expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 08 Mei 2013

Princess From Village ( Part 1 )


Yang mau baca, silahkan

Yang mau like+Comment, silahkan

Yang mau tag juga silahkan

Follow my twitter : @fahdastevadit


Part 1

.

.

.

“IFYYYY !!!! BANGUN !!!! SUDAH SIANG LHO !!!! NANTI KAMU TELAT SEKOLAH !!!”

Teriakan gadis itu dapat merusak gendang telinga orang yang mendengarnya. Ify terbangun dengan terkaget-kaget. Jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh kurang lima menit. Ify mengucek-ngucek kedua matanya. Berharap apa yang dilihatnya salah. Tetapi memang kenyataannya. Ia telat bangun. Cepat-cepat Ify bangkit dan mengambil handuk untuk mandi.

“Lama amat sih kamu. Lihat nih jam berapa.” Marah Agni, saudara Ify. Yang dimarahin cuman nyengir.

“Iya..Iya.. Yuk kita berangkat.” Kata Ify.

Desa Telaga Asri adalah desa yang makmur. Sebagian penduduknya bekerja sebagai petani. Ada juga yang bekerja menjadi pedagang. Desa itu jauh dari keramaian kota. Akibatnya, udara di desa itu anti polusi. Setiap penduduknya menggunakan sepeda ontel atau delman. Anak-anak sekolah biasanya berangkat dengan jalan kaki.

Ify dan Agni adalah saudara tiri. Mama Agni nikah dengan Papa Ify. Tetapi sayangnya, Papa Ify meninggal. Jadi Ify harus bersabar kalau dirinya nggak punya orangtua. Dua gadis itu bersekolah di SMA Nuansa. Sekolah yang sederhana. Kelasnya tidak berkeramik. Meja dan bangku juga banyak yang rusak. Tapi, prestasi akademiknya jangan ditanya. SMA Nuansa memiliki puluhan anak yang berprestasi. Termasuk Ify dan Agni.

Sampai juga di sekolah. Yah, terlambat lima menit. Ify maupun Agni berusaha merayu Pak Hanif ( Satpam sekolah ) dengan berbagai cara. Akhirnya, Pak Hanif mengizinkan keduanya masuk dengan syarat tidak telat lagi.
“Gara-gara kamu Fy, kita terlambat.”

“Hehehe, maap-maap. Lain kali aku nggak akan telat lagi.”

Ify dan Agni memasuki kelas 1-1. Meskipun mereka dibilang junior, tampang mereka boleh dibilang ‘wah’.

Biarpun Agni sedikit tomboi, banyak lho cowok yang menaruh hati padanya. Tapi Agni cuek aja tuh. Dia berjanji untuk nggak pacaran sebelum waktunya. ( Emangnya kapan waktunya? ).

“Kalian berdua, sini masuk.” Kata Bu Nia dingin. Ify dan Agni menunduk pasrah.

“Kenapa kalian bisa telat?”

“Mmm, saya telat bangun bu.” Jujur Ify.

“Telat bangun? Ibu heran. Kamu kan anak yang berprestasi. Kok bisa bangunnya telat? Apa jam wekermu rusak?”
Hampi sejama Bu Nia berpidato. Anak-anak lain cekikikan. Untung dua bidadari dari kayangan datang menyelamatkan mereka. Kalau seandainya Ify dan Agni nggak telat, pasti Bu Nia akan mengomeli siapa saja yang nggak bisa jawab pertanyaannya. Pelajaran sejarah yang diajarkan Bu Nia bagaikan terkurung bertahun-tahun di penjara.

TEEETTTT !!!!!!

Jam pertama selesai. Bu Nia tersadar. Pelajaran kali ini ia isi dengan memarahi Ify dan Agni. Bisa ia lihat wajah murid-muridnya yang tersenyum girang. Baiklah, Bu Nia memilih mengalah.

“Kalau begitu, silahkan kerjakan soal halaman tiga puluh empat. Minggu depan harus jadi. Terimakasih. Dan kalian berdua, kalau sampai telat lagi akan ibu suruh lari keliling lapangan sampai pingsan. Mengerti?”

“Sip.” Jawab Ify dan Agni barengan. Mereka pun memilih duduk di bangku masing-masing.

“Kalian hebat! Untung kalian telat, coba kalau enggak, PR ku kan belum jadi, kalau sampai ketahuan Bu Nia, jadi apa aku nanti?” Kata Nova, teman dekat Ify dan Agni.

“Iya..Iya.. Kita berdua pahlawan kalian. Doain kita ya kalau telat lagi, biar kita berdua lari keliling lapangan sampai pingsan.” Kata Agni sekenanya.

“Aw!” Agni mendapat toyoran dari Ify.

“Kamu gimana? Kamu enak bisa lari. Aku? Mentang-mentang kamu jago lari.”

“Hehehe, makanya jangan telat.” Tawa Agni.

Jam kedua diisi dengan pelajaran matematika yang diajarkan Pak Daud. Beda dengan Bu Nia, Pak Daud nggak pernah marah. Lelaki paruh baya itu selalu menunjukkan senyumannya kepada siapa saja. Makanya, semua murid SMA Nuansa terutama yang cewek suka diajarin matematika oleh Pak Daud. Apalagi, tampang Pak Daud yang keren abis! ( Eh, ini menurut penduduk desa, kalau yang liat penduduknya kota, tampang Pak Daud nggak bisa dikatai keren lho ).

***

“Fy...”

Agni mengejar Ify yang sedang pergi menuju taman bunga di belakang sekolah. Yang dipanggil menoleh sebentar lalu tersenyum.

“Kita sebenarnya mau kemana sih?” Tanya Agni bingung.

“Sini Ag.”

Ify memberhentikan langkahnya. Ia memandangi danau yang indah. Di danau itu ada sepasang angsa yang sedang bercinta. Ify tersenyum melihat pemandangan itu.

“Wau! Tempatnya bagus. Kamu tau darimana Fy?” Tanya Agni. Nafasnya yang tadi ngos-ngosan berubah menjadi normal.

“Entahlah.”

Ify duduk di pinggir danau itu diikuti Agni di sampingnya.

“Suatu hari, aku pengin jadi angsa itu. Aku pengin punya seorang lelaki yang sayang padaku. Semenjak Papa nggak ada, aku merasa sedih. Aku merasa diriku tidak nyaman tanpa ada seorang cowok yang melindungiku.”
Agni membelai rambut panjang Ify.

“Kau cantik Fy. Tenanglah, disana ada cowok yang sedang menunggu cintamu. Aku yakin, cowok itu mencintaimu apa adanya.”

“Dan cowok itu adalah aku..” Kata sebuah suara dari belakang mereka.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar