expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 10 April 2015

One Hope ( Part 13 )



Part 13

.

.

.

“Tunggu! Berhenti!”

Mendadak wajah Shilla dan anggota Zarra Girls lainnya memucat saat mereka tau siapa pemilik suara itu. Si pemilik suara itu berjalan mendekati Shilla.

“Zarra Girls sudah berakhir!” Ucapnya tegas.

Cewek yang tidak lain adalah Agni langsung membuat Shilla, Zevana, Oik dan Zahra kaget. Terutama Shilla. Padahal, ia baru saja masuk ke dalam geng cewek yang paling populer di sekolahnya.

“Ag.. Maksud lo apa?” Tanya Zevana nggak mengerti.

“Gue sudah memutuskan untuk membubarkan geng ini. Terserah lo kalo lo mau buat geng baru. Gue nggak peduli.” Kata Agni dengan santainya.

Ini Agni bukan? Kalo ya, kenapa dia bisa berubah? Batin Shilla. Apa ini ada hubungannya dengan dirinya yang masuk ke dalam Zarra Girls? Tapi, bukan keinginannya yang masuk ke Zarra Girls, melainkan keinginan sang ketua sendiri.

“Gue sudah tobat. Gue mau jadi orang yang baik.” Aku Agni lalu mengajak Ify dan Sivia pergi dari tempat itu.

Sementara sisanya, menatap kepergian Agni dengan tidak percaya. Pasti ada sesuatu yang membuat Agni membubarkan Zarra Girls yang kini sedang mencapai puncaknya.

***

Tiga gadis itu berjalan menuju pintu gerbang. Setengah jam yang lalu bel pulang berbunyi. Kedua mata Ify berusaha mencari keberadaan Cakka. Tapi ia nggak tau dimana Cakka. Sedangkan Sivia heran mengapa Ayahnya belum juga menjemputnya.

“Ng.. Thanks ya kak..” Kata Sivia.

Agni tersenyum. “No problem. Ohya, maafin gue ya karena selama ini gue selalu jahat sama kalian. Terutama lo Fy. Ahya, selamat ya atas jadian kalian kemarin. Traktirannya mana?” Ucapnya.

Kedua pipi Ify memerah. “Makasih kak.” Jawabnya.

“Eh kak, kok kak Agni bisa berubah kayak gini ya?” Tanya Sivia.

“Berubah kayak gimana? Berubah jadi power ranges?” Agni balik nanya yang membuat Sivia tertawa.

“Ya enggaklah kak. Kok kak Agni bisa baik sama kita? Dan, mengapa kak Agni membubarkan Zarra Girls?”

Agni nggak langsung menjawab. Ia mengajak Ify dan Sivia duduk di tempat yang teduh. Mungkin ia dapat menceritakan sebuah mimpi yang kemarin hadir dalam tidurnya.

“Semalam gue mimpi didatengin Sion, mantan gue. Sion berkata kalo gue harus berubah menjadi anak yang baik dan harus membubarkan Zarra Girls. Entah mengapa, hati gue kesentuh mendengarnya dan gue siap menjadi anak baik.” Jelas Agni.

Namun, masih ada lagi yang belum ia ceritakan. Ini mengenai soal Cakka. Tapi Agni nggak mau bercerita. Ia takut nantinya dapat membuat hati Ify sakit.

“Kak Sion kakaknya kak Cakka ya?” Tanya Ify dan dibalas anggukan Agni. “Syukur deh kalo gitu kak. Ify senang. Semoga Shilla bisa berubah seperti kak Agni.” Lanjutnya.

Sepertinya Agni tertarik mengenai Shilla. “Dulunya Shilla sahabat lo ya?” Tanyanya.

Kali ini Sivia yang menjawab. “Iya kak, ada apa?”

“Selama ini Shilla telah membohongi kalian. Waktu Shilla SMP, Shilla adalah gadis populer di sekolahnya. Dia adalah kapten cheers. Entah mengapa Shilla bisa berubah menjadi sosok pendiam dan berteman baik dengan kalian.” Jelas Agni.

Benar kan. Selama ini Shilla telah membohonginya, juga Sivia. Tapi Ify berharap Shilla mau berubah untuk yang kedua kalinya dan menjadi sahabat baiknya lagi.

“Kak..” Kata Sivia sedikit ragu.

Agni menaikkan sebelah alisnya. “Apa?” Tanyanya.

“Ng... Kak Agni tau nggak kalo sebenarnya Shilla cinta banget sama kak Alvin dan ingin menggeser kedudukan kak Zevana di hati kak Alvin?”

***

“Gimana bro?” Tanya Alvin melihat Cakka yang sedang tiduran di rumah bambunya.

Cakka menoleh ke arah Alvin. “Gimana apanya?” Tanyanya.

“Itu.. Hubungan nggak jelas lo sama Ify!” Jawab Alvin gemas.

Mendengar nama ‘Ify’, Rio langsung menoleh sambil menatap Cakka dan Alvin secara bergantian. Tatapan Rio yang sulit diartikan membuat keduanya penasaran.

“Yo, lo kenapa sih?” Tanya Alvin.

Cepat-cepat Rio mengalihkan pandang. “Nggak. Nggak ada.” Jawabnya.

Alvin tersenyum licik. “Bilang aja lo suka sama Ify. Ya kan?”

Bukan hanya Rio saja yang kaget. Cakka juga kaget. Rio suka sama Ify? Mustahil! Kalo Rio suka sama Ify, untuk apa Rio mendukung idenya ini? Jika Rio memang menyukai Ify, sebisa mungkin ia menentang idenya atau mencari cewek lain. Eh, tunggu!

“Lo suka sama Ify Yo?” Tanya Cakka.

Rio menatap Cakka. “Nggak.” Jawabnya.

“Yakin?” Ulang Cakka.

Rio jadi kesal. “Lo kenapa sih? Nggak, nggak! Gue nggak akan rebut Ify dari tangan lo.” Ucapnya. Karena gue nggak mau saingan sama sahabat sendiri. Sambungnya dalam hati.

“Tapi kalo lo beneran suka ya nggak apa-apa.” Kata Cakka.

Tiba-tiba, Rio teringat dengan kejadian tadi. Saat istirahat. Ify menemuinya dan menghadangnya. Namun, ia mencoba menghidar dari Ify.

“Kak, jangan pergi dulu!” Kata Ify.

Jika dilihat, keduanya seperti sedang main selodor. Ify yang jaga dan Rio yang berusaha masuk agar menang. Namun, sangat sulit karena yang menjaga sama sekali nggak memberi ruang masuk.

“Ada apa?” Tanya Rio malas.

Entah mengapa hari ini ia nggak mood bicara dengan Ify. Apalagi ngebikin hati Ify kesal. Apa karena kejadian kemarin saat Cakka menembak Ify dan menjadikan Ify sebagai kekasihnya?

“Kak, lo kan yang nyuruh kak Cakka nembak gue? Dan pada dasarnya, kak Cakka sama sekali nggak suka gue. Cuma karena perintah lo aja kan akhirnya kak Cakka nembak gue?” Tanya Ify.

Rio kaget mendengar pertanyaan Ify yang jelas-jelas salah. Darimana Ify mendapat dugaan seperti itu? Rio tersenyum sinis seakan menertawakan pertanyaan Ify.

“Gue nggak pernah nyuruh Cakka nembak lo. Cakka sendiri yang mau.” Jawab Rio.

Namun, Ify nggak langsung percaya. “Tapi kan, lo mau bantu gue agar gue bisa dekat sama kak Cakka?” Tanyanya.

Rio tertawa. “Iya. Tapi ternyata duluan Cakka yang nembak lo. Sudah, gue mau pergi.” Ucapnya seraya meninggalkan Ify.

“Yo..” Kata Cakka menyadarkan Rio.

“Eh iya? Kenapa?” Tanya Rio kaget.

Cakka memandang Rio aneh. “Lo beneran suka sama Ify? Kalo iya, kenapa lo nggak bilang sejak dulu sebelum gue menembaknya?” Tanyanya.

Rio menatap Cakka tajam. “Sudah gue bilang. Gue nggak suka Ify.” Ucapnya tegas.

***

Zarra Girls. Apakah geng itu masih berdiri atau lebih tepatnya lagi bertahan karena sang ketua telah membubarkan geng itu? Jawabannya adalah masih. Shilla dan lainnya setuju jika Zarra masih berdiri. Shilla sendiri yang menjadi pengganti Agni dan disetujui oleh Zevana, Oik dan Zahra.

Namun, sebaiknya nama ‘Zarra’ harus di hapus karena nama itu adalah nama yang diusulkan Agni. Dan Shilla mengganti Zarra menjadi Beefha hingga jadilah Beefha Girls dan Zevana, Oik, maupun Zahra nggak keberatan dengan nama geng baru mereka.

“So, apa kita harus mencari satu anggota baru?” Tanya Oik.

Sejenak Shilla berfikir. “Tentu. Gue udah punya calonnya. Dan dia adalah sahabat gue.” Ucapnya sambil tersenyum.

***

Sudah hampir satu jam Alvin menunggu kedatangan kekasihnya. Namun, Zevana tak kunjung datang juga. Di rumah Zevana tampak sepi. Hanya ada Bi Aura saja yang setiap harinya bertugas membersihkan rumah besar itu.

Sekali lagi, Alvin menelpon Zevana. Namun, Zevana nggak mau mengangkat telponannya. Zeva... Lo dimana sih? Kenapa lo nggak mau angkat telpon gue?

Entah mengapa Alvin menjadi khawatir dan panik. Jangan-jangan, ada hal buruk yang menimpa cewek yang sangat ia cintai. Ya, Alvin sangat mencintai Zevana melebihi apapun. Walau menurutnya Zevana sering ngambek dan nggak suka dengannya, tapi Alvin tetap menyayangi kekasihnya itu.

“Bi, jam berapa biasanya Zevana pulang?” Tanyanya pada Bi Aura.

Bi Aura menggeleng. “Nggak tau den. Pulangnya nggak nentu. Kadang-kadang sore, magrib, ataupun tengah malam.” Jawabnya.

Tengah malam? Batin Alvin heran. Apa yang dilakukan Zevana tengah malam? Berbagai pikiran negatifnya ia buang. Ia nggak boleh berprasangka buruk dengan Zevana karena ia percaya dengan Zevana.

Akhirnya, Alvin memutuskan untuk pulang ke rumah karena sebentar lagi mau magrib. Kencan bersama Zevana hari itu juga ia batalkan. Dan Alvin pulang ditemani hatinya yang gelisah sekaligus tidak tenang dengan keadaan Zevana.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan kekasihnya itu?

***

Dua gadis itu berjalan membelah malam yang begitu gelap. Terdengar jelas tawa keduanya yang sedikit mengerikan. Zevana yang setengah sadar tiba-tiba saja berhenti. Sepertinya gadis itu sedang mengingat sesuatu.

“Shit! Alvin!” Kata Zevana.

Mendengar Zevana menyebut nama ‘Alvin’, Shilla ikut memberhentikan langkahnya. Ia sedikit ingat setelah selesai meresmikan Beefha Girls, ia diajak Zevana pergi ke diskotik. Shilla yang nggak pernah mendatangi tempat itu jadi tertarik dan ikut pergi bersama Zevana, sementara sisanya memilih pulang.

Sekarang, sudah jam satu pagi. Shilla yang mulai sadar merasakan kepalanya teramat pening. Ada apa dengan gue? Tanyanya dalam hati.

“Ze.. Zevana?” Tanya Shilla.

Zevana melirik Shilla. “Shill! Lo lupa kalo kita habis..”

Perkataan Zevana dipotong oleh sebuah suara berat yang keluar dari mobil hitam. Zevana kaget. Lelaki yang kira-kira berumur dua puluhan itu dulunya adalah mantannya. Dan sekarang, mengapa lelaki itu datang menemuinya?

“Zev.. Si.. Siapa dia?” Tanya Shilla ketakutan.

Yang ditanya nggak menjawab. Lelaki itu dengan cekatan menarik tubuh lemah Zevana lalu membawanya pergi. Kini, tinggallah Shilla sendiri dalam kegelapan malam yang tak berujung. Shilla yang sudah sadar sepenuhnya merasa menyesal karena mau mengikuti Zevana pergi ke diskotik dan bermain-main bersama om-om.

Tapi Shilla yakin kalo dirinya nggak disentuh sama sekali oleh siapapun. Dan Zevana...

“ZEVANA!!” Teriak Shilla.

Sadar bahwa Zevana sudah tidak ada, tubuh Shilla langsung melemas. Bagaimana caranya agar ia bisa pulang ke rumah? Shilla yakin sekali kedua orangtuanya khawatir dengannya. Tiba-tiba Shilla teringat sesuatu. Ia mencari ponsel di kantong roknya. Namun, ponsel itu nggak ada. Dompetnya pun juga nggak ada.

Siala lo Zev! Batin Shilla geram. Ini semua salah Zevana. Shilla menganggap Zevana telah menjebaknya hingga ia menjadi seperti ini. Seharusnya lo sudah gue singkirkan dan gue bisa merebut Alvin dari lo!

Alvin? Shilla tersenyum sedih. Sungguh sakit hatinya memendam perasaannya pada kakak kelasnya itu. Dan pada akhirnya, seluruh kesakitan yang ia rasa berubah menjadi kemarahan. Kemarahannya bahwa hanya ia saja yang berhak menjadi kekasih Alvin. Bukan Zevana atau Sivia. Sivia? Haha.. Cewek itu mah bukan tandingannya!

Tiba-tiba, kepalanya berputar-putar. Shilla ingat bahwa ia terlalu banyak minum minuman yang beralkohol, dan inilah akibatnya. Tubuhnya menjadi lemas dan nggak bertenaga. Shilla terjatuh sambil memegang kepalanya yang sakitnya bukan main.

“To.. Tolong..” Rintihnya.

Namun, siapa yang bisa mendengar suaranya? Tempat ini sepi! Karena nggak tahan akan kesakitan yang ia rasakan, Shilla tidak sadarkan diri. Terakhir kali ia ingat, ia melihat ada cahaya mobil yang menyilaukan matanya. Cahaya itu padam dan seseorang keluar dari dalam mobil itu.

“Lo.. Lo nggak apa-apa?” Tanya orang itu kaget.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar