expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 28 )



Part 28

.

            Disty pulang dari rumah Harry dengan wajah yang sedih, marah, kecewa dan khawatir. Gadis itu masuk ke dalam kamar lalu merebahkan diri di atas kasurnya sambil membayangkan wajah Harry. Kenapa Tuhan? Kenapa? Kenapa Harry bisa seperti itu? Selama ini Disty menyimpulkan bahwa Harry adalah anak laki-laki yang baik dan kalem. Tapi kenapa Harry berani ikut tawuran dengan alasan tidak bisa mengendalikan emosi?

            Atau dengan tawuran Harry bisa mempelampiaskan kekesalannya? Mungkin saja benar. Disty saja kalau sedang marah kondisinya tidak labil dan ingin merusak semua barang yang dilihtanya. Satu-satunya obat yang bisa menyembuhkannya adalah…. Ah sudahlah. Itu masa lalunya dan Disty tidak mau mengingatnya lagi.

            “Kali ini, aku meminta dengan sangat memohon padamu untuk segera meninggalkan Harry. Aku mohon padamu Dis. Ini demi kebaikanmu.” Ucap Michael yang tiba-tiba muncul dari kamarnya.

            Michael berjalan mendekati Disty. “Kau sudah tau kan sifat Harry yang sebenarnya?” Tanya Michael.

            Disty menatap Michael dengan linangan air mata di bola matanya. “Kak Mike yang tidak tau bagaimana hidup Harry! Harry itu sedang tertekan kak karena keluarganya. Seharusnya kak Mike mengerti! Harry ikut tawuran hanya sebagai pelampiasan kekesalannya. Seharusnya kak Mike mengerti!” Ucapnya setenga berteriak.

            “Kau masih mau membela Harry? Kau benar-benar gila Dis! Kalau kau kenapa-kenapa bagaimana? Kalau Harry mempelampiasan kekesalannya dengan cara memperlakukanmu dengan buruk bagaimana? Apa kau masih mau membelanya?” Tanya Michael.

            Disty tidak langsung menjawab. “Harry tidak seperti itu. Harry selalu jujur padaku dan Harry sangat menyayangiku. Tidak mungkin Harry berani menyakitiku. Uruslah sendiri hidupmu, kak. Disty bosan diceramahin terus.” Ucapnya.

            “Dis, asal kau tau. Rasa sayangku itu lebih besar daripada rasa sayang Harry padamu. Aku melakukan ini karena aku sayang padamu dan kau satu-satunya adik perempuanku. Kau boleh marah padaku. Kau boleh benci padaku. Kau boleh mengatakan kalau aku bukanlah figure kakak yang baik. Itu terserah kamu. Tapi aku hanya ingin kau baik-baik saja. Itu saja. Aku tidak ingin kau disakiti oleh siapapun. Aku sayang padamu.” Ucap Michael.

            Mendengar ucapan Michael, Disty langsung menghambur ke pelukan Michael dan Michael memeluknya dengan erat. Salahkah ia? Salahkah ia??! Rasa cintanya pada Michael dan Harry baginya sama. Seperti rasa cintanya pada Ayah. Disty tau Michael adalah kakaknya dan tentu saja seorang kakak tidak ingin adiknya dalam bahaya. Tapi Disty hanya ingin bersama Harry. Hanya Harry. Bukan cowok lainnya. Hanya Harry.

            Hanya Harry, dan apakah itu salah?

***

            Pasca kejadian itu, Harry tidak lagi melakukan hal-hal buruk. Harry kembali menjadi Harry yang saat pertama kali Disty temui. Harry yang ramah. Harry yang baik. Harry yang suka tersenyum. Mungkin banyak orang yang menatap dengan jijik hubungan mereka. Tetapi Disty tidak peduli. Disty tidak peduli dengan mereka. Mereka tidak akan pernah tau tentangnya dan Harry.

            Juli berlalu, dan sekarang memasuki bulan Agustus. Disty berharap di bulan Agustus ini menjadi bulan keberuntungannya dan lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya. Seperti biasa. Disty bangun pagi, membaca sambil tersenyum pesan Harry, mandi, sarapan dan sekolah. Segala rasa ketidak nyamannya karena tatapan aneh dari teman-temannya sebisa mungkin Disty cuekkan.

            “Kau benar-benar gadis yang hebat Dis. Kau tetap mencintai Harry apa adanya dan bagaimana pun sikap Harry. Aku salut padamu.” Ucap Donna.

            Disty tersenyum. Seenggaknya ada sahabat yang selalu mendukungnya. “Terimakasih. Sekarang Harry sudah menjadi lebih baik.” Ucapnya.

            “Hmm.. Kalau boleh tau, Harry itu seperti apa sih? Apa yang membuatmu menyukai Harry? Bagaimana keluarga Harry? Kenapa Juli kemarin Harry berani ikut tawuran? Pasti ada alaannya kan.” Tanya Donna.

            “Aku bingung bagaimana menjelaskannya. Yang jelas, Harry itu orangnya baik, ramah, murah senyum dan penyayang. Dia sama sekali tidak pernah kasar padaku. Keluarganya… Mungkin seharusnya kau tidak boleh tau karena itu rahasia Harry. Intinya, keluarga Harry sedang tidak baik. Itu yang membuatnya tertekan dan berani melakukan apa aja termasuk tawuran.” Jelas Disty.

            “Kalau begitu pantas saja Harry seperti itu. Aku punya teman dan sikapnya buruk sekali karena keluarganya. Tapi yang membuatmu menyukai Harry dan memuji Harry karena lesung pipitnya kan?” Ucap Donna.

            Disty tersenyum malu. “Ya.. Mungkin itu salah satunya. Aku selalu tidak tahan saat melihat lesung pipitnya. Manis sekali. Jarang ada cowok seperti itu. Ada sih ada tapi tidak bisa semanis Harry.” Ucapnya.

            “Kali ini aku sependapat denganmu. Cowok berlesung pipit itu adalah cowok yang perfect deh. Di banding cowoknya Miley. Gitar, gitar mulu kan bosan. Ya kan Dis?” Ucap Donna.

            “Hmm.. Iya juga kali. Aku juga tidak suka dan benci dengan tipe cowok seperti Travis. Itu mengingatkanku pada Rio dan aku sangat membenci Rio. Untunglah Rio sudah tidak lagi menulis status tentangku dan Harry, dan kami jarang bertemu.” Ucap Disty.
           
“Tapi cowok yang jago main gitar itu keren juga Dis. Apalagi kalau punya lesung pipit. Tambah sempurna. Aku ingin mencari cowok seperti itu. Siapa tau ada kan jadi aku yang menjadi cewek terberuntung di sekolah ini.” Ucap Donna.

            Mendengar ucapan Donna, Disty teringat dengan pembicaraannya dengan Luke. Sudah berbulan-bulan yang lalu, tapi Disty masih ingat. Tapi cowok seperti itu mana ada? Ada sih ada tapi pasti susah dicari. Kalaupun ada, tidak langsung cowok itu menyukai kita. Gimana kalau sifatnya jelek? Ah kok jadi ngomongin itu ya.

            “Sudah ah. Cari saja kalau kau mau. Ku harap kau menemukan orangnya.” Ucap Disty sambil membuka buku pelajaran.

            Donna tertawa. “Wish me luck!” Ucapnya.

***

            Dimana Harry? Batin Disty.

            Sudah tiga hari Harry tidak masuk sekolah. Disty sudah menanyakannya pada teman sekelas Harry. Tapi mereka tidak ada yang tau. Kata mereka, ngapain mikirin cowok seperti Harry? Disty benar-benar khawatir. Belakang-belakangan ini ia sering khawatir terhadap Harry dan rasa kekhawatirannya itu sangat berlebihan.

            Berkali-kali Disty memiscall Harry tetapi nomor Harry tidak aktif. Disty mengira bulan Agustus ini akan menjadi lebih baik. Namun dugaannya salah. Justru di bulan Agustus ini timbul rasa kekhawatiran yang berlebih. Khawatir akan keadaan Harry dan yang paling Disty takutkan, ia akan kehilangan Harry, dan Disty tidak mau hal itu terjadi.

            Michael melihat Disty yang duduk murung di teras sambil meringkuk. Tentu saja Michael bisa menebak apa yang dirasakan Disty. Siapa lagi kalau bukan Harry? Diam-diam Michael menyelidiki siapa sebenarnya Harry itu dan dari informasi-informasi yang ia dapatkan, ternyata Harry itu broken home. Semenjak Ayahnya meninggal, Harry berubah total. Di tambah lagi Ibunya yang tidak pernah mengurusinya dan jarang pulang ke rumah. Karena itulah yang menjadikan Harry berbeda dari lainnya.

            “Sudahlah Dis. Lupakan Harry. Biarkan Harry sendiri dan melakukan apa yang ia inginkan. Aku sudah tau siapa dan bagaimana Harry. Biarkan dia sendiri dan kau jangan menambahnya beban.” Ucap Michael.

            “Aku bukan beban Harry! Justru Harry berterimakasih padaku karena sudah menceriakan hari-harinya.” Bantah Disty.

            “Iya aku tau. Tapi bisa saja Harry berbohong. Dis, cobalah cari cowok lain yang lebih baik dari Harry. Seperti Rio. Jika saja kau masih bersama Rio, semuanya tidak akan seperti ini. Rio tidak akan menganggumu.” Ucap Michael.

            “Jangan sebut nama itu lagi, kak. Disty benci Rio! Disty takut apa yang dikatakan Rio benar. Rio mengatakan kalau Disty akan menyesal. Disty takut hal itu terjadi!” Ucap Disty.

            Drtdrtdrt…

            1 Message From: Harry

            Dis, I need you know. Pls come to my home.

            All the love H.

***

            Maafkan aku. Aku tau aku salah. Kamu mau kan maafkan aku?”

            Entah itu yang keberapa kalinya Harry mengucapkan kalimat yang mampu membuat Disty luluh. Ditambah lagi suara serak Harry dan senyum Harry yang sangat tidak bisa dihindarinya. Disty menatap Harry dengan kasihan, sekaligus rasa kecewa yang teramat sangat. Dan Disty menyadari di lengan kiri Harry ada tattoo yang bagi Disty mengerikan. Sejak kapan cowok manis seperti Harry berani memasang tattoo?

            Tadi Harry mengirimnya pesan karena kondisi Harry tidak baik-baik saja. Wajah Harry yang lemas menandakan Harry seperti baru saja kebanyakan minum alkohol. Disty bisa mencium bau mulut Harry dan Disty tidak tau harus berkata apa. Ia sungguh-sungguh sangat kecewa dengan Harry.

            “Dis, maafkan aku. Aku..” Ucap Harry.

            “Sudahlah Harr. Aku lelah. Jangan meminta maaf lagi. Kenapa kau berani make tattoo? Kenapa kau berani minum minuman berbahaya itu?” Tanya Disty.

            “Aku..” Ucap Harry.

            “Kau sedang kesal kan dengan Ibumu? Karena itu kau lampiaskan semua kekesalanmu dengan cara merusak tubuhmu sendiri? Ayolah Harr! Umurmu masih panjang. Masih banyak hal-hal yang belum kau lakukan dan masih banyak pengalaman-pengalaman yang belum kau dapatkan. Bisakah kau menjadi anak yang baik seperti apa yang aku harapkan?”

            “Bu.. Bukan. Aku hanya.. Aku bingung menjelaskannya. Tapi ku rasa aku lebih tenang jika aku melakukan itu. Ke bar, minum alkohol, pulang malam, dan..”

            “Sudah! Aku tidak mau mendengar ucapanmu lagi!” Ucap Disty.

            Tidak hanya kekecewaan saja yang Disty rasakan. Namun rasa kesedihan yang luar biasa. Kenapa hal buruk itu datang pada orang yang sangat dicintainya? Kenapa? Apa ini karena sumpahan Rio bahwa suatu hari nanti ia akan menyesal? Apakah Disty merasakan penyesalan sekarang? Gadis itu pun berdiri dan menatap Harry sekali lagi.

            “Harr, aku sudah berkorban untukmu. Musik yang dulunya adalah hidupku aku korbankan hanya untukmu. Kenapa kau tidak mau berkorban untukku? Tolong jadilah anak yang baik. Tolong berkorban untukku. Aku yakin kau bisa melakukannya.” Ucap Disty lalu bersiap-siap untuk meninggalkan Harry.

            “Aku tidak bisa janji Dis.” Jujur Harry. Namun Disty sudah membalikkan badan dan pergi meninggalkan Harry dengan rasa kesedihan dan kekecewaan yang teramat sangat.

***

            Entah berapa lama Disty berjalan seorang diri mengelilingi jalanan kota London yang agak sepi. Disty memang ingin mencari kesepian dan ketenangan, dan pada akhirnya ia menemukannya di pinggiran jalan sepi yang terhindar dari keramaian. Sedikit angker memang. Tapi Disty tidak peduli.

            Gadis itu mengeratkan jaketnya karena suasana yang mulai dingin dan sebentar lagi malam tiba. Ponselnya sengaja ia matikan agar tidak ada yang menganggunya. Disty berani bertaruh pasti Ibu, Ayah dan Michael berusaha menghubunginya tetapi gagal karena nomornya tidak aktif. Biarkan saja.

            “Adisty Christina Clifford. Kekasih Harry Styles.” Ucap sebuah suara.

            Tubuh Disty gemetaran mendengar suara itu dan menyadari dirinya sedang berhadapan dengan dua cowok gondrong yang berwajah mengerikan. Banyak sekali tattoo yang menghiasi tangan dua cowok itu. Ditambah lagi tindikan-tindikan di wajah dua cowok itu. Siapa mereka? Darimana mereka tau namanya?

            Cowok yang bertubuh agak pendek itu maju ke depan dan mencengkram kuat tangan Disty sehingga membuat Disty ketakutan. “Gadis bodoh! Sama seperti Harry! Dia sangat bodoh! Kenapa kau tidak bisa menjaga pacarmu itu?” Ucapnya setengah membentak.

            Disty mencoba untuk memberanikan diri menatap cowok itu. “Aku tidak mengerti maksudmu.” Ucapnya.

            Cowok itu tertawa, diikuti satu temannya. “Harry. Cowok sialan yang sudah merebut pacarku dan sekarang pacarku jatuh cinta dengan Harry! Aku sudah menghajarnya habis-habisan agar dia mau menjauhi pacarku tetapi Harry menolak dan balik menghajarku. Seharusnya kau bisa menasehati pacarmu agar tidak tertartik dengan pacar orang!” Jelasnya.

            Tentu saja Disty tidak percaya dengan apa yang dikatakan cowok itu. Harry merebut pacar orang? Tidak! Ini lebih parah dari yang ia kira. Tidak mungkin Harry bermain-main dibelakangnya karena jatuh cinta dengan gadis lain. Setaunya, Harry hanya mencintainya. Hanya mencintainya.

            “Harry tidak pernah seperti itu. Dia hanya mencintaiku!” Ucap Disty.

            “Ohya? Tapi karena dia sudah merebut pacarku, giliran aku yang merebut pacarnya. Kebetulan pacarnya cantik. Hanya saja tubuhnya tertutup dan aku ingin sekali melihat tubuhnya.” Ucap cowok itu sambil menyentuh lembut lengan Disty.

            Disty sedang dalam bahaya! Tampaknya cowok itu benar-benar serius dan Disty tidak bisa berbuat apapun untuk menyelamatkan dirinya. Disty hanyalah seorang gadis biasa dan tidak akan bisa lolos dari cengkraman dua cowok itu. Disty memejamkan matanya. Berharap seseorang membantunya. Yang ia rasakan hanyalah cengkraman erat tangan cowok itu di pinggangnya dan sepertinya bersiap-siap untuk merusak baju yang dikenakannya.

            “Lepaskan dia!” Teriak seseorang.

            Disty hafal suara itu. Tapi tiba-tiba kepalanya menjadi pusing dan rasanya seperti dibanting dengan keras sehingga tubunya jatuh di tanah dan merasakan rasa sakit yang luar biasa. Disty merasa ada darah yang keluar dari mulutnya. Walau kepalanya sakit, tapi Disty masih bisa melihat siapa sosok yang menyelamatkannya.

            “Luke..” Lirihnya lalu pingsan.

***







Tidak ada komentar:

Posting Komentar