Part
14
.
Wajah Tay
langsung merah padam saat Zayn mengucapkan nama ‘Tamara’. “Zayn, aku ingin mencari
Tamara! Sekarang juga! Aku ingin member pelajaran untuknya.” Ucapnya.
“Tamara?
Kau yakin gadis itu yang telah melakukan ini semua? Kau yakin Tamara yang
membunuh Ibu Harry?” Tanya Zayn.
“Don’t ask
me Zayn. Cepatlah antar aku ke rumah lama Harry. Aku yakin Tamara ada disana.”
Kata Tay dan Zayn tidak bisa menolaknya.
Mobil itu
melaju dengan kecepatan di atas rata-rata berhubung jalan raya lumayan sepi.
Tay tidak sabar memukuli wajah iblis itu dan mencabik-cabiknya. Lain halnya
dengan Zayn, lelaki itu takut jika Tay yang malah terkena tamparan, pukulan dan
siksaan seperti saat Tay dihadang oleh Tamara dan Tamara menampar pipi Tay.
Sesampai di
rumah lama Harry, cepat-cepat Tay keluar dari mobil dan langsung menggebrak
pintu rumah. Saat ia berhasil membuka pintu rumah, Tay kaget bukan main tatkala
mendapati Tamara yang sedang berciuman dengan seorang lelaki yang sudah
berumur. Tentu saja Tamara dan lelaki itu kaget. Tapi jika diperhatikan
baik-baik, Tamara dan lelaki itu sedang mabuk. Tay mundur selangkah, namun
Tamara sudah mencengkal tangannya.
“Heh! Mau
apa kau kesini? Ohya. Bagaimana kabar Harry? Apakah lelaki itu masih hidup?”
Tanya Tamara.
Darah Tay
langsung naik mendengar pertanyaan itu. Tangan kirinya yang bebas ingin segera
meninju wajah Tamara. Namun, di belakang sana, Zayn berusaha untuk menjauhkan
Tay dari Tamara. Cengkraman Tamara pun terlepas. Zayn menatap tajam Tamara.
“Pertanyaanku
hanya satu. Apa kau yang telah melakukan semua ini?” Tanya Zayn.
Sebelum
menjawab, Tamara tertawa. “Jika kau mau jawabannya, baiklah. Jawabannya adalah
ya. Aku yang membunuh Ibu Harry, dan aku yang membuat umur Harry yang sudah
tidak akan lama lagi akan..”
PLAAKK!!!
Secara
refleks, Tay menampar pipi Tamara. Namun Tamara tidak merasakan kesakitan.
Gadis itu malah tertawa. “Kau benar-benar wanita iblis! Untuk apa kau
menghancurkan hidup Harry? Hah?” Bentak Tay.
Tiba-tiba,
gerombolan polisi datang menyerbu rumah itu. Tentu saja Zayn, Tay, Tamara dan
lelaki disamping Tamara kaget. Tampaknya polisi sudah tau kejahatan-kejahatan
yang dilakukan Tamara.
Polisi itu
menangkap Tamara dan lelaki itu. Tamara berusaha mHannahpaskan diri, tetapi ia
tidak bisa. Tenaganya sudah habis karena ia baru sHannahsai mabuk.
“Hahaha…
Kalian boleh menangkapku.. Hahaha…” Tawa Tamara seperti orang gila.
Zayn yang
tidak mengerti langsung bertanya pada polisi itu. “Pak, sebenarnya apa yang
terjadi? Jadi benar Tamara yang membunuh Ibu Harry?” Tanya Zayn.
“Bukan itu
saja. Gadis itu juga berhasil membunuh satu per satu keluarga Tom Richard. Dan
kini, istri Tom lah yang menjadi sasarannya.” Jelas polisi itu.
“Mengapa
Tamara membunuhnya? Apa salah Tom hingga Tamara membunuhnya?” Tanya Zayn
penasaran.
Kini
giliran Tamara yang menjawab. “Kau tau, aku sangat dendam dengan keluarga Tom
Richard. Lelaki itulah yang telah menghancurkan hidupku. Istrinya juga jahat
dengan Ibuku. Karena itulah aku dipesan oleh Ayah yang sudah lama meninggal
untuk segera membunuh semua keluarga Tom, dan aku berhasil.”
Tay sedikit
bingung dengan penjelasan Tamara. Siapa istri yang disebut Tamara? Ibunyakah
atau Ibu Harry? Atau wanita lain? Tay tau, Ayahnya bukanlah lelaki yang baik.
Jadi maklum saja Tamara sangat membeci Tom. Tapi, tidak seperti ini cara
melampiaskan kekesalan dan kemarahan Tamara pada Ayahnya.
“Siapa
istri Tom yang kau maksud?” Tanya Tay.
Tamara
tersenyum sinis. “Corine Richard nama wanita iblis itu.” Jawabnya,
Corine
Richard? Itu bukan nama Ibunya. Apakah Corine Richard adalah nama Ibu Harry?
Tay tidak yakin Ibu Harry sejahat itu. Ibu Harry hanyalah menjadi korban. Apa..
Apa Ibunya juga adalah korban? Semakin lama, Tay semakin bingung.
Polisi itu
langsung membawa Tamara dan lelaki itu menuju mobil yang terparkir di luar
sana. Rumah lama Harry sekarang sedang disegel. Tay tidak bisa membayangkan
betapa sedihnya Harry saat mengetahui bahwa memang benar Tamara yang telah
melakukan semua ini hanya karena sebuah dendam.
Sebuah
dendam? Tay sudah tidak asing lagi dengan kata itu. Dendam. Tiba-tiba Tay
teringat dengan Louis dan dendamnya pada Louis. Sekarang, Louis sedang dirawat
di rumah sakit. Tay tidak bisa membohongi diri bahwa sifatnya hampir sama
dengan Tamara. Tay tidak bisa memaafkan Louis yang dulunya telah merusak
kesuciannya. Sampai sekarang Tay belum bisa memaafkan Louis walau Louis
memohonnya dengan sangat. ‘Apa.. Apa aku harus memaafkannya?’ Tanyanya dalam
hati.
“Tay,
sebaiknya kita pulang. Kau terlihat lelah sekali.” Kata Zayn.
“Ba..
Baiklah.” Kata Tay. Gadis itu pun masuk ke dalam mobil Zayn.
***
Semakin lama,
hubungan antara Hannah dengan Louis semakin dekat. Louis mulai membuka hatinya
untuk Hannah. Baginya, Hannah adalah gadis yang sabar, kuat dan tidak pernah
mengeluh. Setiap hari, Hannah selalu datang menjenguknya dan membawanya makanan
serta buah segar.
Pagi ini, Hannah
sudah ada di kamar Louis. Gadis itu membawa sekeranjang buah dari hasil kebun
pamannya. “Lou, aku membawakanmu buah-buah segar. Buah-buah ini aku petik
sendiri di kebun pamanku.” Ucapnya.
Louis
tersenyum. “Thanks Hannah.” Ucapnya.
Louis
senang melihat wajah ceria Hannah. Dan jujur saja, Louis benci melihat wajah
sedih Hannah. Apalagi saat Hannah menangis. Karena itulah Louis memutuskan
untuk ramah terhadap Hannah agar Hannah tidak sedih.
“Kata
dokter, kau sudah menjadi lebih baik. Semoga kau bisa sembuh Lou.” Kata Hannah.
“Semoga.”
Jawab Louis.
Seorang
lelaki masuk ke dalam kamar Louis. Lelaki itu berusaha untuk tersenyum melihat
gadis yang dicintainya bahagia bersama orang lain. Niall, lelaki itu paham
bahwa Louis telah menyukai Hannah karena sifat dan sikap Hannah yang mampu
meluluhkan hatinya. Niall ingin masuk ke dalam, tetapi ia mengurungkan niatnya.
Niall memilih duduk di luar sambil menyenandungkan sebuah lagu.
“He takes your hands I die little I watch
your eyes and I’m in riddle why can’t you look at me like that… When you walk
by I try to say it but then I freeze and never do it my tongue gets tied the
world get trapped.. I hear the beat of my heart getting louder whenever I’m
near you…”
Tay yang baru
sampai di rumah sakit tidak sengaja melihat Niall yang baginya sedang galau.
Tay tau, Niall sedang cemburu karena Hannah dekat dengan Louis dan Louis
sepertinya mulai menyukai Hannah. Tapi Tay tidak yakin kalau Louis menyukai Hannah.
Tay merasa Louis sengaja untuk ramah dan membuka hatinya untuk Hannah agar Hannah
tidak menangis atau hal lainnya yang dapat membuat Hannah sedih.
“But I see you with him slow dancing tearing
me apart cause you don’t see… Whenever you kiss him I’m breaking oh how I wish
that was me..”
“Kau kenapa
Niall?” Tanya Tay.
Tentu saja
Niall kaget akan kedatangan Tay. “Aku tidak apa-apa.” Bohongnya.
“Hmm.. Tapi
kau seperti sedang cemburu.” Kata Tay lalu masuk ke dalam kamar Louis. Niall
menghela nafas panjang, lalu ia kembali melanjutkan lagu tadi.
Sementara
Tay, gadis itu masuk ke dalam kamar Louis. Tay tampak cantik. Sepertinya gadis
itu sudah mulai bisa merawat dirinya sendiri. Bagi Tay, menjadi gadis yang
sesungguhnya adalah hal terbaik. Walau banyak lelaki yang mendekatinya, Tay
tidak mempermasalahkannya.
“Tay,
tumben kau kesini.” Kata Hannah kaget. Louis pun juga kaget. Ia tidak menyangka
Tay mau menjenguknya. Louis sangat berharap Tay mau memaafkannya dan urusannya
di dunia ini sudah selesai.
Tay tersenyum.
“Jahat sekali jika aku tidak menjenguk Louis.” Ucapnya seraya mendekati Louis.
“Apa kabar Lou? Tampaknya kau semakin membaik.” Tanyanya.
Louis
berusaha untuk tersenyum. Jujur, lelaki itu suka dengan penampilan baru Tay.
Perasaan yang dulu sempat ia rasakan kembali hadir. Ya, Louis kembali menyukai
Tay. Tapi, ia kasihan dengan Hannah yang terlalu banyak berharap dengannya.
Entah
mengapa, Hannah merasa tidak suka melihat Tay berbicara dengan Louis. Lebih
tepatnya lagi cemburu. Hannah tau bahwa Louis menyukai Tay dan Hannah takut
jika Tay menyukai Louis.
“An, aku
ingin bicara dengan Louis empat mata. Bisakah kau meninggalkan tempat ini
sebentar?” Pinta Tay.
Terpaksa Hannah
mengangguk walau rasanya berat. Gadis itupun pergi meninggalkan kamar Louis.
“Mengapa kau menyuruh Hannah pergi?” Tanya Louis.
Tay menatap
Louis dengan tatapan heran. “Kau menyukainya?” Tanyanya.
“Ya.” Jawab
Louis dengan santai. Tentu saja Tay kaget. Bukan, bukan karena ia cemburu.
Melainkan heran mengapa Louis bisa menyukai Hannah, padahal sebelum Louis
berada di rumah sakit ini, Louis sama sekali tidak menyukai Hannah. Pasti Louis
sedang merencanakan sesuatu.
“Aku
peringatkan Lou, Hannah sangat mencintaimu. Jika kau membohonginya, dia akan
sedih dan sakit.” Ucap Tay.
“Ya, aku
tau.” Kata Louis.
Tay duduk
di kursi yang sengaja di taruh di samping ranjang Louis. “Terserah. Tapi kalau Hannah
sampai menangis karenamu, aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Ucapnya.
Sebisa
mungkin Louis tenang. Ia tau, banyak kesalah-kesalahannya yang belum dimaafkan
oleh Tay. Di dalam hidupnya ini, hanya ada satu permintaannya. Yaitu ia ingin
Tay menerima maafnya. Itu saja.
“Tay,
bagaimana caranya agar kau mau memaafkanku?” Tanya Louis. Suaranya terdengar
lemah.
Tay
menghela nafas dalam-dalam. Ia teringat dengan Tamara dan dendamnya pada
keluarga Tom. Seharusnya, dendam itu tidak boleh disimpan dalam hati.
Seharusnya dendam itu dibuang jauh-jauh karena dendam itu merupakan sesuatu
yang tidak baik. Namun Tay belum bisa memaafkan Louis sekarang.
“Aku akan
memaafkanmu Lou, suatu hari nanti. Intinya kau harus sembuh agar Hannah bahagia
dan kalian akan menjadi sepasang kekasih yang romantis.” Kata Tay.
“Baiklah.”
Jawab Louis. Tampaknya lelaki itu lega. Di luar sana, Hannah mengintip Tay dan
Louis dengan perasaan cemburu. Disana, ia melihat Louis dan Tay yang sedang
tersenyum. Apa maksudnya ini?
“Kalau aku
boleh tau, mengapa kau merubah penampilan menjadi seperti ini?” Tanya Louis.
Tay tentu
malu mengingat kecemburuannya saat melihat Tamara bersama Harry dan ia ingin
merubah penampilannya agar Tamara iri dengannya dan serta membuktikan bahwa ia
adalah gadis yang cantik dan bukan gadis yang jHannahk.
“Aku
berubah karena keinginanku saja. Dan aku nyaman dengan penampilanku saat ini.”
Jawabnya berbohong.
“Tapi aku
yakin para lelaki mulai mengejarmu. Apa kau tidak merasa terganggu? Kau kan
cantik sekarang.” Kata Louis.
Tay
tertawa. “Tidak segitunya juga Lou.” Ucapnya.
Pembicaraan
Tay dengan Louis semakin hangat. Louis tidak percaya Tay akhirnya baik
dengannya, seperti Tay melupakan dendamnya itu. “Aku yakin ada seorang lelaki
yang telah mencuri hatimu.” Ucap Louis.
Wajah Tay
menjadi memerah. “Tidak. Tidak ada.” Ucapnya cepat-cepat. Namun Louis tau kalau
Tay berbohong. “Aku tau kau bohong. Tapi sudahlah, aku tidak berhak mencampuri
urusanmu.” Ucap Louis.
Sementara
di luar sana, Niall masih duduk di bangku luar dan Hannah langsung menemuinya.
Niall bisa merasakan kecemburuan Hannah pada Tay. Seperti ia merasakan
kecemburuan saat Hannah dekat dengan Louis.
“Kau
cemburu?” Tanya Niall.
Hannah
tersenyum sedih. “Ya. Tapi aku yakin Tay tidak sejahat itu.” Jawabnya.
Berkali-kali
Hannah mengintip ruang rawat Louis dengan perasaan yang campur aduk. Niall
berjalan mendekati Hannah seraya memegang pundaknya. “Kau dan Louis adalah
pasangan yang serasi. Kalian ditakdirkan untuk bersama. Jadi, tidak ada satupun
yang bisa menghalangi cinta kalian.” Ucapnya.
Tentu saja Hannah
kaget mendengar ucapan Niall. Bukannya Niall mencintainya? Kalau iya, mengapa
Niall berani mengucapkan kalimat yang mampu menyakiti hatinya? Apakah Niall
sudah tidak lagi mencintainya?
“Kau tidak
cemburu dengan Louis?” Tanya Hannah.
Niall
tersenyum. “Setelah dipikir-pikir, rasa cemburu itu salah. Aku tidak boleh
cemburu.” Jawabnya. Namun Hannah yakin bahwa Niall masih mencintainya. Lihat
saja di kedua matanya yang tampak sedih.
“Aku pergi
dulu.” Kata Niall meninggalkan Hannah. Sebenarnya Hannah ingin memanggil Niall,
tapi ia urungkan niatnya. Baginya, ia sudah sangat bersalah pada Niall.
***
Setelah
menjenguk Louis, Tay memutuskan untuk pulang. Jujur, ia tidak menyangka akan
sebaik itu dengan Louis. Tapi Tay sekarang tidak bisa melarang Hannah untuk
menyukai Louis. Jika memang Louis mencintai Hannah dengan tulus, Tay tidak akan
melarang karena ia tau bahwa cinta tidak bisa dipaksakan dan cinta akan terasa
sakit jika cinta itu tidak akan bisa terwujud. Tay paham dengan perjuangan Hannah
demi mendapatkan Louis dan sepertinya Louis mulai membuka hatinya untuk Hannah.
Bagi Tay, Hannah
adalah gadis yang beruntung. Dia bisa mendapatkan lelaki yang dicintainya.
Sementara ia? Tay memang membenci cinta. Tapi saat ia mulai merasakan cinta,
ternyata ia salah mencintai seseorang. Tay sangat membenci hidupnya. Gadis itu
berjalan hingga sampai di sebuah taman kecil yang terletak dibelakang Rumah
Sakit. Disana, Tay melihat Niall yang sedang menyendiri. Tay berjalan mendekati
Niall.
“Sudah aku
bilang, kau masih cemburu.” Kata Tay seraya duduk disamping Niall.
Niall
menjadi kaget. “Mengapa kau bisa disini?” Tanyanya.
“Aku tidak
tau.” Jawab Tay. Gadis itu merasakan kesejukan yang luar biasa. Niall menghela
nafas panjang. “Cinta terasa indah bila seseorang yang kita cintai mencintai
kita. Sebaliknya, cinta terasa menyakitkan bila orang yang kita cintai tidak
mencintai kita.” Kata Niall.
Tay menoleh
ke arah Niall. “Lalu bagaimana dengan dua orang yang saling mencintai namun
cinta mereka terlarang?” Tanyanya.
“Maksudmu?”
Tanya Niall tidak mengerti.
“Misalnya,
ada seorang gadis menyukai seorang lelaki dan lelaki itu juga menyukai gadis
itu. Namun cinta mereka terlarang karena suatu hal. Semisal berbeda iman atau
orangtua mereka tidak merestui hubungan mereka.” Jelas Tay.
“Soal iman
atau orangtua yang tidak merestui hubungan mereka bukanlah menjadi penghalang
cinta mereka. Bisa saja sepasang kekasih itu menikah dengan berbeda iman atau
jika orang tua mereka melarang hubungan mereka, tentu cinta sejati akan
menentangnya. Bisa jadi lelaki itu membawa kekasihnya pergi dan hidup bahagia
bersama di suatu tempat. Aku tau ini terdengar aneh. Namun itulah cinta sejati.
Tak ada yang bisa mengalahkannya.” Jelas Niall.
Tay menjadi
kagum dengan Niall. “Bagaimana jika mereka adik kakak tapi saling mencintai?”
Tanyanya.
‘Pertanyaan
aneh!’ Batin Niall. “Hal itu mustahil terjadi.” Jawabnya.
“Tapi jika
keduanya tidak pernah bertemu bagaimana? Misalnya mereka tidak tau bahwa mereka
adalah adik kakak karena mereka telah berpisah dan akhirnya mereka bertemu.
Lantas, apa itu terdengar aneh atau mustahil?”
Niall
berpikir sesaat, lalu menjawab. “Ya.. Ada juga kisah seperti itu. Tapi jarang
terjadi di kehidupan nyata. Jika mereka memang adik kakak, bagaimana lagi?
Tidak mungkin seorang kakak memaksa adiknya untuk menikah dan hidup bersama.”
Jawaban
Niall sangat menyedihkan. Artinya, Tay tidak akan pernag bisa memiliki Harry
karena ia adalah adik Harry. Sungguh cinta pertama yang menyakitkan.
“Ada apa
kau menanyakan hal itu?” Tanya Niall.
“Tidak.
Tidak ada.” Jawab Tay.
Niall
melihat wajah Tay yang nampak sedih dan resah. “Kau kenapa? Apa kau sedang
mencintai seseorang?” Tanyanya.
“Ya, namun
cinta itu terlarang.” Jawabnya.
Niall
tersenyum seraya merangkul bahu Tay. “Jadi, kita sama-sama menderita karena
cinta?”
Tay tertawa
mendengar pertanyaan Niall. “Tapi aku tidak mau terpuruk seperti dirimu!”
Ucapnya lalu meninggalkan Niall yang sepertinya ingin membalas dendam atas
ucapan Tay barusan.
***
“Good
morning!” Sapa Harry memasuki toko roti Zayn. Pagi ini, Harry tampak segar dan
tampan. Zayn tersenyum membalas sapaan Harry. Namun ia heran mengapa Harry
datang di tokonya karena hari ini tokoknya libur.
“Kau tidak
ingat sekarang hari apa?” Tanya Zayn.
Harry
terdiam, lalu ia memukul jidatnya. “Aku lupa. Hari ini toko libur.” Ucapnya.
Zayn
tertawa. “Tapi tidak apa-apa.” Ucapnya.
Harry duduk
di salah satu kursi. Zayn mendekati Harry. “Kau tidak kuliah?” Tanyanya.
“Kau tau,
aku sekarang jarang kuliah karena aku tengah menyHannahsaikan skripsiku.
Tinggal selangkah lagi aku akan lulus.” Jawabnya.
Zayn tau
bahwa Harry adalah mahasiswa yang cerdas. Sementara ia, Zayn merasa kuliah
tidaklah berguna. Ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan cara bekerja
di tokonya ini. Tiba-tiba Zayn tidak sengaja menangkap kesedihan di wajah
Harry.
“Kau sedang
ada masalah?” Tanya Zayn.
Tidak ada
salahnya bercerita pada Zayn mengenai semua yang telah membuatnya menjadi
seperti ini. “Ya.” Jawab Harry.
Zayn
teringat sesuatu. “Kau sudah tau kalau Tamara sudah ditangkap polisi?”
Tanyanya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar