Part 10
.
.
.
Kira-kira sekitar
pukul delapan malam Rio pulang ke rumahnya karena melihat Ify yang sudah
tertidur lelap. Sebenarnya, Rio nggak tega meninggalkan gadis itu sendiri. Tapi
semoga Ayah gadis itu cepat pulang agar Ify nggak sendirian di rumah.
Bisa ditebak,
Sonia-sepupu Rio-langsung memarahi adiknya itu. Sudah berkali-kali ia menelpon
Rio tapi nggak diangkat sama Rio. Hampir tiga tahun Sonia tinggal di rumah Rio
karena ia ingin sekali kuliah di Jakarta. Sekarang Sonia kuliah di semester empat.
“Kamu ini! Kok
nggak bilang-bilang kalo pulang malam? Kamu ngapain aja? Ini bukan malam
minggu!” Kata Sonia.
“Hehe.. Sorry mbak.
Ohya, Papa mana?” Tanya Rio.
Sonia melirik ke
arah ruang keluarga. Sepertinya Ayah sedang menonton Televisi. Rio pun berjalan
mendekati Ayahnya yang sudah berkepala empat. Ayah tersenyum hangat melihat
kedatangan anak sematawayangnya itu.
“Pa..” Kata Rio
pelan.
Harry-Ayah
Rio-menoleh ke Rio. “Ada apa? Kamu nggak lagi menjaga Dea?” Tanyanya.
Yang ditanya
menggeleng. “Dea sudah tau penyakitnya dan dia nggak mau merepotkan orang.
Termasuk Rio. Akhirnya, Rio nggak perlu lagi menjaga Dea. Tapi Rio harus selalu
mengamatinya dari jauh. Barangkali dia butuh bantuan Rio.” Ucapnya. Tiba-tiba
Rio teringat kejadian beberapa bulan yang lalu. Kecelakaan yang membuatnya
membantu gadis yang bernama Dea itu.
“Terus, bagaimana
dengan putri Pak Adi? Dan, bagaimana kabar Pak Adi?” Tanya Harry.
Rio tersenyum
sedih. “Kondisi om Adi semakin buruk. Kasian putrinya. Dia sudah kehilangan
Ibunya. Kalo sampai om Adi meninggal gimana Pa? Rio nggak tega melihat putri om
Adi menangis.” Ucapnya.
“Iya Rio. Papa juga
sedih. Tapi sudah menjadi tugasmu untuk menjaga putri Pak Adi. Kamulah
satu-satunya harapan bagi Pak Adi untuk menjaga putrinya. Kamu siap kan Rio
untuk menjaganya?”
Mendengar
pertanyaan dari Ayah, Rio terdiam. Ia nggak bisa menjawab. “Tapi.. Kenapa harus
Rio? Kenapa nggak orang lain saja?” Tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Ayahnya.
Ayahnya tersenyum.
“Hanya Tuhan dan Pak Adi saja yang tau. Kamu hanya menjalaninya saja. Ya sudah,
sekarang kamu istirahat dulu. Tadi Papa lihat kakakmu itu marah-marah.”
Rio terkekeh.
“Biasa kalo lagi dapet. Bawaannya marah-marah mulu.”
***
Pagi-pagi sekali
Agni berangkat. Ia sudah nggak sabaran melihat Cakka menjalankan idenya kemarin
malam. Idenya biasa aja sih. Nggak tau berhasil atau enggak. Asalkan dicoba
dulu. Kalo nggak berhasil ya, konsekuensinya besar.
Akhirnya, Cakka
datang juga diikuti oleh dua sahabatnya. Di samping kanan Cakka ada Rio dan di
samping kiri Cakka ada Alvin. Cakka tersenyum senang melihat Agni seraya
melambai-lambaikan tangan.
“Lo berdua duluan
aja. Gue mau kesana dulu.” Kata Cakka meninggalkan Rio dan Alvin yang saling
tatap menatap.
Setelah
berbasa-basi dengan Agni, pembicaraan Cakka mulai serius. Murid-murid yang
melihat Cakka dan Agni tampak berbisik-bisik. Ada apa dengan Cagni? Mengapa
keduanya terlihat akrab?
“Ag, lo yakin
dengan ide ini?” Tanya Cakka.
Agni mengangguk.
“Tapi.. Gue bingung
mau milih siapa.” Kata Cakka.
“Masalah itu, lo
pikirkan sendiri. Intinya, lo harus nyari satu cewek yang sangat menyukai lo.
Lalu, lo jadikan pacar tuh cewek. Nah, lo harus menumbuhkan rasa cinta dan
sayang ke cewek itu. Walau awalnya terasa aneh, lama-kelamaan menjadi biasa
kok. Percayalah..” Jelas Agni.
Bagi Cakka, ide
Agni ini sangat aneh, tapi masuk akal juga. Kalo kita dekat sama seseorang,
pasti kita merasa menyayangi orang itu dan takut jika seseorang itu jauh di
sisi kita. Cakka bingung. Ada banyak cewek yang menyukainya.
“Okelah. Thanks ya
atas bantuan lo. Gue pergi dulu..” Kata Cakka meninggalkan Agni.
Dengan langkah
lebar Cakka berlari menuju kelasnya. Tanpa ia sadari, Cakka menyenggol bahu
seorang cewek yang kaget melihatnya. Cakka memberhentikan langkahnya dan
meminta maaf pada cewek itu.
“Eh, sorry ya. Ada
yang sakit?” Tanya Cakka.
Cewek itu nggak
menjawab. Cewek itu kebingungan dengan apa yang terjadi saat ini. Ia ditabrak
Cakka? Mimpikah? Merasa nggak dijawab, Cakka memilih untuk pergi. Tapi
sebelumnya, Cakka meminta maaf lagi sama cewek itu.
“Sekali lagi sorry
ya. Gue mau pergi dulu. Kalo ada apa-apa tinggal ke kelas gue aja.” Kata Cakka.
Sementara, cewek
itu menjadi salah tingkah. Ia menyadari Cakka telah pergi tanpa sempat
mendengarkan suaranya untuk menjawab pertanyaan Cakka. Entah mengapa, cewek itu
berteriak memanggil nama ‘Cakka.’
“Kak Cakka!!!”
***
Untunglah hari ini
ia tidak sial. Kemarin, ia terbangun dan Ayah sudah pulang. Ify nggak tau jam
berapa Ayahnya pulang dan itu bukan masalahnya. Semoga hari ini adalah hari keberuntungan gue.. Harap Ify.
Seperti biasa.
Murid-murid menertawai motor buntut Ayahnya. Tapi syukurlah nggak ada Tiga
serangkai terutama Rio. Ohya, Ify juga nggak tau kapan Rio kembali ke rumahnya.
Nasi goreng buatan Rio yang lezat kemarin membuatnya mengantuk. Jangan-jangan,
memang benar nasi goreng itu ada racunnya! Tapi Ify merasa hari ini ia
baik-baik saja.
Langkahnya terhenti
saat ia melihat Cakka ngobrol dengan Agni. Wajah Cakka tampak ceria, begitu
pula Agni. Ify cemburu melihat kedekatan mereka. Astaga Fy! Lo apaan sih? Agni
kan Most Wanted Girl SMA Harapan sedangkan Cakka Most Wanted Boynya. Jelaslah
mereka akrab. Sedangkan ia?
Setelah sampai di
kelas, Ify berjalan menuju bangkunya. Sivia belum datang. Mungkin anak itu lagi
otw. Karena nggak ada kerjaan, Ify membuka buku Kimianya dan mencoba
mengerjakan soal-soal latihan. Hmmm.. Ternyata susah juga.
Sepuluh menit
berlalu. Sivia belum datang juga. Apa jangan-jangan Sivia terlambat? Nggak
mungkin! Sivia jarang terlambat walau datangnya nggak bisa dikatakan pagi. Ya
palingan jam tujuh kurang Sivia sudah sampai di sekolah.
“Duh, gue mau BAK
aja deh.” Kata Ify lalu cepat-cepat pergi menuju toilet.
Cewek itu nggak
sengaja berpapasan dengan Shilla yang sedang tertawa dengan Zarra Girls, tapi
nggak ada Agni disana. Yaiyalah, Agni kan lagi ngobrol sama Cakka. Apa sekarang Shilla telah bergabung di Zarra
Girls dan menggantikan Dea?
Ify teringat cerita
Rio kemarin tentang Dea dan penyakitnya. Kasihan sekali Dea. Apa penyakit itu
nggak bisa disembuhkan?
Setelah keluar dari
toilet, Ify berjalan dengan langkah kaki yang cepat karena sebentar lagi bel
masuk akan berbunyi. Dari arah yang sama, tiba-tiba saja pundaknya ditabrak
oleh seseorang. Ify memberhentikan langkahnya sambil menahan rasa sakit. Siapa sih tuh orang? Kok kasar banget? Batinnya
kesal. Jangan-jangan Rio lagi!
Saat Ify menyadari
siapa cowok yang menabraknya, ia langsung kaget. Mimpikah ini? Cowok itu sepertinya merasa bersalah dan meminta maaf
dengannya.
“Eh, sorry ya. Ada
yang sakit?”
Suaranya begitu
lembut dan manis. Ify bingung harus menjawab apa. Detakan jantungnya nggak
beraturan dan cepat. Keringat dinginnya mulai membasahi wajahnya yang gugup. Oh Tuhan! Bantulah hamba-Mu ini!
“Sekali lagi sorry
ya. Gue mau pergi dulu. Kalo ada apa-apa tinggal ke kelas gue aja.”
Ya, cowok itu
adalah Cakka. Sayangnya, Cakka memilih pergi karena nggak direspon olehnya. Ify
jadi salah tingkah. Fy! Apa-apaan sih lo?
Seharusnya lo ngomong kek! Akhirnya, Ify memberanikan diri berbicara,
larat, berteriak.
“Kak Cakka!!!”
Merasa dipanggil,
Cakka menoleh kebelakang dan mendapati Ify yang cepat-cepat membekap mulutnya
dengan tangannya. Cakka tertawa. Cewek itu lucu juga. Cakka pun mendekati cewek
itu.
“Hai! Ada apa?”
Tanyanya ramah.
Sebisa mungkin Ify
bersikap biasa seolah dihadapannya ini bukan Cakka. Tapi, apa ia bisa?
Sedangkan wajahnya semakin gugup saja. Ayolah
Fy! Bicara! Bicara!
“Ng.. Nggak ada
deh.” Kata Ify akhirnya. Sial!
KRING !!!
Bel masuk berbunyi.
Semua murid berlari menuju kelas masing-masing. Ify nggak yakin di kelas nanti
ada Sivia. Mungkin saja hari ini Sivia nggak masuk sekolah. Karena sakit
mungkin.
“Udah bel. Gue
balik dulu ya. Bye!” Kata Cakka.
Ify terdiam sambil
melihat kepergian Cakka. Senyumannya pun mengembang. Cakka.. Sebuah nama yang
selalu menciptakan debaran dahsyat di jantungnya.
Kak Cakka...
***
Cakka sampai di
kelas. Cepat-cepat ia berlari menuju bangkunya. Cakka sempat melihat Rio yang
sedang melamun. Nggak tau lamunin apa.
“Yo..” Tegur Cakka
yang membuat Rio kaget.
“Eh iya.. iya.. Ada
apa? Tadi lo ngapain sama Ify?” Tanyanya.
Ify? Batin
Cakka bingung.
“Oh, ngg.. Lo duduk
aja sana. Kasian Alvin sibuk pelajarin matematika karena jam pertama ada
ulangan.” Kata Rio.
Aneh! Sikap Rio
lain dari biasanya. Dan Ify? Siapa Ify? Mengapa tadi Rio bertanya kalo ia
sedang apa tadi sama Ify? Ify.. Jangan-jangan, cewek tadi itu Ify!
“Yo.. Ify itu teman
lo? Dia pake kacamata kan?” Tanya Cakka. Ia hafal betul kalo cewek yang tadi
tak sengaja ia tabrak memakai kacamata.
“Hah? I.. Iya.. Ify
naksir lo.” Jawab Rio.
Tadi, Rio nggak
sengaja melihat Cakka dan Ify berbicara. Disana, Ify terlihat sangat gugup. Rio
yakin, gadis itu sangat menyukai Cakka dan berharap menjadi kekasih Cakka.
Karena itulah Ify meminta bantuannya agar Ify bisa dekat dengan Cakka.
Tiba-tiba, Cakka
mendapatkan sebuah ide cemerlang. Yang ada hubungannya dengan gadis bernama Ify
tadi.
***
Tuh kan benar! Hari
ini Sivia nggak masuk. Surat Sivia baru saja diantar. Ify jadi kesepian.
Teman-temannya yang lain nggak ada yang mau mengajaknya ngobrol. Apa sebegitu
buruknya kah ia sehingga tak ada satupun yang mau mengajaknya ngobrol ataupun
pergi ke kantin?
Terpaksa, Ify pergi
ke kantin sendirian. Untunglah ia punya sedikit uang untuk membeli makanan di
kantin. Saat ia melewati kelas 2IPS-3, nggak sengaja ia bertatap muka dengan Dea.
Bisa ia lihat wajah Dea yang pucat.
Sekarang kak Dea bukan anggota Zarra Girls lagi.
Kedudukan kak Dea diganti oleh Shilla. Shilla.. Selama ini dia berbohong ke
gue! Ternyata, Shilla bukanlah sahabat gue! Tapi gue nggak punya hak untuk
melarangnya.
Waktu berjalan
begitu cepat. Hari ini Ify benar-benar kesepian. Dengan sabarnya, ia menunggu
kedatangan Ayahnya. Ify yakin sekali Ayahnya itu ngaret dan jemputnya lama
banget. Ya begitulah orang yang sok sibuk!
“Via.. Kenapa sih
lo nggak masuk? Lo kenapa sakit? Apa karena ucapan Shilla kemarin lo jadi
sakit?” Tanya Ify.
Ify tau sahabatnya
itu menyukai Alvin. Namun, Shilla juga menyukai Alvin dan mengejek kalo Sivia
nggak pantas jadi ceweknya Alvin. Ohya, hari ini Shilla telah berubah. Gadis
pendiam itu berubah menjadi seorang bidadari cantik yang langsung menggemparkan
sekolah. Ify takut jika seandainya Alvin menyukai Shilla walau nyatanya Alvin
sudah memiliki pacar.
Dari arah belakang,
tiba-tiba kedua matanya ditutup oleh kain. Tentu saja Ify kaget. Ingin sekali
ia berteriak. Ditambah lagi kacamatanya yang nggak tau terlempar kemana. Tapi
saking takutnya, ia bingung bagaimana cara berteriak. Ify hanya bisa pasrah
saja ditarik paksa oleh seseorang.
“Lo harus ikut
gue!” Bentak suara dingin itu yang tadi menutup matanya menggunakan kain.
Lho? Suara itu
kan....
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar