expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 03 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 6 )

Hy all !!!

Ini part enamnya .. Yang berhenti tag komen ajj ..

Ohya, yang nggak ke tag maap ya, cz dia udah full tagnya ..

Happy reading ...

Yang baca wajib like+komen #maksabanget#





Part 6

.

.

.

Dea melihat wajah seseorang yang sangat dikenalnya. Dialah Alvin, kakak kandungnya. Alvin barusan datang kesini sejak siang tadi. Malam ini, mereka berdua menikmati pemandangan gelap yang indah. Ditemani dua cangkir cappucino. Alvin maupun Dea saling bertukar cerita dan kisah.

“Jadi, Dea kesini karena mau balas dendam?” Tanya Alvin.

“Yaiyalah Kak, kan gue udah bilang Lo. Gimana? Lo udah nyari perhatian Shilla atau Ify?” Tanya Dea bersemangat. Ify dan Shilla lah sahabat dulunya. Tapi sekarang mereka nggak mungkin lagi dapat bersatu, karena Dea menyimpan suatu dendam terhadap Ify dan Shilla. Kenangan masa lalunya bersama Ify dan Shilla membuatnya semangat untuk balas dendam.

Alvin tersenyum licik mendengar perkataan Dea. Dirangkulnya adiknya itu dengan penuh kasih sayang. Alvin juga terlibat dalam masa lalu Dea. Untuk itu, ia ingin membantu Dea agar kehidupan Ify dan Shilla tidak tenang.

“Sip! Gue akan buat Shilla menderita. Lo tenang aja, dendam kita akan terwujud.” Kata Alvin.

“Apa Shilla suka sama Lo? Terus Ify?”

“Shilla emang suka gue. Gampang kok kalo Shilla. Kalo Ify? Gue belum punya ide. Ify itu anti banget yang namanya cowok. Terakhir dia putus sama Gabriel.”

Dea mangut-mangut mendengar penjelasan Alvin. Hemmm... Sepertinya ia butuh ekstra keras agar dapat mewujudkan dendamnya pada Ify.

“Tenang aja Kak, Ify bakal suka sama cowok. Gue yakin. Akan gue bantu dia jatuh cinta.” Kata Dea.

“Ok, sip!” Kata Alvin. Mereka pun melanjutkan pembicaraan. Tapi bukan mengenai pembalas dendaman, melainkan pada satu topik yaitu sebuah berita hangat yang tadi tersebar di televisi maupun di koran.

***

“Mau kemana malam-malam?” Tanya Diana, Mama Shilla.

“Eng.. Keluar bentar.” Jawab Shilla.

“Ya sudah, hati-hati. Kamu baru pulang soalnya.”

Shilla tersenyum pada Mama. Tumbennya Mama pulang, Mama kan super duper sibuk. Jarang lho Mama di rumah. Mungkin Mama pengin menghabiskan waktu bersama anaknya yang cantik ini, hehe...

Setelah membeli sekantong makanan kecil di supermarket yang letaknya tak jauh dari rumahnya, tepatnya di tengah jalan, Shilla dihadang oleh dua lelaki yang tak dikenalnya. Siapa dua lelaki itu? Mau apa dia?

Shilla yakin dua lelaki itu adalah lelaki yang tidak baik. Shilla mundur selangkah. Namun dua lelaki itu maju mendekatinya. Shilla mundur lagi. Namun lagi-lagi dua lelaki asing itu seperti ingin memburunya.

“Mau kemana anak manis?” Salah satu dari lelaki itu berbicara padanya. Bulu kuduk Shilla merinding. Wah, nyawanya sedang terancam. Shilla tidak bisa keluar dari kurungan dua lelaki ini.

“Siapa kalian?” Kata Shilla melawan. Ia nggak mau menyerah begitu aja.

Kedua lelaki itu tidak menjawab, melainkan menggodai Shilla. Salah satunya sudah berhasil mengcengkram tangan kanan Shilla. Otomatis Shilla berteriak ketakutan. Tempat ini sepi. Peluang untuk selamat sangat sedikit.

“Woi! Siapa kalian? Mau apa kalian?” Teriak seseorang. Shilla melihat orang itu. Yes! Bantuan segera datang!

Cowok yang menolongnya itu tak segan-segan memukuli dua lelaki itu. Pertarungan sengit dimulai. Shilla menutup mata saking takutnya. Diam-diam ia kagum pada cowok itu. Jago banget cowok itu kelahi.

Akhirnya, cowok itu berhasil mengusir dua preman itu. Tapi cowok itu mengalami luka parah. Wajahnya biru lebam. Shilla merasa harus menolong cowok itu.

“Kamu sakit? Ke rumah aku aja.” Kata Shilla hendak memegang wajah cowok itu. Tapi si cowok menepis tangannya.

“Gue nggak papa. Permisi.” Kata cowok itu dingin seraya meninggalkan Shilla.

‘Cowok misterius. Ify harus tau!’ Batin Shilla.

***

 Pagi yang cerah. Sinar matahari memasuki celah jendela kamarnya. Mentari menyapanya. Ify terbangun dari mimpi buruk. Cowok itu lagi... Sampai kapan ia bisa melupakan cowok itu? Ify mengucek-ngucek matanya, lalu ia buka HPnya.

Astaga! Ada sepuluh pesan masuk dari Shilla. Satu per satu Ify membuka pesan itu. Dan ternyata isinya sama aja. Yaitu, ‘Ify... Cepat ke rumah gue..’. Hemmm, kenapa Shilla nggak miscall aja? Cepat-cepat Ify menyambar handuknya lalu mandi ala bebek.

“Makan dulu Fy..” Kata Mama yang sedang berada di dapur.

“Di rumah Shilla..” Balas Ify. Ia malas betul sarapan pagi yang kata Mamanya sangat berguna bagi kesehatan. Tapi Ify tak peduli. Cewek itu cuek dengan kesehatan. Nggak heran ia jarang olahraga.

Sesampai di rumah Shilla, Shilla langsung menyuruh Ify masuk ke dalam kamarnya. Ify nurut saja.

“Fy, Lo tau?” Tanya Shilla.

“Tau apa?”

“Kemarin, gue dihadang sama dua cowok yang nggak gue kenal.”

“Terus?”

“Terus gue kayak mau di godain gitu, lalu datang cowok yang nyelametin gue. Hebatnya, cowok itu berhasil mengusir dua lelaki yang hadang gue tadi. Lo tau Fy? Cowok yang nyelametin gue itu cueknya minta ampun. Tapi, sepertinya cowok itu sedang punya masalah besar.”

Cowok? Ify begitu muntah mendengar kata cowok. Walaupun begitu, Ify sangat berterimakasih pada cowok yang telah menyelamatkan Shilla-kalo cerita Shilla bener sih-. Di dunia ini, ada cowok baik dan cowok jahat. Nggak semua cowok jahat, nakal, nggak mau tau perasaannya. Seperti Ayah. Dia adalah lelaki yang hebat!

“Fy, besok kita udah mulai daftar di SMA Himalaya. Pokoknya, Lo harus sekolah disana. Harus!”

Omongan Shilla seperti polisi yang akan menjebloskan penjahat ke penjara. Si penjahat itu harus masuk ke dalam ‘rumanhnya’ selama waktu yang ditentukan. Ify tidak bisa menolak permintaan sahabatnya itu.

***

Tempat tinggal baru! Batin Cakka dalam hati. Cowok itu memasuki rumah yang nggak terlalu besar. Rumah itu seperti rumah hantu. Tapi Cakka memberanikan diri untuk masuk. Mungkin, rumah ini akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik.

Cakka ingin membuat semua orang bangga. Termasuk Ayahnya.

“Selamat datang bro!” Sapa seorang cowok yang berambut gondrong.

“Mana kamar gue? Gue capek.” Kata Cakka.

Cakka melewati cowok itu.

“Sabar bro! Minum dulu.”

Terpaksa Cakka menuruti cowok itu. Beberapa menit kemudian, cowok itu datang membawa dua gelas minuman berwarna hijau.

“Gimana kabar Lo?” Tanyanya.

“Menderita. Gue pengin ngubah hidup gue menjadi lebih baik. Mungkin Lo bisa bantu. Gue pengin buat Ayah bangga.” Jawab Cakka.

Nama cowok itu adalah Ray. Ray setahun lebih tua dari Cakka. Untuk membiayai nafkahnya, Ray memiliki sebuah band yang cukup terkenal yang beranggotakan lima orang. Yaitu Debo, Deva, Lintar, Ozy dan dirinya sendiri. Kata Ray, ia senang-senang aja melakukan pekerjaan itu. Asalkan halal. Cakka tak habis pikir karena selama hidupnya ini ia suka makan makanan haram. Cakka suka sekali mencuri dan main judi. Tapi tidak sekarang.

Cakka akan berubah menjadi lebih baik.

“Ohya, kemana yang lainnya?” Tanya Cakka.

“Lagi ngamen. Ntar lagi juga pulang.” Jawab Ray tersenyum.

Cakka begitu kagum pada sahabatnya satu ini. Walau menurutnya kehidupan Ray cs berada di kasta paling bawah #Gara2 pelajaran IPS#, nggak heran Ray memiliki jiwa sosial. Kalo ada sisa uangnya lebih, uang itu selalu ia sumbangkan kepada siapa yang membutuhkan. Dan Ray menerimanya tinggal disini juga karena jiwa sosialnya yang tinggi.

“Ayah Lo... Apa Ayah Lo nggak sedih kehilangan Lo?” Tanya Ray hati-hati.

“Dia nggak peduliin gue lagi. Ya sudah, mana kamar gue? Gue mau istirahat.”

Ray tak ingin Cakka merasa sedih atau apalah. Jika ia jadi Cakka, tentu Ray tidak bersusah payah ngeband sana-sini. Cukup belajar dan sekolah saja. Ya, mungkin ada suatu hal yang membuat sifat Cakka berkebalikan dengannya.

Dan sampai sekarang Ray belum tau apa penyebabnya.

***

Ify dan Shilla sudah siap lahir batin untuk mengikuti tes di SMA Himalaya. Belajar lagi, oh belajar lagi. Ify maupun Shilla membolak balikkan buku pelajaran yang udah mereka simpan di kardus. Kirain pake Nem, ternyata pake tes! Kalo di sekolah lain mungkin pake Nem aja. Ify yang dikenal mempunyai otak encer seratus persen bakal diterima. Masalahnya sekarang adalah Shilla. Mampukah ia lulus dalam menghadapi tes itu?

Harus! Batin Shilla. Ia tidak mau mengandalkan uang. Gampang lho sekolah disana kalo kita punya banyak uang. Tapi Shilla nggak mau. Ia menganggap dirinya hanya cewek sederhana. Shilla nggak mau banyak orang mengenalnya sebagai cewek kaya yang hanya mengandalkan kekayaan orangtua.

Shilla ingin bisa mandiri seperti sahabatnya, Ify.

Pagi itu, mereka sudah sampai di SMA Himalaya. Shilla menengok sana-sini. Tentu Ify dapat menyimpulkan kalo Shilla mencari Alvin. Alvin kan juga sekolah disini. Nah, itu dia! Tapi tunggu, siapa cewek yang daritadi mengekori Alvin?

“Fy, liat tuh, Alvin!” Kata Shilla mengguncang-guncangkan tubuh Ify.

Ify menatap Shilla dengan malas. “Alvin lagi Alvin lagi. Gue benci ngobrol mengenai cowok.”

“Tapi Fy, siapa cewek itu?” Tanya Shilla menunjuk ke arah Alvin dan cewek cantik yang bersamanya.

Terpaksa Ify melihat makhluk yang sangat dibencinya. Memang benar, itu Alvin dan seorang cewek yang tidak dikenalinya. Tunggu! Bukannya itu, bukannya itu...

“Hai!” Sapa sebuah suara yang membuat jantungnya serasa berhenti berdetak.

***
TBC....
Nah lho? Siapa itu?
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar