expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 05 Juli 2015

Like Rain of Hearts ( Part 35 )



Part 35

.

            “Wau! Pangeran penyelamat hidupmu! Aku penasaran dengan orangnya.” Ucap Donna setelah mendengar cerita Disty tentang kembalinya gitarnya itu.

            “Setidaknya aku bisa tersenyum setelah menerima kesakitan, kemalangan dan kesedihanku. Tapi aku tidak yakin apakah aku bisa bermain gitar lagi.” Ucap Disty.

            Miley menatap Disty dengan serius. “Harus! Kau harus bisa! Dan kau harus membuat lagu. Entah lagu apa. Dan kau harus tampil di acara akhir tahun nanti. Oh astaga! Besok sudah bulan November dan sebulan lagi adalah bulan Desember. Kau harus tampil Dis!” Ucapnya.

            Tampil? Selama ini Disty hanya bisa bersembunyi dan tidak berani tampil dimanapun. Apalagi di lihati banyak orang. Rasanya sungguh aneh dan pastinya Disty gemetaran bukan main. Ia tidak suka jika ada orang yang melihatnya bernyanyi dan bermain gitar. Ia tidak suka.

            “Aku tidak suka tampil di acara umum. Aku tidak berani. Nanti penampilanku kacau dan banyak yang menertawakanku.” Ucap Disty.

            Donna tertawa mendengar ucapan Disty. “Jangan pesimis begitu dong. Aku yakin kau bisa melakukannya. Ayolah! Kau harus bangkit dari semua kesedihan ini. Disty yang ku kenal adalah Disty yang kuat dan selalu tersenyum dalam keadaan apapun.” Ucapnya menyemangati Disty.

            Disty sedikit tersenyum mendengar ucapan Donna. “Terimakasih. Tapi aku tidak akan mau tampil di acara manapun. Tapi aku janji setelah ini aku akan bangkit dan tersenyum menghadapi dunia. Aku janji.” Ucapnya.

***

            November. Disty tersenyum bahagia dan penuh semangat menyambut bulan November. Bulan yang penuh dengan cahaya. Bulan yang penuh dengan kebahagiaan. Disty merasa sudah bisa mengikhlaskan semuanya. Entah itu Lintar, Rio dan Harry. Tentunya Lintar tenang di alam sana. Rio, bahagia bersama Tara yang selalu mencintainya. Dan Harry, bahagia dengan pilihannya meski itu salah.

            Disty juga begitu. Inilah hidupnya. Walau tidak ada yang menjadi pangerannya, tapi satu hal yang menjadi belahan jiwanya. Yaitu musik. Disty mulai bisa mencintai musik lagi dan mencoba memainkan gitarnya. Awalnya terasa aneh memang. Tapi Disty akan terus berusaha agar bisa kembali menjadi dirinya yang dulu dan menciptakan banyak lagu.

            “DISTY!”

            Teriakan aneh dari Michael membuat perasaannya menjadi tidak enak. Ada apa dengan Michael? Langsung saja Disty turun ke bawah dan suasana di ruang tengah sedang tidak baik dan kelihatan panic. Apalagi Ayahnya!

            “Ada apa kak? Ada apa?” Tanya Disty ikutan panik.

            “Rio.. Rio..” Jawab Michael.

            “Rio kenapa?” Tanya Disty. Perasaannya benar-benar tidak enak dan semua ini ada hubungannya dengan Rio.

            Dan rasanya air matanya kembali turun walau Disty memaksanya untuk tidak turun.

***

            Dear Adisty Christina Clifford…

            Disty.. Kau adalah gadis terhebat yang pernah aku temui. Kau adalah gadis tercantik, termanis, terpintar, terspesial yang pernah aku temui. Kau sangat berbeda dari gadis lainnya. Bagiku, kau yang paling spesial dan aku tidak menyesal bertemu denganmu. Lebih tepatnya lagi, aku tidak menyesal jatuh cinta denganmu, meski cinta kita terlarang.

            Terlarang. Inilah yang paling aku takuti dan aku harus memberitahukannya padamu tentang rahasia itu. Rahasia besarku. Mengapa aku mengatakan cinta kita terlarang? Karena aku adalah kakakmu. Ya. Kakakmu! Ayahmu adalah ayahku. Kita satu Ayah, tapi lain Ibu. Itulah mengapa aku sangat membenci Ayah kandungku yang adalah ayahmu. Maaf, tapi ini ku katakan dengan sejujurnya. Dulu, Ayah tidak sengaja menyakiti Mum dan lahirlah aku. Lahirlah aku di dunia ini. Sedangkan waktu itu Ayah sudah menikah. Ayah sudah menikah dengan Ibumu sendiri.

            Saat itu aku sedih dan sakit. Mengapa harus kami? Mengapa? Mengapa kita cinta terlarang padahal aku sangat mencintaimu. Bukan sebagai adik-kakak, namun sepasang kekasih yang saling mencintai. Maaf Dis. Aku baru mengatakannya sekarang karena aku tidak sanggup. Waktu kita mau putus, sebenarnya aku ingin mengatakan hal ini padamu. Tapi keduluan kau yang minta mengakhiri hubungan ini dan aku terima, karena aku tau cinta kita terlarang.

            Sebenarnya sudah lama aku mengetahui bahwa kita adalah adik-kakak. Sebelum aku mengenalmu. Tapi karena aku jatuh cinta padamu, seakan-akan rahasia itu aku lupakan. Maaf Dis. Maaf karena aku tidak mengatakan yang sebenarnya. Maaf.

            Saat kau mulai menyukai Harry, hatiku sangat sakit dan marah. Saat kalian pacaran, aku benar-benar marah dan rasanya ingin mati saja. Karena aku tidak bisa menahan emosiku, aku melampiaskannya dengan cara mengganggu hubungan kalian dan mengatakan bahwa Harry adalah anak yang tidak baik. Aku tau kalau aku salah. Tapi aku tidak bisa menahan semuanya. Waktu itu aku sudah sangat terlalu sakit.

            Sampai aku memutuskan untuk meminta maaf padamu dan kita menjadi teman baik. Ya. Kita menjadi teman baik. Dan saat aku mendapat satu pukulan hebat tentang pesawat yang ditumpangi Lintar mengalami kecelakaan, aku sangat sedih. Sangat sedih. Dan kau datang padaku menceritakan isi email Lintar. Kau meminta padaku untuk mengembalikan semangatmu karena hanya aku yang bisa membuatmu bahagia dan menjadikanku sebagai Disty yang dulu.

            Oke. Aku terima kalau kau mau mengakhiri hubunganmu dengan Harry dan kita akan menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai seperti dulu. Kau melakukan permintaanmu dengan baik. Kau dan Harry putus dan aku bisa merasakan kesakitan yang kau rasakan. Maafkan aku. Maafkan aku. Aku tau kau masih mencintai Harry dan mau melakukan apapun demi Harry. Kau gadis yang sangat hebat dan kuat. Maka aku beri satu ujian lagi. Aku pacaran dengan Tara hanya untuk membuatmu sakit dan menertawakanmu. Maafkan aku. Aku melakukannya karena aku ingin kau membenciku.

            Aku ingin kau membenciku dan tidak menangisi kepergianku. Rasanya Tuhan ingin aku kembali ke pangkuan-Nya. Seperti Lintar. Aku ingin menyusul Lintar. Aku lelah hidup di dunia. Aku lelah menghadapi semuanya. Aku bahkan lebih lemah dibanding dirimu. Aku adalah cowok yang lemah.

            Aku pergi dan kau tidak boleh menangis. Dis, kau harus menjalankan hidupmu dengan penuh semangat karena masa depanmu masih panjang. Banyak sekali orang-orang yang mencintai dan menyayangimu. Ada Mum, Dad, Michael, James, Luke, Donna, Miley… Mereka adalah orang-orang yang paling penting di hatimu. Masih ada mereka yang setia menemani dan memberimu kekuatan.

            Aku sangat mencintaimu meski menurutmu aku adalah cowok jahat dan hanya bisa mempermainkan perasaan cewek. Maafkan aku. Itu terserah padamu. Tapi asal kau tau Dis, kau adalah gadis terhebat yang pernah aku temui. Aku sayang padamu dan berharap setelah ini kau bisa menjalani hidupmu tanpa ada kesedihan sediktpun.

            Ohya, acara akhir tahun sebentar lagi diadakan. Ku harap kau mau tampil di panggung dan aku janji akan melihatmu. Walau melalui dunia yang lain. Aku sangat mencintaimu. Sangat mencintaimu.

            Dari orang bodoh yang sangat mencintaimu,

            Mario Haling

***

            Entah sudah berapa lama Disty bersimpuh di dekat makam Rio. Ya. Cowok itu meninggal karena kecelakaan maut. Motor Rio tidak sengaja di serempet mobil dan mobil itu tidak mau bertanggung jawab. Parahnya lagi Rio tidak menggunakan helm. Rio sudah mati di tempat dan tidak bisa diselamatkan di rumah sakit. Itulah yang diributkan oleh Michael, Ayah dan Ibunya. Apalagi Ayahnya yang adalah Ayah kandung Rio. Pantas saja Ayahnya begitu khawatir pada Rio.

            Jadi, inilah arti dari semua mimpi-mimpi buruk yang ia alami? Jadi seseorang dalam mimpinya itu merupakan peringatan untuknya bahwa selama ini hubungannya dengan Rio adalah terlarang karena ia dan Rio adik-kakak. Disty harus mengakhiri hubungan itu mau tidak mau. Ini juga merupakan alasan mengapa Ayahnya sangat tidak menyukai hubungannya dengan Rio. Ayahnya tidak membenci Rio, melainkan membenci hubungannya dengan Rio. Satu lagi. Pertama kali bertemu Rio, Disty sudah merasa tidak asing lagi dengan wajah Rio karena ternyata Rio mirip dengan Ayahnya, artinya Rio juga mirip dengan dirinya.

            Bagaimanapun juga, Disty tidak bisa menyalahkan dan membenci Ayahnya. Ayahnya yang tega menyakiti Ibu Rio dan menuduh Ibunya karena telah berselingkuh dengan lelaki lain. Bagaimanapaun juga Thomas adalah Ayahnya dan Disty tidak bisa membenci Ayahnya. Michael juga baru tau semua ini dan Michael sadar bahwa ia dan Rio adalah adik-kakak. Sementara Bella sudah tau sejak tiba di Inggris tapi Bella tidak marah.

            Sampai sore hari ini Disty masih belum bisa meninggalkan tempat ini. Di sampingnya ada Luke yang selalu menemaninya. Luke tidak akan mau pergi jika Disty tidak pergi. Padahal Disty sudah mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan menyuruh Luke pulang. Tapi Luke menolak dan ingin terus menemani Disty. Menemani apa yang dirasakan Disty. Menemani kesedihan yang dirasakan Disty.

            “Ku kira di bulan November ini tidak akan ada kesedihan lagi, tapi dugaanku salah.” Ucap Disty.

            “Dis, di setiap kehidupan tentu ada saja kesedihan. Tidak selama-lamanya kita bahagia. Jika hidup ini tidak ada kesedihan, tantangan atau cobaan, pasti tidak akan seru. Seperti cerita dalam novel. Tidak akan seru cerita itu jika tidak ada konflik yang dalam kehidupan nyata adalah seperti sebuah cobaan atau tantangan hidup.” Ucap Luke.

            “Iya, aku tau. Tapi kesedihan ini terus saja menemaniku. Aku sudah bahagia karena menemukan gitarku. Dan sekarang Rio meninggalkanku. Aku sudah cukup ikhlas ditinggal Lintar dan aku tidak mau Rio meninggalkanku.” Ucap Disty.

            “Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan makhluk-Nya. Kau cukup kuat menghadapi cobaan ini.” Ucap Luke.

            Disty menghela nafas berat. “Kenapa? Kenapa kau tidak mau memberitahuku?” Tanyanya.

            Entah mengapa jantung Luke berdebar-debar. “Memberitahumu apa?” Tanyanya.

            “Tentang Rio. Rio sudah menceritakan padamu kalau aku dan dia saudara. Kenapa kau tidak mau memberitahuku?” Tanya Disty.

            “Bukannya aku tidak mau memberitahukanmu. Tapi Rio yang menyuruhku untuk tidak memberitahumu. Biarkan Rio yang nantinya memberitahumu. Sama seperti Ayahmu. Selama ini dia menyimpan erat rahasia itu dan membiarkan Rio yang menceritakannya padamu.” Jawab Luke.

            “Tapi kenapa Rio harus meninggal? Kenapa?” Tanya Disty. Air matanya kembali turun membasahi pipinya.

            Baru saja Luke bicara, seorang cowok datang mendekati keduanya dan entahlah apa yang dirasakan Disty. Harry. Cowok itu datang mendekatinya dan Disty tidak tau harus berbuat apa. Tapi Disty ingin Harry menjauh darinya.

            “Aku turut berduka cita atas meninggalnya Rio. Semoga dia tenang di alam sana.” Ucap Harry.

            “Kapan kau menjadi seseorang yang pengertian terhadap orang lain?” Tanya Disty dengan suara yang sedikit tertekan.

            “Aku.. Maafkan aku. Karena aku, semuanya menjadi seperti ini. Tapi tenang saja. Kali ini aku janji akan berubah. Besok, aku dan Gemma pindah ke Manchester dan memulai hidup baru disana. Aku akan belajar memahami apa arti hidup yang sebenarnya.” Ucap Harry.

            Air mata Disty semakin banyak keluar dan terdengar suara isakan kecil. Lintar, seseorang yang dicintainya sudah meninggalkannya dan ia tidak bisa melihat wajah Lintar lagi. Rio, seseorang yang dicintainya juga sudah meninggalkannya dan ia tidak bisa melihat wajah Rio lagi. Dan sekarang, Harry yang akan meninggalkannya? Disty pun berdiri dan menatap Harry dengan rasa sesak di dadanya.

            “Harr, aku sudah kehilangan dua cowok yang aku cintai, dua cowok yang pernah mengisi hatiku. Dan sekarang kau yang akan meninggalkanku? Aku beri kau satu kesempatan. Aku akan kembali mencintaimu asalkan kau beneran mau berubah. Tidak perlu pindah ke Manchester.” Ucap Disty.

            Harry tersenyum dan Disty masih bisa melihat lesung pipit Harry yang indah. “Maafkan aku. Aku tidak bisa. Ini keputusan finalku dan kami harus bersiap-siap untuk keberangkatan besok. Aku janji Dis akan berubah menjadi lebih baik dan menemukan kehidupan baruku. Aku mencintaimu, tapi aku harus meninggalkanmu.” Ucapnya.

            Keduanya pun berpelukan. Disty menangis di pelukan Harry dan Disty berharap ia akan selalu berada di pelukan hangat itu. Kenapa? Kenapa? Disty tersadar. Dia sudah kehilangan tiga cowok yang sangat dicintainya. Lintar, Rio dan Harry.

            Setelah melepaskan pelukannya, terakhir Harry menampilkan senyuman terbaiknya untuk menjadi kenang-kenangannya dengan Disty. “Maafkan aku. Ku harap kau tidak menyimpan rasa kebencian padaku agar aku bisa pergi dengan tenang. Manchester pasti terlihat indah dan siap merubahku menjadi anak yang baik. Aku tidak akan pernah melupakanku dan semua yang telah kita lalui serta semua yang telah kau lakukan untukku. Kau adalah gadis yang terhebat.” Ucapnya.

            Disty berusaha menampilkan senyuman terbaiknya sebagai balasan dari senyum Harry. Kemudian Disty memegang pipi kiri Harry sambil mengelus lembut pipi itu. Air matanya masih mengalir dan entah kapan bisa berhenti. Jika ini yang terbaik.. Jika ini adalah keputusan dan takdir Tuhan, Disty akan menerima dengan ikhlas.

            “Jaga dirimu baik-baik. Disty tidak akan benci pada Harry. Disty akan selalu menyayangi Harry. Jangan lupakan Disty. Tapi Harry harus menemukan gadis lain, yang tentunya lebih baik dari Disty. Disty baik-baik saja disini.” Ucap Disty.

            Harry mengangguk-angguk. “Ya. Kau juga harus menemukan kebahagiaanmu. London adalah kota indah. Banyak cinta disini. Aku juga akan mencari cinta baru di Manchester. Aku janji. Dan aku janji berubah menjadi Harry yang baik yang selalu kau inginkan. Aku janji.” Ucapnya.

            Setiap pertemuan tentunya ada perpisahan. Kemudian Harry berjalan menjauhi Disty dan ia benar-benar pergi meninggalkan Disty. Bukan. Bukan hanya Disty saja. Tetapi meninggalkan semua kenang-kenangan di Kota London ini. Harry berharap ia bisa berubah seperti apa yang diinginkan Disty. Manchester. Kota masa depannya.

            Tiba-tiba Luke menyentuh pundaknya. “Good job. Kau bisa tersenyum dalam keadaan apapun. Inilah Disty yang sebenarnya. Disty yang selalu ceria, tersenyum, semangat dalam hal apapun. Harry akan baik-baik saja disana.” Ucapnya.

            “Iya aku tau. Tapi rasanya susah sekali melupakan semua kesedihan itu. Dan rasanya aku tidak ingin kehilangan Harry. Maksudku kehilangan Lintar, Rio, dan Harry. Mereka sangat berarti untukku. Aku tidak bisa melupakannya. Jika saja aku bisa bertemu dari salah satu diantara mereka, aku ingin mendekap mereka, aku ingin memeluk mereka lebih erat lagi agar mereka tak akan pergi dari sisiku.” Ucap Disty.

            Suasana menjadi sedikit gelap dan agak mendung. Suara geluduk kecil mulai terdengar di atas langit abu dan sebentar lagi turun hujan. Hujan. Disty tidak akan pernah melupakan saat hujan turun karena ia dan Harry bermain-main air disana sampai Harry sakit dan ia sangat khawatir dengan Harry.

            Dan hatinya seakan-akan seperti hujan, yang selalu menjadi air kesedihan tetapi dapat menceriakan banyak hal.

***
           
If today I woke up with you right beside me

            Like all of this was just some twisted dream

            I’d hold you closer than I ever did before

            And you’d never slip away

            And you’d never hear me say..

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar