Part 13
.
.
.
“Tunggu! Berhenti!”
Mendadak wajah
Shilla dan anggota Zarra Girls lainnya memucat saat mereka tau siapa pemilik
suara itu. Si pemilik suara itu berjalan mendekati Shilla.
“Zarra Girls sudah
berakhir!” Ucapnya tegas.
Cewek yang tidak
lain adalah Agni langsung membuat Shilla, Zevana, Oik dan Zahra kaget. Terutama
Shilla. Padahal, ia baru saja masuk ke dalam geng cewek yang paling populer di
sekolahnya.
“Ag.. Maksud lo
apa?” Tanya Zevana nggak mengerti.
“Gue sudah
memutuskan untuk membubarkan geng ini. Terserah lo kalo lo mau buat geng baru.
Gue nggak peduli.” Kata Agni dengan santainya.
Ini Agni bukan? Kalo ya, kenapa dia bisa berubah? Batin Shilla. Apa ini ada hubungannya dengan dirinya yang
masuk ke dalam Zarra Girls? Tapi, bukan keinginannya yang masuk ke Zarra Girls,
melainkan keinginan sang ketua sendiri.
“Gue sudah tobat.
Gue mau jadi orang yang baik.” Aku Agni lalu mengajak Ify dan Sivia pergi dari
tempat itu.
Sementara sisanya,
menatap kepergian Agni dengan tidak percaya. Pasti ada sesuatu yang membuat
Agni membubarkan Zarra Girls yang kini sedang mencapai puncaknya.
***
Tiga gadis itu
berjalan menuju pintu gerbang. Setengah jam yang lalu bel pulang berbunyi.
Kedua mata Ify berusaha mencari keberadaan Cakka. Tapi ia nggak tau dimana
Cakka. Sedangkan Sivia heran mengapa Ayahnya belum juga menjemputnya.
“Ng.. Thanks ya
kak..” Kata Sivia.
Agni tersenyum. “No
problem. Ohya, maafin gue ya karena selama ini gue selalu jahat sama kalian.
Terutama lo Fy. Ahya, selamat ya atas jadian kalian kemarin. Traktirannya
mana?” Ucapnya.
Kedua pipi Ify
memerah. “Makasih kak.” Jawabnya.
“Eh kak, kok kak
Agni bisa berubah kayak gini ya?” Tanya Sivia.
“Berubah kayak
gimana? Berubah jadi power ranges?” Agni balik nanya yang membuat Sivia
tertawa.
“Ya enggaklah kak.
Kok kak Agni bisa baik sama kita? Dan, mengapa kak Agni membubarkan Zarra
Girls?”
Agni nggak langsung
menjawab. Ia mengajak Ify dan Sivia duduk di tempat yang teduh. Mungkin ia
dapat menceritakan sebuah mimpi yang kemarin hadir dalam tidurnya.
“Semalam gue mimpi
didatengin Sion, mantan gue. Sion berkata kalo gue harus berubah menjadi anak
yang baik dan harus membubarkan Zarra Girls. Entah mengapa, hati gue kesentuh
mendengarnya dan gue siap menjadi anak baik.” Jelas Agni.
Namun, masih ada
lagi yang belum ia ceritakan. Ini mengenai soal Cakka. Tapi Agni nggak mau
bercerita. Ia takut nantinya dapat membuat hati Ify sakit.
“Kak Sion kakaknya
kak Cakka ya?” Tanya Ify dan dibalas anggukan Agni. “Syukur deh kalo gitu kak.
Ify senang. Semoga Shilla bisa berubah seperti kak Agni.” Lanjutnya.
Sepertinya Agni
tertarik mengenai Shilla. “Dulunya Shilla sahabat lo ya?” Tanyanya.
Kali ini Sivia yang
menjawab. “Iya kak, ada apa?”
“Selama ini Shilla
telah membohongi kalian. Waktu Shilla SMP, Shilla adalah gadis populer di
sekolahnya. Dia adalah kapten cheers. Entah mengapa Shilla bisa berubah menjadi
sosok pendiam dan berteman baik dengan kalian.” Jelas Agni.
Benar kan. Selama
ini Shilla telah membohonginya, juga Sivia. Tapi Ify berharap Shilla mau
berubah untuk yang kedua kalinya dan menjadi sahabat baiknya lagi.
“Kak..” Kata Sivia
sedikit ragu.
Agni menaikkan
sebelah alisnya. “Apa?” Tanyanya.
“Ng... Kak Agni tau
nggak kalo sebenarnya Shilla cinta banget sama kak Alvin dan ingin menggeser
kedudukan kak Zevana di hati kak Alvin?”
***
“Gimana bro?” Tanya
Alvin melihat Cakka yang sedang tiduran di rumah bambunya.
Cakka menoleh ke
arah Alvin. “Gimana apanya?” Tanyanya.
“Itu.. Hubungan
nggak jelas lo sama Ify!” Jawab Alvin gemas.
Mendengar nama
‘Ify’, Rio langsung menoleh sambil menatap Cakka dan Alvin secara bergantian.
Tatapan Rio yang sulit diartikan membuat keduanya penasaran.
“Yo, lo kenapa
sih?” Tanya Alvin.
Cepat-cepat Rio
mengalihkan pandang. “Nggak. Nggak ada.” Jawabnya.
Alvin tersenyum
licik. “Bilang aja lo suka sama Ify. Ya kan?”
Bukan hanya Rio
saja yang kaget. Cakka juga kaget. Rio suka sama Ify? Mustahil! Kalo Rio suka
sama Ify, untuk apa Rio mendukung idenya ini? Jika Rio memang menyukai Ify,
sebisa mungkin ia menentang idenya atau mencari cewek lain. Eh, tunggu!
“Lo suka sama Ify
Yo?” Tanya Cakka.
Rio menatap Cakka.
“Nggak.” Jawabnya.
“Yakin?” Ulang
Cakka.
Rio jadi kesal. “Lo
kenapa sih? Nggak, nggak! Gue nggak akan rebut Ify dari tangan lo.” Ucapnya. Karena gue nggak mau saingan sama sahabat
sendiri. Sambungnya dalam hati.
“Tapi kalo lo
beneran suka ya nggak apa-apa.” Kata Cakka.
Tiba-tiba, Rio
teringat dengan kejadian tadi. Saat istirahat. Ify menemuinya dan
menghadangnya. Namun, ia mencoba menghidar dari Ify.
“Kak, jangan pergi dulu!” Kata Ify.
Jika dilihat, keduanya seperti sedang main selodor. Ify
yang jaga dan Rio yang berusaha masuk agar menang. Namun, sangat sulit karena
yang menjaga sama sekali nggak memberi ruang masuk.
“Ada apa?” Tanya Rio malas.
Entah mengapa hari ini ia nggak mood bicara dengan Ify.
Apalagi ngebikin hati Ify kesal. Apa karena kejadian kemarin saat Cakka
menembak Ify dan menjadikan Ify sebagai kekasihnya?
“Kak, lo kan yang nyuruh kak Cakka nembak gue? Dan pada
dasarnya, kak Cakka sama sekali nggak suka gue. Cuma karena perintah lo aja kan
akhirnya kak Cakka nembak gue?” Tanya Ify.
Rio kaget mendengar pertanyaan Ify yang jelas-jelas
salah. Darimana Ify mendapat dugaan seperti itu? Rio tersenyum sinis seakan
menertawakan pertanyaan Ify.
“Gue nggak pernah nyuruh Cakka nembak lo. Cakka sendiri
yang mau.” Jawab Rio.
Namun, Ify nggak langsung percaya. “Tapi kan, lo mau
bantu gue agar gue bisa dekat sama kak Cakka?” Tanyanya.
Rio tertawa. “Iya. Tapi ternyata duluan Cakka yang nembak
lo. Sudah, gue mau pergi.” Ucapnya seraya meninggalkan Ify.
“Yo..” Kata Cakka
menyadarkan Rio.
“Eh iya? Kenapa?”
Tanya Rio kaget.
Cakka memandang Rio
aneh. “Lo beneran suka sama Ify? Kalo iya, kenapa lo nggak bilang sejak dulu sebelum
gue menembaknya?” Tanyanya.
Rio menatap Cakka
tajam. “Sudah gue bilang. Gue nggak suka Ify.” Ucapnya tegas.
***
Zarra Girls. Apakah
geng itu masih berdiri atau lebih tepatnya lagi bertahan karena sang ketua
telah membubarkan geng itu? Jawabannya adalah masih. Shilla dan lainnya setuju
jika Zarra masih berdiri. Shilla sendiri yang menjadi pengganti Agni dan
disetujui oleh Zevana, Oik dan Zahra.
Namun, sebaiknya
nama ‘Zarra’ harus di hapus karena nama itu adalah nama yang diusulkan Agni.
Dan Shilla mengganti Zarra menjadi Beefha hingga jadilah Beefha Girls dan
Zevana, Oik, maupun Zahra nggak keberatan dengan nama geng baru mereka.
“So, apa kita harus
mencari satu anggota baru?” Tanya Oik.
Sejenak Shilla
berfikir. “Tentu. Gue udah punya calonnya. Dan dia adalah sahabat gue.” Ucapnya
sambil tersenyum.
***
Sudah hampir satu
jam Alvin menunggu kedatangan kekasihnya. Namun, Zevana tak kunjung datang
juga. Di rumah Zevana tampak sepi. Hanya ada Bi Aura saja yang setiap harinya
bertugas membersihkan rumah besar itu.
Sekali lagi, Alvin
menelpon Zevana. Namun, Zevana nggak mau mengangkat telponannya. Zeva... Lo dimana sih? Kenapa lo nggak mau
angkat telpon gue?
Entah mengapa Alvin
menjadi khawatir dan panik. Jangan-jangan, ada hal buruk yang menimpa cewek
yang sangat ia cintai. Ya, Alvin sangat mencintai Zevana melebihi apapun. Walau
menurutnya Zevana sering ngambek dan nggak suka dengannya, tapi Alvin tetap
menyayangi kekasihnya itu.
“Bi, jam berapa
biasanya Zevana pulang?” Tanyanya pada Bi Aura.
Bi Aura menggeleng.
“Nggak tau den. Pulangnya nggak nentu. Kadang-kadang sore, magrib, ataupun
tengah malam.” Jawabnya.
Tengah malam? Batin Alvin heran. Apa yang dilakukan Zevana tengah malam? Berbagai pikiran
negatifnya ia buang. Ia nggak boleh berprasangka buruk dengan Zevana karena ia
percaya dengan Zevana.
Akhirnya, Alvin
memutuskan untuk pulang ke rumah karena sebentar lagi mau magrib. Kencan
bersama Zevana hari itu juga ia batalkan. Dan Alvin pulang ditemani hatinya
yang gelisah sekaligus tidak tenang dengan keadaan Zevana.
Apa sebenarnya yang
terjadi dengan kekasihnya itu?
***
Dua gadis itu
berjalan membelah malam yang begitu gelap. Terdengar jelas tawa keduanya yang
sedikit mengerikan. Zevana yang setengah sadar tiba-tiba saja berhenti.
Sepertinya gadis itu sedang mengingat sesuatu.
“Shit! Alvin!” Kata
Zevana.
Mendengar Zevana
menyebut nama ‘Alvin’, Shilla ikut memberhentikan langkahnya. Ia sedikit ingat
setelah selesai meresmikan Beefha Girls, ia diajak Zevana pergi ke diskotik.
Shilla yang nggak pernah mendatangi tempat itu jadi tertarik dan ikut pergi
bersama Zevana, sementara sisanya memilih pulang.
Sekarang, sudah jam
satu pagi. Shilla yang mulai sadar merasakan kepalanya teramat pening. Ada apa dengan gue? Tanyanya dalam hati.
“Ze.. Zevana?” Tanya
Shilla.
Zevana melirik
Shilla. “Shill! Lo lupa kalo kita habis..”
Perkataan Zevana
dipotong oleh sebuah suara berat yang keluar dari mobil hitam. Zevana kaget.
Lelaki yang kira-kira berumur dua puluhan itu dulunya adalah mantannya. Dan
sekarang, mengapa lelaki itu datang menemuinya?
“Zev.. Si.. Siapa
dia?” Tanya Shilla ketakutan.
Yang ditanya nggak
menjawab. Lelaki itu dengan cekatan menarik tubuh lemah Zevana lalu membawanya
pergi. Kini, tinggallah Shilla sendiri dalam kegelapan malam yang tak berujung.
Shilla yang sudah sadar sepenuhnya merasa menyesal karena mau mengikuti Zevana
pergi ke diskotik dan bermain-main bersama om-om.
Tapi Shilla yakin
kalo dirinya nggak disentuh sama sekali oleh siapapun. Dan Zevana...
“ZEVANA!!” Teriak
Shilla.
Sadar bahwa Zevana
sudah tidak ada, tubuh Shilla langsung melemas. Bagaimana caranya agar ia bisa
pulang ke rumah? Shilla yakin sekali kedua orangtuanya khawatir dengannya.
Tiba-tiba Shilla teringat sesuatu. Ia mencari ponsel di kantong roknya. Namun,
ponsel itu nggak ada. Dompetnya pun juga nggak ada.
Siala lo Zev! Batin Shilla geram. Ini semua salah Zevana. Shilla menganggap Zevana telah
menjebaknya hingga ia menjadi seperti ini. Seharusnya
lo sudah gue singkirkan dan gue bisa merebut Alvin dari lo!
Alvin? Shilla
tersenyum sedih. Sungguh sakit hatinya memendam perasaannya pada kakak kelasnya
itu. Dan pada akhirnya, seluruh kesakitan yang ia rasa berubah menjadi
kemarahan. Kemarahannya bahwa hanya ia saja yang berhak menjadi kekasih Alvin.
Bukan Zevana atau Sivia. Sivia? Haha.. Cewek itu mah bukan tandingannya!
Tiba-tiba,
kepalanya berputar-putar. Shilla ingat bahwa ia terlalu banyak minum minuman
yang beralkohol, dan inilah akibatnya. Tubuhnya menjadi lemas dan nggak
bertenaga. Shilla terjatuh sambil memegang kepalanya yang sakitnya bukan main.
“To.. Tolong..”
Rintihnya.
Namun, siapa yang
bisa mendengar suaranya? Tempat ini sepi! Karena nggak tahan akan kesakitan
yang ia rasakan, Shilla tidak sadarkan diri. Terakhir kali ia ingat, ia melihat
ada cahaya mobil yang menyilaukan matanya. Cahaya itu padam dan seseorang
keluar dari dalam mobil itu.
“Lo.. Lo nggak
apa-apa?” Tanya orang itu kaget.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar