expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 14 )



Part 14

.

            Wajah Tay langsung merah padam saat Zayn mengucapkan nama ‘Tamara’. “Zayn, aku ingin mencari Tamara! Sekarang juga! Aku ingin member pelajaran untuknya.” Ucapnya.

            “Tamara? Kau yakin gadis itu yang telah melakukan ini semua? Kau yakin Tamara yang membunuh Ibu Harry?” Tanya Zayn.

            “Don’t ask me Zayn. Cepatlah antar aku ke rumah lama Harry. Aku yakin Tamara ada disana.” Kata Tay dan Zayn tidak bisa menolaknya.

            Mobil itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata berhubung jalan raya lumayan sepi. Tay tidak sabar memukuli wajah iblis itu dan mencabik-cabiknya. Lain halnya dengan Zayn, lelaki itu takut jika Tay yang malah terkena tamparan, pukulan dan siksaan seperti saat Tay dihadang oleh Tamara dan Tamara menampar pipi Tay.

            Sesampai di rumah lama Harry, cepat-cepat Tay keluar dari mobil dan langsung menggebrak pintu rumah. Saat ia berhasil membuka pintu rumah, Tay kaget bukan main tatkala mendapati Tamara yang sedang berciuman dengan seorang lelaki yang sudah berumur. Tentu saja Tamara dan lelaki itu kaget. Tapi jika diperhatikan baik-baik, Tamara dan lelaki itu sedang mabuk. Tay mundur selangkah, namun Tamara sudah mencengkal tangannya.

            “Heh! Mau apa kau kesini? Ohya. Bagaimana kabar Harry? Apakah lelaki itu masih hidup?” Tanya Tamara.

            Darah Tay langsung naik mendengar pertanyaan itu. Tangan kirinya yang bebas ingin segera meninju wajah Tamara. Namun, di belakang sana, Zayn berusaha untuk menjauhkan Tay dari Tamara. Cengkraman Tamara pun terlepas. Zayn menatap tajam Tamara.

            “Pertanyaanku hanya satu. Apa kau yang telah melakukan semua ini?” Tanya Zayn.

            Sebelum menjawab, Tamara tertawa. “Jika kau mau jawabannya, baiklah. Jawabannya adalah ya. Aku yang membunuh Ibu Harry, dan aku yang membuat umur Harry yang sudah tidak akan lama lagi akan..”

            PLAAKK!!!

            Secara refleks, Tay menampar pipi Tamara. Namun Tamara tidak merasakan kesakitan. Gadis itu malah tertawa. “Kau benar-benar wanita iblis! Untuk apa kau menghancurkan hidup Harry? Hah?” Bentak Tay.

            Tiba-tiba, gerombolan polisi datang menyerbu rumah itu. Tentu saja Zayn, Tay, Tamara dan lelaki disamping Tamara kaget. Tampaknya polisi sudah tau kejahatan-kejahatan yang dilakukan Tamara.

            Polisi itu menangkap Tamara dan lelaki itu. Tamara berusaha mHannahpaskan diri, tetapi ia tidak bisa. Tenaganya sudah habis karena ia baru sHannahsai mabuk.

            “Hahaha… Kalian boleh menangkapku.. Hahaha…” Tawa Tamara seperti orang gila.

            Zayn yang tidak mengerti langsung bertanya pada polisi itu. “Pak, sebenarnya apa yang terjadi? Jadi benar Tamara yang membunuh Ibu Harry?” Tanya Zayn.

            “Bukan itu saja. Gadis itu juga berhasil membunuh satu per satu keluarga Tom Richard. Dan kini, istri Tom lah yang menjadi sasarannya.” Jelas polisi itu.

            “Mengapa Tamara membunuhnya? Apa salah Tom hingga Tamara membunuhnya?” Tanya Zayn penasaran.

            Kini giliran Tamara yang menjawab. “Kau tau, aku sangat dendam dengan keluarga Tom Richard. Lelaki itulah yang telah menghancurkan hidupku. Istrinya juga jahat dengan Ibuku. Karena itulah aku dipesan oleh Ayah yang sudah lama meninggal untuk segera membunuh semua keluarga Tom, dan aku berhasil.”

            Tay sedikit bingung dengan penjelasan Tamara. Siapa istri yang disebut Tamara? Ibunyakah atau Ibu Harry? Atau wanita lain? Tay tau, Ayahnya bukanlah lelaki yang baik. Jadi maklum saja Tamara sangat membeci Tom. Tapi, tidak seperti ini cara melampiaskan kekesalan dan kemarahan Tamara pada Ayahnya.

            “Siapa istri Tom yang kau maksud?” Tanya Tay.

            Tamara tersenyum sinis. “Corine Richard nama wanita iblis itu.” Jawabnya,

            Corine Richard? Itu bukan nama Ibunya. Apakah Corine Richard adalah nama Ibu Harry? Tay tidak yakin Ibu Harry sejahat itu. Ibu Harry hanyalah menjadi korban. Apa.. Apa Ibunya juga adalah korban? Semakin lama, Tay semakin bingung.

            Polisi itu langsung membawa Tamara dan lelaki itu menuju mobil yang terparkir di luar sana. Rumah lama Harry sekarang sedang disegel. Tay tidak bisa membayangkan betapa sedihnya Harry saat mengetahui bahwa memang benar Tamara yang telah melakukan semua ini hanya karena sebuah dendam.

            Sebuah dendam? Tay sudah tidak asing lagi dengan kata itu. Dendam. Tiba-tiba Tay teringat dengan Louis dan dendamnya pada Louis. Sekarang, Louis sedang dirawat di rumah sakit. Tay tidak bisa membohongi diri bahwa sifatnya hampir sama dengan Tamara. Tay tidak bisa memaafkan Louis yang dulunya telah merusak kesuciannya. Sampai sekarang Tay belum bisa memaafkan Louis walau Louis memohonnya dengan sangat. ‘Apa.. Apa aku harus memaafkannya?’ Tanyanya dalam hati.

            “Tay, sebaiknya kita pulang. Kau terlihat lelah sekali.” Kata Zayn.

            “Ba.. Baiklah.” Kata Tay. Gadis itu pun masuk ke dalam mobil Zayn.

***

            Semakin lama, hubungan antara Hannah dengan Louis semakin dekat. Louis mulai membuka hatinya untuk Hannah. Baginya, Hannah adalah gadis yang sabar, kuat dan tidak pernah mengeluh. Setiap hari, Hannah selalu datang menjenguknya dan membawanya makanan serta buah segar.

            Pagi ini, Hannah sudah ada di kamar Louis. Gadis itu membawa sekeranjang buah dari hasil kebun pamannya. “Lou, aku membawakanmu buah-buah segar. Buah-buah ini aku petik sendiri di kebun pamanku.” Ucapnya.

            Louis tersenyum. “Thanks Hannah.” Ucapnya.

            Louis senang melihat wajah ceria Hannah. Dan jujur saja, Louis benci melihat wajah sedih Hannah. Apalagi saat Hannah menangis. Karena itulah Louis memutuskan untuk ramah terhadap Hannah agar Hannah tidak sedih.

            “Kata dokter, kau sudah menjadi lebih baik. Semoga kau bisa sembuh Lou.” Kata Hannah.

            “Semoga.” Jawab Louis.

            Seorang lelaki masuk ke dalam kamar Louis. Lelaki itu berusaha untuk tersenyum melihat gadis yang dicintainya bahagia bersama orang lain. Niall, lelaki itu paham bahwa Louis telah menyukai Hannah karena sifat dan sikap Hannah yang mampu meluluhkan hatinya. Niall ingin masuk ke dalam, tetapi ia mengurungkan niatnya. Niall memilih duduk di luar sambil menyenandungkan sebuah lagu.

            “He takes your hands I die little I watch your eyes and I’m in riddle why can’t you look at me like that… When you walk by I try to say it but then I freeze and never do it my tongue gets tied the world get trapped.. I hear the beat of my heart getting louder whenever I’m near you…”

            Tay yang baru sampai di rumah sakit tidak sengaja melihat Niall yang baginya sedang galau. Tay tau, Niall sedang cemburu karena Hannah dekat dengan Louis dan Louis sepertinya mulai menyukai Hannah. Tapi Tay tidak yakin kalau Louis menyukai Hannah. Tay merasa Louis sengaja untuk ramah dan membuka hatinya untuk Hannah agar Hannah tidak menangis atau hal lainnya yang dapat membuat Hannah sedih.

            “But I see you with him slow dancing tearing me apart cause you don’t see… Whenever you kiss him I’m breaking oh how I wish that was me..”

            “Kau kenapa Niall?” Tanya Tay.

            Tentu saja Niall kaget akan kedatangan Tay. “Aku tidak apa-apa.” Bohongnya.

            “Hmm.. Tapi kau seperti sedang cemburu.” Kata Tay lalu masuk ke dalam kamar Louis. Niall menghela nafas panjang, lalu ia kembali melanjutkan lagu tadi.

            Sementara Tay, gadis itu masuk ke dalam kamar Louis. Tay tampak cantik. Sepertinya gadis itu sudah mulai bisa merawat dirinya sendiri. Bagi Tay, menjadi gadis yang sesungguhnya adalah hal terbaik. Walau banyak lelaki yang mendekatinya, Tay tidak mempermasalahkannya.

            “Tay, tumben kau kesini.” Kata Hannah kaget. Louis pun juga kaget. Ia tidak menyangka Tay mau menjenguknya. Louis sangat berharap Tay mau memaafkannya dan urusannya di dunia ini sudah selesai.

            Tay tersenyum. “Jahat sekali jika aku tidak menjenguk Louis.” Ucapnya seraya mendekati Louis. “Apa kabar Lou? Tampaknya kau semakin membaik.” Tanyanya.

            Louis berusaha untuk tersenyum. Jujur, lelaki itu suka dengan penampilan baru Tay. Perasaan yang dulu sempat ia rasakan kembali hadir. Ya, Louis kembali menyukai Tay. Tapi, ia kasihan dengan Hannah yang terlalu banyak berharap dengannya.

            Entah mengapa, Hannah merasa tidak suka melihat Tay berbicara dengan Louis. Lebih tepatnya lagi cemburu. Hannah tau bahwa Louis menyukai Tay dan Hannah takut jika Tay menyukai Louis.

            “An, aku ingin bicara dengan Louis empat mata. Bisakah kau meninggalkan tempat ini sebentar?” Pinta Tay.

            Terpaksa Hannah mengangguk walau rasanya berat. Gadis itupun pergi meninggalkan kamar Louis. “Mengapa kau menyuruh Hannah pergi?” Tanya Louis.

            Tay menatap Louis dengan tatapan heran. “Kau menyukainya?” Tanyanya.

            “Ya.” Jawab Louis dengan santai. Tentu saja Tay kaget. Bukan, bukan karena ia cemburu. Melainkan heran mengapa Louis bisa menyukai Hannah, padahal sebelum Louis berada di rumah sakit ini, Louis sama sekali tidak menyukai Hannah. Pasti Louis sedang merencanakan sesuatu.

            “Aku peringatkan Lou, Hannah sangat mencintaimu. Jika kau membohonginya, dia akan sedih dan sakit.” Ucap Tay.

            “Ya, aku tau.” Kata Louis.

            Tay duduk di kursi yang sengaja di taruh di samping ranjang Louis. “Terserah. Tapi kalau Hannah sampai menangis karenamu, aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Ucapnya.

            Sebisa mungkin Louis tenang. Ia tau, banyak kesalah-kesalahannya yang belum dimaafkan oleh Tay. Di dalam hidupnya ini, hanya ada satu permintaannya. Yaitu ia ingin Tay menerima maafnya. Itu saja.

            “Tay, bagaimana caranya agar kau mau memaafkanku?” Tanya Louis. Suaranya terdengar lemah.

            Tay menghela nafas dalam-dalam. Ia teringat dengan Tamara dan dendamnya pada keluarga Tom. Seharusnya, dendam itu tidak boleh disimpan dalam hati. Seharusnya dendam itu dibuang jauh-jauh karena dendam itu merupakan sesuatu yang tidak baik. Namun Tay belum bisa memaafkan Louis sekarang.

            “Aku akan memaafkanmu Lou, suatu hari nanti. Intinya kau harus sembuh agar Hannah bahagia dan kalian akan menjadi sepasang kekasih yang romantis.” Kata Tay.

            “Baiklah.” Jawab Louis. Tampaknya lelaki itu lega. Di luar sana, Hannah mengintip Tay dan Louis dengan perasaan cemburu. Disana, ia melihat Louis dan Tay yang sedang tersenyum. Apa maksudnya ini?

            “Kalau aku boleh tau, mengapa kau merubah penampilan menjadi seperti ini?” Tanya Louis.

            Tay tentu malu mengingat kecemburuannya saat melihat Tamara bersama Harry dan ia ingin merubah penampilannya agar Tamara iri dengannya dan serta membuktikan bahwa ia adalah gadis yang cantik dan bukan gadis yang jHannahk.

            “Aku berubah karena keinginanku saja. Dan aku nyaman dengan penampilanku saat ini.” Jawabnya berbohong.

            “Tapi aku yakin para lelaki mulai mengejarmu. Apa kau tidak merasa terganggu? Kau kan cantik sekarang.” Kata Louis.

            Tay tertawa. “Tidak segitunya juga Lou.” Ucapnya.

            Pembicaraan Tay dengan Louis semakin hangat. Louis tidak percaya Tay akhirnya baik dengannya, seperti Tay melupakan dendamnya itu. “Aku yakin ada seorang lelaki yang telah mencuri hatimu.” Ucap Louis.

            Wajah Tay menjadi memerah. “Tidak. Tidak ada.” Ucapnya cepat-cepat. Namun Louis tau kalau Tay berbohong. “Aku tau kau bohong. Tapi sudahlah, aku tidak berhak mencampuri urusanmu.” Ucap Louis.

            Sementara di luar sana, Niall masih duduk di bangku luar dan Hannah langsung menemuinya. Niall bisa merasakan kecemburuan Hannah pada Tay. Seperti ia merasakan kecemburuan saat Hannah dekat dengan Louis.

            “Kau cemburu?” Tanya Niall.

            Hannah tersenyum sedih. “Ya. Tapi aku yakin Tay tidak sejahat itu.” Jawabnya.

            Berkali-kali Hannah mengintip ruang rawat Louis dengan perasaan yang campur aduk. Niall berjalan mendekati Hannah seraya memegang pundaknya. “Kau dan Louis adalah pasangan yang serasi. Kalian ditakdirkan untuk bersama. Jadi, tidak ada satupun yang bisa menghalangi cinta kalian.” Ucapnya.

            Tentu saja Hannah kaget mendengar ucapan Niall. Bukannya Niall mencintainya? Kalau iya, mengapa Niall berani mengucapkan kalimat yang mampu menyakiti hatinya? Apakah Niall sudah tidak lagi mencintainya?

            “Kau tidak cemburu dengan Louis?” Tanya Hannah.

            Niall tersenyum. “Setelah dipikir-pikir, rasa cemburu itu salah. Aku tidak boleh cemburu.” Jawabnya. Namun Hannah yakin bahwa Niall masih mencintainya. Lihat saja di kedua matanya yang tampak sedih.

            “Aku pergi dulu.” Kata Niall meninggalkan Hannah. Sebenarnya Hannah ingin memanggil Niall, tapi ia urungkan niatnya. Baginya, ia sudah sangat bersalah pada Niall.

***

            Setelah menjenguk Louis, Tay memutuskan untuk pulang. Jujur, ia tidak menyangka akan sebaik itu dengan Louis. Tapi Tay sekarang tidak bisa melarang Hannah untuk menyukai Louis. Jika memang Louis mencintai Hannah dengan tulus, Tay tidak akan melarang karena ia tau bahwa cinta tidak bisa dipaksakan dan cinta akan terasa sakit jika cinta itu tidak akan bisa terwujud. Tay paham dengan perjuangan Hannah demi mendapatkan Louis dan sepertinya Louis mulai membuka hatinya untuk Hannah.

            Bagi Tay, Hannah adalah gadis yang beruntung. Dia bisa mendapatkan lelaki yang dicintainya. Sementara ia? Tay memang membenci cinta. Tapi saat ia mulai merasakan cinta, ternyata ia salah mencintai seseorang. Tay sangat membenci hidupnya. Gadis itu berjalan hingga sampai di sebuah taman kecil yang terletak dibelakang Rumah Sakit. Disana, Tay melihat Niall yang sedang menyendiri. Tay berjalan mendekati Niall.

            “Sudah aku bilang, kau masih cemburu.” Kata Tay seraya duduk disamping Niall.

            Niall menjadi kaget. “Mengapa kau bisa disini?” Tanyanya.

            “Aku tidak tau.” Jawab Tay. Gadis itu merasakan kesejukan yang luar biasa. Niall menghela nafas panjang. “Cinta terasa indah bila seseorang yang kita cintai mencintai kita. Sebaliknya, cinta terasa menyakitkan bila orang yang kita cintai tidak mencintai kita.” Kata Niall.

            Tay menoleh ke arah Niall. “Lalu bagaimana dengan dua orang yang saling mencintai namun cinta mereka terlarang?” Tanyanya.

            “Maksudmu?” Tanya Niall tidak mengerti.

            “Misalnya, ada seorang gadis menyukai seorang lelaki dan lelaki itu juga menyukai gadis itu. Namun cinta mereka terlarang karena suatu hal. Semisal berbeda iman atau orangtua mereka tidak merestui hubungan mereka.” Jelas Tay.

            “Soal iman atau orangtua yang tidak merestui hubungan mereka bukanlah menjadi penghalang cinta mereka. Bisa saja sepasang kekasih itu menikah dengan berbeda iman atau jika orang tua mereka melarang hubungan mereka, tentu cinta sejati akan menentangnya. Bisa jadi lelaki itu membawa kekasihnya pergi dan hidup bahagia bersama di suatu tempat. Aku tau ini terdengar aneh. Namun itulah cinta sejati. Tak ada yang bisa mengalahkannya.” Jelas Niall.

            Tay menjadi kagum dengan Niall. “Bagaimana jika mereka adik kakak tapi saling mencintai?” Tanyanya.

            ‘Pertanyaan aneh!’ Batin Niall. “Hal itu mustahil terjadi.” Jawabnya.

            “Tapi jika keduanya tidak pernah bertemu bagaimana? Misalnya mereka tidak tau bahwa mereka adalah adik kakak karena mereka telah berpisah dan akhirnya mereka bertemu. Lantas, apa itu terdengar aneh atau mustahil?”

            Niall berpikir sesaat, lalu menjawab. “Ya.. Ada juga kisah seperti itu. Tapi jarang terjadi di kehidupan nyata. Jika mereka memang adik kakak, bagaimana lagi? Tidak mungkin seorang kakak memaksa adiknya untuk menikah dan hidup bersama.”

            Jawaban Niall sangat menyedihkan. Artinya, Tay tidak akan pernag bisa memiliki Harry karena ia adalah adik Harry. Sungguh cinta pertama yang menyakitkan.

            “Ada apa kau menanyakan hal itu?” Tanya Niall.

            “Tidak. Tidak ada.” Jawab Tay.

            Niall melihat wajah Tay yang nampak sedih dan resah. “Kau kenapa? Apa kau sedang mencintai seseorang?” Tanyanya.

            “Ya, namun cinta itu terlarang.” Jawabnya.

            Niall tersenyum seraya merangkul bahu Tay. “Jadi, kita sama-sama menderita karena cinta?”

            Tay tertawa mendengar pertanyaan Niall. “Tapi aku tidak mau terpuruk seperti dirimu!” Ucapnya lalu meninggalkan Niall yang sepertinya ingin membalas dendam atas ucapan Tay barusan.

***

            “Good morning!” Sapa Harry memasuki toko roti Zayn. Pagi ini, Harry tampak segar dan tampan. Zayn tersenyum membalas sapaan Harry. Namun ia heran mengapa Harry datang di tokonya karena hari ini tokoknya libur.

            “Kau tidak ingat sekarang hari apa?” Tanya Zayn.

            Harry terdiam, lalu ia memukul jidatnya. “Aku lupa. Hari ini toko libur.” Ucapnya.

            Zayn tertawa. “Tapi tidak apa-apa.” Ucapnya.

            Harry duduk di salah satu kursi. Zayn mendekati Harry. “Kau tidak kuliah?” Tanyanya.

            “Kau tau, aku sekarang jarang kuliah karena aku tengah menyHannahsaikan skripsiku. Tinggal selangkah lagi aku akan lulus.” Jawabnya.

            Zayn tau bahwa Harry adalah mahasiswa yang cerdas. Sementara ia, Zayn merasa kuliah tidaklah berguna. Ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan cara bekerja di tokonya ini. Tiba-tiba Zayn tidak sengaja menangkap kesedihan di wajah Harry.

            “Kau sedang ada masalah?” Tanya Zayn.

            Tidak ada salahnya bercerita pada Zayn mengenai semua yang telah membuatnya menjadi seperti ini. “Ya.” Jawab Harry.

            Zayn teringat sesuatu. “Kau sudah tau kalau Tamara sudah ditangkap polisi?” Tanyanya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar