Part 36
.
Lintar.. Rio.. Harry… L… R.. H…
Berkali-kali Disty mencoret tiga
nama itu di buku tulisnya tapi sepertinya tidak membuahkan hasil apapun. Yang
Disty temukan hanyalah inisial dari masing-masing nama mereka. Yaitu L, R, dan
H. Disty yang sudah siap dan berani membuat lagu lagi, diam-diam ingin membuat
lagu yang ia khususkan untuk mereka. L. R. H.
“Sudah ku bilang. Kau harus membuat
lagu. Suasana hatimu sedang baik saat ini.”
Luke datang dan memberikannya
minuman kotak berwarna orange dan sebungkus kebab. Sudah dua minggu ini Disty
sendirian dan ditinggal pergi oleh Lintar, Rio dan Harry. Tapi Disty merasa
baik-baik saja karena Disty merasa tidak sendiri. Masih banyak yang
menemaninya. Salah satunya adalah Luke. Luke sangat pengertian padanya dan suka
membuatnya tertawa. Luke memang menyenangkan walau awal pertemuannya dengan
Luke sangat menyebalkan. Terutama poni Luke yang terlihat aneh dan kuno itu.
Tetapi Luke sekarang sangat berbeda dari Luke yang dulu.
Jujur saja. Menurut Disty Luke lebih
tampan dibanding Lintar, Rio, atau Harry dan lebih manis di banding Harry. Luke
mempunyai lesung pipit yang indah di pipi kanannya dan Disty sangat
menyukainya. Luke. Kenapa selama ini ia tidak sadar bahwa sebenarnya cowok yang
benar-benar ada untuknya adalah Luke?
“Aku dipaksa Miley dan Donna untuk
tampil di acara akhir tahun. Sekarang pertengahan November. Sebentar lagi
Desember.” Ucap Disty.
“Ide yang bagus. Kau harus tampil
mengisi acara itu biar semua orang tau kalau kau adalah gadis hebat yang sangat
berbakat di bidang musik. Kau tau, pertama aku melihatmu bermain gitar di
teras, saat itulah aku ingin mengenalmu dan ingin menjadi teman baikmu.” Ucap
Luke.
Disty tertawa. “Bilang saja kau
naksir padaku. Jujur saja deh dengan perasaanmu.” Ucapnya bercanda. “Tapi aku
tidak berani tampil di panggung. Aku tidak memiliki keberanian untuk tampil di
panggung dan dilihat banyak orang.” Sambungnya.
“Semua orang pasti merasa nervous
saat tampil di panggung. Rasa takut itu wajar asalkan kau bisa menguasai dirimu
sendiri. Tampil di panggung itu sangat menyenangkan apalagi bisa membuat
penonton bersorak gembira.” Ucap Luke.
“Bagaimana kau tau kalau itu
menyenangkan? Kau pernah tampil di panggung sebelumnya?” Tanya Disty.
Luke tidak menjawab pertanyaan
Disty. Cowok itu malah mengganti topik sebelumnya. “Intinya kau harus tampil di
depan panggung. Kali ini aku yang meminta dengan sangat padamu. Kau harus
membuktikan padaku kalau kau bisa.” Ucapnya.
“Tapi bukannya kau tidak suka dengan
acara seperti itu? Kenapa kau memaksaku untuk tampil di panggung?” Tanya Disty.
Luke tersenyum dan Disty bisa
melihat lesung pipit Luke yang bulat. “Aku janji akan menonton acara itu sampai
habis. Aku janji akan menonton di barisan paling depan.” Ucapnya.
Sesaat, Disty berpikir. Bukan. Bukan
karena Luke, Miley atau Donna. Tapi dari keinginannya sendiri, bukan karena
orang lain. Disty sudah siap membuat lagu yang ia khususkan untuk tiga cowok
yang sangat dicintainya dan semua orang harus tau lagu itu. Tidak ada salahnya
untuk tampil di depan walau hanya sebentar. Anggap saja tidak ada penonton di
hadapannya.
“Aku harap kau tidak akan
mengecewakanku, Luke Robert Hemmings.” Ucap Disty sambil tersenyum.
***
“Kau serius akan tampil?” Tanya
Miley dengan mata yang berbinar-binar.
Di sekolah, Disty mengatakan bahwa
ia siap tampil di atas panggung dan menyanyikan lagu ciptaannya sendiri. Ini
atas dasar keinginannya sendiri, bukan karena permintaan orang lain. Disty
sudah menceritakannya pada Michael dan Michael mendukungnya.
“Iya. Aku sudah menulis sebagian
lirik lagu.” Ucap Disty.
“Wah, kau sangat berbakat Dis. Aku
penasaran dengan lagumu nanti. Pastinya bagus dan bisa bikin mata bengkak.”
Ucap Donna.
“Btw, kau sudah tau siapa selama ini
yang menyimpan gitarmu?” Tanya Miley.
Sebuah pertanyaan yang tidak aka
nada jawabannya. Disty hampir melupakan masalah itu karena rasanya tidak
penting mencari seseorang yang tidak ada. Tapi Disty yakin sekali orang itu
adalah orang yang baik dan sangat pengertian padanya.
“Aku tidak tau. Aku sudah tidak lagi
memikirkan itu.” Jawab Disty.
Donna pun merangkul Disty. “Inilah
Disty kita yang sebenarnya. Disty yang ceria dan suka tersenyum. Kau sangat
hebat Dis! Kau bisa melewati semua ini! Kebahagiaan sudah ada di depan mata. Kau
akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.” Ucapnya.
Disty tersenyum lalu membalas
rangkulan Donna dengan cara merangkul balik gadis itu. “Kau benar. Dulu aku
merasa hidupku selalu di penuhi kesedihan dan aku ditinggal oleh tiga cowok
yang sangat aku sayangi. Aku merasa sangat bodoh dan ingin Tuhan mencabut
nyawaku. Tapi aku sadar. Inilah hidup yang sebenarnya. Aku ingat kalimat yang
diucapkan Luke, hidup tidaklah seru jika tidak ada kesedihan, tantangan atau
cobaan. Seperti dalam sebuah cerita novel. Tidak akan seru cerita di dalam
novel jika tidak ada konfliknya. Dan tentunya di setiap konflik pasti ada
klimaks-nya” Ucapnya.
“Setuju! Aku setuju padamu! Kalimat
yang indah. Aku heran dengan Luke. Cowok itu memang menawan dan manis, dia
sangat menyayangimu. Jangan-jangan..” Ucap Miley dan memberi jeda ucapannya.
“Jangan-jangan Luke yang selama ini menyimpan gitarmu.” Sambungnya.
Disty tertawa mendengar ucapan
Miley. “Tidak mungkin. Tidak mungkin Luke yang menyimpannya. Luke tidak
mengerti apa-apa soal gitar ataupun musik.” Ucapnya.
“Yeee siapa tau kan..” Ucap Miley.
“Siapa tau apa?” Tanya Disty.
“Eh, tidak ada kok hehe. Ingat ya
Dis janji tampil di panggung dan tidak boleh tidak tampil. Awas ya.” Ucap Miley
sambil tersenyum.
***
Inikah kebahagiaannya yang
sebenarnya? Tetapi Disty masih merasa sepi. Jujur, dia tidak membutuhkan pacar.
Disty tidak mau pacaran lagi karena Disty tidak mau hal itu terulang lagi.
Baginya, persahabatan jauh lebih indah dibanding pacaran. Disty hanya ingin ada
cowok yang menyayanginya dengan tulus dan mau berkorban untuknya. Dan
menjadikannya sebagai gadis yang paling spesial di hatinya.
Pagi ini, Disty sengaja melewati
lapangan futsal karena kelas Michael pagi ini adalah olahraga. Diam-diam Disty
memperhatikan beberapa anak yang bermain bola dengan riangnya. Ada Michael
disana yang sedang bermain bola. Dan Luke.
Entah mengapa belakang-belakangan
ini Luke sering masuk di pikirannya dan sering ia impikan. Luke adalah sahabat
terbaiknya sekaligus ia anggap sebagai seorang kakak. Luke sangat baik padanya
dan selalu ada untuknya, kapanpun ia membutuhkannya. Luke selalu mengutamakan
dirinya dibanding Luke sendiri dan rasanya Luke sudah banyak berkorban padanya.
Dari jauh, Disty melihat wajah Luke
yang dipenuhi keringat. Tapi tetap saja Luke terlihat tampan dan menawan. Tawa
Luke, Canda Luke, senyum Luke… Disty jadi tertegun tatkala melihat tawa Luke.
Luke begitu jahil dengan teman-temannya. Luke sekarang menjadi idola di
sekolahnya. Luke memang tidak seperti Rio atau Travis. Tapi Luke mempunyai cara
tersendiri agar bisa menjadi bintang di sekolah. Luke juga adalah murid nomor
satu dengan nilai terbaik dan rasanya sedih jika Luke harus meninggalkan
sekolah itu karena sebentar lagi Luke akan lulus.
Semuanya akan merasa kehilangan
Luke, sosok bintang sekolah yang dulu suka di bully karena penampilannya yang
aneh dan sangat-sangat kuno. Tapi Luke tetap sabar menghadapi semua itu dan
bersikap cuek. Luke mulai berubah saat naik kelas sebelas dan gadis-gadis mulai
mengejarnya. Ya. Bagi Disty, penampilan adalah nomor satu. Tapi hal itu tidak
berlaku untuk Luke.
Karena Luke sangat baik padanya,
selalu mendengarkan curhatnya, selalu membuatnya tertawa dan tersenyum, selalu
memberinya kalimat-kalimat motivasi yang bijak, selalu datang di saat yang
tepat. Itulah Luke. Cowok seperti Luke sangat langka dan Disty beruntung bisa
berkenalan dengan Luke. Tuhan… Jaga Luke. Jaga Luke selalu karena ia tidak
ingin kehilangan Luke. Disty sudah kehilangan Lintar, Rio, Harry dan kali ini
Disty tidak ingin kehilangan Luke.
Tidak ingin.
***
Tidak terasa besok adalah hari
dimana ia akan tampil. Sekarang sudah memasuki akhir bulan Desember. Disty
sudah berumur enam belas tahun. Di umur barunya ini, Disty berharap bisa
menjadi dirinya yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih mengerti arti hidup ini
dan berjanji untuk tidak menangis.
Tentu saja Disty sudah mempersiapkan
sebuah lagu yang susah payah ia buat. Apalagi ketika merubahnya ke dalam lagu.
Disty harus bisa menyusun nada-nada yang indah dan yang sesuai dengan hatinya.
Akhirnya, lagu yang berjudul Like Rain of Hearts selesai ia buat. Judulnya
sedikit ia paksakan karena judul lagunya itu mengandung sebuah arti penting.
Pertama Like. Huruf depannya adalah huruf L dan Like ia khususkan untuk
Lintar, si L. Kedua Rain. Huruf
depannya adalah huruf R dan Rain ia
khususkan untuk Rio, si R. Terakhir Hearts.
Huruf depannya adalah huruf H dan Hearts
ia khususkan untuk Harry, si H. Intinya adalah tiga huruf yang sangat berarti
baginya. Tiga huruf yang telah memberikannya inspirasi sehingga ia bisa menciptakan
lagu itu.
Ya. L. R. H aka Like Rain of Hearts
aka Lintar, Rio, dan Harry J
***
Suara, sorakan dan teriakan dari
para penonton membuat penampilan James dan kawan-kawan menjadi sempurna. James
menyempatkan diri pulang ke Inggris dan bertemu teman-teman lamanya. Sepertinya
mereka masih menjadi The Vamps yang dulu, saat mereka masih duduk di bangku
sekolah. Tapi penampilan mereka sangat keren dan memukau banyak penonton.
Di depan sana, Disty memerhatikan
penampilan band kakaknya dengan riang. Sudah lama ia tidak menonton seperti
itu. Sebentar lagi ia akan tampil untuk acara yang terakhir. Deg-degkan memang
tapi Disty bisa menguasai dirinya sendiri.
Luke. Dimana cowok itu? Katanya Luke
janji datang melihatnya dan berdiri di barisan paling depan. Tapi sampai saat
ini Luke tidak kelihatan. Dimana Luke? Padahal acara ini sebentar lagi habis
dan Disty-lah sebagai acara penutup. Ia akan tampil bersama gitarnya dan
menyanyi di hadapan para penonton. Entah mengapa hatinya menjadi sedih. Nomor
Luke tidak dapat dihubungi. Dimana Luke? Seharusnya dia sudah ada disini
seperti janjinya. Bahkan Luke yang menyemangatinya agar ia berani tampil ke
depan. Tapi dimana Luke? Disty tidak ingin kehilangan Luke. Tidak ingin.
“Dis..” Ucap Michael.
“Disty tidak akan tampil tanpa
Luke.” Ucap Disty.
Michael mencoba menenangkan Disty. “Thinking positive aja. Luke kan tidak
suka acara seperti ini. Jadi wajarlah dia tidak datang.” Ucapnya.
“Tapi Luke janji akan datang!” Ucap
Disty dengan suara keras.
“Ada apa Dis? Luke? Ayolah Dis! Kau
harus tampil ada atau tidak ada Luke. Kau kan sudah bilang kau melakukan ini
atas keinginan hatimu, bukan orang lain.” Ucap Miley.
“But
I hope he are here..” Ucap Disty.
Mungkin Luke tidak akan datang dan
tidak akan pernah datang. Hati Disty menjadi kecewa. Kecewa dengan Luke.
Mengapa Luke tega membohongi dirinya? Kalaupun Luke tidak bisa hadir, pasti
Luke akan menghubunginya. Dan ini? Mungkin Disty harus tampil tanpa Luke dan
Disty tidak boleh mengecewakan penonton. Ya.
Entahlah tapi rasanya sangat aneh
ketika duduk di atas panggung dan semua mata memandang ke arahnya. Jadi rasanya
seperti ini. Meski jantung Disty berdebar-debar tak karuan, Disty bisa
mengendalikan diri dan tidak demam panggung. Sebelumnya, Disty tersenyum menyapa
para penonton. Di bawah sana, ada Miley, Donna dan Michael yang
menyemangatinya.
“Selamat sore semua! Aku hanya bisa
bernyanyi, menyanyikan isi hatiku yang sebenarnya. Lagu ini aku khususkan untuk
tiga cowok yang sangat aku cintai. Mereka adalah L. R. H. Ku harap kalian
menyukai lagu ini.” Ucap Disty.
Semuanya terdiam. Tiba-tiba saja
suasana berubah menjadi syahdu dan sunyi. Yang ada hanyalah suara gitar lembut
yang dimainkan Disty. Disty memainkan gitar itu dengan serius dan penuh dengan
penghayatan.
“When
the night comes I feel a little bit lonely
When
the wind throughs my hair I feel cold like the lonely mountain
Cause
you’re not here
Cause
you’re far away from here
My
heart is gone
Like
rain of hearts..”
Sebisa mungkin Disty menahan air
matanya agar tidak turun. Tetapi air mata itu turun walau hanya setetes. Tidak.
Disty sedang tidak memikirkan Lintar, Rio ataupun Harry. Melainkan Luke. Dimana
Luke? Luke masih saja belum datang. Seharusnya lagu itu ia nyanyikan untuk L.
R. H., tetapi mengapa rasanya lagu itu ia nyanyikan untuk Luke?
“I’ll
always remember the days that we had
Baby,
you’ll always in my heart
Even
you’re far away, even the spaces kill us
No
ones can’t take our hearts
Yeah,
we like rain of hearts..”
Bagian reff lagu telah berhasil ia
nyanyikan dan Luke belum juga datang. Sudahlah. Ikhlaskan semuanya. Berpikirlah
positif seperti apa yang dikatakan Michael. Luke sangat tidak menyukai acara
seperti ini dan tidak heran jika Luke tidak datang walau sudah berjanji padanya.
Tapi bukankan Luke mau melakukan apa saja demi dirinya?
“Maybe
all of this was just a bad dream
Maybe
you should’ve been here
But
if I should ask, I wish you were here..”
( Lagu ini aku ciptakan sendiri dan
bahasa inggris-nya-pastinya-terlihat kacau. Jadi maklumi saja J )
Lagu telah selesai Disty nyanyikan
dan semua orang bertepuk tangan padanya. Disty tersenyum sambil mengelap
pipinya yang basah akibat air mata. Berakhirlah acara ini dan Disty lega sudah
menyanyikan lagu itu. Disty pun turun ke panggung dan berlari menuju tempat
Michael berada dan langsung memeluk kakaknya.
“Kau hebat! Penampilanmu sangat
hebat! Kau berhasil melakukannya!” Ucap Michael.
Disty melepaskan diri dari pelukan
Michael kemudian menyeka air matanya. “Ya. Terimakasih. Disty benar-benar tidak
menyangka bisa melakukannya dengan baik. Tapi, Luke…” Ucapnya.
Sepertinya acara belum selesai.
Masih ada acara lain. Padahal penampilan Disty yang terakhir. Michael merasakan
suatu kejanggalan. Lalu tiba-tiba si pembawa acara muncul di panggung sambil
menyapa para penonton.
“Good
evening everyone? Adisty, you look so great! Your song is so beautiful and I
almost cry hear that. Okay. Selanjutnya, mari kita sambut penampilan solo
dari salah satu murid terfavorit di sekolah ini. Seorang murid terpintar di
sekolah ini. Mari kita sambut, Luke Robert Hemmings!”
Apa? Luke? Apa ia tidak salah
dengar? Bukan hanya Disty saja yang kaget. Tetapi semua penonton. Luke mau
tampil di panggung? Michael tentu tidak percaya dan merasa bahwa si pembawa
acara itu salah menyebut nama. Luke? Luke mau tampil?
Semua keheranan dan kekagetan telah
terjawab. Entah apakah Luke nekat atau memang atas dasar keinginannya sendiri
naik ke atas panggung sambil membawa gitarnya dan duduk di tempat yang diduduki
Disty tadi. Semua mata memandang ke arah Luke dengan heran dan beberapa yang
berbisik-bisik. Luke? Mereka tidak bisa membohongi diri mereka sendiri bahwa
penampilan Luke sore ini sangatlah sempurna dan menawan. Semua pasti akan jatuh
cinta padanya walau hanya sekali lihat.
“God!
Aku tidak percaya kalau itu Luke! Dis, kau apakan Luke sehingga Luke bisa
menyanyi di atas panggung sana?” Tanya Michael.
Disty tidak menjawab pertanyaan
Michael karena ia sendiri juga bingung. Bingung dengan apa yang dilihatnya dan
bingung dengan apa yang dirasakannya. Luke? Itu Luke? Rasanya seperti ingin
pingsan saja.
Sementara itu Luke mencoba untuk
tersenyum dan tidak peduli dengan keanehan para penonton. “Actually, I don’t know why I’m suddenly here. It just happens but it’s
okay if I want to sing a song. This song is my song and I made this song by my
self. Hope you like it.” Ucapnya.
Selanjutnya, hanya terdengar suara
gitar yang dimainkan Luke dan Luke memainkan gitar itu dengan serius dan penuh
dengan penghayatan seperti yang dilakukan Disty. Semua penonton menatap Luke
dan entahlah bagaimana perasaan mereka. Sementara itu, Disty menatap tidak
percaya apa yang sedang dilakukan Luke. Luke bisa bermain gitar? Sejak kapan
Luke bisa bermain gitar?
“Back in high school
we used to take it slow
Red lipstick on and high heel stilettos
Had a job downtown working the servo
Had me waiting in line couldn't even
let go
'Cause I never wanna be that guy
Who doesn't even get a taste
No more having to chase to win that
prize..”
Luke pun mulai menyanyi dan suara Luke sangat bagus. Sangat bagus.
Ternyata Luke berbakat di bidang musik. Jika dibandingkan oleh Rio, tentu Luke jauh
lebih hebat dari Rio dan suara Luke lebih bagus dari Rio. Mengapa selama ini
Luke menyembunyikan diri dan memilih menjadi murid yang menjadi bahan ejekan
teman-temannya? Luke juga jago bermain gtar dan siapapun yang melihanya pasti
hatinya akan tersentuh ( Kalo gue sih teriak-teriak ga jelas :v )
“You're just a little bit out of my limit
It's been four years now you haven't
even seen the best of me
And in my mind now I've been over this
a thousand times
And it's almost over let's start
over..”
Sesekali
Luke menoleh ke penonton dan terpusat pada satu arah. Yaitu Disty. Ya, Disty.
Gadis yang paling spesial di hatinya. Gadis yang selalu membuatnya tersenyum.
Gadis yang selalu membuatnya semangat dan pantang menyerah. Gadis yang selalu
membuatnya sedih dan khawatir akan keadaannya dan Luke ingin sekali memeluk
gadis itu dan ingin menjadi cowok yang paling spesial di hati Disty seperti
Lintar, Rio dan Harry.
“And it's almost over let's start
over..”
Luke
mengakhiri lagu itu dan para penonton berseru padanya dan bertepuk tangan.
Tentu saja mereka begitu kagum dengan Luke. Luke. Luke-lah bintang yang
sempurna. Seseorang yang terasa tidak nyata namun terasa nyata dipikiran
mereka. Khususnya seseorang yang sangat diharapkan dan diimpikan Disty namun
tidak akan pernah nyata. Dan Luke menampilkan senyuman terbaiknya untuk
menyempurnakan penampilannya itu.
Di
bawah sana, baik Disty maupun Michael masih tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya. Terutama Michael. Jadi selama ini Luke menyembunyikan diri dan tidak
pernah memberitahunya kalau ternyata Luke sangat berbakat di bidang musik.
Mengapa Luke menyembunyikan semua itu?
“Iya.
Aku tak akan pernah bisa menebak jalan pikiran Luke dan siapakah Luke yang
sebenarnya. Aku tidak pernah menyangka akan menjadi seperti ini.” Ucap Michael.
“Dis,
Luke keren sekali! Kau tidak menyesal kenal dengan dia. Tadi ku perhatikan Luke
sering melirik ke arahmu seakan-akan lagu yang dia nyanyikan Luke khususkan
untukmu. Kau harus bersyukur Dis.” Ucap Donna.
Entahlah
tapi ya. Tapi Disty bisa tersenyum melihat apa yang dilihatnya. Rasa kecewanya
pada Luke berubah menjadi rasa kagum dan senang. Luke. Benar apa kata Michael.
Tidak ada yang bisa menebak jalan pikiran Luke. Tapi Disty penasaran. Sejak
kapan Luke pinter nyanyi? Apa sejak kecil Luke pinter nyanyi dan jago main
gitar? Atau sejak Luke bertemu dengannya? Disty rasa sebelum Luke bertemu
dengannya. Tapi kali ini Disty sudah menemukan seseorang yang paling
diharapkannya dan seseorang yang sangat menyayanginya dan selalu ada untuknya
kapanpun ia butuhkan. Seseorang yang tidak nyata namun ada dalam kehidupannya.
Bukan Lintar, Rio atau Harry. Tetapi Luke. Ya, Luke Robert Hemmings!
“Lagi!
Lagi! Lagi!”
Suara
teriakan penonton membuat Luke sedikit kebingungan. Sepertinya mereka ingin ia
bernyanyi lagi karena belum puas dengan penampilannya yang sebentar. Tiba-tiba
Luke tersenyum. Inilah saatnya. Ya. Inilah saat-saat yang paling di tunggunya.
Dan kali ini Luke akan membuat kejutan yang besar untuk para penonton. Terutama
Disty.
Luke
masuk ke dalam kemudian beberapa menit kemudian ia keluar diikuti oleh dua
cowok yang terlihat cakep dan manis. Terutama yang berwajah Asia dan berambut
hitam. Cowok berwajah Asia yang tidak lain adalah Calum! Kemudian ada Ashton.
Yang membuat penonton bertambah heboh karena mereka sadar bahwa ternyata selama
ini Luke mempunyai band. Dan baru kali ini Luke memperkenalkan band-nya di
sekolah.
“Sejak
kapan Luke punya band? Kenapa Luke tidak pernah cerita padaku?” Tanya Michael.
Mengapa semakin lama rasanya semakin aneh saja?
“Ya
ampun Dis! Luke semakin keren aja! Itu ada dua temannya! Itu manis sekali,
siapa ya yang pegang bass? Aku naksir sama dia! Siapa namanya Dis?” Ucap Donna
dengan suara yang cepat saking senangnya.
Sementara
itu, Luke terus saja menampilkan senyumnya dan sepertinya ingin menjelaskan apa
maksud dari semua ini. Yang membuat semua heran padanya.
“Ku
harap kalian masih ingin berdiri disini karena kami akan membawa satu buah
lagu. Ohya, aku akan memperkenalkan band-ku. Dia adalah Calum Hood, sahabat
terbaikku yang membuatku memutuskan untuk bergabung di band mereka untuk
menggantikan Riley, sahabat kami yang sudah meninggal. Kemudian ada Ahston
Irwin, dia anak drummer kami yang sangat hebat.” Ucap Luke.
Semua
orang berteriak dan berseru gembira dan tidak sabar melihat penampilan mereka.
Sementara itu, Luke melirik ke arah Disty yang masih kebingungan dan Disty juga
sedang melihatnya. Kemudian Luke melirik ke arah Michael yang wajahnya lebih
bingung dibanding Disty.
“Michael?
Apa kau tidak ingin menampilkan bakatmu di depan penonton? Kebetulan kami
sedang kekurangan gitaris-nya.” Ucap Luke.
Mendengar
hal itu, Michael benar-benar tidak percaya. Tetapi Donna dan Miley mendukungnya
dan akhirnya Michael tersenyum lalu berlari menuju atas panggung. Disana Luke
tersenyum padanya dan Michael membalas senyuman Luke.
“Aku
sedang bermimpi.” Ucap Michael.
Musik
pun mulai berbunyi dan teriakan penonton semakin keras. Mereka seperti sedang
menonton piala dunia. Tapi mereka tidak bisa membohongi diri mereka sendiri
bahwa Luke dkk sangat keren dan hebat. Bahkan lebih hebat dari penampilan
band-band sebelumnya seperti Boys 124 dan Clouds. Semua penonton bersorak
gembira sambil menyanyikan lagu yang di bawa Luke. Lagu yang terdengar tidak
asing di telinga mereka.
“What was I thinking? Everyone sees it
It's not a secret that I'm just a
reject
Sick of the system don't wanna hear it
It's not a secret that I'm just a
reject
I'm just a reject…”
“Whoaaa
Lukeeeee keren banget aku benar-benar tidak bisa bernafas! Michael juga! Ya
ampun Dis! Best show ever!!” Teriak
Miley. Padahal di sampingnya ada Travis tetapi Travis diam aja dan membiarkan
pacarnya meneriaki Luke. Malah Travis tersenyum.
Penampilan
terbaik sepanjang masa. Ya. Benar apa yang dikatakan Miley. Jadi, inilah
kebahagiaannya yang sebenarnya? Inilah balasan manis dari Tuhan atas kesedihan
dan kesakitannya? Tapi ini terlalu sempurna dan Disty merasa semua ini bagaikan
mimpi. Bagaikan mimpi yang indah. Luke, sahabat terbaiknya sekaligus seseorang
yang sangat ia sayangi.
Penampilan
mereka berakhir dengan seru dan teriakan-teriakan penonton masih terdengar
jelas. Mungkin inilah penampilan terbaik yang pernah digelar sekolah sekaligus
penampilan dadakan tetapi sangat-sangat keren. Ya. Luke, Michael, Calum dan
Ashton.
***
“God! Aku tidak percaya dengan
apa yang aku lakukan! Aku benar-benar tidak percaya! Aku bahkan tidak sadar
melakukannya.” Ucap Michael.
Suasana berubah menjadi gelap dan acara akhir tahun yang diadakan oleh
sekolah berakhir dengan lancar. Sebentar lagi tahun akan berganti, hanya
menunggu beberapa jam saja dan sepertinya kembang api akan dinyalakan untuk
memeriahkan malam tahun baru.
“Iya. Maafkan aku kalau aku
membuatmu kaget. Juga mereka. Maksudku para penonton. Ini memang ideku. Ide
dadakanku.” Ucap Luke sambil merangkul Calum dan Ashton.
“Sejak kapan kau punya band?” Tanya
Michael.
Luke berpikir sesaat. “Sejak aku
masih menjadi anak ingusan. Aku tidak sengaja bertemu Calum yang ternyata sudah
mempunyai band dan aku berinisiatif untuk bergabung dengan mereka untuk
menggantikan Riley. Tapi aku benar-benar menikmatinya. Aku suka musik. Sejak
kecil aku sudah akrab dengan musik.” Ucapnya.
Namun Michael masih belum puas dengan
jawaban Luke. “Kenapa kau tidak bilang sejak dulu? Kenapa kau memilih menjadi
anak yang sok alim di sekolah?” Tanyanya.
“Ya.. Aku juga tidak tau. Aku hanya
ingin menunggu waktu yang tepat, dan sekarang inilah waktu yang tepat.” Ucap
Luke.
Michael pun tertawa, di susul Calum
dan Ahston yang sepertinya senang dengan kehadiran Michael disini, di dalam
band mereka.
“5 Seconds of Summer..” Ucap Michael
sambil tersenyum.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar