expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 09 Mei 2013

Princess From Village Part 8


Part 8

.


.

.
Gadis itu memandangi keindahanmalam Kota yang sangat berbeda dengan desa. Jutaan bintang yang dulu bisa ialihat dengan jelas di desa kini jarang bisa didapatkannya di Kota. Cuman adapuluhan bintang aja yang bisa ia lihat, itupun pada tempat tertentu.

Ify duduk di teras luar. Iamerapatkan jaket yang ia pakai. Udara di malam ini cukup dingin. Ify berpikir.Apakah benar berada di Kota adalah masa depannya? Sejenak Ify ragu. Apakah yangia pilih dapat mengantarnya pada masa depan yang jelas? Atau buruk dan kelam?

Bagi Agni, mudah saja cewek itumengatakan kalau kota adalah tempat yang terbaik. Dari dulu memang Agnibercita-cita tinggal di Kota. Kalau Ify, besar pun ia belum tau akan jadi apa.Kedua matanya menangkap seseorang yang sedang mengintipnya. Orang itumelihatnya dengan tatapan tajam. Ify bergidik ketakutan. Namun orang itumenyunggingkan sebuah senyum.

Ah, senyum itu... Ify ragukalau orang yang mengintipnya adalah Debo karena toh Debo sudah tidak adakabarnya lagi. Ify juga berusaha menemukan cowok yang cocok di hatinya. LupakanDebo, lupakan Debo.. Batin Ify.

***

“Dia...Putri kedua Gina...”

“Ada apa dengan putri Gina?”Tanya Jessica heran. Bukannya, Putri Gina udah mati?

“Maaf. Selama ini saya salahmemberi informasi ke Anda. Putri Gina masih hidup dan keberadaannya tak jauhdari Kota ini. Bahkan sekarang sedang mendiami Kota Feldros.” Jelas Frederickyang membuat Jessica dan Pricilla terlonjak kaget.

“Yang benar? Kalau gitu, Prissytakut kalo Prissy sampai ketauan bukan anak Gina, Prissy bakal diapakan? Dibunuh?” Kata Pricilla ketakutan.

“Sabar sayang, sabar. Mamayakin rencana yang kita bangun sejak dulu pasti berhasil.” Hibur Jessica.

“Sekarang, dimana putri Ginatinggal?” Tanya Jessica kepada Frederick.

“Secara pasti, saya tidak tau.Tapi saya dapat memberikan ciri-cirinya.”

“Ohya? Apa?” Tanya Jessicadengan wajah berbinar.

“Anaknya pemalu, banyak diam,kulitnya putih, kurus, tinggi, dagunya tirus, rambutnya lurus panjang hitam,dan yang paling penting...”

Frederick memberhentikanperkataannya.

“Jangan mencoba menggantungkanomonganmu.” Kata Jessica marah.

“Wajahnya mirip dengan Gina danpada hari ulangtahunnya yang ke tujuh belas, di lengan kanannya muncul tandamahkota pertanda dia adalah anak Raja. Ini saja informasi yang dapat sayasampaikan.” Jelas Frederick.

Jessica terdiam sesaat.Sementara Pricilla sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang dipikirkan cewekitu, hanya dia saja yang dapat memahami pikirannya. Jessica lalu bangkit danmengajak Pricilla pulang. Di otaknya, timbul rencana untuk mencari putri Ginalalu membunuhnya.

***

Pricilla langsung menuju mejamakan. Wajahnya tampak kusut. Gina menatap aneh putrinya itu.
“Ada apa sayang?” Tanya Ginalembut sembari mengelus rambut putrinya.

“Eh, Prissy nggak papa kok.Hehe, eh, ada Pangeran Rio. Hemm, mata Prissy jadi sembuh nih liat pemandanganbagus di depan Prissy.”

Semuanya tertawa kecuali Rio.Ia benci betul pada cewek di depannya. Rio membantingkan sendok dan garpu keatas piring lalu pergi begitu saja. Tapi sebelum pergi Rio mengatakan sesuatuyang dapat membuat Pricilla bak disambar petir.

“Denger ya, gue nggak akansetuju dengan perjodohan ini. Kenapa? Karena gue sama sekali nggak cinta samalo. Ohya, kenapa rasa cinta itu nggak hadir? Mungkin saja LO BUKAN ANAK KANDUNGGINA !!!”
BRUAK !!!

Pricilla pingsan. Ginamemanggil pembantu istana untuk memapah Pricilla ke kamar. Cakka yang merasabersalah karena sikap kakaknya yang diluar kendali kini dengan siap sedia akanmemarahi Rio.

“Maksud lo tadi apa? Hah? Kenapalo sekenanya bilang kalo Pricilla bukan anak kandung Gina?” Bentak Cakka didepan kakaknya. Yang dibentak hanya diam. Cakka tak segan-segan membentaki Rio.Sampai suara habis pun Cakka mau asalkan Rio sadar atas kesalahannya.

“Lo boleh saja bilang kalo lobenci banget sama Pricilla. Tapi ingat. Pricilla itu Putri kerajaan Umari.Bukan pengemis atau anak jalanan. Seharusnya lo hormati dia, bukan memfitnahnyayang tidak-tidak.”
Cakka menarik nafas, lalumengeluarkannya.

“Kalo gini caranya, lebih baikgue balik ke rumah. Malas nemenin seorang kakak yang sama sekali nggakmenghormati seorang putri. Ck, masa’ seorang pangeran tampan kayak lo nggakpunya sopan santun? Gimana jadinya nasib rakyat lo kalo lo jadi raja?”

“Kka, stop!” Bentak Rio. Cakkapun terdiam.

“Coba lo pikir-pikir pake otaklo, apakah ada persamaan antara Gina dengan Pricilla. Dan jawabannya, nothing.Wajah Pricilla nggak ada yang mirip dengan wajah Gina ataupun hanafi. Sekarang,lo pergi dari kamar gue. Kalo lo mau pulang, silahkan. Gue nggak keberatan.”

Sebentar, Cakka memutarotaknya. Baru semenit, Cakka menemukan hasil. Memang, wajah Pricilla nggakmirip kayak Gina, Hanafi ataupun Alvin.

“Terus, darimana lo mendapatkanbukti yang kuat kalo Pricilla bukan anak Gina?” Tanya Cakka melunak.

“Ada seorang cowok bernamaDebo. Dia tau semuanya.”

“Debo? Siapa dia? Dimana diatinggal? Kapan lo ketemu ma dia?”

“Besok gue jelasin ke lo. Guemau tidur.”

Rio menarik selimutnya. Belumsepuluh menit cowok itu sudah tidur. Cakka menatap Rio dengan senyuman.

“Good night kak. Mimpi yangindah..”

***

Pagi-pagi sekali, kamar yangdihuni Ify, Agni, dan Sivia diributkan oleh suara Gabriel. Agni yang sedangbermimpi ketemu Pangeran Rio terpaksa mengakhiri mimpinya itu. Dengan malasAgni membuka pintu.

“Yel, ngapain teriak nggakjelas?” Tanya Agni setengah sadar.

“Cepet bangunin Ify dan Sivia.Pagi ini kita jalan-jalan, terus pergi ke SMA Feldros King. Kata Bu Mira, adaurusan yang harus kita selesaikan disana.” Jelas Gabriel.

“Oh, iya deh.”

Agni kembali ke kamar lalumembangunkan Ify dan Sivia. Tak banyak waktu dua cewek itu bangun danbersiap-siap jalan pagi.

“Kita kemana?” Tanya Ify kepadaGabriel.

“Lari pagi, biar badanmusehat.” Jawab Gabriel.

“Oh, terus katamu tadi kita mauke SMA Feldros King? Dimana tempatnya?” Tanya Ify.

“Nggak tau. Nanti kita tanyaorang.”

“Aku tau kok dimana letak SMAyang kalian cari.” Kata seseorang dengan santainya.

***

To Be continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar