
Luke kembali muncul di panggung dan mulai menyanyikan lagu End Up Here? Sebelum
meninggalkan panggung, Luke menampilkan senyuman terbaiknya dan semua penonton
pada berteriak. Bagi mereka, senyum Luke adalah hal terbaik dan sangat mahal.
“Eh tadi kak Vela bilang kita akan
bertemu Luke?” Tanya Ashley.
***
Tampaknya konser sudah berakhir.
Tristan merasa sia-sia menunggu di tempat ini. Percuma menunggu jika hasilnya
seperti ini. Tetapi Michael berjanji untuk berusaha bertemu dengan Luke. Tetapi
Tristan kurang yakin dengan janji Michael.
“Sudah malam. Sudah jam sepuluh.”
Ucap Tristan.
“Bagiku jam sepuluh masih sore. Ke
rumah ku aja yuk. Aku akan memberikanmu gitar lamaku.” Ucap Michael.
Entah mengapa Tristan menjadi tidak
tertarik dengan gitar. Tapi Tristan tidak ingin mengecewakan Michael. Michael
sudah sangat baik padanya, juga Calum dan Ashton. Siapa tau kan lama-kelamaan
Tristan tertarik dengan gitar dan akan mempelajarinya. Mungkin Ashley juga
ingin bisa bermain gitar.
“Ya sudah.” Ucap Tristan.
***
Setelah mengganti pakaiannya dan
beristirahat sebentar, Tami datang menemuinya dan rasanya begitu penting. Apa
setelah ini akan ada talk show atau
wawancara? Sebenarnya Luke ingin mengirim pesan ke Michael dan malam ini Luke
benar-benar lelah.
“Ada apa?” Tanya Luke dengan suara
malas.
“Kau tetap tampan saja meski lelah
dan cemberut.” Goda Tami.
Luke menatap Tami dengan tajam. “Aku
sedang tidak ingin diajak bercanda!” Ucapnya setengah membentak. Kemudian Luke
memijit kepalanya yang terasa sakit.
“Sudah aku sarankan. Sebaiknya kau
membentuk band saja jadi kau tidak merasa sendiri. Ayolah. Sony sudah memaksaku
supaya aku bisa membujukmu.” Ucap Tami.
“Jadi itu hal penting yang ingin kau
sampaikan padaku?” Tanya Luke
“Eh, bukan-bukan. Aku hanya ingin
mengajakmu bertemu dengan salah satu gadis yang adalah putri dari Mrs. Mia yang
pernah aku ceritakan itu. Pemilik Music Everyday sekaligus dosen kesenian di
university of Sydney.” Jawab Tami.
Luke melipatkan tangan di dadanya.
“Untuk apa aku bertemu dengannya? Apa kau bermaksud untuk menjodohkanku
dengannya?” Tanyanya.
Tami tertawa mendengar ucapan Luke.
“Ikut saja yuk!” Ucapnya lalu menarik lengan Luke dan memaksa Luke untuk
keluar.
***
Ashley benar-benar tidak percaya
bisa melihat Luke dengan jarak sedekat ini. Di sampingnya ada Novela yang
sedaritadi menampakkan senyum manisnya. Novela mampu menguasai dirinya sendiri
sementara Ashley tidak bisa. Hari ini berjalan bagaikan sebuah mimpi indah.
“Hai Luke!” Sapa Novela mencoba
untuk ramah.
Malam itu Novela tetap terlihat
cantik meski sudah berjam-jam menonton konser Luke. Beda halnya dengan Ashley
yang sudah sangat kacau dengan rambut yang acak-acakan. Diam-diam Ashley merasa
malu berhadapan dengan Luke dengan kondisi buruk seperti ini. Penampilan Luke
tidak kalah dengan Novela. Cowok itu mengenakan topi kupluk berwarna abu-abu
dan terlihat begitu sempurna.
Luke menatap Novela yang dimaksud
oleh Tami. Benar-benar gadis yang sangat cantik dan ramah. Entah mengapa
rasanya ia ingin terus menatap Novela dan tidak ingin mengalihkan pandangan ke
arah lain. Novela… Mengapa Luke seakan-akan ingin menetahui lebih dekat dengan
gadis itu?
Sementara itu Novela memerhatikan
Luke dari atas sampai bawah. Baru Novela sadar bahwa Luke memang banyak
memiliki kemiripan dengan Tristan. Rasa penasarannya pun terjawab. Tetapi
timbul pertanyaan lain. Mengapa mereka bisa mirip?
“Nah Luke, ini Novela, gadis yang
aku ceritakan. Nah Vela mau tidak fotoan dengan Luke?” Tanya Tami sambil
merangkul Luke.
Novela mengangguk sementara Luke
tersenyum. Ashley masih tetap kaku dan rasanya ingin pingsan. Apalagi melihat
senyuman Luke yang benar-benar membuatnya meleleh. Akhirnya ketiganya berfotoan
dan Tami yang memotretnya. Luke berada di tengah sambil merangkul Novela dan
Ashley. Ashley, gadis itu sangat beruntung. Padahal baru saja Ashley mengenali
Luke. Jika ada yang tau foto itu, mungkin fans Luke menganggap Ashley adalah
seorang carrot atau fans abal-abalan.
“Hasil yang sempurna.” Ucap Tami.
Dan lagi. Luke kembali menatap
Novela yang juga sedang menatapnya. Pandangan keduanya bertemu. Cepat-cepat
Luke mengalihkan pandangan ke arah lain. Novela… Ada apa dengan dirinya? Apa…
Apa ia tertarik dengan Novela?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar