expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 31 Mei 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 5 )

Hy all !!!

Ini part limanya .. yang berhenti tag komen ajj ..

Ohya, yang nggak ke tag maap ya, cz dia udah full tagnya ..

Happy reading ...

Yang baca wajib like+komen #maksabanget#




Part 5

.

.

.

Hari itu Rio mengutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia menerima ciuman Keke. Parahnya lagi, cewek yang dilihatnya di toko buku tadi melihat adegan itu. Ah, bodoh! Tapi Rio merasa bersyukur bisa selamat dari incaran Keke. Katanya tadi, Keke tidak akan lagi mengejarnya. Rio ingat percakapannya tadi dengan Keke.

“Keke janji nggak akan incar Rio lagi.” Jelas Keke.

“Ya.” Jawab Rio singkat.

“Ohya Yo, kalo Lo udah sampe di Jakarta, tolong temuin Dea ya. Dea itu temen gue waktu kecil.”

Nggak penting! Batin Rio. Tujuannya ke Jakarta hanya untuk belajar saja. Nggak lebih dari itu. Rio juga berjanji untuk tidak tergoda oleh ribuan cewek-cewek cantik disana. Meskipun nantinya ia bertemu Dea yang katanya Keke adalah cewek cantik yang dengan mudahnya menarik perhatian cowok.

Ingat. Rio cuman sekali jatuh cinta. Yaitu pada seorang cewek yang pernah ditemuinya di Bunaken itu, sekaligus di toko buku itu.

***

“GILA !!!”

Ify membanting novelnya keras-keras di lantai. Shilla yang sedang mendengarkan musik di earphone terlonjak kaget. Musik yang ia dengar kalah kerasnya dari bantingan novel Ify. Shilla dapat menyimpulkan kalo sahabatnya itu terpukul atas kejadian tadi. Shilla lebih memilih untuk diam.

“Ternyata, semua cowok sama saja. Gue benci cowok!”

Ify mengambil novel yang sedikit rusak. Saat ini Ify lagi malas baca novel kalo suasana hatinya lagi nggak mood. Ify...Ify.. Kenapa Lo bisa suka sama cowok aneh itu? Kenapa Lo bisa cemburu? Padahal cowok itu sama sekali nggak Lo kenal? Apa Lo belum puas disakiti sama Gabriel yang sekarang ini bahagia sama si cewek Korea? Hah? Korea dari hongkong! Tampangnya aja cantik tapi hatinya tidak.

Malam ini memang malam yang paling menyakitkan baginya. Secepat mungkin Ify ingin terbang ke rumahnya. Lalu, pintu kamar di buka. Tampak makhluk yang dibencinya tersenyum melihatnya. Bukan..Bukan.. Melainkan tersenyum melihat Shilla.

“Malam Shilla.. Lagi apa?” Sapa Alvin sok manis. Ify muntah melihat Alvin dan mendengar suara Alvin.

“Eh Alvin..” Shilla melepas earphonenya lalu tersenyum melihat pangeran hatinya. “Lagi dengerin musik. Ada apa?”

“Mmm, sepertinya besok kita mau balik ke Jakarta.”

Berita yang menggembirakan! Senyuman terbentuk dibibirnya. Lebih cepat lebih baik. Ify sudah tidak tahan lagi berada di Kota menyebalkan ini.

“Ya.. Padahal gue mau lama-lama..” Shilla kecewa.

Aduh Shill, pulang aja.. Bosen tau nginep disini... Semoga Alvin tidak mengubah keputusannya untuk balik ke Jakarta besok. Ify harap-harap cemas.

“Gue sih maunya juga begitu, tapi kita kan belum nyari SMA. Kalo pendaftarannya sudah ditutup gimana?”

Shilla berpikir sejenak.

“Benar. Eh, bagaimana kalo kita sekolah di SMA Himalaya? Om gue lho yang punya sekolahan itu..”

“Setuju. Gue juga mau dekat sama Lo. Okey! Good nigt, have a nice dream..”

Mendengar kalimat Alvin, hati Shilla berbunga-bunga. Gue juga mau dekat sama Lo. Jadi, Alvin naksir padanya? Hihihi.. Semoga saja benar. Beruntung banget gue jadi cewek.

“Cie.. Yang lagi senang..” Sindir Ify.

“Apaan sih Lo? Sana, Lo cari cowok sendiri.”

“Ogah ah. Enek gue sama cowok. Sama-sama nggak punya hati.” Kata Ify seraya merebahkan tubuhnya lalu menarik selimut secara kasar.

“Hei! Semua cowok punya hati. Kalo nggak, bakalan mati.”

“Terserah!”

“Terserah!” Kata Shilla yang mengikuti gaya Ify. Matanya menangkap novel yang berjudul Winter In Tokyo. Hemm, sepertinya novel ini menarik. Shilla pun membaca novel itu bersama sunyinya malam yang menemaninya.

***

Bandara Soekarno-Hatta. Rio menarik kopernya yang lumayan berat. Ia meminta bantuan taksi untuk mengantarnya menuju rumah Pak Marto. Kemudian, taksi itu melaju dengan kcepatan sedang. Jalan raya tampak ramai dan padat. Sangat mustahil kita melihat kendaraan yang melaju kebut-kebutan.

Bayangan cewek itu lagi. Rio berusaha membuang bayangan cewek asing yang menemani pikirannya sejak tadi. Untuk itu, Rio memilih untuk mendengarkan musik.

“Sudah sampai.” Kata Pak supir. Rio turun dengan hati lega. Ia mengambil koper dan barang bawaannya, tak lupa juga ia membayar uang pada pak supir karena telah mengantarnya. Rio berjalan mendekati rumah. Sesaat, hatinya ragu. Apa benar ini rumah teman Ayahnya?

“Permisi Pak, apa benar ini rumah Pak Marto?” Tanya Rio ramah pada satpam yang duduk santai di dekat gerbang.

“Ya, benar. Adik siapa?” Tanya Satpam itu tak kalah ramah. Setiap orang pasti mengira satpam ini masih muda. Tapi, umur satpam ini sudah dibilang tua lho. Senyuman dan sifat ramahnya lah yang membuat satpam ini terlihat muda.

“Saya Rio Pak, anaknya Pak Angga.” Jawab Rio.

Satpam itu tiba-tiba tersenyum. Ia mempersilahkan Rio masuk ke dalam rumah mewah itu. Rio masuk walau hatinya agak ragu. Benarkah ini rumah Pak Marto? Kalo ya, betapa kayanya Pak Marto. Rio pernah mendengar dari cerita ayahnya bahwa Pak Marto belum memiliki anak. Katanya, istrinya sudah lama meninggal. Sejak itu, Pak Marto tidak kawin lagi. Pak Marto lebih suka hidup sendiri.

Rio melihat seorang Pria berumuran empat puluhan tersenyum ramah padanya. Rio yakin orang itu adalah Pak Marto.

“Selamat datang! Maaf tadi saya tidak bisa menjemput adik.” Kata orang itu.

“Tak apa. Mmm, bapak tinggal sendiri ya disini?”

“Sebelumnya, ayo duduk dulu.”

Rio mematuhi perintah Pak Marto. Kedua matanya menangkap foto yang terbingkai rapi. Di foto itu ada wajah Pak Marto dan seorang cowok yang tidak ia kenal. Lho? Bukannya Pak Marto tidak punya anak?

“Itu anak saya, maksudnya anak angkat saya. Namanya Cakka Nuraga.” Jelas Pak Marto seolah-olah paham apa yang dipikirkan Rio.

“Oo, terus kemana dia sekarang?” Tanya Rio ingin tau.

Pak Marto menghela nafas panjang.

“Sebenarnya, Cakka anak yang baik. Tapi gara-gara pengaruh temannya, Cakka berubah menjadi anak tidak baik. Saya yakin pergaulan Cakka bebas. Saya begitu gagal menjadi orangtua, walaupun Cakka bukan anak kandung saya. Sekarang, Cakka menghilang tiga minggu yang lalu. Kabarnya sudah tidak diketahui.”

Sungguh menyakitkan bila di dengar. Rio tau zaman sekarang ini maraknya pergaulan bebas. Cewek-cewek banyak yang tidak perawan lagi. Perzinaan merajalela. Tandanya kiamat bentar lagi mau datang, hemmm...

Seorang wanita yang kira-kira umurnya lebih muda menyuguhkan dua cangkir teh dan setoples kue kering. Kira-kira umur wanita itu kurang lebih dua puluh tahun. Wanita itu tersenyum ramah pada Rio.

“Ini adik saya, namanya Angel. Dia sedang menempuh kuliah di IKJ ( Insitut Kesenian Jakarta ). Katanya sih dia mau jadi sutradara.” Kata Pak Marto.

“Rio.” Ucap Rio sambil menjabat tangan Angel.

Percakapan mereka sangat hangat. Rio sekarang tau Pak Marto tinggal di rumah ini bersama adiknya yang bernama Angel. Ada juga dua pembantu dan satu satpam yang bertugas disini. Setelah cukup berbincang-bincang, Rio diantarkan oleh Angel ke kamar barunya yang berada di lantai dua.

“Makasih ya Kak..” Kata Rio.

“Urwell. Jangan ragu minta bantuan Kakak. Ya udah, kamu istirahat saja. Kakak juga mau kuliah ntar lagi.”

Rio masuk ke dalam kamarnya yang di design dengan warna dinding cokelat. Di samping kasur ada meja berukuran sedang. Di atas meja itu ada lampu belajar. Rio begitu nyaman berada di kamar ini. Lalu, Rio mengirim pesan Ke Nyopon.

To : Nyopon

Gw udah sampe. Thanks atas do’anya.

Kemudian Rio tertidur lelap.

***

“Ini bagian Lo.” Kata seorang cowok.

“Thanks.” Jawab Cakka sambil mengusap keringatnya.

Tadi, ia dan teman-temannya sedang bermain streetball. Lumayan, dapat duit. Ia dan teman-temannya sudah lama main streeball. Teman dari temannyalah yang ngadain permainan streetball ini.

Cakka dan satu temannya yang bernama Patton duduk di sebuah bangku yang sedikit rusak. Patton melihat wajah sahabatnya itu. Tampaknya Cakka sedang ada masalah.

“Lo kenapa? Apa uang Lo kurang?” Tanya Patton.

“Nggak. Nggak ada kok.” Jawab Cakka.

“Mmm, Lo ada masalah?”

Mungkin sudah saatnya ia bercerita.

“Gue mau kabur dari rumah. Gue capek tinggal sama Ayah angkat gue. Ya, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk memulai kehidupan baru.”

Mata Patton membelalak.

“Apa Lo gila? Seharusnya Lo beruntung tinggal sama Ayah angkat Lo. Coba Lo sedikit patuh sama dia, coba Lo jadi orang baik.”

“Gue nggak bisa jadi anak baik. Gue udah kotor dimatanya. Gue adalah anak yang kurang ajar.”

“Terserah Lo.”

Sesaat, keduanya terdiam. Lalu Cakka beranjak berdiri dari duduknya dan meninggalkan Patton seorang diri. Dalam perjalanan, Cakka berpikir keras. Dimana ia akan tinggal? Dengan siapa ia akan tinggal? Tiba-tiba matanya menangkap seorang cewek yang sedang ada masalah. Cewek itu dihadang oleh dua preman jahat yang serba pake tato.

Cepat-cepat Cakka menemui cewek itu.

***
TBC....
Hmmm... Siapa ya cewek yang diliat Cakka itu ????
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar