expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 24 Mei 2013

Please.... Don't Forget Me !!! ( Part 1 )


Hy all !!!

Ini part pertamanya .. Yang mau tag/berhenti tag komen ajj ..

Happy reading ..





Part 1

.

.

.

“Horee !!! Gue lulus !!!”

Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya melihat gelagat sahabatnya itu. Ify Alyssa tepatnya. Ia dan Ify sudah bersahabat sejak berumur lima tahun. Sudah lama bukan? Sekarang ia dan Ify berumur enam belas tahun.

“Lo juga lulus kan Shil?” Tanya Ify berharap. Ah, lulus dong pasti. Ashilla Zahrantiara kan termasuk golongan murid pintar di SMP Buana itu? Mustahil kalo Shilla nggak lulus.

“Menurutmu?” Shilla balik nanya. Ify mengerutkan dahi. Nih anak apa maksudnya?

“Maksud lo?”

“Oh em.. Lulus.. Hehe..”

Untuk merayakan kelulusan mereka, Ify mengajak Shilla berlibur ke Manado. Ify ingin sekali mengunjungi Pantai Bunaken. Kata orang, Pantai itu indah banget. Karena itulah Ify ingin berlibur kesana.

“Jadi, lo mau ke Manado?” Tanya Shilla heran.

“Yap!” Jawab Ify semangat.

Shilla terdiam sesaat. Lalu....

“Apa lo gila Fy? Manado! Itu letaknya jauh Fy.. Lo kira Manado ada di samping rumah lo apa? Fy, kita berada di Jakarta, bukan di Sulawesi atau di Manado. Lagipula, lo nggak punya saudara disana. Untuk apa kita liburan ke Manado? Buang-buang uang aja. Lo pikir ortu lo ngizinin lo pergi kesana apa? Pikir-pikir dong sebelum mengatakan sesuatu.”

Shilla mengomel panjang lebar yang membuat Ify tertawa geli. Sahabatnya satu itu yang paling cerewet dari sahabatnya yang lain. Eh walaupun begitu, Shilla pengertian lho dan baik. Beruntung Ify mempunyai sahabat seperti Shilla.

“Shill..Shilla cantik.. Kita perginya bukan berdua aja. Ada orang lain yang bersama kita..” Jelas Ify yang membuat Shilla penasaran.

“Siapa?” Tanya Shilla.

***

Cuaca di Kota Manado pada pagi hari itu lumayan cerah. Mentari tersenyum menyambut pagi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh cowok itu. Cowok itu sangat menyukai matahari. Terutama pada saat matahari terbit dan tenggelam. Dari kecil ia memang menyukai matahari walau ia mengakui kedua matanya tak sanggup melihat bola raksasa panas itu.

Jam di tangannya menunjukkan hampir pukul delapan pagi. Ia lupa kalo ia belum sarapan. Cowok itu turun ke lantai bawah menemui kedua orangtuanya dan Kakak sematawayangnya.

“Pagi Ma.. Pa.. Kak Acel..” Sapanya ramah. Ia duduk di samping Achel sekaligus berhadapan dengan Mama.

Nama cowok itu adalah Mario Stevano. Panggil aja Rio. Kalo ia kenalan sama orang asing biasanya pake nama Vano yang diambil dari nama panjangnya yaitu Stevano. Cowok manis ini baru saja lulus SMP. Sedangkan Kakaknya yang bernama Acel duduk di bangku satu SMA dan sebentar lagi akan naik ke kelas dua SMA.

Rio mengambil roti tawar dan selai kacang kesukannya. Tak lupa juga ia meminum teh hangat. Pagi yang cerah ini kalo nggak diisi acara minum teh sangat tidak sempurna. Kalo malam hari baru Rio suka membawa secangkir cappucino lalu meminumnya di atap rumah bersama Achel. Selain menyukai matahari, Rio juga menyukai bintang. Bintang di malam hari membuat hatinya terasa tenang.

“Setelah ini kamu mau melanjutkan sekolah dimana?” Tanya Papa.

Sejenak Rio berpikir, lalu ia mengangkat bahu.

“Entahlah, mungkin di sekolah Kak Acel.” Jawab Rio.

Sarapan pagi ini cukup menyita beberapa menit saja. Tidak sampai satu jam. Papa yang selalu berangkat pagi cepat-cepat mengambil kunci mobil lalu mengendarainya menuju tempat kerjanya. Sementara Mama cukup kerja di rumah. Kalau Kakaknya masuk siang. Tentu saja bagi seluruh kelas satu jadwalnya masuk siang. Inilah yang membuat Acel jengkel. Kebiasaan tidur siangnya harus ia tinggalkan selama setahun. Dan kebiasaan itu lama kelamaan hilang juga seiring berjalannya waktu.

“Mau kemana Yo?” Tanya Mama melihat Rio seperti terburu-buru. Mungkin ada suatu hal penting yang harus ia kerjakan.

“Mau ke rumah teman.” Jawab Rio singkat serata meninggalkan Mama dan Acel.

***

“Siapa?” Tanya Shilla penasaran. Ify malah ketawa.

“Lo penasaran banget.” Kata Ify.

“Siapa makanya Fy..”

Shilla menarik baju Ify layaknya anak kecil yang minta dibeliin permen sama Mamanya. Ya, walalupun Shilla cerewet, pengertian, Shilla juga punya satu sifat yang sudah lama melekat ditubuhnya. Yaitu manja. Shilla anak tunggal dari pasangan Hendri Kusumo dan Diana Asih yang adalah seorang pengusaha yang sukses.

Rumah Shilla megah. Di rumah itu banyak fasilitas. Ada taman bunga, kolam renang, lapangan olahraga, tempat santai, balkon yang luas, tempat ngeband dan sebagainya. Banyak lho anak-anak cowok yang berkunjung ke rumahnya dan Shilla tidak keberatan akan hal itu. Keluarga Shilla adalah keluarga kaya yang ramah.

“Shill, lo kenal Alvin kan?” Tanya Ify misterius.

“Ya..Ya.. Ah, nggak kayaknya. Alvin siapa? Gue pernah denger namanya tapi nggak tau orangnya.”

“Ituloh, Alvin Jonathan Sindunata.. Cowok cakep yang banyak digandrungi cewek-cewek.”

“Terus, apa hubungannya Alvin dengan liburan kita ke Manado?”

“Ya... Dia mau menemani kita bareng Pamannya.”

“What? Nggak, nggak! Gue nggak akrab ma Alvin. Emangnya Lo akrab ma Alvin? Kok Alvin mau nemenin cewek kayak kita?”

Ify tersenyum. Sudah saatnya ia bercerita pada Shilla. Semoga ceritanya ini dapat membuat jantung Shilla copot. Hahaha...

***

Sore itu Ify sedang berbelanja ke Mall sendirian. Tumben sekali ya, biasanya ia pergi ke Mall bareng Shilla. Itupun belanjanya pake uang tabungannya. Belanjanya juga yang penting-penting aja. Beda dengan Shilla. Pulang dari Mall membawa belanjaan berat yang menurut Ify tidak penting.

Nah, tujuannya ke Mall membeli novel untuk tugas resensi. Ini juga sebagai nilai ujian praktek Bahasa Indonesia selain baca pidato. Ify tertawa geli mengingat teman seperjuangannya berpidato di depan kelas. Ada yang bagus, lucu ataupun malu.

Ify memasuki toko buku Gramedia yang berada di lantai dua. Mall pada sore ini cukup ramai. Di tambah anak-anak yang sedang merayakan ulangtahun di KFC. Ketika Ify mengambil novel yang menurutnya bagus, ada suara yang memanggilnya. Ify menoleh ke sumber suara. Lho? Bukannya itu Alvin?

“Ify ya? Temannya Shilla?” Tanya Alvin ramah.

“Em.. Iya, ada apa?” Tanya Ify mencoba biasa. Gini ni reaksi Ify kalo liat cowok cakep seperti Alvin. Selalu aja gugup.

“Mmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Di Mc donald aja ya bicaranya.” Kata Alvin.

 Ify menatap heran wajah cowok di depannya. Apa ia salah dengar? Ia kan nggak terlalu akrab sama Alvin. Tapi bisa aja Alvin mau ngasih ia info penting. Akhirnya Ify menurut saja. Ia membayar novel di kasir. Tapi Alvin memaksakan diri yang membayar novel itu. Ya.. Apa boleh buat? Sekalian ngirit pengeluaran.

“Jadi, sejak kecil lo temenan sama Shilla?” Tanya Alvin mengawali pembicaraan. Yang ditanya cuman mengangguk sambil menyedok es krim vanilla cokelatnya.

“Menurut lo, gimana Shilla?” Tanya Alvin lagi.

“Gimana apanya?” Ify balik nanya.

“Maksud gue, Shilla itu orangnya kayak gimana?”

Siapa sih cowok ini? Kok nanya-nanya tentang Shilla? Ify bingung mau jawab apa. Namun kedua mata ramah Alvin membuka mulutnya untuk segera menceritakan semua tentang Shilla. Sifat Shilla, sikap Shilla, hobby Shilla, kehidupan Shilla..

“Oh, jadi begitu ya?” Kata Alvin senang. Bibirnya membentuk sebuah senyuman yang manis. Ify hampir terhanyut oleh senyuman itu. Tapi siapa ia? Kagum boleh aja, tapi kalo sampai suka.. No..No! Ify nggak mau pacaran. Ify nggak mau kejadian dulu terulang. Ify nggak mau merasakan patah hati saat ia ditinggal kekasihnya.

“Hey Fy!” Alvin menyadarkan Ify yang sedang melamun.

“Oh ya, ada apa?”

Alvin tertawa melihat reaksi gadis di depannya.

“Kenapa sih?” Tanya Ify salting.

“Gue..Gue sebenarnya..”

“Sebenarnya apa?” Tanya Ify penasaran.

“Gue sebenarnya suka sama...”

TBC...
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen aja J 
@fahdastevadit 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar