expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 18 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 12 )

Part 12

.

.

.

Blackboy berkemas-kemas. Kata Deni, managernya, secepatnya harus pindah karena ada satu hal. Cakka cs nurut aja, walaupun Cakka ingin tetap tinggal disini. Ia juga nggak ingin meninggalkan orang-orang yang disayanginya. Juga sahabat lamanya waktu ia SMA. Sekarang Cakka udah lulus SMA dan nggak tau mau kuliah ato enggak.

Dan Oik. Cewek itu nggak lagi menghubungninya. Syukurlah, walau dosanya masih ada, tapi Cakka yakin Oik mau memaafkannya. Cakka yakin ia dan Oik nggak lagi berhubungan. Tapi harapannya sia-sia. Pagi itu juga, Oik datang ke rumahnya.

“Lo kan mo pindah, jadi gue harus ikut.” Kata Oik.

“Tapi Ik, sekolah Lo kan disini. Walau gue masih ada di Jakarta. Sebaiknya Lo jangan ikut kami.” Bantah Cakka. Ia sudah bisa melupakan Oik sedikit-dikit.

“Nggak bisa. Lo harus bertanggung jawab.” Kata Oik tersenyum penuh kemenangan.

Cakka menaikkan alisnya. Jadi Oik belum memaafkannya?

“Ik, Lo kan udah aborsi bayi Lo. Pake uang gue lagi. Masalah kita selesai. Gue dan elo nggak ada hubungannya lagi. Lagipula, gue mulai menyukai seorang cewek.”

Ingatannya kembali pada pertemuan singkat itu. Di bangku itu. Ia dan seorang cewek yang tidak ia kenali. Tapi Cakka yakin suatu hari nanti ia dapat bertemu cewek itu.

“Nggak bisa. Mama dan Papa gue marah ma gue. Mereka minta tanggung jawab Lo. Gue aja sebenarnya malas tau ikut Lo. Ayolah Kka.. Gue nggak berani balik ke ortu gue..” Oik memelas dengan sangat yang dapat meluluhkan hati Cakka.

“Okelah, Lo boleh ikut kami. Lo juga ntar dijadiin asisten manager kalo bisa.” Kata Cakka.

“Yee.. Tapi, ini yang lebih penting.”

“Apa?”

“Lo harus...”

***

Drtdrtdrt...

Pagi buta dering HPnya berbunyi. Dengan malas dan masih mengantuk, Rio mengambil HPnya secara paksa. Siapa sih pagi-pagi ini sms gue? Jangan-jangan, cewek itu lagi.

From : Dea

Pagi Yo.. Bangun.. Kn mo skul.. J 

Dea Christa Amanda. Cewek yang belakang-belakangan ini mengganggunya. Di kala ia sedikit berhasil pedekate ke Ify. Ya, Ify mulai membuka hatinya sedikit. Walaupun tidak semuanya. Rio yakin Ify mau menjadi pacarnya.

Setelah mandi, Rio sarapan bersama Pak Marto dan Angel. Kedua kakak beradik itu sedang membicarakan suatu masalah yang ia tidak ketahui. Tapi Rio mendengar Pak Marto mengucapkan kata ‘Cakka.’ Ohya, bukannya Cakka itu salah satu personil blackboy?

“Tapi Cakka itu anak mu mas, walaupun cuman anak angkat.” Kata Angel di sela-sela makannya.

“Saya juga tau, tapi saya begitu khawatir padanya. Jika Cakka mau kembali ke rumah ini, saya berjanji tidak akan bentak dia. Saya ingin Cakka menjadi anak yang dapat membanggakan orangtua.” Jelas Marto.

“Terserah deh. Cakka kan sudah bahagia dengan kehidupannya. Ya, kita ambil aja dari segi positifnya. Cakka bergaul dengan orang-orang yang baik. Saya tau dari teman-teman saya kalo blackboy itu anaknya ramah-ramah. Daripada ayo jadi kayak dulu.”

Jam ditangannya menunjukkan pukul 6.30. Cepat-cepat Rio berlari menuju parkiran. Sebelumnya ia pamitan dulu sama Marto dan Angel. Hemmm, jemput Ify nggak ya?

***

Ify duduk di teras rumahnya sambil memakan rotinya. Sampai hari ini, ia tak percaya. Sangat tak percaya bahwa hatinya sudah sangat menyukai Rio, atau tepatnya lagi mencintai Rio. Tapi Ify takut jika suatu saat nanti Rio melupakannya. Itulah hal yang paling ia bencikan dari seorang cowok.

Tadi, Rio meng-smsnya. Katanya, Rio akan menjemputnya. Kali ini, Ify tak bisa menolak. Selain ngirit pengeluaran, Ify juga aman bersama Rio dan tidak terlambat datang ke sekolah. Daripada naik angkot, lebih baik nebeng sama Rio.

Nah, itu Rio. Ify bergegas menemui Rio. Pertama yang ia lihat adalah senyuman manis Rio yang belakang-belakangan ini hadir di pelupuk matanya. Ya, Ify suka melihat senyuman itu. Senyuman termanis yang perha dilihatnya.

“Shilla mana?” Tanya Rio. Lha, kok nanya Shilla sih?

“Sama Alvin.” Jawab Ify ngasal.

“Oh.” Rio menatap Ify yang juga sedang menatapnya. Buru-buru Ify menunduk. Rio tertawa kecil melihat tingkah Ify yang menurutnya salting.

“Fy..” Kata Rio.

“Ya?”

“Gue... Gue pengin kita seperti Shilla dan Alvin. Mereka begitu bahagia..”

Ify tidak tau harus jawab apa. “ Kita berangkat yuk! Ntar telat lagi.”

Rio nurut aja. Barangkali Ify belum siap menjadi pacarnya.

***

Lagi, di kelas 1D dilanda gosip hangat. Kata Zahra, blackboy akan pindah jauh dari tempat ini. Dan yang lebih hangat lagi, Oik, mantan Cakka ikut pergi bersama blackboy itu. Karena itulah Oik tidak sekolah lagi disini. Dan, katanya juga Cakka balikan ma Oik. Maksudnya kembali menjadi sepasang kekasih.

Shilla tidak begitu peduli. Baginya, bertemu Cakka sudah cukup. Shilla nggak mau berharap banyak. Ia kan udah menjadi milik Alvin. Ingat, Cakka cuman tokoh idolanya dan Alvin adalah cintanya.

“Ya ampun Via.. Ada apa Lo?” Tanya Febby melihat penampilan Sivia yang berantakan.

“Gue nggak papa.” Jawab Sivia mencoba tersenyum.

“Eh Vi, ntar kita ke rumah Lo ya.” Kata Shilla.

“Ng.. Kayaknya nggak bisa. Maaf ya.” Jawab Sivia. Kalo Shilla dan lainnya ke rumah, mereka bakal tau kalau ia adalah saudara tiri Gabriel. Padahal Mama melarang keras memberitahu kepada siapapun mengenai hubungannya dengan Gabriel.

“Kenapa?” Tanya Shilla kecewa.

Sivia tidak menjawab. Pelajaran pertama di mulai. Di sela-sela pelajaran, pikiran Sivia tidak tenang. Ia penasaran betul mengapa Mama begitu berubah. Jangan-jangan... Apa karena... Papa?

***

“Sivia aneh.” Kata Febby tiba-tiba.

“Iya. Dia cewek teraneh yang pernah gue kenal.” Kata Shilla membenarkan omongan Febby.

“Aneh apanya sih?” Tanya Ify yang tiba-tiba ingin tau.

“Hemm, bukannya Lo nggak pernah mau tau urusan orang?” Ejek Shilla.

Belum sempat Ify menjawab, sebuah motor tiger berhenti didepannya. Rio? Febby dan Shilla berdehem melihat kedatangan Rio untuk Ify.

“Kenapa sih kalian berdua?” Tanya Ify malu.

“Cieee.. Pangerannya udah jemput tuh..” Goda Shilla.

“Hai Fy, Shill, dan nggak tau siapa namanya. Hehe, pulang yuk!” Ajak Rio.

“Noh sono Lo pergi, hus..hus..” Kata Shilla dengan nada mengusir. Terpaksa Ify menaiki motor Rio. Tapi jujurnya, Ify malu banget. Biasanya ia dijemput Rio di kala ia sendirian.

Motor itu pun meninggalkan kediaman dua cewek itu.

“Pacar Ify?” Tanya Febby.

“Calon Feb. Nah, itu Alvin! Gue cabut dulu ya.” Kata Shilla lalu berlari kencang meninggalkan Febby. Febby tersenyum kecil melihat tingkah Shilla. Lalu, matanya terpusat pada seorang cewek yang duduk bersama seorang cowok. Lho? Itukan Sivia. Sedang apa dia disana? Bukannya Sivia nggak punya pacar?

Eh, tapi.. Tapi cowok itu...

***

Blackboy sudah sampai pada tujuannya. Sebuah villa yang nggak kalah mewah dengan villa sebelumnya. Sebenarnya, Ray dan lainnya nggak setuju ngajak tinggal Oik di villa ini. Tapi mau bagaimana lagi? Cakka sudah bercerita jujur ke mereka semua. Awalnya, Ray begitu kaget. Namun Ray berusaha setenang mungkin. Jadi, ini salah satu alasan mengapa Cakka berani meninggalkan Ayahnya.

“Kka, apa Lo yakin Lo yang menghamili Oik?” Tanya Ray. Entah mengapa firasatnya mengatakan kalo Cakka sama sekali tak bersalah.

Cakka hanya mengangkat bahu.

“Lho? Siapa tau kan bukan Lo yang hamili Oik. Oik kan cewek nggak baik Kka, dia banyak kenalan cowoknya.”

“Gue nggak tau. Gue juga ngerasa bukan gue yang hamili Oik. Udah ah, gue capek mikirin semua itu. Gue istirahat aja ya.”

Ray melihat Cakka yang sedang lelah.

“Hei! Lo Ray kan?” Kata sebuah suara yang tak lain adalah Oik. Ray menatap Oik dengan tatapan tidak ramah, dan Oik cuek aja.

“Emang beneran Cakka yang hamili Lo?” Tanya Ray.

“Bukan urusan Lo.” Jawab Oik seraya meninggalkan Ray yang dilanda penasaran.

‘Gue yakin Cakka nggak salah. Akan gue buktikan.’ Tekad Ray.

***

Dua orang itu sedang duduk di pinggir danau. Pemandangan di sekitar danau itu terasa sejuk. Pikiran kita juga menjadi fres dan dapat menghilangkan stres. Ify begitu menikmati pemandangan ini. Begitu pula Rio. Tidak sia-sia Ify diajak kesini sama Rio.

Perlahan, dengan ragu-ragu, Rio merangkul bahu Ify. Otomatis Ify kaget. Ia melirik ke arah Rio. Dan yang bikin malu, Rio tersenyum melihatnya. Saat-saat inilah yang begitu dek-dekan dan penuh kesaltingan.

“Fy..” Kata Rio.

“Ya?”

“Gue.. Gue suka sama elo.”

‘Gue juga Yo, tapi gue takut, suatu hari nanti Lo lupakan gue.’ Batin Ify.

“Awal pertemuan kita, gue mulai ngerasain getaran-getaran halus. Pertemuan selanjutnya, gue udah dapat menyimpulkan kalo gue jatuh cinta.” Rio memberhentikan kalimatnya. “Gue tau Lo anti cowok. Tapi ingat Fy, nggak semua cowok itu kelakuannya buruk. Gue cowok baik Fy. Gue berani bertaruh kalo Lo adalah cinta pertama dan terakhir gue. Gue sayang elo Fy.. Sayang banget. Lo cewek pertama yang bikin gue galau.”

Ify tersenyum mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan Rio. Tuhan, apakah ini saatnya? Apakah aku harus menerimanya? Apakah aku tidak akan sakit lagi? Tapi melihat wajahnya, aku begitu yakin kalo dia sungguh-sungguh mencintaiku. Tuhan, apakah aku harus menerimanya?

“Yo..”

“Ya?”

“Nyanyiin gue lagu.” Pinta Ify. Rio menaikkan alisnya.

“Tapi gue nggak bawa gitar.” Kata Rio.

“Kalo gitu, Lo utang nyanyi buat gue.” Kata Ify tersenyum penuh misteri.

“Beneran?” Tanya Rio agak bingung. Namun ia memiliki sebuah ide.

“Ya.”

“Okelah, besok sore gue ajak Lo kesini. Gue mau bikin kejutan buat Lo.” Kata Rio.

Kejutan? Hemm... Ify berpikir sejenak lalu tersenyum penuh arti.

Dari jarak yang cukup jauh, seorang cewek tersenyum pahit melihat pemandangan itu. Benar kan, cowok yang ia sukai telah bersama cewek lain. Tapi ia mendapatkan suatu kebahagiaan yang luar biasa.

Semoga Rio sukses jadian dengan Ify.

***
TBC ....
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J

@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar