expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 36 )



Part 36

.

            Lintar.. Rio.. Harry… L… R.. H…

            Berkali-kali Disty mencoret tiga nama itu di buku tulisnya tapi sepertinya tidak membuahkan hasil apapun. Yang Disty temukan hanyalah inisial dari masing-masing nama mereka. Yaitu L, R, dan H. Disty yang sudah siap dan berani membuat lagu lagi, diam-diam ingin membuat lagu yang ia khususkan untuk mereka. L. R. H.

            “Sudah ku bilang. Kau harus membuat lagu. Suasana hatimu sedang baik saat ini.”

            Luke datang dan memberikannya minuman kotak berwarna orange dan sebungkus kebab. Sudah dua minggu ini Disty sendirian dan ditinggal pergi oleh Lintar, Rio dan Harry. Tapi Disty merasa baik-baik saja karena Disty merasa tidak sendiri. Masih banyak yang menemaninya. Salah satunya adalah Luke. Luke sangat pengertian padanya dan suka membuatnya tertawa. Luke memang menyenangkan walau awal pertemuannya dengan Luke sangat menyebalkan. Terutama poni Luke yang terlihat aneh dan kuno itu. Tetapi Luke sekarang sangat berbeda dari Luke yang dulu.

            Jujur saja. Menurut Disty Luke lebih tampan dibanding Lintar, Rio, atau Harry dan lebih manis di banding Harry. Luke mempunyai lesung pipit yang indah di pipi kanannya dan Disty sangat menyukainya. Luke. Kenapa selama ini ia tidak sadar bahwa sebenarnya cowok yang benar-benar ada untuknya adalah Luke?

            “Aku dipaksa Miley dan Donna untuk tampil di acara akhir tahun. Sekarang pertengahan November. Sebentar lagi Desember.” Ucap Disty.

            “Ide yang bagus. Kau harus tampil mengisi acara itu biar semua orang tau kalau kau adalah gadis hebat yang sangat berbakat di bidang musik. Kau tau, pertama aku melihatmu bermain gitar di teras, saat itulah aku ingin mengenalmu dan ingin menjadi teman baikmu.” Ucap Luke.

            Disty tertawa. “Bilang saja kau naksir padaku. Jujur saja deh dengan perasaanmu.” Ucapnya bercanda. “Tapi aku tidak berani tampil di panggung. Aku tidak memiliki keberanian untuk tampil di panggung dan dilihat banyak orang.” Sambungnya.

            “Semua orang pasti merasa nervous saat tampil di panggung. Rasa takut itu wajar asalkan kau bisa menguasai dirimu sendiri. Tampil di panggung itu sangat menyenangkan apalagi bisa membuat penonton bersorak gembira.” Ucap Luke.

            “Bagaimana kau tau kalau itu menyenangkan? Kau pernah tampil di panggung sebelumnya?” Tanya Disty.

            Luke tidak menjawab pertanyaan Disty. Cowok itu malah mengganti topik sebelumnya. “Intinya kau harus tampil di depan panggung. Kali ini aku yang meminta dengan sangat padamu. Kau harus membuktikan padaku kalau kau bisa.” Ucapnya.

            “Tapi bukannya kau tidak suka dengan acara seperti itu? Kenapa kau memaksaku untuk tampil di panggung?” Tanya Disty.

            Luke tersenyum dan Disty bisa melihat lesung pipit Luke yang bulat. “Aku janji akan menonton acara itu sampai habis. Aku janji akan menonton di barisan paling depan.” Ucapnya.

            Sesaat, Disty berpikir. Bukan. Bukan karena Luke, Miley atau Donna. Tapi dari keinginannya sendiri, bukan karena orang lain. Disty sudah siap membuat lagu yang ia khususkan untuk tiga cowok yang sangat dicintainya dan semua orang harus tau lagu itu. Tidak ada salahnya untuk tampil di depan walau hanya sebentar. Anggap saja tidak ada penonton di hadapannya.

            “Aku harap kau tidak akan mengecewakanku, Luke Robert Hemmings.” Ucap Disty sambil tersenyum.

***

            “Kau serius akan tampil?” Tanya Miley dengan mata yang berbinar-binar.

            Di sekolah, Disty mengatakan bahwa ia siap tampil di atas panggung dan menyanyikan lagu ciptaannya sendiri. Ini atas dasar keinginannya sendiri, bukan karena permintaan orang lain. Disty sudah menceritakannya pada Michael dan Michael mendukungnya.

            “Iya. Aku sudah menulis sebagian lirik lagu.” Ucap Disty.

            “Wah, kau sangat berbakat Dis. Aku penasaran dengan lagumu nanti. Pastinya bagus dan bisa bikin mata bengkak.” Ucap Donna.

            “Btw, kau sudah tau siapa selama ini yang menyimpan gitarmu?” Tanya Miley.

            Sebuah pertanyaan yang tidak aka nada jawabannya. Disty hampir melupakan masalah itu karena rasanya tidak penting mencari seseorang yang tidak ada. Tapi Disty yakin sekali orang itu adalah orang yang baik dan sangat pengertian padanya.

            “Aku tidak tau. Aku sudah tidak lagi memikirkan itu.” Jawab Disty.

            Donna pun merangkul Disty. “Inilah Disty kita yang sebenarnya. Disty yang ceria dan suka tersenyum. Kau sangat hebat Dis! Kau bisa melewati semua ini! Kebahagiaan sudah ada di depan mata. Kau akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.” Ucapnya.

            Disty tersenyum lalu membalas rangkulan Donna dengan cara merangkul balik gadis itu. “Kau benar. Dulu aku merasa hidupku selalu di penuhi kesedihan dan aku ditinggal oleh tiga cowok yang sangat aku sayangi. Aku merasa sangat bodoh dan ingin Tuhan mencabut nyawaku. Tapi aku sadar. Inilah hidup yang sebenarnya. Aku ingat kalimat yang diucapkan Luke, hidup tidaklah seru jika tidak ada kesedihan, tantangan atau cobaan. Seperti dalam sebuah cerita novel. Tidak akan seru cerita di dalam novel jika tidak ada konfliknya. Dan tentunya di setiap konflik pasti ada klimaks-nya” Ucapnya.

            “Setuju! Aku setuju padamu! Kalimat yang indah. Aku heran dengan Luke. Cowok itu memang menawan dan manis, dia sangat menyayangimu. Jangan-jangan..” Ucap Miley dan memberi jeda ucapannya. “Jangan-jangan Luke yang selama ini menyimpan gitarmu.” Sambungnya.

            Disty tertawa mendengar ucapan Miley. “Tidak mungkin. Tidak mungkin Luke yang menyimpannya. Luke tidak mengerti apa-apa soal gitar ataupun musik.” Ucapnya.

            “Yeee siapa tau kan..” Ucap Miley.

            “Siapa tau apa?” Tanya Disty.

            “Eh, tidak ada kok hehe. Ingat ya Dis janji tampil di panggung dan tidak boleh tidak tampil. Awas ya.” Ucap Miley sambil tersenyum.

***

            Inikah kebahagiaannya yang sebenarnya? Tetapi Disty masih merasa sepi. Jujur, dia tidak membutuhkan pacar. Disty tidak mau pacaran lagi karena Disty tidak mau hal itu terulang lagi. Baginya, persahabatan jauh lebih indah dibanding pacaran. Disty hanya ingin ada cowok yang menyayanginya dengan tulus dan mau berkorban untuknya. Dan menjadikannya sebagai gadis yang paling spesial di hatinya.

            Pagi ini, Disty sengaja melewati lapangan futsal karena kelas Michael pagi ini adalah olahraga. Diam-diam Disty memperhatikan beberapa anak yang bermain bola dengan riangnya. Ada Michael disana yang sedang bermain bola. Dan Luke.

            Entah mengapa belakang-belakangan ini Luke sering masuk di pikirannya dan sering ia impikan. Luke adalah sahabat terbaiknya sekaligus ia anggap sebagai seorang kakak. Luke sangat baik padanya dan selalu ada untuknya, kapanpun ia membutuhkannya. Luke selalu mengutamakan dirinya dibanding Luke sendiri dan rasanya Luke sudah banyak berkorban padanya.

            Dari jauh, Disty melihat wajah Luke yang dipenuhi keringat. Tapi tetap saja Luke terlihat tampan dan menawan. Tawa Luke, Canda Luke, senyum Luke… Disty jadi tertegun tatkala melihat tawa Luke. Luke begitu jahil dengan teman-temannya. Luke sekarang menjadi idola di sekolahnya. Luke memang tidak seperti Rio atau Travis. Tapi Luke mempunyai cara tersendiri agar bisa menjadi bintang di sekolah. Luke juga adalah murid nomor satu dengan nilai terbaik dan rasanya sedih jika Luke harus meninggalkan sekolah itu karena sebentar lagi Luke akan lulus.

            Semuanya akan merasa kehilangan Luke, sosok bintang sekolah yang dulu suka di bully karena penampilannya yang aneh dan sangat-sangat kuno. Tapi Luke tetap sabar menghadapi semua itu dan bersikap cuek. Luke mulai berubah saat naik kelas sebelas dan gadis-gadis mulai mengejarnya. Ya. Bagi Disty, penampilan adalah nomor satu. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Luke.

            Karena Luke sangat baik padanya, selalu mendengarkan curhatnya, selalu membuatnya tertawa dan tersenyum, selalu memberinya kalimat-kalimat motivasi yang bijak, selalu datang di saat yang tepat. Itulah Luke. Cowok seperti Luke sangat langka dan Disty beruntung bisa berkenalan dengan Luke. Tuhan… Jaga Luke. Jaga Luke selalu karena ia tidak ingin kehilangan Luke. Disty sudah kehilangan Lintar, Rio, Harry dan kali ini Disty tidak ingin kehilangan Luke.

            Tidak ingin.

***

            Tidak terasa besok adalah hari dimana ia akan tampil. Sekarang sudah memasuki akhir bulan Desember. Disty sudah berumur enam belas tahun. Di umur barunya ini, Disty berharap bisa menjadi dirinya yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih mengerti arti hidup ini dan berjanji untuk tidak menangis.

            Tentu saja Disty sudah mempersiapkan sebuah lagu yang susah payah ia buat. Apalagi ketika merubahnya ke dalam lagu. Disty harus bisa menyusun nada-nada yang indah dan yang sesuai dengan hatinya. Akhirnya, lagu yang berjudul Like Rain of Hearts selesai ia buat. Judulnya sedikit ia paksakan karena judul lagunya itu mengandung sebuah arti penting.

            Pertama Like. Huruf depannya adalah huruf L dan Like ia khususkan untuk Lintar, si L. Kedua Rain. Huruf depannya adalah huruf R dan Rain ia khususkan untuk Rio, si R. Terakhir Hearts. Huruf depannya adalah huruf H dan Hearts ia khususkan untuk Harry, si H. Intinya adalah tiga huruf yang sangat berarti baginya. Tiga huruf yang telah memberikannya inspirasi sehingga ia bisa menciptakan lagu itu.

            Ya. L. R. H aka Like Rain of Hearts aka Lintar, Rio, dan Harry J

***

            Suara, sorakan dan teriakan dari para penonton membuat penampilan James dan kawan-kawan menjadi sempurna. James menyempatkan diri pulang ke Inggris dan bertemu teman-teman lamanya. Sepertinya mereka masih menjadi The Vamps yang dulu, saat mereka masih duduk di bangku sekolah. Tapi penampilan mereka sangat keren dan memukau banyak penonton.

            Di depan sana, Disty memerhatikan penampilan band kakaknya dengan riang. Sudah lama ia tidak menonton seperti itu. Sebentar lagi ia akan tampil untuk acara yang terakhir. Deg-degkan memang tapi Disty bisa menguasai dirinya sendiri.

            Luke. Dimana cowok itu? Katanya Luke janji datang melihatnya dan berdiri di barisan paling depan. Tapi sampai saat ini Luke tidak kelihatan. Dimana Luke? Padahal acara ini sebentar lagi habis dan Disty-lah sebagai acara penutup. Ia akan tampil bersama gitarnya dan menyanyi di hadapan para penonton. Entah mengapa hatinya menjadi sedih. Nomor Luke tidak dapat dihubungi. Dimana Luke? Seharusnya dia sudah ada disini seperti janjinya. Bahkan Luke yang menyemangatinya agar ia berani tampil ke depan. Tapi dimana Luke? Disty tidak ingin kehilangan Luke. Tidak ingin.

            “Dis..” Ucap Michael.

            “Disty tidak akan tampil tanpa Luke.” Ucap Disty.

            Michael mencoba menenangkan Disty. “Thinking positive aja. Luke kan tidak suka acara seperti ini. Jadi wajarlah dia tidak datang.” Ucapnya.

            “Tapi Luke janji akan datang!” Ucap Disty dengan suara keras.

            “Ada apa Dis? Luke? Ayolah Dis! Kau harus tampil ada atau tidak ada Luke. Kau kan sudah bilang kau melakukan ini atas keinginan hatimu, bukan orang lain.” Ucap Miley.

            But I hope he are here..” Ucap Disty.

            Mungkin Luke tidak akan datang dan tidak akan pernah datang. Hati Disty menjadi kecewa. Kecewa dengan Luke. Mengapa Luke tega membohongi dirinya? Kalaupun Luke tidak bisa hadir, pasti Luke akan menghubunginya. Dan ini? Mungkin Disty harus tampil tanpa Luke dan Disty tidak boleh mengecewakan penonton. Ya.

            Entahlah tapi rasanya sangat aneh ketika duduk di atas panggung dan semua mata memandang ke arahnya. Jadi rasanya seperti ini. Meski jantung Disty berdebar-debar tak karuan, Disty bisa mengendalikan diri dan tidak demam panggung. Sebelumnya, Disty tersenyum menyapa para penonton. Di bawah sana, ada Miley, Donna dan Michael yang menyemangatinya.

            “Selamat sore semua! Aku hanya bisa bernyanyi, menyanyikan isi hatiku yang sebenarnya. Lagu ini aku khususkan untuk tiga cowok yang sangat aku cintai. Mereka adalah L. R. H. Ku harap kalian menyukai lagu ini.” Ucap Disty.

            Semuanya terdiam. Tiba-tiba saja suasana berubah menjadi syahdu dan sunyi. Yang ada hanyalah suara gitar lembut yang dimainkan Disty. Disty memainkan gitar itu dengan serius dan penuh dengan penghayatan.

            When the night comes I feel a little bit lonely

            When the wind throughs my hair I feel cold like the lonely mountain

            Cause you’re not here

            Cause you’re far away from here

            My heart is gone

            Like rain of hearts..”

            Sebisa mungkin Disty menahan air matanya agar tidak turun. Tetapi air mata itu turun walau hanya setetes. Tidak. Disty sedang tidak memikirkan Lintar, Rio ataupun Harry. Melainkan Luke. Dimana Luke? Luke masih saja belum datang. Seharusnya lagu itu ia nyanyikan untuk L. R. H., tetapi mengapa rasanya lagu itu ia nyanyikan untuk Luke?

            I’ll always remember the days that we had

            Baby, you’ll always in my heart

            Even you’re far away, even the spaces kill us

            No ones can’t take our hearts

            Yeah, we like rain of hearts..”

            Bagian reff lagu telah berhasil ia nyanyikan dan Luke belum juga datang. Sudahlah. Ikhlaskan semuanya. Berpikirlah positif seperti apa yang dikatakan Michael. Luke sangat tidak menyukai acara seperti ini dan tidak heran jika Luke tidak datang walau sudah berjanji padanya. Tapi bukankan Luke mau melakukan apa saja demi dirinya?

            Maybe all of this was just a bad dream      

            Maybe you should’ve been here

            But if I should ask, I wish you were here..”

            ( Lagu ini aku ciptakan sendiri dan bahasa inggris-nya-pastinya-terlihat kacau. Jadi maklumi saja J )

            Lagu telah selesai Disty nyanyikan dan semua orang bertepuk tangan padanya. Disty tersenyum sambil mengelap pipinya yang basah akibat air mata. Berakhirlah acara ini dan Disty lega sudah menyanyikan lagu itu. Disty pun turun ke panggung dan berlari menuju tempat Michael berada dan langsung memeluk kakaknya.

            “Kau hebat! Penampilanmu sangat hebat! Kau berhasil melakukannya!” Ucap Michael.

            Disty melepaskan diri dari pelukan Michael kemudian menyeka air matanya. “Ya. Terimakasih. Disty benar-benar tidak menyangka bisa melakukannya dengan baik. Tapi, Luke…” Ucapnya.

            Sepertinya acara belum selesai. Masih ada acara lain. Padahal penampilan Disty yang terakhir. Michael merasakan suatu kejanggalan. Lalu tiba-tiba si pembawa acara muncul di panggung sambil menyapa para penonton.

            Good evening everyone? Adisty, you look so great! Your song is so beautiful and I almost cry hear that. Okay. Selanjutnya, mari kita sambut penampilan solo dari salah satu murid terfavorit di sekolah ini. Seorang murid terpintar di sekolah ini. Mari kita sambut, Luke Robert Hemmings!”

            Apa? Luke? Apa ia tidak salah dengar? Bukan hanya Disty saja yang kaget. Tetapi semua penonton. Luke mau tampil di panggung? Michael tentu tidak percaya dan merasa bahwa si pembawa acara itu salah menyebut nama. Luke? Luke mau tampil?

            Semua keheranan dan kekagetan telah terjawab. Entah apakah Luke nekat atau memang atas dasar keinginannya sendiri naik ke atas panggung sambil membawa gitarnya dan duduk di tempat yang diduduki Disty tadi. Semua mata memandang ke arah Luke dengan heran dan beberapa yang berbisik-bisik. Luke? Mereka tidak bisa membohongi diri mereka sendiri bahwa penampilan Luke sore ini sangatlah sempurna dan menawan. Semua pasti akan jatuh cinta padanya walau hanya sekali lihat.

            God! Aku tidak percaya kalau itu Luke! Dis, kau apakan Luke sehingga Luke bisa menyanyi di atas panggung sana?” Tanya Michael.

            Disty tidak menjawab pertanyaan Michael karena ia sendiri juga bingung. Bingung dengan apa yang dilihatnya dan bingung dengan apa yang dirasakannya. Luke? Itu Luke? Rasanya seperti ingin pingsan saja.

            Sementara itu Luke mencoba untuk tersenyum dan tidak peduli dengan keanehan para penonton. “Actually, I don’t know why I’m suddenly here. It just happens but it’s okay if I want to sing a song. This song is my song and I made this song by my self. Hope you like it.” Ucapnya.

            Selanjutnya, hanya terdengar suara gitar yang dimainkan Luke dan Luke memainkan gitar itu dengan serius dan penuh dengan penghayatan seperti yang dilakukan Disty. Semua penonton menatap Luke dan entahlah bagaimana perasaan mereka. Sementara itu, Disty menatap tidak percaya apa yang sedang dilakukan Luke. Luke bisa bermain gitar? Sejak kapan Luke bisa bermain gitar?

            Back in high school we used to take it slow

Red lipstick on and high heel stilettos

Had a job downtown working the servo

Had me waiting in line couldn't even let go


'Cause I never wanna be that guy

Who doesn't even get a taste

No more having to chase to win that prize..”

Luke pun mulai menyanyi dan suara Luke sangat bagus. Sangat bagus. Ternyata Luke berbakat di bidang musik. Jika dibandingkan oleh Rio, tentu Luke jauh lebih hebat dari Rio dan suara Luke lebih bagus dari Rio. Mengapa selama ini Luke menyembunyikan diri dan memilih menjadi murid yang menjadi bahan ejekan teman-temannya? Luke juga jago bermain gtar dan siapapun yang melihanya pasti hatinya akan tersentuh ( Kalo gue sih teriak-teriak ga jelas :v )

You're just a little bit out of my limit

It's been four years now you haven't even seen the best of me

And in my mind now I've been over this a thousand times

And it's almost over let's start over..”

Sesekali Luke menoleh ke penonton dan terpusat pada satu arah. Yaitu Disty. Ya, Disty. Gadis yang paling spesial di hatinya. Gadis yang selalu membuatnya tersenyum. Gadis yang selalu membuatnya semangat dan pantang menyerah. Gadis yang selalu membuatnya sedih dan khawatir akan keadaannya dan Luke ingin sekali memeluk gadis itu dan ingin menjadi cowok yang paling spesial di hati Disty seperti Lintar, Rio dan Harry.

“And it's almost over let's start over..”

Luke mengakhiri lagu itu dan para penonton berseru padanya dan bertepuk tangan. Tentu saja mereka begitu kagum dengan Luke. Luke. Luke-lah bintang yang sempurna. Seseorang yang terasa tidak nyata namun terasa nyata dipikiran mereka. Khususnya seseorang yang sangat diharapkan dan diimpikan Disty namun tidak akan pernah nyata. Dan Luke menampilkan senyuman terbaiknya untuk menyempurnakan penampilannya itu.

Di bawah sana, baik Disty maupun Michael masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Terutama Michael. Jadi selama ini Luke menyembunyikan diri dan tidak pernah memberitahunya kalau ternyata Luke sangat berbakat di bidang musik. Mengapa Luke menyembunyikan semua itu?

“Iya. Aku tak akan pernah bisa menebak jalan pikiran Luke dan siapakah Luke yang sebenarnya. Aku tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini.” Ucap Michael.

“Dis, Luke keren sekali! Kau tidak menyesal kenal dengan dia. Tadi ku perhatikan Luke sering melirik ke arahmu seakan-akan lagu yang dia nyanyikan Luke khususkan untukmu. Kau harus bersyukur Dis.” Ucap Donna.

Entahlah tapi ya. Tapi Disty bisa tersenyum melihat apa yang dilihatnya. Rasa kecewanya pada Luke berubah menjadi rasa kagum dan senang. Luke. Benar apa kata Michael. Tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran Luke. Tapi Disty penasaran. Sejak kapan Luke pinter nyanyi? Apa sejak kecil Luke pinter nyanyi dan jago main gitar? Atau sejak Luke bertemu dengannya? Disty rasa sebelum Luke bertemu dengannya. Tapi kali ini Disty sudah menemukan seseorang yang paling diharapkannya dan seseorang yang sangat menyayanginya dan selalu ada untuknya kapanpun ia butuhkan. Seseorang yang tidak nyata namun ada dalam kehidupannya. Bukan Lintar, Rio atau Harry. Tetapi Luke. Ya, Luke Robert Hemmings!

“Lagi! Lagi! Lagi!”

Suara teriakan penonton membuat Luke sedikit kebingungan. Sepertinya mereka ingin ia bernyanyi lagi karena belum puas dengan penampilannya yang sebentar. Tiba-tiba Luke tersenyum. Inilah saatnya. Ya. Inilah saat-saat yang paling di tunggunya. Dan kali ini Luke akan membuat kejutan yang besar untuk para penonton. Terutama Disty.

Luke masuk ke dalam kemudian beberapa menit kemudian ia keluar diikuti oleh dua cowok yang terlihat cakep dan manis. Terutama yang berwajah Asia dan berambut hitam. Cowok berwajah Asia yang tidak lain adalah Calum! Kemudian ada Ashton. Yang membuat penonton bertambah heboh karena mereka sadar bahwa ternyata selama ini Luke mempunyai band. Dan baru kali ini Luke memperkenalkan band-nya di sekolah.

“Sejak kapan Luke punya band? Kenapa Luke tidak pernah cerita padaku?” Tanya Michael. Mengapa semakin lama rasanya semakin aneh saja?

“Ya ampun Dis! Luke semakin keren aja! Itu ada dua temannya! Itu manis sekali, siapa ya yang pegang bass? Aku naksir sama dia! Siapa namanya Dis?” Ucap Donna dengan suara yang cepat saking senangnya.

Sementara itu, Luke terus saja menampilkan senyumnya dan sepertinya ingin menjelaskan apa maksud dari semua ini. Yang membuat semua heran padanya.

“Ku harap kalian masih ingin berdiri disini karena kami akan membawa satu buah lagu. Ohya, aku akan memperkenalkan band-ku. Dia adalah Calum Hood, sahabat terbaikku yang membuatku memutuskan untuk bergabung di band mereka untuk menggantikan Riley, sahabat kami yang sudah meninggal. Kemudian ada Ahston Irwin, dia anak drummer kami yang sangat hebat.” Ucap Luke.

Semua orang berteriak dan berseru gembira dan tidak sabar melihat penampilan mereka. Sementara itu, Luke melirik ke arah Disty yang masih kebingungan dan Disty juga sedang melihatnya. Kemudian Luke melirik ke arah Michael yang wajahnya lebih bingung dibanding Disty.

“Michael? Apa kau tidak ingin menampilkan bakatmu di depan penonton? Kebetulan kami sedang kekurangan gitaris-nya.” Ucap Luke.

Mendengar hal itu, Michael benar-benar tidak percaya. Tetapi Donna dan Miley mendukungnya dan akhirnya Michael tersenyum lalu berlari menuju atas panggung. Disana Luke tersenyum padanya dan Michael membalas senyuman Luke.

“Aku sedang bermimpi.” Ucap Michael.

Musik pun mulai berbunyi dan teriakan penonton semakin keras. Mereka seperti sedang menonton piala dunia. Tapi mereka tidak bisa membohongi diri mereka sendiri bahwa Luke dkk sangat keren dan hebat. Bahkan lebih hebat dari penampilan band-band sebelumnya seperti Boys 124 dan Clouds. Semua penonton bersorak gembira sambil menyanyikan lagu yang di bawa Luke. Lagu yang terdengar tidak asing di telinga mereka.

What was I thinking? Everyone sees it

It's not a secret that I'm just a reject

Sick of the system don't wanna hear it

It's not a secret that I'm just a reject

I'm just a reject…”

“Whoaaa Lukeeeee keren banget aku benar-benar tidak bisa bernafas! Michael juga! Ya ampun Dis! Best show ever!!” Teriak Miley. Padahal di sampingnya ada Travis tetapi Travis diam aja dan membiarkan pacarnya meneriaki Luke. Malah Travis tersenyum.

Penampilan terbaik sepanjang masa. Ya. Benar apa yang dikatakan Miley. Jadi, inilah kebahagiaannya yang sebenarnya? Inilah balasan manis dari Tuhan atas kesedihan dan kesakitannya? Tapi ini terlalu sempurna dan Disty merasa semua ini bagaikan mimpi. Bagaikan mimpi yang indah. Luke, sahabat terbaiknya sekaligus seseorang yang sangat ia sayangi.

Penampilan mereka berakhir dengan seru dan teriakan-teriakan penonton masih terdengar jelas. Mungkin inilah penampilan terbaik yang pernah digelar sekolah sekaligus penampilan dadakan tetapi sangat-sangat keren. Ya. Luke, Michael, Calum dan Ashton.

***

God! Aku tidak percaya dengan apa yang aku lakukan! Aku benar-benar tidak percaya! Aku bahkan tidak sadar melakukannya.” Ucap Michael.
           
Suasana berubah menjadi gelap dan acara akhir tahun yang diadakan oleh sekolah berakhir dengan lancar. Sebentar lagi tahun akan berganti, hanya menunggu beberapa jam saja dan sepertinya kembang api akan dinyalakan untuk memeriahkan malam tahun baru.

            “Iya. Maafkan aku kalau aku membuatmu kaget. Juga mereka. Maksudku para penonton. Ini memang ideku. Ide dadakanku.” Ucap Luke sambil merangkul Calum dan Ashton.

            “Sejak kapan kau punya band?” Tanya Michael.

            Luke berpikir sesaat. “Sejak aku masih menjadi anak ingusan. Aku tidak sengaja bertemu Calum yang ternyata sudah mempunyai band dan aku berinisiatif untuk bergabung dengan mereka untuk menggantikan Riley. Tapi aku benar-benar menikmatinya. Aku suka musik. Sejak kecil aku sudah akrab dengan musik.” Ucapnya.

            Namun Michael masih belum puas dengan jawaban Luke. “Kenapa kau tidak bilang sejak dulu? Kenapa kau memilih menjadi anak yang sok alim di sekolah?” Tanyanya.

            “Ya.. Aku juga tidak tau. Aku hanya ingin menunggu waktu yang tepat, dan sekarang inilah waktu yang tepat.” Ucap Luke.

            Michael pun tertawa, di susul Calum dan Ahston yang sepertinya senang dengan kehadiran Michael disini, di dalam band mereka.

            “5 Seconds of Summer..” Ucap Michael sambil tersenyum.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar