expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 25 Mei 2013

Please, Dont Forget Me! ( Part 2 )


Hy all !!!

Ini part duanya.. yang mau tag/berhenti tag komen ajj...

Ohya, yang gag ke tag maap ya, mungkin qu lupa...

Happy reading ....




Part 2

.

.

.

“Gue sebenarnya suka sama...”

Sebelum Alvin menjawab, Ify berusaha mencerna kalimat singkat yang diucapkan Alvin. Hah? Apa? Alvin sedang menyukai seorang gadis? Apa Alvin ingin curhat padanya tentang gadis yang disukainya itu? Ify tak habis pikir. Ia dan Alvin bukan teman dekat. Alvin bisa saja curhat pada teman dekatnya. Lha, kok dia malah curhat sama aku? Jangan-jangan...

“Gue suka sama Shilla.”

Oh, syukurlah. Ify mengira Alvin suka padanya. Tapi tidak. Ya, Alvin menyukai gadis lain dan gadis yang Alvin bilang tadi adalah... adalah Shilla? Tunggu! Shilla sahabatnya bukan? Apa benar? Perasaan sih Shilla nggak akrab sama Alvin. Shilla nggak mungkin tidak bercerita padanya kalo lagi ada masalah. Ify merasa aneh sama cowok di depannya itu.

“Gue suka sama Shilla.” Ulang Alvin serius.

Sadar Fy, sadar! Yah, mugkin bukan Shilla sahabatnya. Mungkin saja Shilla lain. Di dunia ini banyak lho yang bernama Shilla. Bukan Shilla sahabatnya saja. Ya, kalo begitu, apa salahnya Alvin suka sama Shilla?

“Ashilla Zahrantiara, nama temen lo itu kan? Salamin gue ke dia ya.” Kata Alvin berharap.

Tidak, tidak! Apa ia salah dengar? Alvin, cowok incaran para cewek naksir sama Shilla yang adalah sahabatnya? Benar-benar beruntung Shilla.

“Mmm, emang Alvin dekat ya sama Shilla?” Tanya Ify kikuk.

Alvin tidak menjawab. Cowok itu malah tersenyum. Senyuman yang menurutnya adalah senyum yang misterius. Sejak kejadian itu, Ify merasa berdosa karena tidak memberitahu ke Shilla tentang perasaan Alvin. Ify tak yakin jika ia beritahu Shilla. Kalo Alvin bohong gimana?

***

“J..Jadi.. Alvin J..Jonatan naksir s..sama g..gue?” Tanya Shilla tak percaya.

Ify mengangguk tak yakin. Betapa berdosanya ia kalo ternyata Alvin cuman bersandiwara saja. Lihat kan, Shilla senang bukan main. Mana ada sih cewek yang menolak Alvin? Kecuali...Kecuali ia. Ya. Hanya Ify Alyssa yang tidak tertarik pada Alvin Jonatan. Karena Ify sudah muak mendengar kata cinta. Ify benci cowok. Ify benci pacaran. Ify nggak mau lagi patah hati.

“Ya ampun Fy... Gue nggak percaya..”

Shilla loncat-loncat nggak jelas. Sementara Ify hanya tersenyum kecil. Shil, apa lo nggak takut kalo suatu hari Alvin tidak mencintai lo lagi? Seperti gue ini. Seorang cewek yang sedang patah hati karena diputuskan oleh sang pacar yang namanya malas gue sebutin. Dan, kemana si cowok yang telah membuat hatinya sakit? Ify tak mau tau.

“Ohya Shil, kita berangkat ke Manado hari Senin pagi. Berarti tinggal dua hari lagi. Gue yakin kedua orangtua lo yang kaya itu ngizin lo pergi dan ngasih lo uang yang banyak.” Kata Ify dan Shilla berhenti meloncat.

“Tentu. Dan gue janji kok yang bayarin transportasi, makanan, penginapan lo.” Kata Shilla tersenyum.

***

Browser SMA Himayala, salah satu SMA swasta terfavorite di Kota Jakarta. Berada di jalan muh. Amin no. 2, Jakarta Timur. Di atas browser itu tertulis, bagi yang berminat, silahkan daftar disana. Pendaftaran di buka pada tanggal 12 Juni 2013.

“Lo yakin mau masuk disana Yo?” Tanya Nyopon, teman dekat Rio.

Rio tidak menjawab. Hatinya begitu bimbang. Manado- Jakarta itu cukup jauh. Rio nggak tau apa jadinya jika ia jauh dari orangtua. Walaupun ia cowok, Rio merasa masih membutuhkan perlindungan dari orangtua. Di Jakarta juga ia tidak memiliki saudara atau teman dekat.

“Yo...”

“Eh, nggak tau Pon. Tapi kayaknya gue pengin banget sekolah disana.” Jawab Rio akhirnya walaupun masih ragu.

“Tapi kan, disana lo nggak ada keluarga. Apa lo nggak takut tinggal sendiri disana?”

Sejenak Rio berpikir. Ngapain juga takut? Jadi cowok itu harus berani. Kalo seandainya ia memilih sekolah disana, Rio harus menanggung resiko sendiri. Ya, apa salahnya mencoba daftar disana? Lagipula, Rio suka hal-hal baru yang belum pernah ia lakukan.

***

“Jadi kamu mau sekolah di Jakarta?” Tanya Angga-Ayah Rio-.

“Ya Pa. Keputusan Rio sudah bulat.” Jawab Rio mantap.

Mamanya yang sedang berada di dapur segera berkumpul di ruang keluarga itu. Achel belum pulang karena masih jam empat. Biasanya ia pulang jam lima atau setengah enam.

“Lalu, sama siapa kamu tinggal disana? Mama takut kamu kenapa-napa.” Tambah Mama. Ia duduk di samping Rio seraya mengelus punggung Rio.

“Entahlah. Yang penting keputusan Rio udah bulat sekolah disana.”

Mama menghela nafas panjang. Ia tau anaknya itu suka dengan tantangan baru. Kalo Rio mau sekolah disana, siapa yang larang? Asalkan Rio menjadi anak baik disana.

“Gimana Pa?” Tanya Irma-Mama Rio-.

“Hhh, kalo itu keputusan Rio, Papa tidak bisa melarang.” Kata Angga akhirnya yang membuat Rio lega.

“Thanks Pa..” Kata Rio senang.

“Ohya, Papa punya kenalan disana. Siapa tau kamu boleh numpang tinggal di rumahnya.”

***

Dea Christa Amanda mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah itu. Rumah yang masih terlihat bagus. Rumah yang menyimpan kenangan pahitnya. Dea duduk di sofa ruang tamu sambil menyesap jus jeruk yang tadi disediakan Bi Tari.

 Perjalannya dari Medan ke Jakarta membuat badannya terasa remuk. Sebenarnya, Dea malas pindah ke tempat ini. Jakarta. Tapi Dea harus melakukan semua ini. Ya. Dea ingin membalas dendam terhadap dua cewek yang dulu pernah menjadi sahabatnya.

Kakaknya yang bernama Alvin Jonatan entah pergi kemana bersama Pamannya. Dea tidak peduli. Terpenting, sekarang ini ia bisa mengembalikan seluruh tenaganya yang hilang. Jus jeruk yang tadinya penuh sudah habis di minumnya. Memang, Dea haus. Bahkan sangat haus.

 Seorang wanita menemuinya. Wanita itu tersenyum bahagia melihat putrinya kembali datang setelah lima tahun berpisah. Putrinya itu ternyata sangat cantik. Aura mengelus rambut putrinya. Dea tersenyum senang. Ia rindu belaian lembut dari sang Mama.

“Kamu sudah besar sayang, kamu tambah cantik deh..” Puji Aura.

“Ah Mama, biasa aja kali.” Kata Dea malu.

“Mmm, kamu mau Mama daftarin di SMP Suka Maju? Sekolah disana bagus lho.”

Dea mengangguk. Ia tak peduli dimana ia sekolah. Sekarang ini Dea ingin mencari dua mantan sahabatnya itu yang dulu membuat hidupnya tersakiti. Sungguh, Dea tidak berani mengingat kenangan masa kecilnya yang kelam.

“Sekarang kamu istirahat dulu. Kak Alvinmu lagi jalan-jalan sama Om Adit.”

“Kemana?”

“Katanya sih ke Manado.”

Dea meng’o’kan omongan Mama. Lalu ia berjalan pelan menuju tangga atas. Disanalah kamar baru yang ia tempati. Kamar itu berukuran besar dan menurutnya kamar itu lebih bagus daripada kamarnya selama ia tinggal di Medan bersama Tantenya.

***

Liburan datang juga. Pagi itu, Ify sudah siap dengan perlengkapannya. Wajahnya begitu berseri-seri. Ia tak sabar betul berkunjung ke Pantai Bunaken, Manado. Sama halnya dengan Shilla. Gadis itu juga terlihat bahagia. Apalagi sejak ia tau kalo Alvin suka padanya. Shilla sih mau-mau aja pacaran sama Alvin. Tapi ada suatu yang menjanggal di hatinya.

Kok Alvin bisa suka sama dirinya ya? Padahal, ia dan Alvin nggak akrab. Bertegur sapapun tidak pernah.

“Shill, ntar lagi Alvin mo kesini. Siap-siap aja.”

Ify sudah siap dengan barang bawaannya. Ia menunggu kedatangan Alvin dan Pamannya. Katanya, mereka nanti akan naik pesawat. Tiketnya sudah di beli Shilla kemarin. Ify enak-enak aja. Semuanya Shilla yang bayarin. Ya begitulah enaknya punya sahabat yang kaya dan tidak pelit.

 “Hei! Maaf buat kalian menunggu lama.” Kata seseorang yang tak lain adalah Alvin. Penampilan cowok itu keren sekali. Sumpah deh, kalo yang baca ini liat si cowok itu, dijamin pingsan deh. Hehe...

“Ya, nggak papa.” Kata Ify. Sementara Shilla terdiam. Jantungnya berdetak cepat tidak seperti biasanya melihat tampang Alvin. Ya Tuhan, Alvin suka sama aku? Yang benar aja.

“Hei Shilla! Apa kabar? Kamu terlihat cantik hari ini.” Kata Alvin tersenyum.

Pipi Shilla memerah saking malunya. Ify berdehem. Ia nggak mau dikacangin sama dua orang itu. Lalu, seorang pria datang ke tempat mereka. Ify bisa menebak kalo pria itu adalah Pamannya Alvin.

“Ini Pamanku. Namanya Om Adit.” Kata Alvin.

Ya, mungkin tidak penting untuk diperkenalkan. Sebuah taksi biru berhenti di tempat itu. Setelah memasuki semua barang ke dalam bagasi, Ify, Shilla, Alvin dan Adit masuk ke dalam taksi itu. Adit duduk di depan. Sementara sisanya duduk dibelakang. Shilla yang berada di tengah karena Ify tidak mau berada di samping Alvin. Ya begitulah Ify, enek sekali dekat-dekat sama cowok.

Taksi itu melaju kencang menuju bandara soekarno-hatta. Butuh waktu sejam untuk sampai disana. Itupun kalo tidak macet. Tapi untunglah Kota Jakarta saat ini nggak terlalu ramai. Nggak tau kenapa.

“Sebelumnya kamu pernah ke Manado?” Tanya Alvin pada Shilla.

Shilla tergagap.

“Eh, belum. Kalo ke Singapura baru pernah.” Jawab Shilla. Sama sekali nggak nyambung ama pertanyaan Alvin.

“Santai aja Shil.”

Jantung.. Kenapa kamu nakal sekali? Batin Shilla. Sedaritadi jantungnya nggak mau normal. Detakannya selalu melebihi dosis. Jika Alvin tau kalo jantungnya saat ini nggak normal, bakalan malu Shilla.

Akhirnya, taksi itu sampai di bandara. Ify melihat takjub bandara itu. Maklum, baru kali ini ia datang ke bandara. Banyak orang yang berlalu lalang disana. Tiba-tiba, ekor matanya menagkap sesosok cowok yang dulu pernah membuatnya sakit hati. Cowok itu melihatnya sambil melambaikan tangan.

Dia...

Mantannya...

Ify serasa ingin pingsan.

TBC...
Nah lho? Siapa sih mantannya Ify?
Kalo ada yg aneh ato nggak nyambung komen aja J 
@Fahdastevadit  ( http://risedirectioners.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar