expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 12 April 2015

All of Revenges ( Part 6 )



Part 6

.

            Pesta ulang tahun Hannah akan dimulai beberapa jam lagi. Sekarang jam menunjukkan pukul tiga sore. Artinya pesta akan dimulai empat jam lagi. Aula tempat pesta ulang tahun Hannah sudah hampir siap.

            Di kamar, Hannah memandangi dirinya di depan cermin. Wajahnya sangatlah cantik. Intinya, Hannah adalah gadis yang sempurna. Tiba-tiba saja bayangan Louis terlintas dibenaknya. Hannah tidak yakin bahwa Louis bakal datang di pestanya walau Liam udah memaksanya. Tapi ia tidak boleh berprasangka buruk. Louis pasti datang dan membawakannya sejuta mawar indah. Tidak henti-hentinya Hannah berdoa agar nanti malam Louis datang di pestanya.

            Hannah teringat dengan Tay. Seharian ini ia belum melihat Tay. Mungkin saat ini Tay sedang berdandan. Hannah yakin sekali Tay sedang stress. Apalagi jika Tay memakai high heels. Pasti terlihat lucu karena Tay tidak pernah menggunakan high heels. Menyentuhnya pun tidak pernah.

            “Hallo Hann!” Sapa Liam.

            Hannah tersenyum melihat Liam. “Hei! Apa kau sudah menghubungi Louis?” Tanyanya.

            “Sudah. Kau tenang saja. Louis pasti datang.” Jawab Liam yakin.

            Hannah menjadi senang. “Awas kalau tidak datang. Aku pastikan hubunganmu dengan Michele berakhir.” Ancamnya.

            Liam tertawa. “Oke-oke.” Ucapnya.
***

            Jam hampir menunjukkan pukul empat sore dan Tay masih menikmati tidur siangnya. Padahal, ia sama sekali belum menyiapkan segalanya. Untunglah panggilan dari Shafa, Tay terbangun dan menyesal karena tidak memasang alarm.

            “Baiklah. Aku akan kesana.” Kata Tay dengan suara tergesa-gesa sekaligus masih mengantuk.

***

            “Baiklah. Aku akan kesana.” Kata Tay dengan suara tergesa-gesa sekaligus masih mengantuk.

            Jarak rumahnya dengan salon Shafa tidak terlalu jauh. Seperti biasa, Tay menaiki bus mini dan berharap ia tidak terlambat datang di pesta ulang tahun Hannah. ‘Tiga jam lagi!’ Batin Tay. Akhirnya ia sampai di salon kecantikan milik Shafa. Tay berusaha untuk tenang. Sungguh,  ia benci berada di tempat ini. Tapi demi Hannah, ia akan melakukannya karena ia sudah terlanjur janji dengan Hannah.

            “Hallo Tay! Astaga! Kau belum cuci muka ya?” Kata Shafa kaget.

            Tay tersenyum miris. Selama ini ia jarang mencuci muka ketika ia bangun tidur. “Ayolah cepat ubah diriku menjadi gadis pada umumnya. Hanya malam ini saja.” Ucapnya.

            Shafa mengangguk dengan penuh semangat. Ia berjanji akan merubah Tay menjadi gadis tercantik di dunia ini karena menurutnya, Tay itu sebenarnya cantik. Hanya saja Tay tidak mau mempedulikan dan merawat penampilannya.

            “Apa kau yakin aku bisa cantik?” Tanya Tay.

            Shafa tertawa. “Tentu saja. Pada dasarnya semua wanita itu cantik.” Jawabnya.

            Akhirnya, setelah lama mengalami hal-hal yang tidak disukai Tay, yaitu dihias yang baginya seperti boneka, Shafa tersenyum puas dengan hasil karyanya, dan Shafa tidak percaya bahwa Tay yang tidak menarik kini telah berubah menjadi bidadari cantik yang dapat memikat para hati lelaki. Namun sayangnya waktu sudah menunjukkan hampir pukul tujuh malam.

             “Tay! Kau sangat cantik. Aku tidak percaya!” Kata Shafa.

            Tay tersipu mendapat pujian dari Shafa. Gadis itu kini bak bidadari cantik. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai ke bawah dan sedikit dikeritingin. Namun Tay merasa tidak nyaman dengan gaun abu-abu yang baginya terasa sempit. Terutama di bagian pinggangnya karena selama ini Tay tidak pernah memakai gaun. Di bagian dadanya pun terasa aneh baginya.

            “Fa, aku aneh ya menggunakan gaun ini?” Tanya Tay. Padahal gadis itu belum melihat dirinya yang baru di depan cermin.

            Shafa tertawa. “Ayo kita ke cermin dan lihatlah dirimu disana!” Ajak Shafa. Shafa mengajak Tay pergi ke depan cermin besar.

            Ketika Tay berada di depan cermin, Tay kaget bukan main. Siapa gadis cantik yang ia lihat di depan cermin itu? Dirinyakah? Tay terdiam sambil memandangi cermin. Tiba-tiba ia teringat dengan Ibunya yang wajahnya mirip dengan wajahnya. Tay merasa gadis cantik yang ia lihat di cermin itu adalah Ibunya.

            Cukup lama ia memandangi dirinya di depan cermin, Shafa menyadarkannya. “Tay! Cepatlah ke pesta. Kau sudah terlambat. Aku bisa mengantarmu menggunakan mobilku.” Ucapnya.

            Entah mengapa Tay enggan untuk pergi. Sungguh, ia sangat malu dengan penampilan barunya yang baginya sangat aneh. Tapi Tay tidak ingin mengecewakan Hannah. Terpaksa ia mengangguk walau terasa berat.

            “Baiklah.” Kata Tay.

            Tiba-tiba Shafa teringat sesuatu. “Ohya, jangan lupa memakai high heels.” Ucapnya yang sukses membuat Tay ternganga lebar.

            “Hah?”

***

            Pesta ulang tahun Hannah sudah dimulai setengah jam yang lalu dan Hannah belum menemukan sosok Tay. Apa Tay tidak datang? Tapi Tay kan sudah berjanji untuk datang? Dan Louis, sejak tadi kedua matanya tidak lepas memandangi Louis. Louis datang bersama Niall dan Harry, dan mereka bertiga berkumpul bersama kakaknya dan Zayn. Sebenarnya Hannah ingin menemui mereka, tapi ia tidak berani. Kini, gadis itu mondar-mandir menunggu kedatangan Tay. Nomor Tay pun tidak aktif.

            Sementara Liam dkk, tertawa bersama. Namun malam ini Louis tampak diam dan tidak banyak bicara. Sementara Niall berkali-kali memuji kecantikan Hannah. Cintanya memang tidak terbalaskan, tapi Niall berusaha untuk menerimanya. Jika Hannah memang jodohnya, pasti suatu hari nanti Tuhan akan mempertemukannya.

            “Lou, menurutmu malam ini Hannah cantik tidak?” Tanya Liam. Ia sengaja menanyakan hal itu karena ia ingin tau bagaimana pandangan Louis terhadap Hannah.

            “Cantik.” Jawab Louis singkat.

            Liam dapat menyimpulkan bahwa Louis sama sekali tidak tertarik dengan adiknya dan Hannah harus menerima kenyataan bahwa Louis sama sekali tidak mencintainya.

            “Bagiku, Hannah adalah gadis tercantik yang pernah aku lihat. Walau aku tidak pantas untuknya.” Kata Niall tiba-tiba.

            Liam langsung menoleh ke Niall. “Kau menyukai Hannah?” Tanyanya dan diangguki Niall.

            “Aneh. Hannah menyukai Lou sementara Lou tidak menyukainya dan kau yang menyukai Hannah tapi Hannah tidak menyukaimu.” Kata Liam.

            Tiba-tiba dari luar pintu aula, datang seorang gadis yang kini menjadi pusat perhatian semua orang. Tidak ada satupun yang tidak melihat gadis itu. Hannah tidak percaya bahwa bidadari cantik itu adalah Tay, si gadis tomboi.

            “Tay!” Teriak Hannah. Ia berlari menemui Tay.

            Tay yang bingung karena menjadi pusat perhatian juga cepat-cepat berlari menuju Hannah.

            “Tay! Aku tidak percaya kalau kau sebenarnya cantik. Bahkan aku mengakui kalau aku tidak bisa melebihi kecantikanmu.” Kata Hannah.

            Tay tersipu malu. “Aku juga tidak tau. Tapi saat aku melihat diriku yang seperti ini, aku jadi teringat dengan Ibu.” Kata Tay.

            Tidak jauh dari tempat itu, Louis menatap Tay dengan sejuta kesalahan. Bayangan masa lalunya kembali hadir. Tay, sebenarnya gadis itu sangat cantik. Louis ingat dulu saat Tay belum mengubah penampilan menjadi tomboi, banyak lelaki yang menyukainya. Termasuk dirinya sendiri! Dan sekarang Louis merasakan apa yang ia rasakan saat dulu. Saat ia dan Tay masih akrab. ‘Tidak! Aku tidak boleh mencintainya.’ Batin Louis.

            Sementara Harry, lelaki itu diam sambil memandangi wajah cantik Tay. Harry tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia begitu terpesona dengan penampilan baru Tay. Tay, gadis yang baginya sangat aneh. Sudah dua kali ia dibuat speechless oleh Tay. Pertama saat Tay menyanyikan lagu dan kedua dengan penampilan baru Tay saat ini.

            “Aku tidak percaya gadis tomboi itu bisa secantik ini.” Kata Zayn.

            “Benar. Bisa-bisa aku menyukainya.” Tambah Liam.

            “Dasar kau! Lalu kekasihmu kau apakan?” Kata Niall.

            Liam cengengesan mendengar ucapan Niall.

            Pesta ulang tahun Hannah berlangsung meriah. Hannah mengakui bahwa pesta ulang tahunnya ini adalah yang terbaik. Banyak kejutan yang ia dapatkan. Namun Hannah sedih karena Louis tidak mau melihatnya. Padahal sedari tadi ia berusaha mencuri pandang ke Louis.

            “Tay, aku yakin lelaki-lelaki itu menyukaimu.” Kata Hannah menggoda Tay.

            “Tidak juga. Setelah ini aku akan mengubah penampilanku ke semula.” Jawab Tay.

            Hannah terlihat kecewa. “Yah… Padahal kau cocok dengan penampilan girly-mu ini.”

            “Ohya, apa kau tidak kesakitan menggunakan high heels?” Tanya Tay.

            Hannah melihat Tay yang sepertinya tidak suka menggunakan high heels. “Kalau pakainya kelamaan ya sakit. Apalagi kalau kau lari.” Ucapnya.

            Tiba-tiba Tay tidak sengaja mengalihkan pandang ke arah Liam dkk. Dan entah mengapa jantungnya berdebar-debar saat matanya bertemu dengan mata Harry. Harry saat itu juga sedang melihatnya.

            “Tay..” Kata Hannah.

            Hannah melihat Tay yang sedang memperhatikan seseorang. Tay menjadi kaget. “Eh, ada apa?” Tanyanya.

            Hannah melihat ada sesuatu yang lain yang terlukis di wajah Tay. “Kau kenapa Tay? Tadi kau memerhatikan siapa?” Tanya Hannah.

            Tay menjadi gugup. “Tidak ada.” Jawabnya. Namun Hannah tidak langsung percaya. Ia yakin sekali bahwa Tay sedang ada dalam masalah dan sedang memikirkan sesuatu.

***

            Pesta telah usai dan berakhir sesuai rencana. Louis, lelaki itu masih merasakan perasaan yang tadi sempat ia rasakan pada Tay. Tapi Louis tidak berani mengatakan bahwa dirinya kembali menyukai Tay. Itu sama saja menyakiti dirinya dan juga menyakiti Tay.

            “Lou, apa yang kau cari?” Tanya Liam mendekati Louis. Di belakang Liam ada Harry.

            Louis menjadi kaget. “Tidak ada.” Jawabnya berbohong. Sejatinya, Louis sedang mencari sosok Tay dan ia ingin berbicara serius dengan Tay. Dan ia berharap Tay mau berbicara dengannya tanpa membentakinya.

            Tiba-tiba kedua mata Louis menangkap sosok gadis yang hendak keluar dari tempat ini. Louis melebarkan matanya. ‘Tay!’ Batinnya. Tanpa basa-basi, Louis mengejar Tay dan ini merupakan kesempatannya untuk berbicara dengan Tay.

            “Lou!” Teriak Liam melihat Louis berlari tergesa-gesa meninggalkannya.

            “Ada apa dengan Louis?” Tanya Harry.

            Liam hanya mengangkat bahunya. Harry mengalihkan pandang ke arah dimana Louis berlari. Timbul niatnya untuk mengikuti Louis.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar