expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 27 Mei 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 3 )

Hy all !

Ini part tiganya... Yang mau tag/berhenti tag komen ajj...

Ohya, yang nggak ke tag maap ya, mungkin qu lupa...

Happy reading...





Part 3

.

.

.

“Liburan kali ini kita kemana?” Tanya Nyopon pada Rio. Dua cowok itu sedang jalan santai mengelilingi kompleks perumahan.

“Entahlah. Gue rasa gue langsung terbang ke Jakarta aja.” Jawab Rio.

Tampak kekecewaan di wajah Nyopon. Cowok itu harus menerima kalo Rio, sahabatnya harus pergi ke Jakarta demi mengejar cita-cita. Sebenarnya Nyopon tidak ingin Rio sekolah di Jakarta. Sekolah disini kan bagus juga, apa bedanya dengan sekolah di Jakarta?

“Gue tau Lo nggak mau gue pergi. Tapi niat gue udah bulat.” Kata Rio.

“Ya, nggak papa.” Kata Nyopon berusaha tersenyum. Rio pun ikut tersenyum.

“Gimana kalo kita refresing ke Pantai Bunaken?” Usul Rio akhirnya. Ia ingin menghabiskan waktu terakhirnya di Manado ini bersama sahabatnya. Tentu Nyopon tidak bisa menolak.

***

Ify serasa ingin pingsan melihat Gabriel, mantannya mendekatinya. Shilla menyikut tangannya. Sepertinya Shilla nggak suka kehadiran Gabriel disini. Di tambah lagi, cewek cantik keturunan Korea yang Shilla yakini adalah pacar Gabriel. Cewek cantik yang merusak hubungan sahabatnya dengan Gabriel.

Ify mengatur nafasnya. Ia mencoba tenang walau hatinya masih terasa tersakiti.

“Hy Fy! Hy Shil! Kalian mau kemana?” Sapa Gabriel ramah. Tangannya merangkul cewek di sampingnya.

“Manado.” Jawab Ify dingin.

Gabriel tau kalo mantannya itu masih mencintainya. Tapi apa boleh buat, ia kadung cinta sama cewek yang sekarang ini menjadi pacarnya. Jadi, Gabriel mencintai cewek bukan karena perilaku atau kebaikan si cewek, tapi karena tampangnya? Tapi, ada alasan lain yang membuatnya harus meninggalkan Ify.

“Yuk kita masuk!” Kata Alvin.

Mendengar suara Alvin, Ify menatap Gabriel dengan penuh kebencian. Jika ia memiliki kemampuan karate, saat ini juga Ify akan menghabisi Gabriel. Ify dan Shilla pun mengikuti Alvin dan Adit.

“Siapa mereka?” Tanya Pricilla-Pacar Gabriel-.

“Nggak penting.” Jawab Gabriel yang membuat Pricilla penasaran.

***

Sinar matahari masuk ke dalam celah jendelanya yang masih tertutup. Ify terbangun dari mimpi yang buruk. Sampai saat ini Ify masih memimpikan mantannya itu. Ah ayolah Fy, apa susahnya sih melupakan Gabriel?

Kota Manado pagi ini terlihat cerah. Tadi Alvin menelpon. Katanya sebentar lagi akan beragkat ke Bunaken. Sebuah pulau indah yang berada di teluk Manado. Ify membangunkan Shilla yang masih tertidur pulas. Sepertinya Shilla sedang memimpikan Alvin.

“Eh, udah pagi ya?” Tanya Shilla sambil mengucek-ngucek mata.

“Ya. Mandi terus kita berangkat.”

Setelah semua siap, Adit mengajak mereka pergi ke pelabuhan Manado. Katanya, untuk mencapai Pulau Bunaken harus pergi ke pelabuhan dulu lalu menaiki speed boat atau kapal sewaan dengan perjalanan sekitar tiga puluh menit.

Bunaken adalah sebuah pulau seluas 8,08 km² di Teluk Manado, yang terletak di utara pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Di sekitar pulau Bunaken terdapat taman laut Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bunaken. Taman laut ini memiliki biodiversitas kelautan salah satu yang tertinggi di dunia. Selam scuba menarik banyak pengunjung ke pulau ini. Secara keseluruhan taman laut Bunaken meliputi area seluas 75.265 hektare dengan lima pulau yang berada di dalamnya, yakni Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Naen. Nah, pulau Bunaken itulah yang akan menjadi tempat kunjungan mereka.

Benar juga. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit mereka sampai. Ify, Shilla, Alvin dan Adit turun dengan lega. Ify takjub dengan pulau ini. Bagus banget. Beda dengan Jakarta yang adanya cuman Mall, Dufan, Kebun Binatang dan lain sebagainya.

“Capek Shil?” Tanya Alvin.

“Nggak kok.” Jawab Shilla malu.

“Bagus banget ya pulau ini. Betah deh gue tinggal disini.” Kata Alvin.

“Iya Vin, tapi kalo yang udah lama tinggal disini ya anggep pulau ini biasa aja.” Kata Shilla.

Mereka berjalan pelan menikmati keindahan pulau ini. Sungguh, perjalanan kali ini membuat Ify melupakan Gabriel. Kalo dipikir-pikir, nggak ada gunanya kan menyimpan cinta kita yang udah disakiti. Ya, Ify akan membuang cintanya itu ke tong sampah. Biarin aja Gabriel bahagia sama pilihannya.

Ify berjalan santai di belakang Shilla. Sementara Shilla udah agak akrab sama Alvin. Tiba-tiba, ia melihat seorang cowok tak jauh dari tempatnya. Cowok itu juga melihatnya. Ify menjadi salting sekaligus kagum sama cowok itu. Ah Fy, kagumin cowok yang nggak Lo kenal. Tapi ya, tampang cowok itu keren banget. Ify berani taruhan kalo tampang itu lebih cakep dari tampang pujaan hati Shilla.

Lho? Kok mikirin cowok asing itu ya? Ify mengalihkan pandangannya ke arah pantai yang luas. Sinar matahari di atas sana tidak terlalu panas. Jadi Ify tidak perlu pakai topi.

***

Rio dan Nyopon berjalan santai di pinggir pantai. Angin sejuk menerpa rambut mereka. Rio suka pemandangan ini. Tidak salah ia mengunjungi pulau cantik ini sebelum ia pindah ke Jakarta. Rio mengedarkan pandangan ke segala penjuru pantai itu. Lalu, kedua matanya menangkap sesosok cewek asing. Cewek itu juga sedang melihatnya.

‘Mimpi apa gue semalem?’ Batin Rio. Cewek itu terus melihatinya, dan Rio juga tidak berhenti melihat cewek itu. Lalu, cewek itu mengalihkan pandangannya. Rio sedikit kecewa. Tapi yah, dia bukan apa-apanya cewek itu. Kenal pun tidak.

“Lo kenapa Yo?” Tanya Nyopon.

“Eh, nggak ada kok.” Jawab Rio sedikit kaget.

Ingin rasanya Rio mengejar cewek itu. Ah, cewek itu benar-benar telah mencuri hatinya. Rio yang telah lama berusaha untuk tidak jatuh cinta sama cewek akhirnya jatuh cinta juga. Lho lho lho? Emang gue beneran apa suka sama cewek itu? Tidak-tidak. Rio membantah batinnya. Tapi tetap saja bayangan cewek tadi menari-nari di pikirannya.

‘Cinta pertama gue.’ Batin Rio sambil tersenyum.

***

Perjalanan tadi sangat melelahkan bagi Rio. Ia baru sampai di rumah jam enam sore. Sesampai di rumah, Rio lari ke kamar dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Rio melihat di atas langit kamarnya, seperti sedang memikirkan sesuatu. Ah ya, cewek itu lagi! Rio sial banget karena tadi ia tidak sempat kenalan sama cewek itu. Coba kalo tadi ia kenalan, mungkin sekarang ini ia bahagia.

Bahagia? Sejak kapan seorang Rio bahagia karena cewek? Di sekolah, Rio dikenal sebagai cowok cuek. Tapi tampangnya boleh dikatakan ‘wau’. Sudah banyak cewek yang naksir sama dia, bahkan dulu ada kakak kelas yang menembaknya. Parah banget kan? Rio menyesal punya tampang cakep. Ia pengin punya tampang biasa aja kayak teman-temannya yang kurang populer.

Kembali lagi ke cewek itu. Rio memflashback kembali pertemuannya dengan cewek itu. Ah, pusing-pusing! Untuk apa pikirin cewek asing itu? Untuk menambah beban pikiran? Sekarang ini yang paling penting adalah berusaha agar keterima di SMA Himalaya. Ya, Rio harus menyiapkan segalanya mulai dari sekarang.

***

Ify gelisah. Malam hari di hotel tempatnya menginap, hatinya gelisah banget. Udah hampir memasuki tengah malam dan Ify belum juga tidur. Argh! Ify mengacak-acak rambutnya. Sejak pulang dari bunaken tadi, pikirannya dipenuhi cowok keren yang dilihatnya tadi. Ify heran banget dengan dirinya. Kok bisa ya naksir sama cowok asing? Apa? Naksir? Gue suka sama tu cowok? Sebaiknya buang aja rasa suka itu. Nggak ada gunanya nyimpen-nyimpen. Ify kan janji untuk nggak pacaran, karena Ify benci cowok.

Tapi cowok tadi... Itulah yang membuat pikirannya kacau. Bukannya bahagia refresing ke Manado, tapi malah bikin kepala pusing. Ify melirik Shilla yang sedang tertidur pulas. Temannya itu memang sangat capek. Dan ia sebenarnya juga capek dan ingin tidur. Tapi perasaan aneh itulah yang menghambatnya. Cowok.. Cowok itu...

Ify menatap pemandangan dibalik jendela. Sepi. Mana mungkin orang berkeliaran tengah malam kecuali orang itu nggak ada kerjaan. Akhirnya Ify berusaha untuk tidur. Harus! Besok ia harus bangun pagi atau tidak bisa ikut jalan-jalan keliling Manado bersama Shilla cs. Ify pun tertidur diiringi mimpi dan rasa gelisah yang karuan.

***

“Kamu siapa?” Tanya Ify menunjuk cowok yang tiba-tiba udah duduk disampingnya. Cowok itu diam, tidak menjawab pertanyaan Ify. Sebagai gantinya, cowok itu memamerkan senyuman manisnya yang bikin cewek-cewek histeris, Ify pun tak terkecuali.

“Siapa kamu? Kenapa kamu diam aja?”

Terpaksa Ify berkata lebih keras agar cowok itu mau menjawab pertanyaannya. Tapi, percuma juga. Cowok itu nggak mau jawab. Dasar cowok tuli! Batin Ify. Ify memilih untuk diam juga sambil membuka akun twitter di HPnya. Tiba-tiba, cowok itu sedikit berdekatan ke tubuhnya. Ify jadi takut. Jangan-jangan, cowok ini ada maunya. Lalu cowok itu merangkulnya, dan memeluknya. Gila! Ify hampir nggak bisa bernafas.

“Kamu siapa sih? Lepasin aku!” Berontak Ify. Andai kata ia kenal betul sama cowok ini, atau andaikata cowok ini adalah Gabriel, tak segan-segan Ify menampar cowok itu.

“Maaf.” Kata cowok itu akhirnya. Perlahan, Ify terbebas dari pelukan cowok itu.

“It’s okay. Kamu siapa? Ada apa dengan saya?” Tanya Ify.

Cowok itu seperti berpikir. Ify mendengus kesal. Emang apa susahnya sih ngasih tau namanya? Apa cowok itu amnesia lalu lupa dengan namanya sendiri?

“Mmm, gue cowok yang Lo temuin di Bunaken kemarin itu.” Jawab cowok itu dengan mimik muka malu.

Deg! Jantung Ify berhenti berdetak. Jadi...Jadi dia cowok itu? Dia cowok itu? Ify ingin saja teriak saking bahagia. Tuhan baik sekali mempertemukannya dengan cowok yang bikin hatinya gelisah. Sekarang, Ify harus tau siapa nama cowok itu. Masih banyak kesempatan untuk bertanya lebih lanjut tentang cowok itu.

“Nama lo siapa?” Tanya Ify.

“Nama gue...”

***

“IFY!!! BANGUN!!! LIAT NIH UDAH JAM BERAPA??? APA LO MAU GUE TINGGAL???”

Teriakan Shilla membuat Ify kaget. Keringat dingin bercucuran membasahi wajahnya. Tau hal itu, Shilla merasa bersalah. Pasti Ify barusan mengalami mimpi buruk. Ify menatap Shilla dengan raut muka kekecewaan. Shilla yang nggak tau apa-apa cuman tersenyum.

“Ada apa sih lo?” Tanya Shilla.

“Nggak penting.” Cuek Ify lalu bangun dan meninggalkan Shilla.

“Hey! Ntar lagi gue dan lainnya ngajak Lo pergi ke Mall. Biasa, shooping..” Teriak Shilla dengan bangga.

***

Mall ini emang nggak semegah mall yang ada di Jakarta. Namun tetap aja ini adalah mall. Shilla yang paling semangat belanja. Dengan uang berlimpah yang ia bawa, mungkin Shilla bisa habisin satu juta lebih. Wuih.. Bayangkan! Kalau penulis sih bangkrut ntar...

Terus terang aja, Ify nggak suka cara sahabatnya itu. Ngapain juga buang-buang uang? Mending ditabung. Ya, Shilla kan termasuk penggilla shooping. Sementara Alvin dan Adit mengelilingi toko yang menjual aneka macam pelaratan olahraga.

Hemm... Kayaknya Ify sendiri yang nggak sibuk. Ify memutuskan berjalan ke Toko Buku. Siapa tau kan di toko itu ada novel yang udah kebuka plastiknya lalu ia dapat membaca gratis. Hehe... Lumayan, ngirit pengeluaran.

Ify mencari-cari novel yang menarik. Karena terlalu serius mencari dan nggak memerhatikan jalan, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Orang yang ditabraknya itu kaget. Begitu pula dengan Ify. Perlahan, ia mendongakkan wajahnya ke orang itu karena orang itu lebih tinggi darinya.

 “Maaf.” Kata orang itu.

TBC....
Kalo ada yang aneh ato ngk nyambung komen aja J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar