expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 08 Mei 2013

Princess From Village Part 5


Part 5

.

.

.

Keluarga Haling hari ini juga bersiap-siap kembali ke Kerajaannya. Pricilla sangat sedih karena berpisah dengan Rio. Lain halnya bagi Rio. Cowok itu senangnya bukan main meninggalkan istana yang baginya adalah neraka dunia. Lalu, bagaimana kalau seandainya ia benar tinggal disini? Bersama keluarga Umari?

“Sayang, Mama harap kamu tetap disini. Kamu Mama daftarin di sekolah Prissy yaitu SMA Feldros King.” Kata Manda.

Detik pertama, kedua, ketiga, Rio tidak merespon. Detik selanjutnya...

“Apa? Tinggal disini? Bersama keluarga Umari?” Kaget Rio.

Manda mengangguk. Berharap putranya mau tinggal bersama keluarga Umari.

“Sudah Rio bilang, Rio nggak mau dijodohin sama Pricilla. Dan Rio nggak mau tinggal disni.”

“Rio, kamu jangan membantah permintaan orangtua. Ini keputusan Papamu dengan Pak Hanafi. Kamu harus mengikutinya. Ingat, kamu adalah putra mahkota yang suatu saat nanti akan menggantikan Papa.”

“Tapi Ma..”

“Ini demi masa depanmu sayang, kalau kamu merasa kesepian disni, ajak aja adekmu.”

Mau nggak mau, Rio harus menuruti permintaan Mama. Rio sama sekali nggak berani membantah. Apalagi sama Papa, bakalan diapakan ia nanti kalau sampai ketahuan nggak mau nurutin permintaan orangtua.

“Baiklah Ma, tapi, Rio tinggal disini pas tahun ajaran baru. Biar Rio sekolah di SMA Feldros King pas Rio kelas tiga.”

“Oke. Kalau begitu, persiapkan barang-barangmu. Kita akan balik ke Kota Varity. Siang ini kita harus sampai karena di Kerajaan masih banyak urusan.”

Rio menangguk lalu pergi memasuki kamar. Ia duduk di kasur sambil memandangi nuansa pagi yang cerah di balik jendela kamar yang bening.

‘Ternyata, jadi anak Raja itu nggak enak ya. Harus nurutin semua permintaan orangtua yang sangat tidak disetujui oleh sang anak.’ Batin Rio miris.

***


“LIMA BELAS MURID DARI SELURUH KELAS AKAN DIPILIH UNTUK DISELEKSI BERSEKOLAH DI SMA FELDROS KING. YANG BERMINAT HARAP BERDAFTAR UNTUK MENGIKUTI TES.”




Entah mimpi apa bukan Agni membaca pengumuman menggembirakan itu. Pagi ini ia berdesak-desakan dengan sekian banyak murid yang tergopoh-gopoh membaca pengumuman itu. SMA Feldros King adalah SMA terfavorite yang murid-muridnya keturunan bangsawan atau orang-orang kaya. Makanya, hanya orang tertentu saja yang bisa sekolah disana.

Kedua mata Agni melotot ketika membaca kelanjutan dari pengumuman itu.



“DARI LIMA BELAS MURID, HANYA LIMA MURID SAJA YANG TERPILIH UNTUK BERSEKOLAH DI SMA FELDROS KING.”



Shit! Jumlah murid di SMA Nuansa kira-kira berjumlah lima ratusan lebih. Bagaimana ia menang bersaing melawan ratusan murid-murid itu?

“Ag, kamu ikut seleksi itu?” Tanya Nova berbinar-binar.

“Yaiyalah aku ikut. Ini adalah kesempatan besarku untuk menjadi anak kota. Kamu ikut Fy?”

Yang ditanya cuman diam. Kedua mata Ify seperti berkaca-kaca. Agni dapat membaca pikiran Ify. Si Ify pasti sedang memikirkan Debo, mantan pertamanya.

“Tau nggak Ag, SMA itu adalah SMA Pricilla. Putri dari kerajaan Umari. Wah, kalau aku lolos, aku bakalan ketemu sama dia nih..” Kata Nova membayangakan dirinya sekolah disana lalu bertemu Putri Pricilla.

“Kalau aku sih pengin sekolah di SMA nya Pangeran Rio, lalu suatu hari aku ditembak sama dia. Aduh... Aku kepingin betul ketemu sama dia, wajahnya itu loh..”

Kelas yang semula riuh berubah menjadi sunyi karena kedatangan Pak kepsek. Pak Burhan nama kepsek itu.

“Selamat pagi anak-anak! Ohya, bapak kesini cuman beri info aja. Kalian udah baca kan pengumuman yang ditempel di mading?”

“Sudah Pak..” Kor murid-murid.

“Baguslah. Yang ingin berminat sekolah disana, lusa siap-siap akan mengikuti tes di SMA Tanjung. Tesnya berupa tes lisan dan tulisan dengan mata pelajaran matematika, IPA, Bahasa, dan IPS. Baiklah, ada yang mau ditanyakan?”

“Kalau seandainya saya lulus dan bisa sekolah disana, saya akan tinggal dimana? Saya juga nggak punya biaya sama sekali.” Kata seorang siswa yang bernama Odi.

Pak Burhan tersenyum.

“Kamu akan dibiayai sama Kerajaan Umari. Terus tempat tinggalnya sudah disediakan disana. Kamu hanya belajar saja agar nanti bisa lulus seleksi.” Jelas Pak Burhan.

“Terus Pak, kapan kita sekolah disana kalau kita lulus seleksi?” Tanya Agni.

“Sewaktu ajaran baru. Sebentar lagi kan?”

Semua murid mangut-mangut. Karena tak ada yang ditanyakan lagi, Pak Burhan meninggalkan kelas 1-1 dilanjutkan ke kelas 1-2 lalu seterusnya.

***

@Kantin

“Fy, ikut apa tes seleksi itu..” Melas Agni.

“Ag, aku nggak mau.” Kata Ify lalu memasukkan bakso ke dalam mulutnya.

“Kenapa?”

“Kalau aku lulus, terus, aku sekolah di kota. Aku nggak mau ninggalin desa Ag.”

“Ah, kamu pede banget bisa keterima. Ayolah Fy, ikut aja.”

Ify nggak tega melihat tampang wajah Agni yang memelas. Akhirnya yah, Ify menurut saja. Lagian, apa salahnya sih nyoba-nyoba tes? Kalau lulus ya alhamdulillah, kalau enggak ya nggak papa.

“Kamu tau dimana letak SMA Tanjung?” Tanya Agni.

“Kayaknya sih dekat perkotaan.”

“Wah.. Pengin banget aku jalan-jalan ke kota. Pasti disana banyak cowok-cowok cakep.”

“Kamu ini, maunya cowok cakep aja.”

Kedua gadis itu tertawa riang. Tidak jauh dari tempat itu, seorang cowok tersenyum penuh arti. Dalam pikiran cowok itu, semoga Ify lulus seleksi agar Ify tau siapa dirinya yang sebenarnya.

***

Halaman luar SMA Tanjung sangat ramai. Pagi itu, Ify dan Agni siap mengikuti tes seleksi. Berkali-kali Agni kagum dengan pemandangan kota yang berbeda dengan pemandangan desa. Oh ya, Agni dan Ify lulus tes pertama dan masuk ke dalam lima belas peserta yang siap ikut tes selanjutnya di SMA Tanjung.

Pak Burhan dan Bu Indah yang membimbing lima belas peserta itu. Ify, Agni dan lainnya harap memasuki ruang 02 untuk mengikuti tes final.

Tepat pukul empat sore acara tes itu selesai. Pengumumannya akan diberitahu seminggu lagi. Agni berlarian kecil mengejar Ify. Wajahnya udah keringetan.

“Fy, hos..hos.. Kok kamu daritadi cuek aja sih?”

“Aku capek Ag. Yuk pulang!”

“Entaran deh, aku pengin pergi ke mall.”

Kedua mata Ify melotot.

“Apa? Gila kamu. Nggak cocok tau kalau kita berdua jalan-jalan ke Mall. Nanti, kalau kamu ditangkap preman gimana? Di kota itu beda banget lho dengan desa. Di desa kita aman-aman saja, tapi kalau di kota, jangan harap kamu bisa selamat.”

“Okelah Fy. Kita tunggu angkot aja disini.”

Jalan raya tampak ramai. Agni tak henti-hentinya melihat kendaraan yang berlalu-lalang. Tiba-tiba, keduanya dikejutkan oleh tiga orang cowok yang tak dikenal. Tiga cowok itu berambut gondrong dan berwajah mengerikan.

“Fy, ayo kita pergi.” Kata Agni takut. Tapi sayangnya, Ify dan Agni dicegat sama tiga cowok itu.

“Mau kemana cewek cantik?” Tanya salah satu dari ketiga cowok itu. Ia memegang tangan Ify.

“Lepasin!” Bentak Ify takut.

“Hahaha.. Kita main-main aja ya.. Gue yakin lo berdua masih perawan.”

“Tidak !!!” Teriak Ify. Ia menangis tersedu-sedu. Begitupun dengan Agni. Agni yang biasa dikenal paling hebat ngelawan cowok kini ketakutan setengah mati berhadapan dengan cowok kota yang jahat.

“Woi!! Lepaskan mereka!!” Bentak seorang cowok yang berdiri tidak jauh dari tempat itu.

***
Mario Stevadit Haling merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Senja tercipta di sore hari menjelang malam itu. HPnya belum ia aktifkan sejak keberangatannya menuju rumah. Pasti ada banyak pesan dan panggilan yang masuk ke HPnya.

Pintu kamarnya terbuka. Cakka memasuki kamar Rio lalu duduk di kasur kakaknya.

“Hello! Good evening. May I help you? Are you have a problem?"

“Sok inggris lo!” Kata Rio lalu bangkit dari tidurannya.

“Why? About Pricilla again?”

“Yes. Of crouse. Iam sure you can’t help me because in few time I will stay with Umari’s Family.”

“Really?”

“Yes. This is crazy isn’t?”

“Kasian banget jadi seorang Rio. Udah dijodohin sama Pricilla, tinggal di rumah Pricilla.”

“Yah, gue nggak bisa ngebantah permintaan Mama dan Papa.” Kata Rio lemas. Ia membaringkan badannya lagi di atas kasur.

“Tenang aja Yo, Cakka selalu ada di sisi Rio. Kemanapun Rio pergi, Cakka akan mengikuti Rio, karena Cakka cinta banget sama Rio.”

PLETAK !!!

Rio bangkit untuk kedua kalinya.

“Gila lo. Kalo lo mau ikut gue, silahkan aja.”

“Okelah, gue ikut lo tinggal di rumah Pricilla. Oh, sudah malem. Gue balik ke kamar dulu ya. Have a nice dream Mario..”

Rio memandangi punggung Cakka yang menghilang jauh dari pandangannya. Kedua matanya terasa berat. Sulit bagi Rio untuk membuka matanya. Akhirnya, Rio tertidur sebelum sempat ia makan malam bersama keluarga.

***

“Woi!! Lepaskan mereka!!”

Tiga preman itu melepaskan cengkraman pada ke dua gadis itu. Dengan beraninya, Debo memukuli tiga cowok itu. Karena Debo jago karate, ketiga cowok itu dapat ditaklukannya. Ify dan Agni menghela nafas lega melihat tiga preman itu berlari menjauhinya.

“Makasih Deb..” Kata Agni.

“Sama-sama.” Jawab Debo sambil tersenyum.

“Kamu kok bisa disini sih?” Tanya Agni.

Sebentar, Debo melirik ke arah Ify. Gadis itu terlihat masih ketakutan.

“Ah, tidak ada. Aku berusaha melindungi kalian dari siapapun. Termasuk kamu Fy, aku masih mencintaimu.”

Air mata itu kembali menetes. Ify bingung dengan perasaannya. Ia ingin sekali memeluk erat tubuh Debo, tapi...

***

Pengumuman seleksi akan segera dibagikan. Pagi-pagi sekali Ify dan Agni berangkat sekolah. Mereka pergi ke ruang kepsek untuk menerima surat keterangan lulus atau tidak lulus. Dengan jantung berdebar-debar, Agni membuka amplop itu. Jika disana tertera kata lulus, impiannya menjadi anak kota akan terwujud.

Satu...



Dua...



Tiga...



“LULUS”



“Horeeee,,, Aku lulus !!! Agni Tri Nubuwati akhirnya lulus juga.” Teriak Agni girang. Sementara Ify tertawa kecil melihat kelakuan saudaranya yang menurutnya masih kekanak-kanakan. Kini, tinggal Ify lah yang akan melihat hasilnya.

Satu...




Dua...



Tiga...



***


Hemmmm... Kira2 Ify lulus gag yaa ??????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar